Anda di halaman 1dari 1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Dewan Perwakilan Rakyat adalah penyambung lidah rakyat. Mereka dipilih dengan hati
nurani. Harapan besar dititipkan dipundak mereka sudah seharusnya para anggota Dewan
Perwakilan Rakyat menyuarakan aspirasi rakyat dengan lantang, bukan acuh dan tak peduli
seolah rakyat tak perlu diurusi.

Pada suatu siang, Budi dan Eko sedang duduk di Warung Kopi pinggir jalan. Ketika
tengah asyik mengobrol, sebuah sedan mewah berhenti tepat didepan mereka. “Bud, lihat Bud,
mobilnya bagus bener,” kata Eko. “iya Ko, kinclong, ini pasti mobilnya anggota dewan.” Jawab
Eko. “nggak salah lagi, Bud”. Beberapa saat kemudian, turunlah seseorang dari mobil. Lelaki
dengan kemeja super rapi, rambut klimis serta kacamata hitam menmbah gagah penampilannya.
Si lelaki kemudian menghampiri Budi dan Eko. “Selamat siang, bapak-bapak, perkenalkan saya
Nurdin,” ujar lelaki tersebut memperkenalkan diri. Budi dan Eko berdiri dan menjabat tangan si
lelaki. “sa..saya Budi, Pak,” ujar Budi dengan sedikit terbata karena grogi. “saya Eko, pak.
Silahkan duduk, Pak.”

Eko mempersilahkan lelaki tersebut duduk dihadapan mereka. “Ko, seneng banget aku
Ko, barusan salaman sama orang penting, anggota dewan. Kapan lagi begini Ko, ada orang
penting mau mampir di warung kopi sederhan,” bisik Budi pada Eko. “Husssh, udah Bud, nanti
orangnya denger,” balas Eko. Si lelaki hanya tersenyum melihat kelakuan Budi dan Eko,
kemudian lelaki itu memesan segelas kopi. “Bapak sedang apa di tempat begini?” Tanya Eko
memulai obrolan dengan si lelaki. “saya sedang melihat-lihat keadaan disini, Pak. Barabgkali ada
warga yang perlu dibantu, saya siap membantu.” Jawab si lelaki sambil menyesap kopinya.
“wah, bapak luar biasa, anggota dewan seperti bapak ini yang dicari rakyat,” ujar Budi
menanggapi ucapan si lelaki dengan mata berbinar. “saya salut sama bapak.” Tambah Eko
bertepuk tangan.si lelaki kemudian tertawa “hehehe, bapak-bapak bisa aja. Tapi pak, saya bukan
anggota dewan!” ucap si lelaki sambil menggaruk kepalanya. “haaahhh???” Budi dan Eko
terkaget. “loh, terus bapak ini siapa” Tanya Eko. Saat si lelaki hendak menjawab, tiba-tiba
datang seorang wanita paruh baya berkonde. “Nurdiiinnn, kamu disuruh nanya alamat aja lama
banget, capek saya nunggunya.” Gerutu si wanita paruh baya. Si lelaki mengangkupkan
tangannya “ maaf Kanjeng, saya keasyikan ngobrol” ia kemudian menoleh ke arah Budi dan
Eko, “jadi bapak-bapak, saya ini bukan anggota dewan, saya sopirnya Kanjeng. Kanjeng ini
orang kaya, kalau bapak-bapak mau pinjam uang, sama beliau saja.” Jelas si lelaki. “aduh bapak,
saya kira anggota dewan, gayang mentereng begitu, ternyata Cuma sopir toh” ujar Budi. “Budi,
Budi, harusnya dari awal kita tidak perlu salah paham, mana ada anggota dewan yang mau ke
warung kopi begini. Mereka lebih suka tidur atau jalan-jalan ke Luar Negri.”. Budi hanya
geleng-geleng mendengar ucapan Eko.

Setelah si lelaki dan si wanita paruh baya pergi, Budi dan Eko melanjutjan ngopi.

Anda mungkin juga menyukai