Tugas Praktek Pidana Sarah Tumanggor 170710101046
Tugas Praktek Pidana Sarah Tumanggor 170710101046
Nim : 170710101046
Nomor Urut : 11
Mata Kuliah : Praktik Peradilan Pidana ( F )
Kelompok F1 B
1. Surat Kuasa Berdasarkan Kasus Posisi Kelompok 1
2.
2. Pembuktian dalam perkara pidana dan Point utama apa saja yang bisa ditanyakan kepada
Saksi dalam perkara pidana pada saat pembuktian
Jawab : Hukum Indonesia menganut sistem pembuktian negatif yakni menggabungkan
unsur keyakinan hakim dengan unsure pembuktian menurut undang-undang.Kedua unsur
tersebut terpenuhi ketika hakim menjatuhkan putusan bebas atau bersalah.Sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 183 KUHAP yang berbunyi :
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
Point-point utama yang bisa ditanyakan kepada saksi dalam perkara pidana pada saat
pembuktian diantaranya ;
1. Pemeriksaan saksi telebih dahulu yaitu Identitas ( nama lengkap, tempat lahir, umur
atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan )
Saksi baik dari Saksi dari Terdakwa atau Penasihat Hukumnya maupun Saksi korban
dari Penuntut Umum ataupun saksi ahli yang diajukan keduanya;
2. Pemeriksaan berkaitan dengan hubungan saksi-saksi dengan terdakwa apakah
mengenal terdakwa sebelum ia melakukan perbuatan yang menjadi dasar dakwaan
serta apakah ia memiliki hubungan keluarga sedarah atau semenda dan sampai
derajat keberapa dengan terdakwa, atau apakah ia suami atau istri dari terdakwa
meskipun sudah bercerai atau terikat hubungan kerja dengannya;
3. Hakim menanyakan kesediaan saksi-saksi untuk diminta sumpah terlebih dahulu
serta menanyakan kondisi kesehatan dari saksi sebelum memberikan keterangan
dimuka sidang;
4. Hakim dapat meminta segala keterangan kepada saksi yang dipandang perlu untuk
mendapatkan kebenaran;
5. Hakim menanyakan keterangan kepada saksi berdasarkan pada berkas BAP Penyidik
namun pertanyaannya lebih spesifik namun tidak menjebak
6. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tindak pidana sesuai dengan
pengetahuan dan kebenaran saksi pada saat melihat, mendengar atau merasakan
sendiri kejadian tersebut dan pertanyaan yang bersifat menjerat atau menjebak saksi
tidak diperkenankan;
7. Kebenaran fakta-fakta yang disampaikan saksi berkolerasi dengan alat-alat bukti
lainnya serta barang bukti dari tindak pidana yang sedang diperiksa;
3. Alat bukti dan Barang Bukti
Alat Bukti
Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (”KUHAP”) disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah: keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Dalam sistem pembuktian hukum
acara pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya alat-alat bukti yang sah menurut
undang-undang yang dapat dipergunakan untuk pembuktian.Hal ini berarti bahwa di luar dari
ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah.
Barang Bukti
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana memang tidak menyebutkan secara jelas tentang
apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan
mengenai apa-apa saja yang dapat disita, yaitu:
a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh
dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
b. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
c. benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;
d. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan