Anda di halaman 1dari 18

Telaah naskah drama “ZETAN” karya Putu Wijaya

untuk memenuhi tugas kajian dan pementasan drama

Dosen pembimbing :

Syarif Hidayatullah M.pd

Disusun oleh

Shofa Hilwa Giftia 1801045076

Fahrani Wafik Azizah 1801045128

Zaifa Alfianti 1801045104

Dina Putri Angreani 1801045108

Nurul Dwi Rahmawati 1801045100

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyyah Prof Dr HAMKA

1
A. Sinopsis

Kisah bermula dari GURU berhenti mengajar, karena bertentangan


pendapat dengan pihak sekolah yang hanya berusaha mencetak ijazah. Lalu
GURU mendirikan pendidikan gratis yang mengajarkan mencintai bangsa,
negara, tanah air dan keberagaman. Tetapi bertahun-tahun tidak ada yang mau
belajar. Pada suatu malam datang ZETAN, minta dididik menjadi pahlawan.

“Nama saya Setan, saya datang untuk berguru. Ajarilah saya menjadi
pahlawan.” Begitulah si Setan memperkenalkan dirinya. Sang Guru terhenyak
keheranan, mengapa Setan yang ingin menjadi pahlawan? Tapi karena tekad
si Setan untuk menjadi pahlawan sudah bulat, maka si Lelaki tua itu
mengajarkan ilmu kepahlawanan: seorang pahlawan harus rela berkorban,
pantang menyerah, membela kaum tertindas, dan tanggguh.

Ia tak muncul dalam penampakan seram. Zetan pergi ke rumah seorang


guru. Ia mengendarai sebuah sepeda. Baju dan celananya, alamak…, bak
siswa sekolah dasar: putih dan merah. Ia membawa meja lipat segala. Dengan
muka kolokan, sembari duduk manis, ia memohon kepada Pak Guru untuk
dididik menjadi seorang pahlawan yang sanggup menyeberangkan orang dari
neraka ke pintu surga.

Sang guru terenyak. Ketemu berapa perkara: setan tiba-tiba ingin berperi-
laku baik? Sang guru pun menolak, karena ia hanya mengajar manusia. Tak
mau ditampik, Zetan kemudian menunjukkan kekuatannya di atas panggung:
mengancam dan menerkam sang guru.

Lalu Zetan kembali ke wajah imutnya, menyampaikan permintaannya


sekali lagi: meminta dididik budi pekerti agar bisa menjadi pahlawan. Sang

2
guru- yang bertahun-tahun tak punya murid lantaran dipecat setelah
memasukkan pelajaran budi pekerti pada kurikulum sekolah-pun
mengabulkannya. Maka, setelah berbekal budi pekerti, setan pun bertanya,
“Ke mana saya harus pergi untuk menjadi pahlawan?“

Sang guru menganjurkan untuk ke Indonesia. “Kalau ada gunung meletus,


kalau ada gempa, dan orang-orang datang bukannya menolong tapi
menyusahkan, itulah Indonesia. Kalau ada gedung parlemen dengan deretan
mobil mewah, itulah Indonesia,” ucap guru.

Singkat cerita, Zetan lulus cumlaude dan siap ditugaskan ke sebuah


wilayah yang penuh dengan kesemrawutan di dunia bernama Indonesia. Maka
si Setan terbakar semangat kepahlawanannya, ia dikirim ke sebuah negeri
yang tengah dilanda bencana alam dan kemrosotan kepribadian rakyatnya.
Aneh, belum berbuat apapun ia telah dielu-elukan sebagai pahlawan. Mungkin
rakyat di negeri itu merindukan sosok seorang pahlawan.
Tetapi setelah pulang ke dunianya, ia dibenci temannya sesama setan. Ia
dituding sebagai penghianat. Si Setan baik hati itu dihajar beramai-ramai oleh
temannya sendiri. Tubuhnya bersimbah darah saat mendatangi gurunya. Si
Setan tidak tahu jika menjadi pahlawan harus membayar mahal dengan
nyawanya. Ia mati di tangan bangsanya sendiri.

3
B. Unsur Intrinsik
1. Tema : naskah drama in bertemakan tentang moral
pendidikan
dan bagaimana menjadi seorang guru yang
baik dalam mendidik anak didikan.

Kalimat pembukti :

"Tapi aku masih tetap kecewa. Aku memang selalu berhasil


mencetak alumni yang berprestasi, yang cerdas dan kompetetif
seperti yang dikehendaki oleh Mentri Pendidikan. Tapi aku tetap
gagal mencetak manusia yang berguna. Setelah pintar, semua
anak didikku mempergunakan ilmunya untuk kepentingan diri
mereka sendiri. Jelas sekali mereka cari ilmu hanya untuk jadi
kaya. Ada yang ngebet jadi pemimpin, tapi begitu menduduki
kursi, mereka mempergunakan kekuasaannya untuk menginjak
rakyat! Aku merasa gagal total! Kalau sekolah hanya
mengajarkan orang untuk sukses, cari kedudukan, menumpuk
kekuasaan dan kekayaan, akhirnya seperti sekarang korupsi di
mana-mana. Mantan anak didikku semua jadi orang. Pemimpin
kakap, berpengaruh dan konglomerat. Tapi tidak seorang pun
yang berhati mulia. Semuanya berjiwa dengki. Tidak usah 5
trilyun, disogok motor saja tetap mau, padahal di rumahnya
berderet Jaguar, Lambordini, Mercy, Audi, bahkan ada becak
untuk dipamerkan kepada tamu-tamu asing. Ini kenapa?
Pendidikan yang salah? Guru yang keliru? Moral kita bejat? Atau
hidup memang sudah berubah buas?"

Analisis :

4
Berdasarkan kutipan tersebut jelas drama ini memiliki tema
tentang moral pendidikan dan bagaimana menjadi seorang guru
yang baik, seorang guru yang selalu berhasil mendidik Anak
didiknya hingga berprestasi, cerdas dan kompetetif. Tetapi setelah
muridnya lulus dan sukses murid itu justru malah
menyalahgunakan kesuksesannya.

2. Penokohan
 Guru :
Mudah emosi, bijaksana, penakut.
Kalimat pembukti :

“Kurangajar! Salah! Ini keliru fatal! Bukan itu


masalahnya. Aku dipecat bukan karena aku gagal!
Aku tidak gagal memenuhi kuota. Bagiku kualitas
yang nomor satu bukan kuantitas. Kalau memang
bodoh, buat apa diluluskan. Suruh her atau
didiskualifikasi! Negara tidak perlu sarjana bodoh,
tapi pekerja-pekerja tangguh.”

(Mengambil koran yang lain, setelah membaca


koran membanting)

“Salah! Itu salah! Aku tidak pernah menuntut gaji


menuntut fasilitas. Aku hanya ingin menegakkan
konsep yang benar. Pendidikan itu bukan menyulap
manusia menjadi robot kejam tapi mempertahankan
manusia tetap manusia. Manusia yang punya hati
nurani, kepribadian, ...”

Analisis :

5
Dalam kalimat pembukti tersebut sangat jelas bahwa
watak dari tokoh guru tersebut mudah emosi yaitu di
kalimat “Kurangajar! Salah! Ini keliru fatal! Bukan itu
masalahnya. Dan tokoh guru ini juga mempunyai watak
yang bijaksana juga.
 Istri Guru
Cantik, sabar, penakut

Kalimat pembukti :

“Sabar Pak, sabar, jangan mengeluh terus, jangan


cepat putus asa.”

“Aku tidak apa, Pak aku pura-pura saja pingsan


supaya selamat.”

Analisis :
Dalam kalimat pembukti istri guru tersebut
mempunyai sifat yang sabar dan penakut yaitu
dikalimat “sabar pak, sabar jangan mengeluh terus,
jangan cepat putus asa” dari kalimat tersebut bisa kita
simpul kan bahwa istri guru ini mempunya isifat yang
sabar.

 Pembantu :
Perhatian , Setia terhadap majikanya.

Kalimat pembukti :

(Seorang pembantu datang membawa minuman dan


beberapa obat yang harus ditelan. Istri guru mencari saat
yang tepat, untuk menyerahkan dan kadangkala

6
membantu memasukkan ke mulut tanpa mengganggu guru
karena guru sibuk bicara di earphone).

Analisis :
Dalam kalimat pembukti tersebut sifat dari pembantu itu
adalah seorang yang sangat perhatian dan setia bekerja
kepada majikan nya tersebut
 Petugas

Tegas , disiplin

Kalimat pembukti :

“Salah! Itu melompat dua halaman!”

Analisis :

Dalam kalimat pembukti sifat yang dimiliki dari


seorang petugas ialah tegas dan disiplin karena petugas
tersebut mempunyai jiwa pertanggung jawaban atas
pekerjaan nya tersebut.

 Penonton

Mudah emosi, tidak sabaran

Kalimat pembukti :

“Hee jangan ngelantur terus!”

“Pertunjukan ini judulnya SETAN! Ini sudah satu jam.


Mana setannya?”

Analisis :

7
Dalam kalimat pembukti sudah jelas bahwa sifat dari
penontonya itu adalah seseorang yang tidak sabaran
dalam menonton drama tersebut dan sangat mudah
emosi
 Zetan
Keras kepala
Kalimat pembukti :

”... Ah Ente nggak usah ngomong lagi, ajarin saja aku


jadi pahlawan, berunding melulu kapan bertindaknya,
nanti keburu Pemilu lagi!”

Analisis :

Di dalam kalimat pembukti watak dari zetan yaitu seorang


yang sangat keras kepala dan sangat susah di komentar
iwalaupun ia salah

 Raja Zetan
Kejam

Kalimat pembukti :

Raja zetan dan zetan menyerbu. Mereka menarik,


membanting, memukul, mencincang zetan dengan dengan
sangat kejam. Guru hanya memandang sambil
melambaikan tangannya. Istri guru menahan air mata
dan ikut melambaikan tangannya.

Analisis :.

Dari kalimat pembukti bahwa raja zetan mempunyai sifat


yang kejam karena ia telah menarik,membanting,memukul

8
bahwa dari kalimat tersebut saja kita dapat menyimpulkan
bahwa raja zetan mempunyai sifat yang kejam

3. Latar
 Latar watu :
Latar waktu yang terdapat dalam naskah drama yang
berjudul “Zetan” karya Putu Wijaya tidak digambarkan
secara detail. Bisa saja kejadian tersebut terjadi di malam
hari, pagi hari, siang hari, maupun sore hari.

Analisis
Bahwa dalam naskah drama zetan memang tidak di
jelaskan dengan jelas waktu dalam setiap cerita atau
tempat kejadian.
 Latar tempat :
 Ruangan
Kalimat pembukti:
(Guru ketawa. Istri guru muncul, pakaiannya
keren. Ia membawa kemeja panjang, dasi dan jas.
Beberapa orang pembantu ikut muncul membawa
buku-buku dan map, meletakkannya di meja dan
menata ruangan. Istri guru menyerahkan hp dan
earphone pada guru. Guru memasang dan
menjawab hp lewat earphone. Istri guru menolong
guru memakai kemeja. Mengganti sepatu sandal
dengan sepatu boat pendek yang keren. Guru
bicara di hp dengan earphone)

9
Analisis :

Dalam kalimat pembukti diatas dapat di pastikan


bahwa kejadian cerita pada salah satu sesi dalam
naskah drama “zetan” ini berada di suatu ruangan

 Rumah
Kalimat pembukti :
Panggung tengah. Guru memakai pakaian batik
yang sederhana menunggu orang-orang kursus di
rumahnya. Tapi tak ada yang muncul. Di samping
kakinya ada helm.
Analisis :
Dalam kalimat pembukti diatas sudah di pastikan
bahwa rumah adalah salah satu latar tempat yang
digunakan dalam sesi naskah drama “zetan”

 Pinggir jalan
Kalimat pembukti :
Pentas depan. Guru membawa plakat berkeliling
mencari murid. Tulisan di plakat guru mencari
murid. Ia berdiri di pinggir jalan dan mencoba
menarik perhatian sambil menjajakan
dagangannya.
Analisis :
Pada kalimat pembukti tersebut di jelaskan bahwa
salah satu latar tempat yang digunakan dalam
naskah drama “zetan” salah satu nya adalah di
pinggir jalan

10
 Rumah zetan
Kalimat pembukti :
Panggung depan kiri. Pesta zetan di rumah zetan
dengan musik zetan. Salah satu zetan menyanyikan
musik zetan. Zetan-zetan jojing bersuka ria.
Lampu kelap-kelip. Zetan membunyikan letupan.
Musik berhenti.
Analisis :
Dalam kalimat pembukti diatas di jelaskan bahwa
salah satu latar tempat yang digunakan dalam
naskah drama “zetan” ini adalah di rumah zetan.

 Indonesia
Kalimat pembukti :
Guru berpikir.
zetan : “tidak banyak waktu lagi, guru. Aku
menunggu.”
guru : “bagaimana kalau ke indonesia.”
Zetan : “indonesia?”
guru : “ya. Itu bagus.”

Analisis :

Dalam kalimat oembukti diatas di jelaskan bahwa


salah satu tempat yang digunakan dalam naskah
drama “zetan” adalah di Indonesia .

 Latar suasana :
 Menegangkan

11
Kalimat pembukti :
GURU : “Aku guru yang hebat. Tanganku luar
biasa dingin. Aku bisa mengocok kepala batu dan
otak udang menjadi cemerlang. Betul, aku tidak
main-main. Aku seperti tukang sulap. Itu semua
sudah karunia. Tapi aku terpaksa keluar dan
berhenti mengajar. Aku tidak mau lagi jadi guru.”
Guru melempar tasnya. Istri memunggut dengan
sabar. Guru membuka bajunya, kemudian hendak
membantingnya. Tetapi istrinya menyabarkan dan
membujuk agar suaminya duduk sambil kemudian
memijit pundaknya. Semabari dipijit guru terus
ngomel)
Analisis :
Dalam kalimat pembukti di jelaskan bahwa
suasana yang tercipta dalam kejadian diatas adalah
suasana yang sangat menegangkan.

 Gaduh dan rusuh


Kalimat pembukti :
(Terdengar suara ribut-ribut disusul dengan
gedoran-gedoran keras dari segala penjuru. Istri
guru muncul dan nampak ketakutan)
GURU : “Itu mereka. Semuanya masih ada di sini.
Tapi bukan untuk belajar. Mereka menuntut
uangnya dikembalikan. Padahal sudah aku
kembalikan lunas. Setiap orang 10 juta kali seratus,
total semuanya satu miliar. Tidak ada yang
dipotong. Tapi mereka menuntut jumlah yang

12
sudah mereka keluarkan untuk beli kursi. Jelas
tidak bisa aku penuhi.”

Analisis :

Suasana yang tercipta dalam kejadian tersebut


sangatlah gaduh dan rusuh seperti yang telah di
jelaskan dalam kalimat pembukti diatas .

 Mencekam

Kalimat pembukti :

Dalam gelap terdengar suara angin menderu-deru.


Kemudian derit mengiris bagaikan suara setan.
suasana mencengkam kemudian suara lolong
srigala. Tapi kemudian penonton yang protes itu
berteriak lagi.

Analisis :

Suasana mencekam terjadi pada naskah drama


tersebut, suasana tersebut tercipta saat adanya
suatu kejadian yang telah di jelaskan pada kalimat
pembukti diatas.

 Menyeramkan
Kalimat pembukti :
Tamu itu berpaling sambil menyeringai. Suara
seram. Pedang di tangan guru jatuh. Ia gemetar. Ia
ketakutan. Suaranya bergetar.
guru : “kamu?”
Zetan suaranya bergema menakutkan

13
zetan : “ya, aku!”
Analisis :
Dalam bagian naskah pada cerita “zetan” pada
beberapa bagian terdapat suasana yang
menyeramkan salah satunya seperti yang sudah di
jelaskan pada kalimat pembukti diatas.

4. Alur:
Alur yang terdapat di naskah "zetan" menggunakan alur maju,
dari awal naskah sampai akhir.
 Tahapan awal :
Berpuluh-puluh tahun aku berkoar-koar tentang budi
pekerti yang telah dikesampingkan, tetapi tidak
seorangpun yang menggubris. Semua orang melihat
pengorbanan dan pengabdian sebagai kebodohan, karena
pergaulan, tuntutan kehidupan, bahkan pembelajaran dari
penguasa, semua mengacu semangat bersaing untuk
merebut yang terbaik, menjadi orang yang nomer satu,
tanpa peduli lagi kepada nasib orang lain tata krama, kasih
sayang apa lagi gotong royong dianggap pemborosan,
apalagi pengabdian kepada tanah air, negara dan bangsa
sudah dirasakan memuakkan.
Analisis :
Dalam naskah ini tahapan awal sudah muncul dari seorang
guru yang merasakan kesia-sian dalam dia mengajar tetapi
masyarakat tidak memakai apa yang dia ajarkan, malah
menggap remeh tentang budi pekerti.

14
 Tahap pemunculan masalah :
Dicari murid yang mau belajar kepribadian, jatidiri,
kemandirian. Siapa saja yang berani melawan arus yang
sudah menyesatkan manusia untuk semata-mata memburu
kenikmatan, kenyamanan, sehingga melakukan apa saja
demi mengejar sukses, kekuasaan dan harta. Akan didik
menjadi manusia yang berani mengatakan tidak toleran
,mampu menderita, tetep beriman dalam kemiskinan, tidak
pernah mendulukan kepentingan pribadi, berani berkorban
unktuk nusa dan bangsa.

Analisis :

Dalam naskah ini permunculan masalah dimana seorang


guru membuka pengajaran untuk siapa saja secara geratis,
sambil berkeliling mencari murid yang mau ikut dengan
syarat harus berani lawan arus dari manusia yang berani
mengatakan tidak pada hal-hal yang dapat menyesatakan.

 Tahap permasalahan :
Zetan merasa menyesal untuk jadi pahlawan, pikir dia jadi
pahlawan itu enak ternyata membosankan. “sumpah. Aku
kangen sekali! Aku kira jadi pahlawan di Indonesia enak.
Fasilitas berlimpah-ruah, bunuh ratusan orang juga
dipujikan masuk sorga, hukumnya jinak bisa dikendalikan
dengan duit. Tapi aku tidak betah. Dadaku kosong,
bang.Apa enaknya duit tanpa keringat? Ternyata tidak
enak jadi pahlawan, Bang! Enakan juga jadi Zetan.”
Analisis :

15
Dalam kutipan dalam naskah ini menunjukan betapa
lemahnya hukum di indonesia jika punya duit, maka
hukum itu bisa dibeli tanpa harus merasakan hukuman.
 Tahap pleraian :
Berpuluh-puluh tahun aku berkoar-koar tentang
pengorbanan dan pengabdian kepada semua orang, tetapi
tidak seorangpun yang menggubris. Sekarang aku melihat
sosok zetan malah mau belajar menjadi pahlawan. Dia
berani megorbankan jiwa raganya, sementara dua ratus
lima puluh juta jiwa manusia jaangankan jiwanya, hatinya
kecowel sedikit saja, padahal tak sengaja, sudah ngamuk
bunuh orang seperti mahluk tidak beradab.

Analisis :

Dalam naskah ini zetan lebih baik dari pada manusia. Dia
rela melakukan apapun untuk oranglain dan mengabdi
kepada semua orang. Jiwa raganya dia korbankan tetapi
berbeda dengan manusia gampang terbawa perasaan
sampai membunuh manusia saja sudah menjadi hal yang
mudah.

5. Amanat:
Banyak sekali amanat yang terkandung di dalam naskah
drama berjudul “Zetan” karya Putu Wijaya ini,
diantaranya yaitu:
 Menjadi seorang guru yang menjunjung tinggi moral, tata
krama, tidak terlalu mengedepankan ilmu pengetahuan
tidaklah mudah.

16
 Jangan menempuh pendidikan hanya demi selembar ijazah
saja.
 Jangan memanfaatkan gelar atau kedudukan untuk hal-hal
yang merugikan orang banyak.
 Menjadi seorang pahlawan tidaklah mudah. Harus rela
berkorban. Bahkan mungkin dimusnahkan oleh bangsa
sendiri.

Analisis :
Dalam naskah ini memberitahukan kepada kita, sebaiknya
melakukan apapun jangan mengharapkan sesuatu di balik
apa yang kita kerjakan. Setiap pekerjaan yang di lakukan
pasti ada resikonya.

6. Jenis konflik
 Konflik batin
Kalimat pembukti :
“salah! Itu salah! Aku tidak pernah menuntut gaji,
menuntut fasilitas. Aku hanya ingin menegakan konsep
yang benar”
Analisis:
Dalam naskah ini memang si tokoh mengalami konflik
batin. Dalam pembuktiannya yaitu “ia tidak menuntut gaji
atau fasilitas tetapi hanya menegakan konsep yang benar”.
Konflik batin yang terjadi disini antara ia ingin menuntut
soal gaji atau menegekan kebenaran, tetapi ia juga merasa
tak yakin, itu mengapa ia berkecamuk dengan batinnya.

17
 Konflik fisik,
Kalimat pembukti :
“gusti! kamu hanya becak, barang mati! Tidak boleh
emosi! Kamu tidak boleh durhaka sama juragan itu kualat
tahu?!
Analisis :
Dengan pernyataan tersebut adanya benturan antara tokoh
dengan barang mati yaitu “becak” ia meluapkan emosinya
kepada benda mati atau kepada becak tersebut.
 Konflik sosial
Kalimat pembukti :
“bangsat, kamu pikir aku bodoh? Aku ini setan tahu?!
Jangan coba menipu setan, mentang-mentang au
mengakuimu berguru, kamu lalu menghina kecerdesanku
seperti tayangan televisi itu yaa?! Sialan! Aku sembur lagi
baru tahu rasa kamu! Tujuanku tidak bisa di belokkan.
Lebih baik aku mati daripada gagal”

Analisis :
Dalam naskah drama ini konflik sosial terjadi karena
adanya pertengkaran antara si zetan dan tokoh. Si zetan
merasa dihina bodoh dan tak bisa apa-apa. Pertengkaran
terjadi karena si zetan tak terima dihina. Mak terjadilah
konflik sosial.

18

Anda mungkin juga menyukai