Oleh:
BANYUWANGI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan napas,
inflamasi jalan napas dan jalan napas yang hiperresponsif atau spasme otot polos
bronchial. (Cecily,2010)
Broncos
Edema mukosa
Penghambat
Sekresi
kostikosteroid
meningkat
inflamasi
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeks
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema
paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
( Right bundle branch block).
Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
7. Komplikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumonia
c. Pneumothoraks
d. Emfisema kronik
e. Gagal nafas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga
h. Kematian
8. Pencegahan
Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus serangan
asma makin berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada dasarnya obat-obat
anti asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma.
a. Pencegahan (controller) yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan
agar gejala asma persisten tetap terkendali.
b. Penghilang gejala (reliever) yaitu obat penghilang gejala yang dapat
merelaksasi bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera.
9. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah kekambuhan
b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
d. Menghindari efek samping obat asma
e. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel
Strategi pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik :
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik :
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus
yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel
yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
Aminofilin (Amicam supp)
Aminofilin (Euphilin Retard)
Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan impatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai
pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung
ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk
tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah
sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk
supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak
dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering)
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya
baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat
diberika secara oral.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur.
(effendy1998:38)
Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam upaya
menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran keluarga sendiri ,
sasaran individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran yang lebih luas yaitu
masyarakat.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama
lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan
perkembangan dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yang merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan untuk
mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi dari
anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan biasanya adalah ibu.
Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari pengambilan
keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang
orangtua. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :
a. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental,
sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya.
b. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah
dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan
lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, keberhasilan dan sebagainya.
c. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa, diantaranya
melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lain.
d. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya kehamilan dan tanda-
tanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa kesehatan
Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenal tindakan kesehatan yang tepat
Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat
Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religius
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
7) Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi pemeriksaan
kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
perlu.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan
kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, nilai,
norma, kultur yang dianut oleh keluarga mengacu pada tipologi masalah
kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Yang termasuk
didalamnya adalah :
1) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai
dengan pertumbuhan normal.
b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah masa keperawatan yang
belum terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi
dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga ketika keluarga
telah mampu memenuhi kemampuan kesehatannya dan mempunyai suumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
3. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
1) Keadaan tidak atau kurang sehat
2) Ancaman kesehatan
3) Keadaan sejahtera
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi
keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani
masalah
2) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
3) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
4) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan
timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan
kesehatan. Yang perlu diperhatikan:
1) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
2) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah
3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi
parah
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam
hal beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keluarga tersebut. Dalam
menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala
prioritas sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
No
Kriteria Nilai Bobot
.
Sifat masalah 1
Skala : Ancaman kesehatan 2
1
Tidak atau kurang sehat 3
Krisis 1
Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2
Skala : dengan mudah 2
2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
Potensi masalah dapat dicegah tinggi 1
Skala : tinggi 3
3
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
Skala : masalah berat harus ditangani 2
4
Masalah tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam
memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah :
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
c. Tidak mau mengatasi situasi
d. Adat istiadat yang berlaku
e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku
f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran
g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan
Faktor lain yang bersumber dari perawat:
a. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat (kaku)
b. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor sosial
budaya
c. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga:
a. Sumber daya keluarga (keuangan) dan tingkat pendidikan keluarga
b. Adat istiadat yang berlaku
c. Respon dalam penerimaan keluarga
d. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
7. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan
kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi
tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru.
Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga
penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma diharapkan :
a. Keluarga mampu mengenal masalah Asma
b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang
tepat
c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga
yang sakit
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang penyembuhan
dan pencegahan penyakit Asma
e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
penatalaksanaan Asma
DAFTAR PUSTAKA
Prolands, K. (2012) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta :
FK UI.
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.
Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta: Hipocrates.
Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell
Scientific Publication.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2009) “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Jakarta : EGC.
Almazini l (2011) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1,
Jakarta : EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit”,Jakarta : EGC.
Pullen, R. L. (2009) “Pulmonary Disease”, Philadelpia : Lea & Febiger.
Rab, T. (2010) “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta : Hipokrates.
Rab, T. (2002) “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta : Hipokrates.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (2008) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku
Satu, Jakarta : Salemba Medika.
Staff Pengajar FK UI (2001) “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta : Info Medika.
Sundaru, H. (2010) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta: FK UI