1.Pendahuluan
1
I Gde Widja, (1991), Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah, Bandung :
Angkasa. Hal 41
2
I Gde Widja, (1991), Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah, Bandung :
Angkasa. Hal 42
2. Definisi Sejarah Lokal Dilentantis
Penulisan sejarah lokal yang bersifat dilentantis ini memiliki cirri khusus, yaitu
penulisannya belum menggunakan pendekatan metodologis sejarah yang ketat. Hal ini
dikarenakan latar belakang pendidikan penulis bukan lah dari bidang sejarah. biasanya
penulisnya hanya ingin memenuhi rasa kecintaaya terhadap daerah mereka. Untuk
memenuhi kesenangan pribadi penulis biasanya menulis sejarah dari lingkingan mereka
sendiri. Penulis akan merasa bangga akan lingkungannya karena lingkungan mereka
pernah menjadi tempat terjadinya peristiwa sejarah yang penting. Seperti desanya pernah
menjadi markas gerilya3.
Orang yang biasanya menjadi sejarawan dilentantis ini pasti seorang yang
berpendidikan cukup. Karena tidak mudah untuk menjabarkan hal-hal yang telah lampau
tanpa ada sinkronisasi antar bahasan yang ditulis. Oleh karena itu factor pendidikan
penulis juga sangat penting. Hasil penulisan sejara lokal dilentantis biasanya bersifat
naratif kronologis dan berbumbu emosional. Hal ini disebabkan karena penulis
menceritakan atau menjabarkan pengalaman pribadi mereka secara runtut dan berbaur
dengan patriotisme lokal sang penulis. Orang-orang yang menjadi sejarawan dilentantis
seperti : Alwi Shahab,Tio Tek Hong, dan Nina H. Lubis yang karya-karyanya akan kami
bahas dalam kajian ini.
Seperti yang sudah kami utarakan pada pendahuluan, sejarah lokal dilentantis ini
sangat penting bagi studi sejarah lokal. Meski tidak memakai metodologi sejarah yang
ketat namun sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan sejara lokal dilentatis
biasanya sumber tangan pertama.
Pertama-tama kami akan menjabarkan hasil harya Nina H. Lubis yang berjudul
Konflik Elite Birokrasi; Biografi Politik R.A.A Martanagara. Buku ini merupakan karya
sejarah lokal. Hal tersebut karena pembahasan yang dilakukan penulis terbatas pada
ruang lingkup yang difokuskan untuk Elite Birokrasi Kabupaten Bandung. Buku ini
3
I Gde Widja, (1991), Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah, Bandung :
Angkasa. Hal 43
menguraikan mengenai awal berdirinya Kota Bandung dengan struktur pemerintahannya.
Di dalam buku diceritakan mengenai keadaan Bandung dengan berbagai aspek
didalamnya. Adapun aspek yang diuraikan mencakup keadaan geografi, sosial, ekonomi,
dan politik. Dalam buku ini kegiatan yang berhubungan dengan politik adalah hal yang
paling dikemukakan. Dimana yang menjadi obyeknya ialah keberadaan sosok Bupati
yang memimpin Kota Bandung.
4
Herlina, 2001:22
5
Herlina, 2001:3
6
Herlina, 2001:4
kedudukan bupati pada masa itu terbatas, akan tetapi jabatan tersebut masih sangat
terhormat dikalangan masyarakat pribumi. Penulis menguraikan bahwa Bupati Bandung
ke-9, Raden Adipati Kusumadilaga meninggal dunia sehingga kedudukan bupati
diserahkan kepada R.A.A Martanagara.
Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial. Sebut saja saat itu terdapat patih Raden
Rangga Sumanagara yang diduga bersekongkol dengan pihak Belanda untuk
menyingkirkan R.A.A Martanagara7. Pasca kejadian itu R.A.A Martanagara melakukan
berbagai upaya untuk memulihkan keadaan. Sosok Martanagara merupakan bupati yang
berperan dalam pembangunan Bandung. Sebagai Elite Birokrasi ia telah berjasa terhadap
rakyatnya. Selain itu ia dikenal sebagai tokoh pembaharuan yang memajukan pendidikan
perempuan dan anak-anak untuk masuk dalam pendidikan barat8. Martanagara juga
dikenal sebagai bupati yang memajukan birokrasi pemerintahan Bandung kearah legal-
rasional-formal. Maka dari itu ia dijuluki sebagai pemimpin yang bersifat terbuka
terhadap zaman. Adapun kemajuan yang diperolehnya tidak membuat ia lupa akan sikap-
sikap tradisional. Ia dikenal sebagai pemimpin yang mengabdi dan menaruh perhatian
pada rakyatnya
tudi yang dikemukakan penulis menceritakan asal usul serta struktur yang
berkaitan dengan pemerintahan Bandung serta peran Bupatinya. Walau demikian studi
yang dikemukakan tentunya memiliki inti dari peristiwa tertentu. Adanya percobaan
pembunuhan terhadap Martanagara merupakan hal inti pada buku ini.
Penulis yang merupakan oktor sejarah wanita pertama di Jawa Barat, dan ketiga
di Indonesia. Wanita sunda yang dilahirkan di Bandung 9 September 1956 meskipu
beliau adalah seorang sejarawan professional namun sikap patriotisme lokal sanga terlihat
dalam penulisan nya merupakan tempat kelahirannya. Maka dalam penulisan ini Herlina
terkesan membesar-besarkan kewibawaan dari seorang martanagara yang notabenya
Bupati bandung.
7
Herlina, 2001:117
8
Herlina, 2001:119
Tio Tek Hong yang merupakan seorang saudagar pasar baru menuliskan kenang-
kenangnya dalam bentuk sebuah buku yang berjudul Keadaan Jakarta Tempo Doeloe.
Dimana dalam tulisanya ini Tio berhasil menggambarkan Jakarta tempo dulu dengan
detail dan cukup menggelitik. Ditambah lagi dia memasukan asper-aspek historis yang
kurang diperhatikan para sejarawan, seperti bencana alam,penyakin dan makanan.
Hong menulis dalam salah satu babnya tentang jalan di Jakarta. Jalan Jakarta(dulu
acatraweg) di Jakarta Kota sebuah jalan raya yang panjang, dari muka gereja Potugis
yang tua ( yang sekarang masih berdiri) dekat jembatan Senti sampai Jembatan
Merah,dekat jagal babi. Kita orang Jakarta mengenaljalan raya tersebut tidak demikan,
seperti sekarang pun kita biasa menyebut : pecah kulit, mangga dua, dan Jembatan
Merah9. Dari hasil tulisan Toi kita dapat mengetahui fakta yang cukup penting tentan kota
Jakarta yang banyak berubah terutama di bagian jalan-jalannya dan perhubungannya. Hal
semacam ini hanya dapat diperoleh dari sumber tangan pertama yang dalam hal ini
adalah ingatan Tio sendiri. Maka kiranya tulisan sejarah ini cukup penting dalam studi
sejarah lokal. Meski banyak dibumbui oleh emosional pribadi sang penulis.
Jika Tio Tek Hong menitik beratkan kepada kenangannya dirinya pribadi makan
Alwi Shahab adalah seorang yang menggabungan kenangan dan sumber-sumber sejarah
dalam penulisan karya-karyanya. Alwi yang basicnya seorang jurnalis dengan mudah
dapat penguraikan kata-kata dengan baik dan cukup menarik para pembacanya. Ditambah
lagi dengan ketertarikannya terhadap sejarah sejak kecil dan rasa cintanya yang besar
terhadap tanah betawi menjadikan karyanyanya masauk dalam kategori sejarah lokal
dilentantis.
Alwi dalan salah satu bukunya yang berjudul Batavia Kota hantu mebahas tentang
Couperus, seorang pendatang dari Belanda, begitu turun dari kapal di pelabuhan Sunda
Kalapa pada 1815 menyaksikan bahwa Batavia yang sebelumnya mendapat predikat ‘ratu
dari timur’ telah berubah seolah-olah merupakan kota hantu.
Lalu dia menjelajahi Princenstraat yang kini telah menjadi Jl Cengkeh, sebelah
utara Kantor Pos, Jakarta Kota. Dia mendapati beberapa gedung di kota tua telah
9
Tio Tek Honh, Keadaan Jakarta Tempo Doeloe : 43
dihancurkan rata dengan tanah termasuk Istana Gubernur Jenderal, gedung yang cukup
megah ketika itu.
Dalam tulisan diatas tergambar jelas penulisan yang bersifat dilentantis namun
juga materi-materi yang diangkat cukup relevan bagi studi sejarah lokal. Dimana
Saudagar Baghdad dari Betawi cukup mengandung fakta sejarah yang berharga yg dapat
digunakan lebih lanjut oleh para sejarawan professional.
5. Kesimpulan
10
Alwi Shahab, Batavia Kota Hantu, Republika
11
Alwi Shahab, Saudagar Baghdad dari Betawi, Republika
Berdasarkan diskusi diatas kita dapat menentukan sejarah lokal dilentantis adalah
sejarah lokal yang menonjolkan estetis individual melalui peristiwa masa lampau.
Penulisan sejarah dilentantis kurang mengindahkan pendekatan metodologis sejarah.
namun hasil penulisan sejarah dilentantis cukup layak dijadikan bahan acuan oleh
sejarawan professional meski harus dengan proses kritik sejarah yang cermat12.
Daftar Pustaka
1. I Gde Widja, (1991), Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah,
Bandung : Angkasa
2. Abdullah Taufik, sejarah lokal di Indonesia 1985, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
3. Tio,Tek Hong, Keadaan Jakarta Tempo Doeloe, Jakarta : Masup jakarta
4. Alwi Shahab, Batavia Kota Hantu, Republika
5. Alwi Shahab, Saudagar Baghdad dari Betawi, Republika
6. Nina H, Lubis, Konflik Elite Birokrasi; Biografi Politik R.A.A Martanagara
7. http://alwishahab.wordpress.com/
I Gde Widja, (1991), Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah,
12
Bandung : Angkasa