Anda di halaman 1dari 27

SATUHAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG
KEBUTUHAN PENDIDIKAN KLIEN DI MASYARAKAT
Disampaikan Pada Penyuluhan Kesehatan di Kecamatan Kuranji Padang

KELOMPOK 5 :
IBNU HIDAYAT (193310783)

FARHANA ELVI (193310780)

NURUL AULIA RAHMA (193310790)

RATU FEDILA YONITA (193310794)

WAHYU RAHIMI ZARTI (193310803)

ZAKIYATUZ ZHUHRAH (193310806)

ZULHUDA (193310808)

DOSEN PEMBIMBING : H. Sunardi, SKM. M. Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Kebutuhan Pendidikan Klien di Masyarakat


Waktu Pertemuan : 50 Menit
Tanggal : 9 April 2020
Sasaran : Masyarakat Kec. Kuranji Padang
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Persentator : Ibnu Hidayat

TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Agar dapat membantu klien dan merobah pengetahuan serta perilakunya dalam
bermasyarakat

1. TUHUAN INSTRUKSIONAL KUSUS

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan masyarakat mampu :


a. Memahami dan mengetahui definisi dan jenis-jenis pemnelajaran
b. Mengetahui tentang domain belajar setra kedudukan klien sebagai peserta
didik
c. Mengerti dan memahami proses komunikasi dan kebutuhan pendidikan
kesehatan klien
d. Memahami tujuan pendidikan kesehatan,metode,teknik serta straregi
pengajaran
e. Mengetahui macam-macam media pengajaran dan evaluasi pendidikan
kesehatan

SUB POKOK BAHASAN


1. Definisi dan jenis-jenis pembelajaran
2. Domain belajar dan kedudukan klien sebagai peserta didik
3. Komunikasi dalam proses pemelajaran klien dan kebutuhan pendidikan
kesehatan klien
4. Tujuan , metode ,teknik serta strategi kebutuhan pemelajaran kesehatan
5. Media yang di gunakan dalam pemelajaran dan evaluasi pendidikan
kesehatan klien

2
KEGIATAN PENYULUHAN
N WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
o

1 10 Menit PEMBUKAAN
 Menjawab

 Mengucapkan salam
 Mengemungkakan

 Memperkenalkan diri pendapat

 Apresepsi
 Mendengarkan dan

 Menjelakan tujuan memperhatikan

2 25 Menit KEGIATAN INTI

 Menjelaskan definisi dan  Mendengarkan

jenis-jenis pemelajaran  Mendwngarkan

 Menjelaskan tentang  Mengajukan pertanyaan

domain belajar dan posisi  Memberi pendapat

klien sebagai peserta didik


 Memerhatikan

 Menjelaskan proses
berkomunikasi dan
kebutuhan pendidikan
kesehatan klien

 Menjelaskan tujuan dari


pendidikan kesehatan
klien, teknik,metode serta
strategi pengajaran

 Menjelaskan media
pengajaran dan evaluasi
pendidikan kesehatan

3 15 Menit PENUTUP

 Membuat kesimpulan  Bersama-sama


menyimpulkan
bersama peserta

 Mengevaluasi  Menjawab pertanyaan

 Melakukan terminasi  Mendengarkan

 Memberikan salam  Menjawab salam

penutup

Metode

3
1. Ceramah

2. TanyaJawab

Kebutuhan Pendidikan klien di Masyarakat

I. Pendahuluan
Belajar menjadi aktivitas manusia disepanjang rentang kehidupan.Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk mendapatkan pendidikan dalam segala hal agar terjadi perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-

pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Pengalaman merupakan proses belajar sepanjang hidup yang tidak diajarkan

selama jenjang pendidikan. Pendidikan atau edukasi adalah kegiatan untuk menambahkan pengetahuan seseorang melalui

instruksi atau teknik praktik belajar dengan tujuan memberi dorongan terhadap pengarahan diri ke arah yang lebih baik,

serta aktif memberikan informasi terkait dan terbaru.Pendidikan ini bertujuan untuk mengubah pemahaman individu

terhadap suatu hal sehingga individu memandang hal tersebut dengan lebih bermakna.

Pendidikan atau edukasi pasien adalah bagian utama dari praktek semua kesehatan profesional.Pendidikan kesehatan

merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai

perawat pendidik. Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu hal yang penting di

dalam dunia kesehatan.Mengajarkan pasien untuk selalu melakukan hidup sehat tentunya harus dilakukan oleh seorang

perawat kepada kliennya.

Seorang perawat sangat berperan sebagai pengajar dengan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup sehat

individu melalui pengaplikasian pengetahuan tentang kesehatan, proses perubahan, teori belajar dan mengajar, dan proses

4
keperawatan serta proses mengajar. Akan tetapi, disisi lain perawat juga harus tetap senantiasa belajar agar ilmu dan

keterampilan yang dimiliki senantiasa dapat berkembang.

II. Pengertian
A. Definisi, Prinsip dan Metode Belajar
Belajar menurut menurut KBBI adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Selain itu, belajar adalah proses asimilasi informasi baru yang

meningkatkan sebuah perubahan tetap dalam perilaku (Allender, Rector, & Warner, 2014). Konsep belajar merupakan

akar dari pemikiran peserta didik, dimana nantinya yang akan menimbulkan umpan balik saat kegiatan belajar. Kegiatan

belajar memiliki tujuan yaitu menumbuhkan sifat-sifat positif dari peserta didik, contohnya peserta didik memiliki

karakter yang penyayang sehingga membuat sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang-orang disekitarnya

(Prashnig, 2007).

Prinsip belajar merupakan fokus dari kegiatan pembelajaran khususnya pada aktifitas peserta didik di semua jenjang

pendidikan, misalnya dengan menggunakan demonstrasi, tugas PR, dan kuis (Hackathorn, 2011). Dalam proses tersebut

Raymond membagi beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor

pendekatan belajar. Faktor internal merupakan faktor dari dalam peserta didik sendiri, seperti kondisi fisik dan psikis

peserta didik.Faktor external merupakan faktor yang muncul dari lingkungan peserta didik, seperti kondisi kenyamanan

tempat belajar yang digunakan. Faktor pendekatan belajar merupakan cara yang digunakan peserta didik untuk

mempelajari suatu mata ajar, seperti penggunaan metode konsep akar pohon untuk mata ajar dengan materi yang saling

berkaitan dan menggunakan pengalaman sebagai pembelajaran kedepan yang lebih baik (Prashnig, 2007).

Metode belajar membantu pengajar memberikan arahan sehingga mendapatkan efektifitas dalam proses kegiatan belajar.

Simamora (2008) mengemukakan ke-7 metode belajar tersebut di antaranya yaitu : 1) Metode penglihatan, dimana

peserta didik memahami suatu mata ajar dengan menggunakan gambar, bentuk, animasi atau video, 2) Metode

mendengar, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan mengingat intruksi verbal baik dari pendidik atau

orang-orang di sekitarnya, 3) Metode bergerak, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan mendengar

ataupun melihat disertai gerakan-gerakan kecil seperti mengetuk-ngetuk pensil ke meja atau berfikir sambil berjalan

kesana-kemari, 4) Metode taktil (sentuhan), dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan menyentuh, meraba

atau membuat gamabaran sendiri di pemikirannya seperti dalam pelajaran anatomi fisiologi, pelajar lebih cepat

menangkap ilmu ketika memegang langsung alat peraga dibanding membaca buku. 5) Metode penciuman, dimana

peserta didik memahami suatu mata ajar dengan menggunakan indera hidung, 6) Metode pengecap, dimana peserta didik

5
memahami suatu mata ajar dengan bantuan lidah , dan 7) Metode kombinasi, dimana peserta didik memahami suatu mata

ajar dengan mengandalkan lebih dari satu indera.

B. Teori Belajar
Teori belajar sudah berkembang selama beberapa dekade, dan teori ini biasanya familiar bagi para perawat (Lundy &

Janes, 2016). Menurut Kozier dalam Berman, Snyder, & Frandsen (2016), ada tiga kerangka yang mendasari teori

belajar, yaitu:

Perilaku (behaviorism)
1.
Menurut Thorndike, teori perilaku adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang

merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat

indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,

perasaan atau gerakan/tindakan.(Kozier et al., 2015). Sementara itu, Skinner mengungkapkan teori ini adalah operant

conditioning yaitu bentuk pembelajaran dimana hukuman yang diberikan atas perilaku memungkinkan perubahan dari

perilaku tersebut. Skinner menganggap hukuman itu semata-mata hanya memperkuat respons.Menurut Skinner unsur

yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).(Kozier et al., 2015).

Perawat dalam hal ini harus memberikan waktu latihan yang cukup untuk pengujian langsung dan berulang serta

melakukan demonstrasi bersama, memberikan kesempatan kepada pelajar untuk memecahkan masalah, memuji pelajar

atas perilaku yang benar dan memberikan umpan balik positif pada pengalaman belajar secara keseluruhan.

Kognitif (cognitivism)
2.
Merupakan proses belajar yang sebagian besar melibatkan proses berpikir atau pembentukan mental serta intelektual.

Pelajar menyusun dan memproses informasi sebaik-baiknya sehingga terbentuk suatu pengetahuan. Proses belajar

kognitif terdiri atas 3 tahapan yaitu: 1) Asimilasi, merupakan proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif

pada benak mahasiswa, 2) Akomodasi, merupakan penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru, dan 3)

Ekuilibrasi, merupakan penyesuain kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. (Nursalam & Effendi, 2008).

Perawat yang menerapkan teori kognitif ini akan berupaya untuk menyediakan lingkungan sosial, emosional, dan fisik

yang kondusif untuk belajar, mendorong hubungan antara pengajar dengan pelajar yang positif, memilih strategi

pengajaran multiindrawi karena persepsi dipengaruhi oleh indera, menargetkan gaya belajar yang berbeda pada setiap

karakteristik individu yang berbeda, menilai perkembangan dan penerimaan seseorang untuk belajar dan beradaptasi pada

strategi pengajaran sesuai tingkat perkembangan pelajar.

6
Kemanusiaan (humanism)
3.
Teori ini berfokus pada kedua kualitas kognitif dan afektif pelajar.Pengemuka teori ini salah satunya adalah Abraham

Maslow dan Carl Rogers.Menurut teori ini, belajar diyakini sebagai motivasi diri, inisiasi diri, dan evaluasi diri.Pelajar

mengidentifikasi kebutuhan belajar dan mengambil inisiatif sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Teori ini

digunakan perawat agar berfokus pada perasaan dan sikap pelajar mengenai pentingnya seseorang mengidentifikasi

kebutuhan belajar dan mengambil tanggung jawab untuk dirinya sendiri, dan pada motivasi diri pelajar untuk bekerja ke

arah kemandirian dan secara independen.

Perawat yang menerapkan teori ini akan memberi empati dalam berkomunikasi antara perawat (pengajar) dengan klien

(pelajar), mendorong klien untuk menetapkan tujuan dan menerapkan pembelajaran mandiri, melayaninya sebagai

fasilitator, mentor, atau sumber daya untuk klien, dan memaparkan informasi yang baru dan relevan kepada klien dan

mengajukan pertanyaan yang tepat untuk mendorong pelajar untuk mencari jawaban.

C. Definisi, Konsep, dan Metode Mengajar


Definisi mengajar menurut Arifin (1978) dalam Simamora (2009) ialah suatu rangkaian kegiatan penyampaian materi

pelajaran kepada peserta didik agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran

tersebut. Sementara menurut Tyson dan Caroll (1970) mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal

balik antara peserta didik dan pengajar yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Hal ini menggambarkan bahwa

mengajar sama seperti suatu kegiatan dimana seseorang mampu mengatur, mengontrol, dan mengorganisasi

lingkungannya untuk tetap kondusif seiring dengan peserta didik menangkap ilmu dan menerapkan keterampilannya

sementara pengajar memberikan umpan balik sehingga tercipta proses belajar yang baik.

Menurut Biggs (1991), seorang pakar psikologi dalam Buku ajar pendidikan dalam keperawatan (2009) konsep mengajar

dibagi menjadi tiga macam pengertian, yaitu:

1) Pengertian kuantitatif,disebut juga penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai
pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah

berhasil atau tidaknya siswa menangkap apa yang diajarkan, bukan seluruhnya menjadi tanggung

jawab pengajar.

2) Pengertian institusional,yaitu penataan segala kemampuan mengajar agar berlangsung efisien. Dalam
hal ini guru dituntut untuk siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang

memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.

7
3) Pengertian kualitatif,dimana pengajar berupaya mendorong siswa mencari makna dan pemahamannya
sendiri dalam proses belajar, dalam arti siswa diajak lebih terbuka dalam mengeksplorasi idenya

sementara pengajar hanya sebagai fasilitator.

Simamora (2009) juga memaparkan metode pengajaran yang seringkali digunakan oleh para pengajar, di antaranya

yaitu :

Metode ceramah, dimana informasi disampaikan pasif secara lisan. Namun, merupakan metode paling efektif,
1.
praktis dan ekonomis untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.

Metode diskusi, dimana pembelajaran berkaitan dengan pemecahan masalah yang bertujuan mendorong peserta
2.
didik berpikir kritis, bebas menyuarakan pendapat, menyumbang buah pikirnya memecahkan masalah dan

membuat alternatif solusi dengan pertimbangan yang cermat.

Metode demonstrasi, dimana pengajaran dilakukan dengan bantuan alat peraga, kejadian, aturan atau urutan
3.
kegiatan. Sehingga membuat peserta didik lebih terpusat, terarah dan tertanam ingatannya akan materi ajar

tersebut.

Metode resitasi, dimana peserta didik diharuskan membuat resume selama berlangsungnya pembelajaran
4.
menggunakan kalimatnya sendiri, yang membuatnya dapat mengingat materi ajar lebih lama.

Metode eksperimental, dimana peserta didik dalam kelompok atau individu dilatih melakukan proses, praktik
5.
atau percobaan.

Metode study tour, dimana peserta didik diajak belajar di luar arena kelas dengan mengunjungi objek guna
6.
memperluas wawasan sembari membuat laporan hasil kunjungan tersebut.

Metode drill (latihan keterampilan), dimana peserta didik diajak langsung ke tempat latihan untuk melihat
7.
proses tujuan, fungsi, guna dan manfaatnya, diharapkan dapat membentuk kebiasaan yang akan terpola dalam

dirinya.

Metode pengajaran teman sejawat, dimana satu dengan yang lain saling bertukar wawasan.
8.

D. Teori Mengajar
Kegiatan mengajar dilandasi oleh tiga teori yang perlu diperhatikan agar kegiatan berlangsung dengan baik, di antaranta

yaitu:

8
Teori mengajar yang pertama yaitu teaching as telling or transmission. Kegiatan mengajar adalah proses
1.
menyampaikan atau mentransmisikan suatu topik kepada pendengar yang berfokus pada tindakan yang akan

dilakukan pengajar kepada individu dengan cara tertentu (FIP-UPI, 2007).

Teori mengajar yang kedua yaitu teaching as organizing student activity. Teori ini menjelaskan bahwa pada
2.
hakikatnya kegiatan mengajar berperan dalam mengorganisasikan berbagai kegiatan pelajar yang mengatur

agar seluruh kegiatan yang dilakukan pelajar menjadi sebuah pengalaman belajar bagi dirinya (FIP-UPI, 2007).

Teori mengajar yang ketiga yaitu teaching as making learning possible. Teori ini menerangkan bahwa belajar
3.
dan mengajar merupakan dua hal seperti kedua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Teori ini berisi

gabungan berbagai aspek pembelajaran antar pihak yang melakukan kegiatan belajar-mengajar (FIP-UPI,

2007).

E. Proses Belajar Mengajar dalam Keperawatan


Proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan oleh perawat saja, namun juga dilakukan oleh perawat dan klien.

Menurut Chow et al., 1984 dalam buku “Perawat sebagai pendidik, Proses pengajaran dan pembelajaran: perawat selalu

mendidik pihak lain-pasien, keluarga, dan kolega, dan dari sinilah perawat kemudian memperluas praktik mereka

sehingga mencakup konsep kesehatan dan penyakit yang lebih luas (Bastable, 2002).

Proses pendidikan adalah serangkaian tindakan yang sistematik, berurutan, dan terencana terdiri dari dua

operasi utama yang interdependen, pengajaran dan pembelajaran, yang memebentuk siklus tanpa terputus. Proses ini juga

melibatkan dua pemain yang inter-independen, yaitu pengajar dan pendididk. Mereka melakukan kegiatan belajar secara

bersama- sama dengan hasil perubahan prilaku yang dikehendaki oleh kedua belah pihak yang mendorong pertumbuhan

peserta didik dan mendorong (Bastable, 2002).

Pada proses pendidikan, sama halnya dengan proses keperawatan yang mengawalinya dari pengkajian hingga evaluasi.

Proses pendidikan mengidentifikasi materi dan metode instruksi berdasarkan pengkajian dan penentuan prioritas

kebutuhan pembelajaran, kesiapan untuk belajar, kesiapan untuk belajarbelajar, dan gaya belajar klien. Jika sasaran tidak

tercpai, seperti yang diputuskan melalui evaluasi, maka proses pendidikan harus dimulai kembali dengan pengkajian

ulang (Bastable, 2002).

9
Menurut Smith dan Bell, upaya perawat sebagai pendidik keberhasilannya diukur bukan berapa banya meteri yang

disajikan, tetapi berdasarkan berapa banyak yang dipelajari orang tersebut. Pendidikan pasien merupakan suatu proses

untuk membantu orang mempelajari perilaku yang berkaitan dengan kesehatan sehingga dapat diterapkan di dalam

kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesehtana yang optimum dan kemandirian dalam perawatan diri. Pendidikan staf

merupakan proses untuk mempengaruhi perilaku perawat dengan melakukan perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai,

dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan kompetendsi mereka (Bastable, 2002).

Komunikasi dalam Proses Pembelajaran Klien dan Kebutuhan Pendidikan Kesehatan Klien
2.1
A. Komunikasi dalam proses pembelajaran kesehatan kepada keluarga dan masyarakat.
Keluarga dan kesehatan saling berhubungan satu sama lain. Komunikasi keluarga dapat mempengaruhi

kesehatan dan kesehatan dipengaruhi oleh interaksi keluarga . Interaksi keluarga akan
[ CITATION Ter14 \l 1057 ]
membentuk tingkah laku, strategi, dan proses serta pola komunikasi keluarga dalam merespon informasi kesehatan.

Komunikasi keluarga memiliki kekuatan dalam mengubah dan mengendalikan perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan. Ketika berkomunikasi, persepsi, asumsi, dan interpretasi sangat penting dalam proses pembelajaran.

Penggunaan perilaku verbal dan nonverbal pada komunikasi menjadi hal yang krusial .
[ CITATION Sch10 \l 1057 ]

Masyarakat memerlukan edukasi mengenai kesehatan agar tercapai kesejahteraan kesehatan. Edukasi kesehatan

dapat disampaikan melalui komunikasi kesehatan. Komunikasi yang dapat digunakan yaitu komunikasi massa.

10
Pembelajaran melalui komunikasi massa menggunakan media massa, seperti tv, radio, dan media cetak dalam

penyampaian informasi kesehatannya . Edukasi kesehatan dalam masyarakat juga


[ CITATION Mau091 \l 1057 ]
dapat dilakukan oleh seorang komunikator yang berkompeten untuk berbicara di depan masyarakat dan mampu

membayangkan dirinya ketika berbicara di depan masyarakat. Hal ini dapat disebut sebagai kemampuan khusus

.
[ CITATION Mau091 \l 1057 ]

B. Komunikasi dalam proses pembelajaran kesehatan kepada individu


Perawat dapat mengajari pasien setiap kali adanya pertemuan.Misalnya, klien bisa mendapatkan pembelajaran tentang

mengatasi luka ketika pakaiannya diganti oleh perawat .Komunikasi yang terjalin
[CITATION Ber124 \l 1033 ]
antarindividu disebut komunikasi interpersonal. Keefektifan dari komunikasi interpersonal ini ditentukan dalam tiga hal,

yaitu empati, respect terhadap perasaan dan sikap orang lain atau klien, dan jujur dalam menanggapi pertanyaan

.
[ CITATION Her07 \l 1033 ]

Untuk berkomunikasi diproses pembelajaran sebaiknya gunakan bahasa yang sederhana dan proses komunikasi yang

jelas. Ada tiga komponen yang dapat klien tanyakan kepada tenaga kesehatan, antara lain
[ CITATION Ber124 \l 1033
:
]

Apa masalah utama saya?


a.
Apa yang harus saya lakukan?
b.
Mengapa penting jika saya melakukan ini?
c.
Teknik yang dapat digunakan dalam proses komunikasi, sesuai dengan The Joint Commission (2007, p. 8) ialah:

Gunakan Bahasa yang sederhana


a.
Gunakan teknik “teach back” dan “show back”
b.
Informasi yang terbatas dijangka waktu tertentu
c.
Gunakan media (gambar atau model)
d.
Komponen yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi pada proses pembelajaran individu berdasarkan tingkatan usia

:
[ CITATION Ber124 \l 1033 ]

Lansia
a.

 Tentukan hasil yang dapat dijangkau

11
 Jika ada media tertentu gunakan ukuran yang besar dan jelas

 Tambahkan waktu untuk mengajar

 Materi perlu disiapkan terlebih dahulu

 Pastikan bahwa tidak ada distraks

 Ulangi informasi

 Gunakan contoh yang dapat disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari

 Sadar terhadap menurunnya sensori klien

 Buat klien nyaman

anak usia 3-5 tahun (preschool-children)


b.

 Berhati-hati dalam memilih kata

 Biarkan anak brmain dengan boneka atau mainan lainnya untuk belajar tentang bagian tubuh

 Berikan pujian dan motivasi untuk belajar

anak usia 6-11 tahun (middle and late childhood)


c.

 Mereka sudah mampu untuk berpikir logis

 Memiliki rasa ingin untuk aktif dalam proses embelajaran

 Sudah mendapat pendidikan kesehatan di sekolah oleh perawat sekolah.

remaja usia 12-19 tahun (adolescent),


d.

 Harus memilki teman sekelompok, sahabar, dan teman yang selalu mensupport

 Mengembangkan rasa saling menghargai dan saling percaya untuk berhubungan dengan mereka

Agar proses pembelajaran klien mencapai hasil yang diinginkan, komunikasi yang efektif harus ditingkatkan, ada istilah

SOLER yang menjadi panduan perawat untuk aktif mendengarkan klien, yaitu :
[ CITATION Jan14 \l 1033 ]

Duduk berhadapan dengan klien


a.

12
Menggunakan pertanyaan terbuka
b.
Mendengarkan dengan simak
c.
Kontak mata, jika pasien bersedia
d.
Refleksi
e.
Ada beberapa tips dan trik untuk mendengarkan aktif, antara lain :
[ CITATION Jan14 \l 1033 ]

Empati, “itu pasti sangat sulit..”


a.
Parafrase, membuktikan bahwa perawat mendengarkan
b.
Menyimpulkan, “jadi seperti…?”
c.
Refleksi
d.
Klarifikasi dan menyelidiki, “apa yang terjadi jika kamu..? kamu mau bicarakan itu tidak?”
e.

Tahap Komunikasi pada Proses Pembelajaran Klien


II.2
Terdapat 4 tahapan komunikasi dalam pendidikan kesehatan kepada klien ,
[ CITATION Her07 \l 1033 ]
antara lain:

Tahap Sensitisasi
a.
Tahap sensitisasi ialah tahap yang digunakan untuk memberikan informasi guna menumbuhkan kesadaran pada

masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan.

Tahap Publisitas
b.
Tahap ini merupakan kelanjutan tahap sensitisasi yang bertujuan menjelaskan lebih lanjut jenis pelayanan kesehatan

difasilitas pelayanan kesehatan.

Tahap Edukasi
c.
Tahap ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan dan mengarahkan perilakuyang diinginkan oleh

kegiatan tersebut.

Tahap Motivasi
d.

13
Pada tahap ini pendidikan kesehatan yang telah diterima oleh masyarakat/individu, benar-benar dapat mengubah perilaku

sehari-harinya sesuai dengan perilaku yang dianjurkan dalam pendidikan kesehatan sebelumnya.

Hambatan pada proses pembelajaran klien


II.3
Hambatan bisa muncul dari pihak perawat dan klien . Berikut ialah hambatan yang
[ CITATION Bas02 \l 1033 ]
berasal dari perawat, antara lain:

 perawat tidak siap memberikan pendidikan kesehatan.

 Pendidikan yang kurang memadai

 kurang distandarisasikan dan kurang jelasnya materi pendidikan, delegasi, pendokumentasian

Dalam melakukan praktik keperawatan, sangat penting sekali untuk mendokumentasikan intervensi apa saja yang

diberikan. Hal tersbut dapat menjadi alat advokasi perawat.Sedangkan hambatan pendidikan kesehatan dari pasien antara

lain:

tingkat pendidikan yang rendah


a.
karakter pribadi peserta didik
b.
efek hoptalisasi
c.
stres akibat penyakit
d.
ansietas
e.
menurunnya fungsi tubuh (pancaindra)
f.
kurangnya waktu untuk belajar
g.
kompleksitas target yang harus dicapai
h.
ketidaknyamanan
i.
fragmentasi
j.
ketidakmanusiawian sistem perawatan yang sering menyebabkan frustasi
k.
ketidakpedulian
l.

14
Pentingnya pendidikan kesehatan
III.
Pendidikan kesehatan sangatlah penting untuk mengatasi masalah kesehatan.Masalah kesehatan di

negara berkembang pada prinsipnya terjadi karena dua aspek, yaitu aspek fisik dan nonfisik 
[ CITATION Her07 \l
.Dalam melakukan pendekatan guna mengatasi masalah kesehatan diperlukan pengetahuan dan kesadaran
1033 ]
masyarakat sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan harapan.Pendidikan kesehatan berusaha membantu individu

dalam mengontrol kesehatannya sendiri dengan mempengaruhi, memungkinkan, menguatkan keputusan atau tindakan

yang sesuai dengan tujuan individu tersebut.Pentingnya pendidikan kesehatan juga dapat dilihat dari tujuan pendidikan

kesehatan  , diantaranya adalah menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di


[ CITATION Her07 \l 1033 ]
masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri ataupun kelompok untuk mencapai hidup sehat dan

mengurangi angka kematian.

15
Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Efektif dalam Pendidikankesehatan
IV.
Menurut Supartini (2004) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komunikasi menjadi efektif.:

1) situasiatau suasana yang hiruk pikuk atau peuh dengan kebisingan akan mempengaruhi baik/tidak baiknya
pesan diterima oleh komunikan. Suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung

membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.

2) Waktu, komunikasi yang dilaksanakn pada waktu yang kurang teoat mungkin diterima komunikan dengan uran
tepat pula.

3) Kejelasan pesanakan mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda
oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang

disampaikan.

Pengkajian kebutuhan belajar


V.
Pengkajian dapat dimanfaatkan untuk lebih mengenal gaya belajar suatu populasi, dengan mengukur mengenal gaya

belajar menggunakan multiple intelligences of learning (Bensley, Robert J, 2008). Pengkajian tipe ini membantu penyaji

memahami metode pilihan seseorang dalam belajar seperti gerakan, lisan, visual, intrapersonal, matematis logika, dengan

musik atau secara natural. Tujuan dari pengkajian ini adalah diperolehnya informasi dari individu, keluarga atau

kelompok tentang kondisi kesehatan, dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan

kesehatan . Metode yang dapat dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara dan
[CITATION Mak09 \l 1033 ]
mempelajari data yang telah ada . Setelah itu aspek yang dikaji adalah riwayat
[ CITATION Mak09 \l 1033 ]
keperawatan, faktor budaya, faktor ekonomi, dan gaya belajar.

Diagnosa Defisit Pengetahuan pada Klien


VI.
Pengkajian Diagnosa

Karakteristik: Differential Nursing Diagnosis


Pengingatan mengenai informasi tidak Kecemasan, koping individu yang tidak efektif,
a.
adekuat. tidak ada penyesuaian, dan interaksi sosial yang
Kesalahan persepsi lemah serig kali menjadi penyebab defisit
b.
Meminta informasi pengetahuan dengan karakteristik dan faktor-faktor
c.
Tidak dapat mengikuti instruksi yang berhubungan. Pengkajian terhadap klien
d.
dengan akurat secara mendalam dapat membantu menentukan

16
Melakukan test yang tidak adekuat masalah utama klien dengan mempertimbangkan
e.
Kemampuan mendemonstrasikan tidak prilaku atau pernyataan verbal pada data yang telah
f.
adekuat dikumpulkan. Sering kali klien dapat memvalidasi
Faktor yang berhubungan: jika klien merasa cemas karena kurangnya
Status secara patofisiologi informasi kritis atau ketidakmampuan untuk
a.
Defisit sensori mengingat dan menggunakan informasi yang
b.
Kehilangan ingatan diterima karena perasaan cemasnya. Penentuan
c.
Pengetahuan yang terbatas masalah utama yang salah dapat menjadi vatal
d.
Strategi koping bertantangan (contoh: karena hasil yang diinginkan hanya didapat dari
e.
penolakan atau kecemasan) penentuan masalah utama yang tepat.
Budaya atau hambatan bahasa
f.
Niat
g.
Kurang kesiapan belajar
h.
Kurang kesiapan motivasi
i.
Kurang mendapatkan informasi
j.
akurat

Tujuan Pendidikan Kesehatan Klien dan Metode, Teknik, dan Strategi Pengajaran
2.5
A. Definisi Pendidikan Kesehatan
Sebelum mengenal atau mengetahui tentang pendidikan kesehatan, penting untuk mengetahui beberapa pendapat para

ahli tentang pendidikan. Menurut Prof. Dr. M. J. Langevelt, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan

bantuan yang dilakukan pada anak untuk menjadi dewasa. ciri orang dewasa ditunjukkan oleh kemampuan secara fisik,

mental, moral, sosial, dan emosional. Sementara menurut Notoadmodjo (2003) dalam ,
[ CITATION Her091 \l 1057 ]
pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Pendidikan atau edukasi pasien adalah bagian utama dari praktek semua kesehatan profesional. Didasarkan pada set teori,

temuan penelitian, dan keterampilan yang harus dipelajari dan dipraktekkan . Layanan
[ CITATION Bar07 \l 1057 ]
pendidikan pasien akan diberikan selama asuhan keperawatan berlangsung. Pendidikan kesehatan bagi klien telah

menjadi satu dari peran yang paling penting bagi perawat yang bekerja diberbagai lahan asuhan keperawatan.Pendidikan

kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok,

maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat

sebagai perawat pendidik .


[ CITATION Sul02 \l 1057 ]

B. Tujuan Pendidikan Kesehatan Klien

17
Tujuan pendidikan kesehatan adalah membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal (Edelman dan Mandle, 2006 dalam . Menurut (Kozier et
[ CITATION Pot092 \l 1057 ]
al.,2010) pendidikan kesehatan klien bertujuan untuk mempermudah klien dan keluarga dalam pengambilan keputusan

tentang kesehatan. Selain itu dapat meningkatkan gaya hidup sehat pada klien dengan menerapkan pengetahuan tentang

kesehatan.

Pendidikan pasien yang komprehensif mencakup tiga tujuan yang sangat penting, masing-masing melibatkan fase yang

terpisah dari pelayanan kesehatan .


[ CITATION Pot092 \l 1057 ]

Pemeliharaan dan Promosi Kesehatan, serta Pencegahan Penyakit.


a.
Mempromosikan perilaku sehat melalui pendidikan memungkinkan pasien untuk memikul tanggung jawab lebih untuk

kesehatan mereka . Pengetahuan yang besar akan mengubah perilaku atau kebiasaan
[ CITATION Pot092 \l 1057 ]
dalam pelayanan kesehatan. Ketika pasien menjadi lebih sadar akan kesehatannya, mereka akan lebih tanggap untuk

mencari diagnosis dini masalah kesehatan.

Pemulihan Kesehatan
b.
Pasien sakit membutuhkan informasi dan keterampilan yang berguna untuk membantu mereka mendapatkan kembali

atau mempertahankan tingkat kesehatan mereka. Pasien yang pulih dari penyakit akan beradaptasi dengan perubahan

yang dihasilkan dari penyakit atau  pasien yang menderita cedera setelahnya akan sering mencari informasi tentang

kondisi mereka. Misalnya, seorang wanita yang baru-baru ini menjalani hysterectomy bertanya tentang laporan

penyakitnya dan akan berlangsung proses pemulihan yang panjang. Namun, beberapa pasien merasa sulit untuk

beradaptasi dengan penyakit dan menjadi pasif dan tidak tertarik untuk belajar.Seorang perawat harus belajar

mengidentifikasi keinginan pasien untuk belajar dan memotivasi minat belajar pasien
[ CITATION Pot092 \l
.Keluarga menjadi bagian penting dari kembalinya kesehatan pasien. Pengasuh di dalam keluarga seringkali
1057 ]
membutuhkan pengetahuan yang hampir sama  dengan pasien, termasuk informasi tentang cara melakukan keterampilan

dalam rumah.

Mengatasi Fungsi Gangguan


c.
Tidak semua pasien sepenuhnya pulih dari penyakit atau cedera.Banyak yang harus belajar untuk mengatasi perubahan

kesehatan yang permanen.Pengetahuan baru dan keterampilan yang sangat diperlukan pasien untuk melanjutkan kegiatan

dalam kehidupan sehari-hari.Misalnya, seorang pasien kehilangan kemampuan untuk berbicara setelah operasi laring dan

harus belajar cara-cara baru untuk berkomunikasi.Perubahan fungsi secara fisik atau psikososial. Dalam kasus kecacatan

serius seperti  stroke atau cedera tulang belakang, keluarga pasien perlu memahami dan menerima banyak perubahan

18
dalam kemampuan fisik pasien. Kemampuan keluarga untuk menunjukkan  dukungan sebagian dari pendidikan, yang

dimulai setelah perawat mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga menunjukkan kemauan untuk membantu.

C. Metode Pengajaran
Mengajar merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang (pendidik) dengan tujuan membantu dan

memudahkan orang lain (peserta didik) melakukan kegiatan belajar (Tardif, 1989 dalam Simamora, 2009). Metode

pengajaran yang biasa digunakan diantaranya lecture (kuliah umum), discussion (discussion), demonstrasi, dan role

playing (memainkan peran) (Allender & Spradly, 2009).

Lecture (kuliah) merupakan metode yang digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan yang
a.
bersifat umum. Pada metode lecture ini komunikasi disampaikan kepada grup yang luas (komunitas).

Beberapa individu pada metode ini umumnya bersifat pasif. Pada kuliah formal (formal lecture)

pembelajaran akan dikuasai oleh pengajar, sedangkan klien lebih banyak mendengarkannya.

Diskusi merupakan komunikasi dua arah yang penting dalam proses pembelajaran. Metode ini
b.
menuntut para peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar. Beragam pertanyaan, komentar, alasan

dan umpan balik yang ada pada metode ini dapat membuat peserta didik untuk lebih mengerti akan

materi yang sedang dibahas.

Metode demonstrasi digunakan dalam pengajaran keahlian psikomotor. Hal ini mengajarkan peserta
c.
didik (klien) untuk membentuk dan menunjukkan keahliannya. Demonstrasi yang akan efektif apabila

dilakukan dalam kelompok kecil sehinnga setiap klien dapat mengembangkan keahlian dengan

sempurna.

Role playing (memainkan peran) adalah suatu metode yang memberikan klien kesempatan untuk
d.
menerapkan pengetahuan yang sudah diperoleh. Seorang pengajar (perawat) dan klien akan

memainkan peran sesuai dengan skenario yang berhubungan dengan topik bahasan. Permainan peran

pada role play akan menunjukkan ekspresi, tingkah laku, nilai dengan kontrol lingkungan.

D. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran dapat bermacam-macam. Semakin kreatif suatu strategi, maka semakin menarik pengajaran dan

tentunya akan memudahkan untuk memperoleh pemahaman. Terdapat beberapa strategi pengajaran kesehatan yang dapat

diaplikasikan diantaranya :
[ CITATION Pot092 \l 1057 ]

19
Membina kepercayaan klien kepada perawat sebelum kegiatan pengajaran
a.
Menyampaikan dengan kalimat sederhana yang mudah dipahami
b.
Menghindari penggunaan istilah medis yang mana jika terpaksa menggunakannya maka sebaiknya
c.
dijelaskan secara singkat

Mengajar dalam waktu yang singkat dan materi yang ringkas


d.
Meminimalkan hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian klien
e.
Menyertakan informasi yang penting di awal sesi
f.
Menghubungkan informasi yang diajarkan dengan pengalaman atau situasi nyata
g.
Memancing klien agar memberikan umpan balik sehingga dapat diketahui seberapa informasi yang
h.
diserap klien

Meminta klien untuk memperagakan ulang apa yang telah dipelajari


i.
Sajikan materi yang sesuai dengan kemampuan klien, dalam bahasa yang pendek, huruf yang besar
j.
dan sederhana

Tekankan pada aspek penting di akhir pertemuan


k.
Agendakan pengajaran pada waktu yang pendek
l.
m. Bermain peran untuk mencontohkan perilaku, memberikan kesempatan klien untuk bertanya, dan
menggunakan media visual serta menganalogikan secara sederhana

Media Pengajaran
E.
Media pembelajaran merupakan suatu alat bantu yang digunakan oleh pendidik agar kegiatan proses belajar

berjalan secara efektif. Menurut Sadiman (2006) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan atau informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta

perhatian penerima pesan sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Briggs ( dalam Sandiman, 2006)

media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang penerima pesan untuk belajar. Sedangkan

menurut Trianto (2010) media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang dari

20
sumbernya atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan, dan materi yang ingin disampaikan

adalah pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.

Media meliputi semua sumber belajar yang dibutuhkan oleh penerima pesan untuk meningkatkan aktivitas penerima

pesan dalam prosen pembelajaran.Media pembelajaran memiliki banyak jenis yang dapat digunakan sesuai dengan

kebutuhan pemberi pesan dan diperlukan saat kegiatan belajar berlangsung. Rudi dan Breatz (dalam Trianto, 2010)

mengklasifikasi media kedalam tujuh komponen media, yaitu: media audio visual gerak, media visual diam, media audio

semi gerak, media visual gerak, media visual diam, media audio, dan media cetak.

Menurut Asyhar (2012) ada empat jenis media pembelajaran, yaitu: 1) media visual, yaitu jenis media yang digunakan

hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari penerima pesan, misalnya: media visual non proyeksi (benda

realita, model protetif, dan grafis), dan media proyeksi (power point, paint, dan auto cad). 2) media audio, yaitu jenis

media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya mengandalankan indera pendengaran penerima pesan,

misalnya: radio, pita kaset suara, dan piringan hitam. 3) media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran dengan melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan,

misalnya: video kaset dan film. 4) Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara

terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran, misalnya: TV dan power point.

Menurut Heinich dan Molenda (2005) terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran, yaitu:

Teks, yaitu elemen dsar dalam menyampaikan suatu informasi yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk
1.
tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.

Media audio, yaitu media yang dapat membantu menyampaikan informasi dengan lebih berkesan dan
2.
membantu meningkatkan daya Tarik terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar,

nusik, atau rekaman suara, dan lainnya.

Media visual, yaitu media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/photo,
3.
sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun poster, papan bulletin, dan lainnya.

Media proyeksi gerak, ternasuk didalamnya film geral, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD,
4.
atau DVD).

Benda-benda tiruan/miniatur, termasuk didalamnya benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan
5.
diraba oleh penerima pesan. Media ini dibuatuntuk mengatasi keterbatasan baik objek ataupun situasi

sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

21
Manusia, termasuk didalamnya guru, siswa, atau pakar/ ahli dibidang/ materi tertentu.
6.
Menurut Redmen (2007), terdapat banyak jenis media pembelajaran yang dapat digunakan seperti media cetak, literasi,

komputer, dan media visual.

Media cetak.
1.
Menggunakan media cetak sebagai media pembelajaran dapat mengefisiensi waktu jika media tersebut tersusun

dengan baik untuk mendorong proses belajar dan jika media tersebut cocok dengan kemampuan literasi pembaca. Teknik

design grafis tertentu dapat meningkatkan jumlah pembaca, pemahaman, dan ingatan. Sebagai tambahan, penulis yang

menggunakan media cetak sebaiknya melakukan hal berikut:

Membuat kata kunci mudah ditemukan


i)
ii) Menggunakan paragraf pertama untuk menyampaikan hal yang paling diinginkan oleh pembaca dan usaha
untuk mendapatkannya

Menyediakan kisah fiksi atau nyata tentang orang-orang yang melakukan aksi konkret dan mengalami
iii)
konsekuensi yang menarik bagi pembaca

iv)Mendeskripsikan aksi step-by-step


v) Menyediakan gambar dan kata-kata yang menjelaskan gambaran jelas,m yang akan lebih mudah diingat
daripada kata-kata

vi)Meningkatkan keefektifan informasi dengan cara mengulanginya, meng-hoghlight-inya, atau

mengkotakinya, dan meminta pembaca untuk melakukan aktivitas tertentu.

Menyediakan materi-materi sensitif budaya yang harus dibiasakan oleh mereka, membahas gaya
vii)
hidupnya dan menggunakan bahasa atau simbol budaya tersebut.

Literasi
2.
Literasi berarti kemampuan seseorang untuk mebaca dan menulis. Meskipun readability formulas digunanakan

untuk menganalisis teks, tes kemampuan membaca dikelola kepada individu untuk tujuan memilih intervensi pengajaran

yang tepat untuk masing-masing individu. Ada tiga macam tes yaitu TOFHLA (Test of Functional Health Literacy in

Adults); WRAT-R (Wide Range Achievement Test-Revised); SOTR-R (Slosson Oral Reading Test-Revised).

Komputer
3.

22
Komputer dapat digunakan untuk tujuan intruksional seperti melatih kemampuan memecahkan masalah sampai

kemampuan tersebut dikuasai. Maksudnya, komputer bisa digunakan sebagai media pembelajaran dengan melalui

aplikasi atau permainan (games) misalkan, permainan yang menunjukkan pengaturan tingkat insulin dengan aplikasi

yang menyontohkan gula darah tubuh dan responnya terhadap insulin, makanan, dan latihan gerak.

Materi visual.
4.
Dalam proses pembelajaran mengenai objek fisik sungguhan, akan lebih baik jika kita menggunakan objek

sungguhan. Bagaimanapun, model akan sangat bermanfaat jika ketiga dimensi objek dapat dilihat kecuali jika benda

terlalu kecil, besar, rumit, mahal; benda sungguhannya tidak tersedia; pandangan yang diinginkan tidak bisa diekspos;

atau objek tidak bisa dimanipulasi. Sebagai contoh, untuk mendemonstrasikan kelahiran seorang bayi, sebuah boneka

dapat dibuat menyerupai ukuran aslinya namun, jika ingin menjelaskan anatomi dan fisiologi jaringan tertentu mungkin

tidak akan bisa divisualisasikan dengan tepat karena ukurannya yang terlalu kecil.

Jadi, media pembelajaran merupakan alat bantu atau alat perantara yang digunakan oleh pemberi pesan agar merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat penerima pesan dengan sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media

yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sangatlah beragam. Pemberi pesan dapat mempergunakan media

tersebut sesuai dengan kebutuhannya masing -masing.

F. Evaluasi Pendidikan Kesehatan Klien


1) Evaluasi Aspek Psikomotor Klien
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar yang harus dialami oleh individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang menjadi sasaran dengan tujuan akhir perubahan perilaku . Bloom
[ CITATION Nur07 \l 1033 ]
(1909) membagi perilaku ke dalam tiga domain kognitif, domain sikap dan domain psikomotor. Kognitif adalah

merupakan hasil tahu dan penginderaan seseorang terhadap suatu objek.Domain sikap adalah reaksi atau respons yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus. Sedangkan domain psikomotor adalah respons yang terlihat secara

langsung oleh orang lain atau biasa disebut dengan praktik.

Domain psikomotor memiliki empat tingkatan yaitu persepsi, respons terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Pada tahap

persepsi, kita mengenal dan memilih objek yang berhubungan dengan tindakan yang akan diambil. Selanjutnya adalah

respon terpimpin adalah melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.Ketiga dalah

mekanisme yaitu apabila seseorang melakukan dengan benar secara otomatis atau menajdi sebuah kebiasaan.Terakhir

yang paling tinggi adalah adopsi yaitu praktik yang sudah berkembang dengan baik.
[ CITATION Efe09 \l 1033 ]

23
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan media peraga.Teknik dan media ini memudahkan

narasumber untuk menyampaikan pesannya.Teknik harus dipilih berdasarkan pengunjung yang hadir dan tujuan yang

ingin dicapai. Setelah teknik yang dipilih sesuai, maka ditentukan media dan alat peraga yang akan dipergunakan dalam

pendidikan kesehatan. Media dapat berbentuk elektronik, cetak atau media lainnya, hal ini ditentukan oleh banyaknya

sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan dan sumber daya pendukung.

Setelah dilakukakn pendidikan kesehatan, narasumber akan mengevaluasi beberapa aspek yaitu evaluasi belajar

klien, evaluasi aspek psikomotor dan evaluasi mengajar intervensi keperawatan. Tujuannya adalah mengevaluasi

pencapaian tujuan pendidikan yang telah diberikan. Namun, pada kesempatan kali ini saya akan berfokus kepada

evaluasi aspek psikomotor klien.

Evaluasi aspek psikomotor dapat dilakukan dengan mengobservasi bagaimana klien melakukan suatu prosedur di

rumah.Evaluasi ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan evaluasi kognitif dan biasanya hanya ditentukan dengan

skala sikap.Dari hasil observasi ini, kita bisa mengetahui apakah perlu dilakukan modifikasi pendidikan kiranya tujuan

tidak tercapai, atau kiranya sudah tercapai adakah yang mesti dikembangkan.

Keberhasilan pendidikan kesehatan dapat dievaluasi dari berbagai aspek yaitu, input, proses, output, outcomes dan

impact serta komponen pertanyaan seperti what, where, when, why, dan how. Hasil dari evaluasi ini juga dapat dijadikan

acuan sebagai bahan rencana tindak lanjut bagi narasumber terhadap penerima.Rencana tindak lanjut ini dapat

meningkatkan pengetahuan penerima materi dan mencapai aspek domain psikomotor paling tinggi yaitu aspek adopsi.

2) Evaluasi Belajar Klien


Tahapan asuhan keperawatan yang terakhir adalah Evaluasi.Evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan

intervensi yang dilakukan serta menilai apakah dibutuhkan intervensi lain . Evaluasi
[ CITATION Bar14 \l 1033 ]
dapat sesuai dengan macam-macam klien, yaitu:

Evaluasi individu
a.
Tolak ukur yang dapat mengevaluasi seorang individu bisa jadi bermacam-macam bergantung pada kasusnya.dikutip dari

buku Barbara K. Redman (2004) dalam bukunya Advances in Patience Education ada lima tolak ukur yang bisa dinilai

secara umum , yaitu:


[ CITATION Bar04 \l 1033 ]

Self-Efficacy
1.
Self-efficacy adalah kepercayaan seorang individu mengenai kemampuannya untuk melaksanakan atau menjalankan

sesuatu.Biasanya, hal ini spesifik terhadap suatu kasus atau perilaku.Untuk itu, tolak ukur ini berbeda-beda sesuai dengan

24
kondisi tertentu. Contohnya adalah Childbirth Self-Efficacy Scale (Lowe, 1993, dalam, Redmen, 2004) serta Sickle cell

Self-Efficacy Scale (Edwards, Telfair, Cecil & Lenoci, 2000, dalam, Redmen 2004).

Kebutuhan mengetahui sebuah informasi


2.
Kebutuhan untuk mengetahui sebuah informasi biasanya tinggi akan permintaan terhadap klien-klien dengan level

depresi atau kecemasan yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan dari klien yang memiliki diabetes, rheumatoid arthritis,

kanker, asma, osteoporosis, schizophrenia dan beberapa penyakit lainnya, ternyata kebutuhan informasi sangat

diinginkan oleh pasien kanker. Kebutuhan akan informasi ini juga berkurang setelah masa penyakit membaik.

Kepercayaan
3.
Kepercayaan klien terhadap suatu kondisi dapat mempengaruhi proses asuhan keperawatan. Contohnya adalah The

Menopause Representations Questinnaire yang mengukur pengetahuan individu mengenai identitas, konsekuensi, dan

persepsi mengenai kontrol dan penyembuhan, hal ini bisa mempengaruhi asuhan keperawatan. Kepercayaan yang tidak

benar akan suatu kondisi kelien bisa jadi mempengaruhi proses penyembuhan klien.

Manajemen diri
4.
Contoh pengukuran tolak ukur manajemen diri ini adalah Heart Failure Questionnaire yang menilai bagaimana perilaku

seseorang dengan penyakit jantung dan apa yang mereka lakukan saat gejalanya datang. Hasilnya adalah orang yang

lebih berpengalaman pada kesehariannya mencoba untuk mengurangi konsumsi sodium.Hal ini adalah contoh penilaian

manajemen diri yang baik.

Evaluasi komunitas
b.
Perawat komunitas akan mengukur apakah rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat membuahkan hasil

yang dilakukan pada fase evaluasi ini. Komunitas maupun perawat, mengukur keberhasilan ini berdasarkan objektif yang

tercapai. Perawat memiliki tanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil ini, namun, dengan berkolaborasi dengan anggota

komunitas serta tenaga kesehatan lain, akan membuat hasil evaluasi yang lebih valid .
[ CITATION Bar14 \l 1033 ]

Rencana asuhan keperawatan yang melibatkan diagnosis keperawatan, ekspektasi hasil, dan intervensi, membutuhkan

data menganai bagaimana komunitas tersebut merespon terhadap rencana asuhan keperawatan yang dibuat.Hasil dari

respon tersebut dibandingkan antara sebelum dan sesudah intervensi. Perbandingan ini akan memberikan gambaran

mengenai seberapa efektif rencana asuhan keperawatan tersebut


[ CITATION Bar14 \l 1033 ]

Frekuensi penilaian evaluasi juga tergantung akan situasi, seberapa cepat perubahan diharapkan, dan objektifnya. Contoh,

seseorang yang berdarah akan membutuhkan evaluasi dengan interval yang singkat, sementara perubahan perilaku

25
komunitas akan berjalan perlahan dan membutuhkan metode evaluasi jangka panjang. Interval evaluasi berbeda-beda

tergantung apakah objektifnya jangka pendek atau jangka panjang .


[ CITATION Bar14 \l 1033 ]

Evaluasi keluarga
c.
Fungsi dari evaluasi ini adalah untuk menilai bagaimana keluarga merespon terhadap rencana asuhan keperawatan dan

apakah intervensi ini berhasil. Tujuan dan objektif yang spesifik terhadap suatu kasus akan mempermudah hasil evaluasi

dibandingkan evaluasi yang umum. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi hasil intervensi dengan tolak ukur

simpel adalah seperti perubahan berat badan, peningkatan kapasitas paru-paru dari program olahraga, Sementara itu, hasil

dari promosi kesehatan dan pencegahan penyakit lainnya tidak semudah itu untuk diukur atau dinilai, namun harus tetap

dilakukan dalam tahapan asuhan keperawatan. Saat menilai faktor-faktor seperti kepercayaan, perspektif pribadi, atau

peran dalam suatu hubungan, perawat harus mengevaluasi berdasarkan pendapat keluarga tersebut apakah mereka merasa

intervensi itu berhasil atau tidak.Setelah itu, data yang diperoleh dari keluarga digunakan untuk dibandingkan dengan

informasi saat awal pengkajian untuk dapat menentukan apakah ada perubahan .
[ CITATION Bar14 \l 1033 ]

Tolak ukur berikut ini dapat digunakan untuk menentukan keefektifan sebuah intervensi, yaitu: 1) perubahan

pola interaksi, 2) komunikasi efektif, 3) kemampuan untuk mengekspresikan emosi, 4) kepekaan terhadap kebutuhan

anggota keluarga lain, dan 5) kemampuan memecahkan masalah. Tolak ukur tersebut dapat dibandingkan dengan kondisi

keluarga pada saat pengkajian awal.Hasil dari penilaian tolak ukur ini masih bisa digunakan untuk menilai potret

keluarga bahkan hingga hari ini, saat keluarga sudah lebih bervariasi .
[ CITATION Bar14 \l 1033 ]

Saat melakukan perencanaan asuhan keperawatan, perawat harus menentukan kriteria terkait norma dasar yang

diharapkan untuk muncul, hal ini adalah dasar dari hasil evaluasi. Bila kriteria yang dibuat semakin objektif, maka hasil

evaluasi akan semakin valid. Saat tujuan dan objektif tercapai, maka masalah sudah terselesaikan. Sebaliknya, bila tujuan

tidak tercapai, maka perawat harus mengkaji ulang apa penyebab tidak tercapainya tujuan dan merencanakan intervensi

alternative. Kesalahan bisa dari faktor keluarga maupun faktor pelayanan kesehatan itu sendiri seperti kekurangan staf

ahli atau kekurangan dalam pendanaan .


[ CITATION Bar14 \l 1033 ]

26
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., Erb, Berman, A., & Snyder, S. J. (2015).Fundamentals of nursing: Concepts, process, and

practice, 10th edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Nursalam & Efendi, F. (2008).Pendidikan dalam keperawatan.Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009).Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice 6th edition. Louis, MI:

Elsevier Mosby.

Potter & Perry. (2009). Fundamental of nursing, Fundamental Keperawatan , buku 1 edisi 7.( dr. Adrina Federika,

Penerjemah ).Jakarta : Penerbit Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai