Anda di halaman 1dari 38

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DAN

TEGANGAN RENDAH

Disusun Oleh :

Wahyu Syahputra 1714210102


Ilham Hamidi Piliang 1714210043
Yuri Mulita 17142100
Chandra Setiawan 1714210044

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINTEK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang saluran udara menengah dan rendah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini baik yang berupa materi maupun yang berupa gagasan,
Sehingga makalah ini dapat mencakup pembahasan yang diperlukan.
Kami menyadari bahwa makalah tentang saluran udara menengah dan rendah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat saya harapkan. Akhir kata, semoga makalah sistem rangka ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Medan, Oktober 2019


ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
Latar belakang.....................................................................................................................1
Rumusan masalah................................................................................................................1

Tujuan..................................................................................................................................1
Manfaat................................................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................4
Landasan Teori....................................................................................................................4
BAB III................................................................................................................................20
Pembahasan dan isi..............................................................................................................20
BAB III................................................................................................................................34
Kesimpulan..........................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................35
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistim kelistrikan adalah kondisi dari
konstruksi pada Jaringan distribus itenaga listrik yang meliputi Jaringan Tegangan
Menengah (JTM), Gardu Distribusi, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan
Tenaga Lisrik (Rumah/Pelayanan). Dalam pelaksanaan konstruksi Jaringan Distribusi
Tenaga Listrik, sebagian unit pelaksana Jaringan Tenaga Listrik yang disusun sendiri‐
sendiri, hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa standar yang berbeda dibeberapa tempat
dikarenakan perbedaan sistim dan konsultan serta pelaksana kontruksi tersebut terdapat
keberagaman baik dalam criteria desain maupun model/struktur konstruksinya yang
disesuaikan dengan kondisi sistim kelistrikan setempat, selain itu secara teknis ada yang
tidak lengkap, tidak konsisten dalam penerapannya dan belum seluruhnya disesuaikan
dengan perkembangan teknologi dan tuntutan pelayanan. Saat ini dalam pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan sistim distribusi pada unit unit PLN diseluruh wilayah
Indonesia mengacu pada salah satu standar enjiniring yang ada pada pengelolaan /standard
PLN Distribusi Jawa Bali Oleh Karen itu, perlu dibuat suatu standar konstruksi yang baik
dengan criteria desain yang samadan mempertimbangkan perbedaan sistim, perkembangan
teknologi serta tuntutan pelayanan. Kriteria disain standar konstruksi ini akan menjadi
dasar Standar Konstruksi Jaringan Distribusi yang akan disusun direncanakan dapat
ditetapkan untuk digunakan sebagai tipikal pedoman konstruksi atau acuan dalam
melakukan perencanaan, pembangunan dan perbaikan Jaringan Distribusi tenaga listrik
bagi PLN seluruh Indonesia sehingga diperoleh tingkat unjuk kerja, keandalan dan efisiensi
pengelolaan asset sistim distribusi yang optimal. Memperhatikan besarnya lingkup stan
Memperhatikan besarnya lingkup standarisasi kontruksi yang harus dilaksanakan,
pembuatan standar konstruksi sistim distribusi tenaga listrik ini dilakukan secara bertahap
dimana untuk tahap kajian ini dibatasi pada pembuatan standar Enjiniring Konstruksi
Jaringan Distribusi.Penyusunan Detail Standar Konstruksi Jaringan Distribusi disusun
dilaksanakan terpisah setelah penetapan prioritas detail Standar Konstruksi Jaringan
Distribusi
2

Pada pendistribusian tenaga listrik kepengguna tenaga listrik di suatukawasan,


penggunaan system Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama
menghindarkanrugirugi penyaluran (losses) dengan kwalita spersyaratan tegangan yang
harus dipenuhi Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan
operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi
criteria enjinering keamanan ketenaga listrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman
minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan
tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel
Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta
kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga
keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen. Ukuran dimensikonstruksi selain untuk
pemenuhan syarat pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan
isolasi penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV. Lingkup Jaringan Tegangan
Menengah pada system distribusi di Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going)
pemutus tenaga dari transformator penurun tegangan Gardu Indukat autransformator
penaik tegangan pada Pembangkit untuk system distribusi skala kecil, hingga peralatan
pemisah/proteksisisi masuk (in-coming) transformatordistribusi 20 kV - 231/400V.

1.2 Rumusan Masalah

 Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik


 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
 Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
 Gardu Distribusi
 Trafo Distribusi
 Pelayanan Konsumen
 Dasar-dasar Perencanaan Jaringan Distribusi

1.3 Tujuan Masalah

Setelah Membaca Makalah ini diharapkan dapat mengetahui : Pengertian dan Fungsi
Distribusi TenagaListrik, Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Tegangan Sistem
3

Distribusi Sekunder, Gardu Distribusi, Trafo Distribuis, Pelayanan Konsumen dan


Dasardasar Perencanaan Jaringan Distribusi.

1.4 Manfaat

Manfaat dari Makalah diatas adalah Memberikan pengetahuan tentang Pengertian dan
Fungsi Distribusi Tenaga Listrik, Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Tegangan
Sistem Distribusi Sekunder, Gardu Distribusi, Trafo Distribuis, Pelayanan Konsumen dan
Dasar-dasar Perencanaan Jaringan Distribusi.

1.5 Batasan Masalah

Makalah ini di tuliskan untuk difokuskan pada tugas kuliah perencanaan sistem
tenaga listrik, meliputi :

1. Sistem gardu distribusi

2. SUTR

3. SUTM
4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem distribusi daya listrik

Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20
KV dan semua Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt hingga ke meter-meter
pelanggan. Pendistribusian daya listrik dilakukan dengan menarik kawat – kawat distribusi
melalui penghantar udara. Penghantar bawah tanah dari mulai gardu induk hingga ke pusat
– pusat beban. pada sistem di ranting Galang ada terpasang jaringan bawah tanah karena
keadaan kota atau daerahnya belum memungkinkan untuk dibangun jaringan tersebut. jadi
untuk daerah ini tetap disuplai melalui hantaran udara 3 phasa 3 kawat. Setiap elemen
jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo distribusi, dimana tegangan
distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang lebih rendah menjadi 380/220 Volt.
Dari trafo-trafo ini kemudian para pelanggan listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel
tegangan rendah menjelajah ke sepanjang pusatpusat pemukiman, baik itu komersial
maupun beberapa industri yang ada disini. Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik
dengan tegangan yang rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan
menengah (sistem 20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150 KV) hanya dipergunakan
sebagai sistem penyaluran (distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini
bertujuan untuk kehandalan sistem karena dapat memperkecil rugirugi daya dan memliki
tingkat kehandalan penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran transmisi ke
berbagai wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.

Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem penyaluran Tenaga Listrik.


5

Keterangan dari gambar:

1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu
distribusi ke trafo distribusi ataupun trafo pemakaian sendiri bagi konsumen besar.
2. Trafo distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV dari Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) menjadi tegangan rendah 380/220 Volt. Tegangan rendah inilah
yang kemudian didistriibusikan ke pelanggan kecil melalui jaringan tegangan rendah
(JTR) yang berupa sistem 3 phasa empat kawat.
3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan energi yang besar yang
biasanya langsung mengambil sumber listrik dari gardu terdekat untuk kemudian
disalurkan ke Gardu Induk (GI) pemakaian sendiri.
4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen yang menggunakan tenaga istrik dengan
level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga, industri kecil,
perkantoran, pertokoan dan sebagainya.

2.2 Peralatan Sistem Distribusi

Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan dan
peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun peralatan
proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peratan-peralatanm proteksi
dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak pemasangan trafo,
perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:

1. Tiang Berfungsi : Untuk meletakkan penghantar serta perlengkapan system seperti


transformator, Fuse, isolator, arrester, recloser dan sebagainya. Tiang dibagi menjadi 3
jenis yaitu tiang kayu, besi dan beton sesuai dengan fungsi bawah tanah.
2. Penghantar : Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada gardu induk
ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada sistem distribusi. Begitu
juga dengan beberapa kawat jaringan bawah tanah.
3. Kapasitor : Berfungsi untuk memperbesar factor daya pada system penyaluran.
4. Recloser : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika terjadi
gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian sesuai dengan
setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk dua kali bekerja, yaitu dua kali
pemutusan dan dua kali penyambungan. Apabila hingga kerja recloser yang kedua
keadaan masih membuka dan menutup, berarti telah terjadi gangguan permanen.
6

5. Fuse : Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih
maupun adanya gangguan hubung singkat.
6. PMT : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap output.
Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT akan
membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan.
7. Tansformator : Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuai dengan
tegangan kerja yang diinginkan.
8. Isolator : Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang maupun
ke penghantar lainnya .
Perlengkapan – perlengkapan diatas sangat penting keberadaannya, terutama untuk
peralatan proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinuitas pelayanan,
maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk mengetahui kerusakan dan
kehandalan dari masing-masing peralatan tersebut. Pemeliharan peralatan yang rutin
sangat penting dilakukan agar setiap saat dapat diawasi keadaannya apakah masih layak
dipakai atau tidak.

2.2.1 Transformator Distribusi

Transformator adalah salah komponen elektro yang berkerja untuk menaikan


tegangan serta menurunkan tegangan dengan perinsip kerja gandengan
elektromagnetik. Dalam sistem distribusi tenaga listrik transformator dapat dibagi
berdasarkan sistem kerja menjadi dua macam yaitu:

1. Transformator Step Up (11,6 KV menjadi 150 KV).


2. Transformator Down (150 KV menjadi 20 KV) dan (20 KV menjadi 380 / 220
Volt) Sistem distribusi menggunakan jenis transformator step down untuk
menghasilkan tegangan yang diinginkan.

Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan maka dalam sistem tenaga
listrik terdapat dua macam jenis belitan antara lain:

1. Belitan bintang
7

2. Belitan delta

2.2.2 Arester

Adalah suatu alat untuk melindungi isolasi atau peralatam listrik terhadap
tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang
tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian (sirkuit), dengan jalan
mengalirkan arus denyut (Surge Current) ketanah serta membatasi berlangsungnya
arus ikutan (Follow Current) serta mengembalikan keadaan jaringan ke keadaan
semula tanpa mengganggu sistem.

Prinsip Kerja Arester Bagi sebuah arester bila terjadi tegangan lebih pada
jaringan, aresterberkerja dengan mengalirkan arus surge (Surge Current) ketanah,
kemudian setelah tegangan normal kembali, arester tersebut harus segera memutus
arus yang mengikuti kemudian Follow Current.

Karakteristik Arrester Sebuah alat pengamanan memiliki beberapa karakteristik


begitu juga dengan arrester yang memiliki beberapa karakteristik antara lain :

a. Pada tegangan operasional, harus mempunyai impedansi yang sangat tinggi atau
tidak menarik arus listrik.
b. Bila mendapat tegangan transient abnormal diatas harga tegangan tembusnya ,
harus tembus ( Break Down ) Dengan cepat.
c. Arus pelepasan selama Break Down (Tembus) tidak boleh melebihi arus
pengelepasan nominal supaya tidak merusak.
d. Arus dengan frekwensi normal harus diputuskan dengan segera apabila tegangan
transien telah turun dibawah harga tegangan tembusnya.

2.2.3 Rel Daya

Rel daya adalah suatu bagian dari sistem tenaga listrik yang bertujuan dalam
penggunaannya untuk mengkombinasikan bermacam feder yang akan turut dibagi
8

dalam melayani beban. Dalam sistem tenaga listrik Rel daya disebut juga dengan
istilah Busbar. Busbar adalah konduktor berkapasitas arus besar yang berfungsi untuk
terminal penampang arus yang masuk dan keluar melalui saluran masuk dan keluar
melalui gardu induk. Busbar atau rel daya juga berfungsi untuk titik pertemuan atau
hubungan antara transformator –transformator, SUTT dan peralatan-peralatan listrik
lainya untuk menerima dan mendistribusikan tenaga listrik. Rel ini pada umunya
terdiri dari bahan tembaga, alumunium atau ACSR.

2.2.4 Sistem Busbar Tunggal (Singgele Busbar Sistem)

Pada sistem ini semua trafo, generator dan fedder yang ada pada system
dihubungkan kebusbar. Rel daya tunggal adalah sistem rel daya yang paling sederhana
karena hanya menggunakan satu rel daya saja. Semua rangkaian baik saluran masuk
ataupun saluran keluar disambungkan dengan rel tersebut melalui pemutus daya dan
saklar pemisah.

Gambar 2.2 Rel Daya Tunggal

2.2.5 Reclocer (Pemutus Balik Otomatis)

Salah satu tujuan pengamanan sistem tenaga listrik ialah terjaminnya penyaluran
tenaga listrik, artinya bila terjadi gangguan (misalnya gangguan pada sistem distribusi
yang sering terjadi) kalau mungkin tidak menimbulkan pemutusan daya, ataupun bila
terpaksa, pemutusan tersebut diusahakan sesingkat mungkin. Peralatan yang bertugas
untuk memberikan perintah memutus / menghubungkan daya secara otomatis adalah
Pemutus Balik Otomatis(PBO) atau Recloser. Dengan penambahan rele penutup balik
maka gangguan sementara tidak mengakibatkan pemutusan daya secara keseluruhan,
atau hanya terjadi pemutusan daya dalam waktu yang sangat singkat (beberapa detik).
9

Klasifikasi Recloser

Recloser dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Menurut jumlah fasanya

- Fasa tunggal

- Fasa tiga

b. Menurut media peredam busur api

- Media minyak

- Media hampa udara (vacum)

c. Menurut peralatan pengendalinya

- Pengaturan hidrolik

- Pengaturan elektronik

2.2.6 Sectionalizer

Sectinalizer atau yang disebut juga saklar seksi otomatis (SSO) adalah sebuah
alat pemutus beban yg secara otomatis dapat dibebankan, seksi-seksi yang tergantung
dari suatu sistem distribusi atau dapat melokalisasi gangguan pada seksi yang
terganggu, sehingga sistem yang tidak mengalami gangguan tetap mendapat energi
listrik. Saklar seksi otomatis (SSO) bekerja sendiri untuk membuka rangkaian setelah
perhitungan operasi pemutusan dari peralatan-peralatan disisi sumbernya, dan
pembukaannya dilakukan pada saat peralatan disisi sumber sedang dalam posisi
terbuka. Dalam pemasangannya dapat diperlihatkan pada bagan dibawah ini:

Gambar 2.3 Pemasangan Saklar Seksi Otomatis


10

2.3 Konstruksi penghantar jaringan tegangan rendah

2.3.1 Konstruksi tiang penyangga (TR-1)

Pada jaringan tegangan rendah yang lurus atau dengan sudut belok maksimum
15 derajat, dipakai konstruksi tiang penyangga atau penggantung kabel.

Gambar 2.4 Konstruksi Tiang Penyangga (TR-1)

2.3.2 Konstruksi tiang sudut (TR-2)

Jaringan dengan sudut belok lebih besar dari 15 derajat sampai dengan
90 derajat, dipakai konstruksi TR-2 ini.

Gambar 2.5 Konstruksi Tiang Sudut (TR-2)

2.3.3 Konstruksi Tiang Awal (TR-3)

Pada awal jaringan yaitu tempat dipasangnya trafo distribusi, dipakai


konstruksi TR-3.
11

Gambar 2.6 Konstruksi Tiang Awal (TR-3)


2.3.4 Konstruksi tiang akhir (TR-4)

Pada ujung jaringan dipasang konstruksi TR-4

Gambar 2.7 Konstruksi Tiang Akhir (TR-4)

2.3.5 Konstruksi tiang penegang (TR-5)

Secara umum pada setiap 5 gawang panjang jaringan lurus diperlukan


konstruksi penegang, yang dikenal sebagai konstruksi TR-5

Gambar 2.8 Konstruksi Tiang Penegang (TR-5)


12

2.3.6 Konstruksi guy wire

Seperti halnya pada SUTM, juga pada tiang awal, tiang akhir, dan tiang
penegang, dari suatu SUTR diperlukan topang tarik untuk mengimbangi beban
vertikal yang bekerja pada tiang.

2.3.7 Konstruksi horizontal guy wire

Bila penempatan anchor blok di dekat tiang tersedia, maka dapat di pasang
konstruksi ini, sama halnya dengan yang dipakai pada SUTM.

2.3.8 Konstruksi strut pole

Dalam suatu kondisi tidak memungkinkan dipasang konstruksi guy wire


maupun horizontal guy wire, dipasang suatu konstruksi penyangga yaitu konstruksi
Strut Pole.

2.4 Gardu Distribusi

Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu
bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi
para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah
(TR 220/380V).

Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap


maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan
pemerintah setempat.

Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :

a) Jenis pemasangannya:

· Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol

· Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios


b) Jenis Konstruksinya:

· Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)

· Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol)


13

· Gardu Kios

c) Jenis Penggunaannya

· Gardu Pelanggan Umum

· Gardu Pelanggan Khusus

Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk memudahkan
manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang dapat dilengkapi/tidak
dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini lazimnya dilengkapi fasilitas
DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo distribusi untuk umum
yang diletakkan dalam satu kesatuan.

2.4.1 Gardu Tiang

Gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang ditiang pada jaringan
distribusi. Gardu Tiang umunya terdiri dari bahan : beton, besi, kayu.

Gambar 2.9 Tiang Besi


14

Gambar 2.10 Tiang Beton

2.4.2 Gardu Portal

Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah T


section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO) sebagai
pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur
link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surja petir.

Gambar 2.11 Gardu portal dan diagram satu garis


15

Untuk Gardu Tiang pada sistem jaringan lingkaran terbuka (open-loop),


seperti pada sistem distribusi dengan saluran kabel bawah tanah, konfigurasi
peralatan adalah π section dimana transformator distribusi dapat di catu dari arah
berbeda yaitu posisi Incoming – Outgoing atau dapat sebaliknya.

Gambar 2.12 Bagan Satu Garis Konfigurasi Π Section Gardu Portal

Guna mengatasi faktor keterbatasan ruang pada Gardu Portal, maka digunakan
konfigurasi switching/proteksi yang sudah terakit ringkas sebagai RMU (Ring Main
Unit). Peralatan switching incoming-outgoing berupa Pemutus Beban atau LBS (Load
Break Switch) atau Pemutus Beban Otomatis (PBO) atau CB (Circuit Breaker) yang
bekerja secara manual (atau digerakkan dengan remote control).

Fault Indicator (dalam hal ini PMFD : Pole Mounted Fault Detector) perlu
dipasang pada section jaringan dan percabangan untuk memudahkan pencarian titik
gangguan, sehingga jaringan yang tidak mengalami gangguan dapat dipulihkan lebih
cepat.

2.4.3 Gardu Cantol

Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah


transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1 Transformator terpasang
adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu peralatan switching
dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator.
16

Gambar 2.13 Gardu Cantol

Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning Arrester)


dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung langsung
dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-
TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman
lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian Konduktif Terbuka
(BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan dengan pembumian sisi
Tegangan Rendah.

2.4.4 Gardu Beton

Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan switching


atau proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan
difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building).
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan
ketenagalistrikan.

Gambar 2.14 Gardu Beton


17

2.6.5 Gardu Kios

Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja,
fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan
gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios
Modular dan Kios Bertingkat.

Gambar 2.15 Gardu Kios

Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan


membangun Gardu Beton. Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator
distribusi yang terpasang terbatas. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4
jurusan Tegangan Rendah. Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen
utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat langsung di
angkut ke lokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah ada untuk
difungsikan sesuai tujuannya.

2.4.6 Gardu Pelanggan Umum

Umumnya konfigurasi peralatan Gardu Pelanggan Umum adalah π section,


sama halnya seperti dengan Gardu Tiang yang dicatu dari SKTM.

Gambar 2.16 Bagan Satu Garis Konfigurasi Π Section Gardu Pelanggan Umum
18

Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang dibutuhkan,


dapat saja konfigurasi gardu berupa T section dengan catu daya disuplai PHB-TM
gardu terdekat yang sering disebut dengan Gardu Antena. Untuk tingkat keandalan
yang dituntut lebih dari Gardu Pelanggan Umum biasa, maka gardu dipasok oleh
SKTM lebih dari satu penyulang sehingga jumlah saklar hubung lebih dari satu dan
dapat digerakan secara Otomatis (ACOS : Automatic Change Over Switch) atau
secara remote control.

2.4.7 Gardu Pelanggan Khusus

Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga listrik bagi
pelanggan berdaya besar. Selain komponen utama peralatan hubung dan proteksi,
gardu ini di lengkapi dengan alat-alat ukur yang dipersyaratkan.

Untuk pelanggan dengan daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu
distribusi adalah peralatan PHB-TM, proteksi dan pengukuran Tegangan Menengah.
Transformator penurun tegangan berada di sisi pelanggan atau diluar area
kepemilikan dan tanggung jawab PT PLN (Persero).

Pada umumnya, Gardu Pelanggan Khusus ini dapat juga dilengkapi dengan
transformator untuk melayani pelanggan umum.

Gambar 2.17 Bagan Satu Garis Gardu Pelanggan Khusus

Keterangan :

TP = Pengaman Transformator

PMB = Pemutus Beban – LBS


PT = Trafo Tegangan

PMT = Pembatas Beban Pelanggan

SP = Sambungan Pelanggan
19

2.4.7 Gardu Hubung

Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang


berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan
aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud
mempertahankan kountinuitas pelayanan. Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah
rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS), dan atau pemutus tenaga yang
terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana pemutus tenaga
pembatas beban pelanggan khusus Tegangan Menengah.

Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada
ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi
yang terpisah dan ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk
sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada pada ruang yang sama dengan
ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu Distribusinya.
20

BAB III
PEMBAHASAN

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini. Jadi
fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan karena catu
daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

3.1 Pembagian Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi adalah kumpulan dari interkoneksi bagian-bagian rangkaian listrik dari
sumber daya (Trafo Daya pada GI distribusi) yang besar sampai saklar-saklar pelayanan
pelanggan. Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah
(20 KV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan
ini berawal dari sisi skunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk hingga kesisi
primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran.
Pada distribusi primer terdapat empat jenis sistem, yaitu:

Sistem Radial

Sistem Lup (loop)

Sistem Jaringan Primer

Sistem Spindel.

2. Distribusi Sekunder
Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori
tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan
peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi skunder bermula dari sisi skunder trafo
distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan
distribusi skunder ini disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi.
21

Gambar 3.1 One Line Penyulang Pahat


Gambar 3.1 diatas memperlihatkan sistem pelayanan yang disalurkan melalui
berbagai tujuan. Penyulang pahat merupakan salah satu Feder Utama 20 KV yang
mendistribusikan daya ke konsumen yang sebelumnya melalui sistem
pendistribusisn tegangan yaitu melalui penurunan tegangan 20 KV – 380/220 Volt
melalui tranformator step down.

3.2 Klasifikasi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik
yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan
jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan
energi ke konsumen.

Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus
disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban,
perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya.

1. Berdasarkan Tegangan Pengenal


Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
a. Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah
22

(JTM), yaitu berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau


Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan
sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar
tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV.
b. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah
(JTR), salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan
Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan
sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
2. Berdasarkan Konfigurasi Jaringan Primer
Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi
sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai
kontinyuitas pelayanannya. Adapun jenis jaringan primer yang biasa digunakan
adalah:
a. Jaringan distribusi pola radial
b. Jaringan distribusi pola loop
c. Jaringan distribusi pola grid
d. Jaringan distribusi pola spindle
a) Jaringan Distribusi Pola Radial.
Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu
menyalurkan daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai
untuk melayani daerah dengan tingkat kerapatan beban yang rendah.
Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi
yang rendah. Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan
sumber, maka semua beban saluran tersebut akan ikut padam sampai
gangguan tersebut dapat diatasi.

Gambar 3.2 Pola jaringan radial


b) Jaringan Distribusi Pola Loop
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya
23

yang berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya


semula. Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu
sumber utama dan sebuah sumber cadangan. Jika salah satu sumber
pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat digantikan oleh
sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini
biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan
kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).

Gambar 3.3 Pola Jaringan Loop

c) Jaringan Distribusi Pola Gird


Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut
dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan
demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari
atau ke rel lain.

Gambar 3.4 Pola Jaringan Grid


24

Keuntungan dari jenis jaringan ini adalah:


a. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pola radial atau loop.
b. Fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban.
c. Sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi.
Adapun kerugiannya terletak pada sistem proteksi yang rumit dan
mahal dan biaya investasi yang juga mahal.

d) Jaringan Distribusi Pola Spindel


Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan
loop terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan
menuju suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI
dan GH tersebut dihubungkan dengan satu saluran yang disebut express
feeder. Sistem gardu distribusi ini terdapat disepanjang saluran kerja dan
terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh
saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh
sebuah saklar beban. Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara
radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop melalui saluran
cadangan dan GH. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 2.6.

Gambar 3.5 Sistem Jaringan Spindel

Keuntungan pola jaringan ini adalah :


Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola
radial. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial
maupun loop.
25

a. Pengecekan beban masing-masing saluran lebih


mudah dibandingkan dengan pola grid.
b. Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih
mudah dibandingkan dengan pola grid. Dengan
demikian pola proteksinya akan lebih mudah.
c. Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan
kerapatan beban yang tinggi.

3.3 Ruang Lingkup Jaringan Distribusi


Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya, ruang lingkup dari jaringan
distribusi adalah sebagai berikut:
1. SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), terdiri dari : Tiang dan peralatan
kelengkapannya, konduktor dan peralatan per-lengkapannya, serta peralatan
pengaman dan pemutus.

2. SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah), terdiri dari : Kabel tanah, indoor
dan outdoor termination, batu bata, pasir dan lain-lain.

3. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo,
LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan
grounding, dan lain-lain.

4. SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) dan SKTR (Saluran Kabel Tegangan
Rendah), terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan
SKTM yang membedakan hanya dimensinya. (PLN Buku 5).

3.4 Jenis–Jenis Penghantar


Dalam proses transmisi dan distribusi tenaga listrik, penghantar memiliki fungsi
yang sangat krusial karena menentukan jumlah dan kualitas dari tenaga listrik yang
disalurkan tersebut. Terdapat bermacam –macam bahan yang biasa digunakan sebagai
bahan penghantar, seperti aluminium dan tembaga. Namun, dalam aplikasinya,
penghantar yang terbuat dari aluminium lebih sering digunakan karena lebih murah dan
lebih ringan daripada tembaga dengan besar resistansi yang tidak jauh berbeda.
1. AAC (all aluminium conductors) : seluruh bagian inti kabel terbuat dari aluminium.
2. AAAC (all aluminium alloyconductors) : seluruh bagian inti kabel terbuat dari
campuran aluminium.
3. ACSR (aluminium conductor, steel-reinforced) : terbuat dari aluminium yang
26

diperkuat dengan baja


4. ACAR (aluminium conductor, alloy-reinforced) ; terbuat dari aluminium yang
diperkuat dengan logam campuran.

3.5 Jenis –jenis Hantaran Jaringan


Dalam system instalasi listrik, terdapat dua tipe pemasangan hantaran jaringan yaitu
sebagai berikut :
a. Jaringan hantaran udara
Jaringan ini menyalurkan daya listrik melalui kawat terbuka atau kabel yang
digantung pada tiang – tiang dengan peralatan isolator. Penghantar untuk jaringan
distribusi primer yang biasa digunakan adalah tembaga atau aluminium. Tiang –tiang
primer ataupun sekunder dapat berupa besi atau beton, tetapi biasanya untuk tiap
jaringan distribusi yang paling banyak digunakan adalah tiang besi.
Berikut merupakan keuntungan dan kerugian dari jaringan hantaran udara:
1. Keuntungan :
- Mudah dilakukan perluasan pelayanan dengan menarik cabang yang
diperlukan
- Mudah diperiksa bila terjadi gangguan pada jaringan
- Mudah dipelihara
- Harganya relatif lebih murah
- Pembangunannya tidak terlalu sulit
- Tiang – tiang pada jaringan distribusi primer dapat pula digunakan
untuk jaringan distribusi sekunder dan keperluan pemasangan
transformator.
2. Kerugian :
- Mengurangi estetika tata kota
- Mudah mengalami gangguan karena berinteraksi langsung dengan
udara luar
- Keandalannya kurang
- Biaya pemeliharaannya besar

Jaringan hantaran udara menyalurkan daya listrik menggunakan kawat telanjang atau
kabel yang digantung pada tiang –tiang dengan menggunakan peralatan isolator, sehingga
dengan demikian gangguan lebih mudah terjadi, samping itu mengurangi keindahan di
sekitarnya karena saluran kabel tersebut terkadang terpasang tidak teratur. Jenis
penghantar yang sering digunakan pada jaringan distribusi hantaran udara
27

biasanya menggunakan jenis kabel atau kawat belitan dengan jenis tembaga atau dari
jenis aluminium.
Tiang –tiang jaringan distrbusi primer dan sekunder biasanya dapat berupa tiang
kayu, besi ataupun beton. Tetapi untuk tiang jaringan distribusi ini yang paling banyak
digunakan adalah tiang dari jenis beton dan besi. (Abdul Kadir, 2006). b. Jaringan
hantaran Bawah Tanah
Jaringan ini merupakan jaringan kabel yang dipasang dibawah tanah dengan
beberapa ketentuan pengamanan seperti batas kedalaman dan persyaratan material
kabel. Jaringan ini biasanya dipasang pada daerah kerapatan beban tinggi, seperti
pusat kota ataupun pusat industry, pemasangan jaringan hantaran udara akan
mengganggu, baik ditinjau dari keindahan maupun dari segi keamanan. Adapun
keuntungan dan kerugian dari jaringan ini adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan:
- Kabel yang dipasang bebas dari gangguan petir atau pun manusia
- Tidak mengganggu estetika tata kota
- Keandalannya lebih tinggi
- Kemungkinan gangguan lebih kecil
2. Kerugian :
- Harganya relatif mahal
- Sulit untuk mendeteksi dan memeriksa gangguan yang terjadi
- Pemeliharaan tidak bersifat fleksibel
- Sulit dilakukan perluasan dan percabangan

Secara umum kabel – kabel yang digunakan pada kedua system penyaluran daya
diatas sesuai dengan konsep sebagai berikut:
1. Inti / teras (core) :tunggal, ganda, tiga dan setengah
2. Bentuk (shape) :bulat, sector
3. Susunan (arrangement) :Sabuk, bertabir, berisi minyak,
berisi gas diperkuat dan tidak diperkuat
4. Dielektris :kertas (PILCTA), polyvynil chloride
(PVC), rantai silang polyethylene (XIPE), berisi gas (Nitrogen atau
SF6). (A.S Pabla, 1991)
28

3.6 Jenis–Jenis Gardu Distribusi


3.6.1 Menurut system pemasangannya
Menurut system pemasangannya, gardu distribusi dibagi menjadi pemasangan
luar dan pemasangan dalam. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai
masing jenis gardu distribusi menurut system pemasangannya :
a. Pemasangan luar
1. Pole Mounting
Gardu distribusi dan peralatannya dipasang langsung pada tiang, cara
pemasangan ini cukup baik untuk trafo kecil sampai kapasitas 50 kVA.

Gardu distribusi ini dipasang pada lengan antara dua tiang, cara
pemasangan ini baik untuk gardu berkapasitas sampai 200 kVA.

Gardu distribusi ini dipasang pada konstruksi tersendiri dari empat tiang
untuk penempatan trafo, cara ini baik untuk tempat dimana diperlukan peralatan
yang membahayakan. Kapasitas maksimal dari gardu ini adalah 200 kVA.
4. Pemasangan di Lantai
Gardu distribusi ini baik untuk semua ukuran gardu, tetapi biasanya untuk
kapasitas daya lebih besar dari 250 kVA.
b. Pemasangan Dalam
Gardu distribusi pemasangan dalam memiliki jarak minimum sebagai
persyaratan bangunan rumah trafo, yaitu sebagai berikut:
1. Jarak dari sisi dinding pada satu sisi minimum 1,25 m
2. Jarak dari sisi dinding pada dua sisi minimum 0,75 m
3. Jarak dari sisi dinding pada tiga sisi minimum 100 m
4. Jarak dari sisi minimum 1,25 m
2.6.2 Menurut Bentuk Tampilan
Untuk mengoptimalkan fungsinya sebagai penyalur daya listrik, maka gardu
distribusi dibentuk dalam beberapa tampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
beberapa factor penyesuaian, seperti luas wilayah pemasangan, besarnya daya yang
dibutuhkan atau pun kondisi alam dari daerah dimana gardu tersebut akan dipasang.
Berdasarkan faktor–faktor tersebut, maka tampilan gardu distribusi terbagi dalam
beberapa tampilan sebagai berikut :
29

1. Gardu Distribusi Beton


Gardu distribusi ini dikonstruksi dari beton dengan peralatan –peralatan listrik
terdapat dalam gardu beton. Pada umumnya gardu ini dibangun untuk melayani beban
yang besar dan diagram satu garis dari gardu distribusi tersebut dijelaskan pada
gambar 2.11 dibawah ini. (PLN buku 4, 2010).

Gambar 2.11 Diagram satu garis gardu beton


Keterangan :
1) Kabel masuk-pemisah atau sakelar beban (load break)
2) Kabel keluar-sakelar beban (load break)
3) Pengaman transformator-sakelar beban+pengaman lebur.
4) Sakelar beban sisi TR.
5) Rak TR dengan 4 sirkit bekan.
6) Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)
7) Pengaman lebur TR (NH - Fuse)
8) Transformator
30

Gambar 2.12 Bangunan Gardu


Beton 2. Gardu Distribusi Tiang
Gardu ini merupakan gardu distrinusi pasang luar karena perlengkapannya
terdapat diluar yang dilengkapi dengan peralatan pengaman seperti arrester. Biasanya
gardu tiang dipasang pada saluran udara tegangan menengah dengan jenis trafo
pasangan luar. Berikut dua tipe gardu tiang yang biasa digunakan dalam system
distribusi tenaga listrik: (PLN buku 4, 2010)
1. Gardu Tiang tipe Portal

Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya/ penyangganya terbuat


dari tiang. Dalam hal ini trafo distribusi terletak di bagian atas tiang. Karena trafo
distribusi terletak pada bagian atas tiang, maka gardu tiang hanya dapat melayani
daya listrik terbatas, mengingat berat trafo yang relatif tinggi, sehingga tidak
mungkin menempatkan trafo berkapasitas besar di bagian atas tiang (± 5 meter di
atas tanah). Untuk gardu tiang dengan trafo satu fasa kapasitas yang ada maksimum
50 KVA, sedang gardu tiang dengan trafo tiga fasa kapasitas maksimum 160 KVA
(200 kVA). Trafo tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam, yaitu trafo 1x3 fasa
dan trafo 3x1fasa. Gambar 3-22 memperlihatkan sebuah gardu distribusi tiang tipe
portal lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan panel distribusi tegangan
rendah yang terletak di bagian bawah tiang (tengah).
31

Gambar 2.13 Gardu Tiang Tipe Portal dan Midel Panel

2. Gardu Tiang tipe Cantol


Gardu cantol adalah type gardu listrik dengan transformator yang
dicantolkan pada tiang listrik besamya kekuatan tiang minimal 500 daN.
Instalasi gardu dapat berupa :
• 1 Cut out fused
• 1 lighting arrester.
• 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau transformator completely
self protected (CSP - Transformator). ( PLN buku 4, 2010 ).
32

Gambar 2.14 Gardu tiang tipe cantol

3. Gardu distribusi Metal Clad


Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari besi.
Gardu besi termasuk gardu jenis pasangan dalam, karena pada umumnya semua
peralatan penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam
bangunan besi. Semua peralatan tersebut sudah di instalasi di dalam bangunan
besi, sehingga dalam pembangunan nya pelaksana pekerjaan tinggal menyiapkan
pondasinya saja. (PLN buku 4, 2010).

Gambar 2.15 Gardu besi


33

4. Gardu Mobil
Yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya berupa sebuah mobil (diletakkan
diatas mobil), sehingga bisa dipindah-pindah sesuai dengan tempat yang membutuhkan. Oleh
karenanya gardu mobil ini pada umumnya untuk pemakaian sementara (darurat), yaitu untuk
mengatasi kebutuhan daya yang sifatnya temporer. Secara umum ada dua jenis gardu mobil,
yaitu pertama gardu mobil jenis pasangan dalam (mobil boks) dimana semua peralatan gardu
berada di dalam bangunan besi yang mirip dengan gardu besi.
Kedua, gardu mobil jenis pasangan luar, yaitu gardu yang berada diatas mobil trailer,
sehingga bentuk pisiknya lebih panjang dan semua peralatan penghubung/pemutus, pemisah
dan trafo distribusi tampak dari luar. Gardu distribusi jenis trailer ini umumnya berkapasitas
lebih besar daripada yang jenis mobil. Hal ini bias dilihat dari konstruksi peralatan
penghubung yang digunakan. Pada setiap gardu distribusi umumnya terdiri dari empat ruang
(bagian) yaitu, bagian penyambungan/pemutusan sisi tegangan tinggi, bagian pengukuran sisi
tegangan tinggi, bagian trafo distribusi dan bagian panel sisi tegangan rendah. (PLN buku 4,
2010).

Gambar 2.16 Gardu Mobil


34

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1) pembagian
atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub
sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada
pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik
yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai
24 kV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan
menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus
yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran
transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan
pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga
listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-
gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi
menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran
distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan.

4.2 Saran

1. Untuk memahami sistem distribusi tenaga listrik tersebut perlu langsung


ditinjau/disurvey ke lapangan.
2. Pada komponen-komponen sistem tenaga listrik harus nya di beri tanda warning
atau slogan bahwa berbahaya bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9743123/KONSTRUKSI_SALURAN_UDARA
https://www.academia.edu/37682810/TUGAS_Makalah_Jaringan_Tegangan_Rendah_dan_J
aringan_Tegangan_Menengah
https://bsd.pendidikan.id/data/SMK_12/Teknik_Distribusi_Tenaga_Listrik_Jilid_3_Kelas_12
_Suhadi_dkk_2008pdf
https://docplayer.info/38987143-Bab-iii-landasan-teori.html
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11168/C.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai