Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAHAYA HEPATITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH


DI RUMAH Tn.S.D PADANG

OLEH :

KELOMPOK 7 (KELAS 3.C)

Ika Kurnia Mahesa (173110249)

Luthfiyyah Aprilla Wardana (173110252)

Mentari Prima Oktaviani (173110254)

Dosen Pembimbing:

H. Sunardi, SKM.M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI PADANG

D-III KEPERAWATAN PADANG

2019
SATUAN PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA HEPATITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH

Pokok Bahasan : Bahaya Hepatitis Pada Anak Usia Sekolah

Sasaran : Keluarga Tn.S.D

Hari/Tanggal : Rabu/14 Agustus 2019

Jam : 09.00 – 09.30 WIB


Waktu : 30 menit

A. Pendahuluan
Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatitis dalam bahasa
awam sering juga disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang berarti organ hati, bukan penyakit hati. Namun
asumsi yang berkembang dalam masyarakat mendefinisikan lever adalah penyakit radang hati.
Sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kerancuan, karena tidak semua
sakit kuning disebabkan oleh radang hati, tetapi dapat juga karena ada peradangan pada kantung
empedu.
Untuk lebih mendalami apa itu hepatitis diperlukan penyuluhan kepada masyarakat
khususnya penderita hepatitis dan keluarganya. Selain itu penyuluhan juga dapat berperan dalam
mengubah sifat masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Apalagi kita sebagai petugas
kesehatan harus memberikan penyuluhan tentang kesehatan baik secara individual, keluarga, dan
masyarakat.
Persoalan terbesar dimasyarakat awam yang terkait dengan masalah kesehatan adalah
kurangnya pengetahuan. Untuk tujuan itulah perlu adanya penyebaran informasi tentang
masalah-masalah kesehatan.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan audiens dapat mengerti dan memahami
tentang Penyakit Hepatitis.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini audiens dapat :
1. Memahami pengertian Hepatitis.
2. Mengetahui faktor – faktor penyebab Hepatitis.
3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Hepatitis.
4. Memahami dan mengetahui jenis-jenis hepatitis
5. Memahami dan mengetahui cara pencegahan dari Hepatitis.

C. Sasaran
Penyuluhan kesehatan mengenai Hepatitis dalam hal ini ditujukan pada keluarga Tn.S.D

D. Tempat dan Waktu


Hari/Tanggal : Rabu/14Agustus 2019
Tempat : Jl. Sudirman No 16 Jakarta
Waktu : 30 menit

E. Materi
1. Pengertian Hepatitis.
2. Faktor penyebab Hepatitis.
3. Tanda dan gejala Hepatitis.
4. Jenis-jenis penyakit Hepatitis.
5. Cara pencegahan terhadap penyakit Hepatitis.

F. Metode dan Teknik


1. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi penjelasan tentang penyakit Hepatitis.

2. Teknik
Teknik yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
a. Menyiapkan materi yang akan disajikan.
b. Menjelaskan tujuan dari pendidikan kesehatan yang dilakukan.
c. Menyajikan materi kemudian melakukan diskusi dan tanya jawab.

G. Media
1. Laptop
2. Infocus
3. Leaflet

H. Perorganisasian
1. Fasilitator : Perawat 1
2. Penyuluh : peawat 2
3. Peserta : - Tn. S.D
- Ny. S.T
- An.R
- An.F

I. Setting Tempat
Keterangan :
: Perawat : An.R

: Tn. S.D : An. F

: Ny.S.T

J. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahapan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Peserta
1. Pembukaan a. Memberi salam . a. Menjawab
(5 menit) b. Memperkenalkan b. Mendengarkan dan
diri memperhatikan
c. Kontrak waktu 20 c. Menyetujui
menit d. Mendengarkan dan
d. Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran
2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan materi a. Mendengarkan dan
(10 menit) penyuluhan secara memperhatikan
berurutan dan teratur b. Bertanya
Materi:
 Pengertian
Hepatitis.
 Faktor penyebab
Hepatitis.
 Tanda dan gejala
Hepatitis.
 Jenis-jenis
penyakit
Hepatitis.
 Cara pencegahan
terhadap penyakit
Hepatitis.
b. Memberikan
kesempatan  peserta
untuk bertanya

3. Penutup a. Mengevaluasi a. Menjawab


(5 menit) pengetahuan b. Mendengarkan dan
peserta memperhatikan
b. Kesimpulan dari c. Mendengarkan
pembelajaran
c. Salam penutup

K. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media promosi kesehatan
sesuai dengan yang dibutuhkan
 
2. Evaluasi proses
a. Mahasiswa mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan
b. Peserta bisa mendengarkan dan berpatisipasi aktif sampai akhir kegiatan.
 
3. Evaluasi hasil
a. Mahasiswa menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang hepatitis
dengan benar.

LAMPIRAN MATERI
HEPATITIS
A.    DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

B.     PENYEBAB HEPATITIS

1. Virus

Type A Type B Type C Type D Type E


Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-
transmisi melalui seksual, jarang perinatal, oral
orang lain perinatal seksual, memerlukan
orang ke koinfeksi
orang, dengan type B
perinatal
Keparah-an Tak Parah Menyebar Peningkatan Sama
ikterik luas, dapat insiden kronis dengan D
dan berkem-bang dan gagal hepar
asimto- sampai kronis akut
matik
Darah,
Sumber Darah, Darah, saliva, Terutama Melalui darah
feces,
virus feces, semen, melalui darah
saliva
saliva sekresi
vagina

2. Alkohol

Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.


3. Obat-obatan

Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

C.    TANDA DAN GEJALA

1. Masa tunas

Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)


Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

2. Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas
(ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise,
lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3. Fase Ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh
badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4. Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
D. JENIS-JENIS HEPATITIS
1. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang paling ringan. Infeksi virus hepatitis A (VHA)
biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati (liver) yang parah.
Mayoritas mereka yang terinfeksi oleh virus ini dapat pulih sepenuhnya. Hepatitis A
menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh VHA.
2. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang berbahaya. Jenis hepatitis ini
merupakan jenis yang paling mudah menular dibanding jenis hepatitis yang lain.
Hepatitis B menular melalui kontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus
hepatitis B (VHB). Seseorang dapat saja mengidap VHB tanpa disertai gejala-gejala
klinik ataupun kelainan dan gangguan kesehatan. Orang tersebut disebut pembawa VHB
atau carrier VHB.
Seseorang dapat menjadi carrier karena individu tersebut mempunyai pertahanan
tubuh yang baik atau karena VHB-nya yang tidak aktif. VHB yang tidak aktif
menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak dapat mengenalinya sebagai musuh
sehingga sistem imunitas tidak melakukan perlawanan. Suatu saat jika pertahanan tubuh
individu tersebut melemah atau VHB-nya menjadi aktif maka individu yang
bersangkutan akan memperlihatkan gejala klinis hepatitis (hepatitis symptoms).
Carrier VHB jumlahnya relatif banyak. Carrier VHB juga berpotensi menularkan
hepatitis B. Sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini akan sembuh. Hanya sebagian
kecil saja yang berakhir pada kematian karena daya tahan tubuhnya sangat rendah.
Sekitar 10% kasus hepatitis B akan berkembang menjadi hepatitis menahun (kronis).
VHB pada penderita hepatitis B kronis dapat menjadi tidak aktif, namun sebagain lagi
dapat menjadi aktif dan memperburuk kondisi hepatitis. Pada kasus terakhir inilah
akhirnya biasa terjadi sirosis, kanker hati atau gagal hati yang berakhir pada kematian.
VHB dapat ditemukan dalam darah, air liur, air susu ibu, cairan sperma atau
vagina penderita. Penularan hepatitis B terjadi melalui kontak darah, cairan tubuh
ataupun material lain yang terinfeksi seperti jarum suntik, alat-alat bedah yang tidak
steril, peralatan dokter gigi yang tidak steril, jarum akupunktur, jarum tato, jarum tindik
yang tidak steril. Penggunaan bersama alat-alat yang dapat menimbulkan luka dapat
menjadi media penularan VHB, sepeti pisau cukur, sikat gigi, gunting kuku, dan lain-lain.
Penularan hepatitis B dapat juga terjadi dari ibu yang menerita hepatitis B kepada janin
yang dilahirkannya. Karena VHB dapat ditemukan di sperma maupun cairan vagina,
maka penularan dapat terjadi pula melalui hubungan seksual
3. Hepatitis C
Hepatitis C dapat menyebabkan peradangan hati yang cukup berat. Diperkirakan 80%
infeksi virus hepatitis C (VHC) berkembang menjadi hepatitis kronis dan dapat
menyebabakan sirosis ataupun kanker hati. Pada hepatitis C, peradangan yang berkembang
menjadi sirosis ataupun kanker hati memakan waktu yang relatif lebih singkat daripada apa
yang terjadi pada kasus hepatitis B. Hepatitis C menular melalui darah, biasnya karena
transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi VHC
4. Hepatitis D
Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B. Mengapa demikian?
Jawabnya adalah virus hepatitis D atau VHD ukurannya sangat kecil dan sangat
tergantung pada virus hepatitis B atau VHB. VHD membutuhkan selubung VHB untuk
dapat menginfeksi sel-sel hati (liver). Tak menherankan jika cara penularan VHD sama
dengan penularan VHB.
Seseorang dapat terjangkit hepatitis B dan D akut secara bersamaan. Sebagian
besar dapat sembuh dengan sendirinya tergantung ketahanan tubuhnya. Penderita
hepatitis B kronik dapat terkena hepatitis D akut, dan biasanya hepatitis D nya berubah
menjadi kronis. Kasus tersebut dapat juga berkembang menjadi sirosis hati dalam waktu
lebih singkat.
5. Hepatitis E
Hepatitis E bersifat menyerupai hepatitis A begitu pula dengan cara penularannya. Namun
tingkat keparahannya penyakitnya lebih ringan dibanding hepatitis A. Seperti hepatitis A,
hepatitis E sering bersifat akut dengan masa sakit singkat namun jika penderita dalam
kondisi ketahanan fisisk lemah, hepatitis E dapat parah hingga menimbulkan kegagalan
fungsi hati (liver). Virus hepatitis E atau VHE menyebar melalui makanan dan minuman
yang tercemar feses yang mengandung VHE.
E. PENCEGAHAN HEPATITIS
1. Hepatitis A
Pencegahan dapat dilakukan dengan tepat jika kita mengetahui cara-cara
penularan berbagai penyakit hepatitis. Hepatitis A menular melalui makanan dan
minuman yang tercemar feses penderita hepatitis A. Kebiasaan jajan makanan dan
minuman di sembarang tempat meningkatkan resiko tertular penyakit hepatitis A.
Makanan mentah maupun setengah matang berpotensi terkontaminasi virus ini.  

Beberapa cara pencegahan terhadap penyakit hepatitis A: 

a. Imunisasi 
Imunisasi sangat efektif mencegah infeksi suatu penyakit. Setelah imunisasi tubuh
akan menghasilkan antibodi yang merupakan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit
tersebut. Imunisasi hepatitis A diberikan pada anak-anak usia antara 2 hingga 18
tahun sebanyak satu kali. Orang dewasa membutuhkan imunisasi ulang (booster)
setelah 6 hingga 12 bulan imunisasi pertama. Kekebalan yang didapat dari imunisasi
ini dapat bertahan selama 15 hingga 20 tahun. Namun seseorang yang telah
diimunisasi dapat terkena hepatitis A jika ia terinfeksi VBA antara waktu 2 hingga 4
minggu setelah imunisasi, karena pada saat itu tubuh belum menghasilkan antibodi
dalam jumlah cukup. 

Mereka yang sebaiknya mendapatkan imunisasi ini adalah:

 Pekerja restoran atau yang biasa menangani makanan


 Remaja yang tinggal di asrama pelajar yang mengalami kontak erat dengan teman-
temannya.
 Pekerja dan anak-anak pada tempat penitipan anak.
 Orang yang menderita penyakit hati menahun
 Pekerja laboratorium 

b. Imunitas sementara 
Mereka yang sering bepergian ke daerah lain sebaiknya mendapatkan kekebalan
sementara untuk mencegah infeksi VHA terutama jika daerah tujuannya adalah
daerah endemik hepatitis A atau daerah yang sanitasinya buruk. Imunitas sementara
dapat diperoleh dengan pemberian immunoglobulin (Ig). Ig untuk pencegahan
hepatitis A berisi antivirus hepatitis A yang sangat efektif setelah 2 minggu
pemberian. Untuk mereka yang harus menetap di daerah endemic, Ig anti VHA
sebaiknya diulang setiap 3 hingga 5 bulan.  

c. Menjaga kebersihan 

Mencuci tangan dengan menggunakan sabun  setiap kali selesai buang air besar
dan kecil sangat dianjurkan untuk menghambat penularan VHA. Hal yang sama perlu
dilakukan pula pada saat sebelum makan, mengolah dan menyiapkan makanan. Awasi
dan berikan pngertian pada anak-anak agar tidak memasukkan benda-benda ke dalam
mulutnya.
2. Hepatitis B

Pencegahan terhadap hepatitis B dapat dilakukan dengan beberapa sebagai cara berikut: 

a. Imunisasi
Imunisasi lengkap hepatitis B dapat mencegah infeksi VHB selama 15 tahun.
Imunisasai hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi pertama dan kedua
diberikan dalam jarak 1 bulan. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan 5 bulan setelah
imunisasi kedua. Pemberian imunisasi hepatitis B sebaiknya sedini mungkin yaitu
saat bayi hendak pulang dari rumah bersalin.
Bagi orang dewasa sebelum diimunisasi, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu
pemeriksaan untuk melihat kadar anti HBS. Anti HBS adalah antibodi terhadap
antigen permukaan VHB (HBs-Ag). Dengan begitu dapat dinilai apakah tubuh telah
memiliki kekebalan terhadap hepatitis B atau tidak. Jika tubuh telah memiliki cukup
kekebalan terhadap hepatitis B maka imunisasi hepatitis B tidak diperliukan lagi.
Namun pada kenyataannya pemeriksaan kadar anti-HBs lebih mahal daripada harga
vaksin hepatitis B. Dengan begitu bagi mereka yang beresiko tinggi tertular VHB
imunisasi bisa langsung diberikan. 

Imunisasi hepatitis B sangat dianjurkan untuk kelompok orang berikut:


 Bayi baru lahir
 Anak dan remaja yang belum mendapat imunisasi hepatitis B
 Keluarga yang salah satu anggota keluarganya terinfeksi virus hepatitis B
 Pekerja medis
 Pekerja laboratorium
 Penderita gangguan penyakit yang sering cuci darah atau mendapat transfusi
darah.
 Pekerja seks
 Pengguna narkoba
 Pecinta tato

b. Tidak menggunakan barang orang lain


Barang-barang yang dapat menyebabakan luka dapat menjadi media penularan virus
hepatitis B. Barang-barang tersebuat antara lain pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi,
dan lain-lain. 
c. Melakukan hubungan seks sehat dan aman
Melakukan hubungan seks dengan bergonta ganti pasangan beresiko tinggi tertular
hepatitis B. Jika suami atau istri terinfeksi hepatitis B maka sang suami wajib
menggunakan kondom saat berhubungan seksual. 
d. Jika terinfeksi hepatitis B jangan mendonorkan darah
Palang merah Indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah yang di
donorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus hepatitis B
maka darah tersebut akan dimusnahkan. 
e. Bersihkan ceceran darah
Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan
pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus. 

3. Hepatitis C
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah hepatitis
C. Sedangkan pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
pencegahan infeksi virus hepatitis C yaitu: 
a. Tidak menggunakan barang orang lain
Barang-barang yang dapat menyebabkan luka dapat menjadi media penularan virus
hepatitis C. Barang-barang tersebuat antara lain pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi,
dan lain-lain. 
b. Melakukan hubungan seks sehat dan aman
Hubungan seks dengan bergonta ganti pasangan beresiko tinggi dalam penularan
hepatitis C. Jika suami atau istri terinfeksi hepatitis C maka sang suami wajib
menggunakan kondom saat berhubungan seksual. 
c. Jika terinfeksi hepatitis C jangan mendonorkan darah
Palang merah Indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah yang
di donorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus hepatitis C
maka darah tersebut akan dimusnahkan. 
d. Bersihkan ceceran darah
Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan
pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus. 

F. PENGOBATAN PENYAKIT HEPATITIS


Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien penyakit hepatitis.
Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran) maupun non medis.
Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi, pengobatan
herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai tindakan komplementer
dari tindakan medis ataupun alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif
adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik.
Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan
terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri,
biasanya berupa antivirus pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus
hepatitis B (VHB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi peradangan hati
dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati maupun sirosis. Sementara
tujuan jangka panjangnya adalah mencegah meningkatnya kadar serum transminase dan
komplikasi hepatitis yang lebih buruk.

Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hepatitis diantaranya adalah:

1. Istirahat di tempat tidur


Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat mengalami fase
akut. Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Penderita
harus mengurangi aktivitas hariannya. Tujuan dari istirahat ini adalah memberi
kesempatan pada tubuh untuk memulihkan sel-sel yang rusak.
2. Pola makan sehat
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita penyakit
hepatitis. Sebaiknya yang dikonsumsi pasien mengandung cukup kalori dan protein. Satu-
satunya yang semua makanan dilarang adalah makanan maupun minuman beralkohol.
Biasanya penderita penyakit hepatitis akut merasa mual di malam hari. Oleh
karena itu sebaiknya asupan kalori diberikan secara maksimal di pagi hari. Jika penderita
mengalami rasa mual yang hebat atau bahkan muntah terus menerus maka biasanya
makanan diberikan dalam bentuk cair melalui infus. Diet untuk Hepatitis adalah:
a) Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, lemak sedang dan protein disesuaikan dengan keadaan
penderita.
b) Diet diberikan secara berangsur, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi pendeita.
c) Cukup vitamin dan mineral.
d) Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air.
e) Mudah dicerna ..
f) Bahan makanan yang mengandung gas dihindari.
3. Pemberian obat dan antivirus
Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi
di hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita
diberi antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini adalah untuk
menekan replikasi virus.
Virus membutuhkan sel inang untuk melakukan replikasi (menggandakan diri).
Sel inang dalam kasus hepatitis adalah sel-sel hati. Proses replikasi virus melalui
beberapa tahapan. Tahap pertama virus melakukan penetrasi (masuk) ke dalam sel inang
(sel hati). Tahap kedua virus melakukan pengelupasan selubung virus. Tahap ketiga
adalah sintesis DNA virus. Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap terakhir adalah
tahap pelepasan virus keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus baru. Virus-virus
baru inilah yang siap menginfeksi sel-sel hati lainnya.
Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis
antivirusnya. Beberapa macam antivirus diantaranya adalah interferon, lamivudin,
ribavirin, adepovir dipivoksil, entecavir, dan telbivudin. Antivirus diberikan berdasarkan
hasil tes darah dan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Hasil penelitian menunjukan
bahwa terapi antivirus akan lebih efektif pada kasus hepatitis aktif. Fungsi hati dan ginjal
harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga efek samping dapat dicegah
sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi terapi interferon dan ribavirin adalah
yang dianjurkan

Anda mungkin juga menyukai