Anda di halaman 1dari 5

Pandangan Alquran terhadap ilmu pengetahuan

Alquran sebagai kitab yang memberikan petunjuk kepada manusia untuk kebahagiaan
hidupnya dunia dan akhirat berhubungan dengan ilmu pengetahuan adalah mendorong manusia
seluruhnya untuk menggunakan akal pikiran serta menambah ilmu pengetahuan sebisa mungkin
dengan cara menjadikan observasi atas alam semesta sebagai alat untuk percaya kepada setiap
penemuan baru atau teori ilmiah untuk dicarikan dalilnya di dalam Alquran serta untuk
dibenarkan atau dibantahnya. Dengan demikian pandangan Alquran terhadap ilmu pengetahuan
bukan berarti ditunjukkan untuk melihat tentang banyaknya atau ada tidak adanya teori-teori
ilmu pengetahuan di dalam Alquran, melainkan untuk melihat Adakah ayat-ayat Alquran yang
bertentangan dengan berbagai temuan ilmu pengetahuan, serta dengan melihat Adakah Alquran
memberi dorongan spiritual, arahan, bimbingan, dan pedoman bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Dengan kata lain, melihat hubungan Alquran dengan ilmu pengetahuan, bukan
dilihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan melainkan dilihat dari adakah spirit Alquran
dalam mendorong perkembangan ilmu pengetahuan.

Hal ini penting untuk dipahami karena dalam keadaan realita masih terdapat beberapa pandangan
simpang-siur tentang pandangan Alquran terhadap ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut :

Pertama, terdapat pandangan bahwa di dalam Alquran sudah tercakup semua teori ilmu
pengetahuan. Teori gravitasi bumi, relativisme, anatomi, fisika, kimia, biologi, ilmu sosial,
psikologi, politik, ekonomi, teori budaya, dan lain sebagainya, dianggap sudah ada di dalam
Alquran.

Kedua, terdapat pandangan bahwa antara perkembangan ilmu pengetahuan dan Alquran
tidak ada hubungannya sama sekali. Ilmu pengetahuan berdasarkan hasil panca indra dan akal
pikiran terhadap fenomena alam dan fenomena sosial sedangkan Alquran berdasarkan Wahyu
dari Allah SWT. Dengan demikian antara agama dan ilmu pengetahuan tidak ada hubungannya.
Oleh sebab itu umat islam tidak usah ragu-ragu menerima ilmu pengetahuan dari manapun
karena tidak ada hubungannya dengan agama. Pendapat yang demikian berakibat terjadinya
sikap sekularisme dalam Islam.

Ketiga, terdapat pandangan bahwa di dalam Alquran terdapat isyarat-isyarat, petunjuk,


dan dorongan dari ayat-ayat Alquran yang memerintahkan seluruh umat manusia untuk
mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan demikian yang diperlukan bukan
dilihat dari banyaknya berbagai teori dalam Alquran tetapi dari segi spiritnya atau dorongannya.
Dengan cara demikian maka setiap orang akan mengkaji Alquran dengan sungguh-sungguh dan
akan menghasilkan berbagai temuan ilmiah. Namun demikian temuan-temuan tersebut akan
tidak dimutlakkan dan tidak dianggap sebagai satu-satunya kebenaran melainkan dianggap
sebagai sebuah temuan yang bersifat temporer dan masih dapat diperbaharui.

Keempat, pandangan Alquran dan hadis terhadap ilmu pengetahuan lebih lanjut dapat
dilihat dari segi nama, sifat, karakteristik, kandungan, keistimewaan, asal usul, proses turun, dan
lainnya dari Al Quran sebagai berikut. Dari segi namanya Alquran atau Alkitab sudah memberi
inspirasi tentang perlunya mengembangkan ilmu pengetahuan.

Kelima, dari segi kedudukannya alquran merupakan bukti atau hujjah tentang kerasulan
nabi Muhammad SAW dan bukti ke mukjizatanya.

Keenam, Alquran memiliki pandangan tersendiri tentang ilmu pengetahuan yang berbeda
dengan pandangan barat tentang ilmu pengetahuan.

Ketujuh bahwa apabila seseorang mengakui alquran akan mempunyai pandangan tertentu
terhadap kehidupan di dunia ini dan tidak ada alasan untuk meragukan bukti ini. Untuk itu adalah
merupakan kewajiban untuk menerima fakta yang lain berdasarkan fakta tersebut, yakni bahwa
alquran menyodorkan kepada manusia tentang asas-asas dan petunjuk tertentu.

Kedelapan,dengan sifat dan karakter keilmuan yang demikian alquran telah


mengeluarkan umat penggembala kambing menjadi umat yang berbudaya mampu memegang
kunci sejarah. mampu memimpin dunia dan terpandang di mata bangsa lain.

Kesembilan, tanpa argumentasi-argumentasi teologi siapa pun harus mengalah dan


mengakui bahwa alquran telah membuktikan diri sebagai sesuatu yang mampu menciptakan
peradaban dan tradisi menulis yang sangat tinggi. dari alquran berbagai produk dan karya telah
memenuhi jutaan rak di berbagai perpustakaan. semua ini muncul karena adanya kebenaran dan
keyakinan bahwa alquran adalah kalam allah serta menjadi kitab suci umat islam (Nata,
Abuddin. 2018).
Di zaman sekarang, bila kita amati banyak orang yang mencoba menafsirkan beberapa
ayat al-Qur’an dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan modern. Tujuan utamanya adalah
untuk menunjukkan mukjizat al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu, dan untuk menumbuhkan
rasa bangga kaum muslimin karena telah memiliki kitab yang sempurna ini. Tetapi, pandangan
yang menganggap bahwa al-Qur’an sebagai sebuah sumber seluruh ilmu pengetahuan ini
bukanlah sesuatu yang baru, sebab kita mendapati banyak ulamak besar kaum muslim terdahulu
pun berpandangan demikian. Diantaranya adalah Imam al-Ghazali. Dalam bukunya Ihya ‘Ulum
al-Din, beliau mengutip kata-kata Ibnu Mas’ud: “Jika seseorang ingin memiliki pengetahuan
masa lampau dan pengetahuan modern, selayaknya dia merenungkan al-Qur’an”. Selanjutnya
beliau menambahkan: “Ringkasnya, seluruh ilmu tercakup di dalam karya-karya dan sifat-sifat
Allah, dan al-Qur’an adalah penjelasan esensi, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada batasan
terhadap ilmu-ilmu ini, dan di dalam al-Qur’an terdapat indikasi pertemuannya (al-Qur’an dan
ilmu-ilmu)”. Bahkan pada sebuah sumber yang dikutip oleh penulis, dijelaskan bahwa mukjizat
Islam yang paling utama ialah hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Surah pertama (al-Alaq,
ayat 1-5) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ialah nilai tauhid, keutamaan
pendidikan, dan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diberikan penekanan yang
mendalam. Firman Allah SWT (Al-alaq 1- 5): Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Kata “bacalah” dalam ayat tersebut mengandung arti tentang perintah menuntut ilmu,
apalagi pada saat itu (awal kenabian), bangsa Arab sedang berada pada zaman jahiliyah
(kebodohan). Jika sains dikaitkan dengan fenomena alam, maka dalam al-Qur’an lebih dari 750
ayat menjelaskan tentang fenomena alam. Salah satunya adalah pada Surah Luqman, ayat 10.
Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-
gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air hujan
dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” Dalam
ayat tersebut, menjelaskan tentang betapa besarnya kekuasaan Allah SWT. dalam menciptakan
mahluk-mahlukNya. Tidak berhenti sampai disitu, kita juga diperintahkan untuk mempelajarinya
(mahluk). Hal ini telah banyak dilakukan oleh orang (ilmuwan) Barat, dan malah kebanyakan
dari kita hanya mengikuti apa yang mereka katakan. Padahal, kita sebagai hamba-Nya
seharusnya memiliki keharusan yang lebih besar dari pada mereka. Karena bila diamati, tidak
sedikit dari pandangan mereka melenceng dari ajaran agama Islam. Bila kita hanya mengikuti
mereka, dikhawatirkan kita akan terjerumus kedalam jalan kesesatan bersama mereka. Seperti
contoh, pandangan Darwin tentang teori evolusi yang menyebutkan bahwa manusia zaman
dahulu memiliki bentuk fisik menyerupai kera, itu merupakan pendapat yang tidak sesuai dengan
al-Qur’an. Karena secara jelas, manusia pertama yang diciptakan Allah adalah Nabi Adam AS.
Mempelajari ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan (sains) merupakan hal yang
sangat sulit, maka dari itu, Islam sangat memuliakan para ahli ilmu, sehingga dalam Surah al-
Mujadilah ayat 11, derajat mereka diangkat oleh Allah SWT. Artinya : "......... niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dalam
potongan ayat tersebut, Allah menjajarkan iman dengan ilmu. Disinilah terlihat betapa
pentingnya ilmu, karena orang yang beriman tanpa memiliki ilmu maka segala ibadahnya akan
ditolak. Sedangkan sebaliknya, orang berilmu tanpa beriman, maka ilmunya dapat
menyesatkannya menuju jalan yang dilarang dan dilaknatNya. Karena sudah jelas, al-Qur’an
membahas banyak Ilmu, antara lain ilmu yang berhubungan dengan kemasyarakatan yang
memberi pedoman dan petunjuk berkaitan dengan perundang-undangan tentang halal dan
haramnya suatu aktiviti, peradaban, muamalat antara manusia dalam bidang ekonomi,
perniagaan, sosiobudaya, peperangan dan perhubungan antar bangsa. Juga terdapat maklumat
ataupun isyarat (hint-suggestions) tentang perkaraperkara yang telah menjadi tumpuan kajian
sains, misalnya, sidik jari sebagai tanda pengenal, penciptaan bumi dan langit, dan lain-lain. Dari
sini, maka pantaslah kalau di zaman ini banyak ilmuwan (ilmuwan Barat khususnya) yang
berusaha mempelajari al-Qur’an demi memahami suatu kajian sains. Tapi, sebagai umat Muslim
jangan sampai kalah dengan mereka, sehingga peradaban Islam dapat bangkit kembali. Ketika
peradaban Islam mulai bangkit, maka kemungkinan besar dunia dapat dikuasai oleh Islam,
sehingga konsep Islam sebagai agama yang “Rahmatan lil-‘Alamin” (kesejahteraan bagi seluruh
dunia) dapat terwujud secara nyata (Iryani, Eva. 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Iryani, Eva. 2017. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.
Vol. 17. No. 3.

Nata, Abuddin. 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Prenadamedia Group

Anda mungkin juga menyukai