Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sarah Yunita Tumanggor

Nim : 170710101046
Nomor Urut : 11
Mata Kuliah : Praktik Peradilan Pidana ( F )
Kelompok F1 B
1. Surat Kuasa Berdasarkan Kasus Posisi Kelompok 1

TUMANGGOR & PARTNERS


LAW OFFICE
Jalan Pangeran Antasari No. 14, Kota Bandung
No. Telp (8526-930323) Fax (2569-198363)
J
a
l
a
n
J
a
l
a
n
J
a
l
a
SURAT KUASA KHUSUS
Nomor : RI-ADV/020-I/2020

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Lengkap : Yuanita Putri alias Yuan
Tempat Lahir : Bandung
Umur/Tanggal Lahir : 27 Tahun, 08 Januari 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Kampung Pasirlajung, RT001/RW003,
Desa Jagabaya, Kecamatan Cimaung
Jawa Barat
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan : SMA
Selanjutnya disebut sebagai Pemberi Kuasa.
Dengan ini memilih tempat kediaman hukum (domisili) pada kantor kuasanya yang tersebut
dibawah ini, dan menerangkan bahwa dengan ini memberi kuasa kepada:
SARAH TUMANGGOR, S.H,NIA 170710101046 dan MEGA PAKPAHAN, S.H,NIA
180710101245 Selaku Pengacara dan Penasihat Hukum. Berkantor pada Kantor Hukum
FIRMA Tumanggor & Patners. Alamat di Jalan Pangeran Antasri No. 14 Bandung.
Selanjutnya disebut Penerima Kuasa.
......................................................................KHUSUS................................................................
Untuk mendampingi, membela dan mengurus kepentingan hukum pemberi kuaasa selaku
TERDAKWA atas dakwaan melakukan tindak pidana penganiayaan.
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 351 ayat (2) KUHP ;
Nomor Registrasi Perkara : PDM – 91/BDG/01/2020. serta mengadakan upaya hukum
lainnya.
Untuk melakukan segala usaha dan tindakan hukum untuk dan atas nama, serta kepentingan
pemberi kuasa dalam perkara yang disangkakan/ didakwakan, mendampingi/ membela
kepentingan pemberi kuasa ditingkat Pengadilan Negeri Banjarmasin. Selanjutnya penerima
kuasa berhak membuat, menandatangani, mengajukan permohonan-permohonan, eksepsi,
duplik, nota pembelaan, dan atau memberi segala keterangan yang diperlukan, berhak pula
mengajukan bukti- bukti, minta didengar saksi- saksi atau menolak saksi-saksi yang
bersangkutan langsung atau tidak langsung dalam perkara ini, berhak mengajukan banding
pada Pengadilan Tinggi Bandung disertai memori banding, berhak mengajukan permohonan
kasasi, serta berhak memberikan bantuan lainnya sesuai dengan peraturan Perundang-
undangan sebagaimana diatur dalam Kitab Undang- undang hukum Acara Pidana.
Surat Kuasa ini diberikan dengan Hak Retensi dan Substitusi.

Bandung, 20 Maret 2020


Penerima Kuasa, ` Pemberi Kuasa,
1.

Sarah Yunita Tumanggor, S.H, Yuanita Putri

2.

Mega Pakpahan ,S.H,

2. Pembuktian dalam perkara pidana dan Point utama apa saja yang bisa ditanyakan kepada
Saksi dalam perkara pidana pada saat pembuktian
Jawab : Hukum Indonesia menganut sistem pembuktian negatif yakni menggabungkan
unsur keyakinan hakim dengan unsure pembuktian menurut undang-undang.Kedua unsur
tersebut terpenuhi ketika hakim menjatuhkan putusan bebas atau bersalah.Sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 183 KUHAP yang berbunyi :
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
Point-point utama yang bisa ditanyakan kepada saksi dalam perkara pidana pada saat
pembuktian diantaranya ;
1. Pemeriksaan saksi telebih dahulu yaitu Identitas ( nama lengkap, tempat lahir, umur
atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan )
Saksi baik dari Saksi dari Terdakwa atau Penasihat Hukumnya maupun Saksi korban
dari Penuntut Umum ataupun saksi ahli yang diajukan keduanya;
2. Pemeriksaan berkaitan dengan hubungan saksi-saksi dengan terdakwa apakah
mengenal terdakwa sebelum ia melakukan perbuatan yang menjadi dasar dakwaan
serta apakah ia memiliki hubungan keluarga sedarah atau semenda dan sampai
derajat keberapa dengan terdakwa, atau apakah ia suami atau istri dari terdakwa
meskipun sudah bercerai atau terikat hubungan kerja dengannya;
3. Hakim menanyakan kesediaan saksi-saksi untuk diminta sumpah terlebih dahulu
serta menanyakan kondisi kesehatan dari saksi sebelum memberikan keterangan
dimuka sidang;
4. Hakim dapat meminta segala keterangan kepada saksi yang dipandang perlu untuk
mendapatkan kebenaran;
5. Hakim menanyakan keterangan kepada saksi berdasarkan pada berkas BAP Penyidik
namun pertanyaannya lebih spesifik namun tidak menjebak
6. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tindak pidana sesuai dengan
pengetahuan dan kebenaran saksi pada saat melihat, mendengar atau merasakan
sendiri kejadian tersebut dan pertanyaan yang bersifat menjerat atau menjebak saksi
tidak diperkenankan;
7. Kebenaran fakta-fakta yang disampaikan saksi berkolerasi dengan alat-alat bukti
lainnya serta barang bukti dari tindak pidana yang sedang diperiksa;
3. Alat bukti dan Barang Bukti
 Alat Bukti
Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (”KUHAP”) disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah: keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Dalam sistem pembuktian hukum
acara pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya alat-alat bukti yang sah menurut
undang-undang yang dapat dipergunakan untuk pembuktian.Hal ini berarti bahwa di luar dari
ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah.
 Barang Bukti
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana memang tidak menyebutkan secara jelas tentang
apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan
mengenai apa-apa saja yang dapat disita, yaitu: 
a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh
dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
b. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
c. benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;
d. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan

Dalam Hetterziene in Landcsh Regerment (”HIR”) juga terdapat perihal barang bukti.


Dalam Pasal 42 HIR disebutkan bahwa para pegawai, pejabat atau pun orang-orang berwenang
diharuskan mencari kejahatan dan pelanggaran kemudian selanjutnya mencari dan merampas
barang-barang yang dipakai untuk melakukan suatu kejahatan serta barang-barang yang
didapatkan dari sebuah kejahatan. Penjelasan Pasal 42 HIR menyebutkan barang-barang yang
perlu di-beslag di antaranya:
a.      Barang-barang yang menjadi sasaran tindak pidana (corpora delicti)
b.      Barang-barang yang terjadi sebagai hasil dari tindak pidana (corpora delicti)
c.      Barang-barang yang dipergunakan untuk melakukan tindak pidana (instrumenta delicti)
d.   Barang-barang yang pada umumnya dapat dipergunakan untuk memberatkan atau
meringankan kesalahan terdakwa (corpora delicti)
Ciri-ciri benda yang dapat menjadi barang bukti :
a.      Merupakan objek materiil
b.      Berbicara untuk diri sendiri
c.      Sarana pembuktian yang paling bernilai dibandingkan sarana pembuktian lainnya
d.      Harus diidentifikasi dengan keterangan saksi dan keterangan terdakwa
Jadi, dari pendapat beberapa Sarjana Hukum di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut
dengan barang bukti adalah :
a. Barang yang dipergunakan untuk melakukan tindak pidana
b. Barang yang dipergunakan untuk membantu melakukan suatu tindak pidana
c. Benda yang menjadi tujuan dari dilakukannya suatu tindak pidana
d.  Benda yang dihasilkan dari suatu tindak pidana
e. Benda tersebut dapat memberikan suatu keterangan bagi penyelidikan tindak pidana
tersebut, baik berupa gambar ataupun berupa rekaman suara
f. Barang bukti yang merupakan penunjang alat bukti mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam suatu perkara pidana. Tetapi kehadiran suatu barang bukti tidak mutlak
dalam suatu perkara pidana, karena ada beberapa tindak pidana yang dalam proses
pembuktiannya tidak memerlukan barang bukti, seperti tindak pidana penghinaan secara
lisan (Pasal 310 ayat [1] KUHP)

Anda mungkin juga menyukai