Anda di halaman 1dari 26

STUDY PENGARUH KUAT TEKAN SEMEN PEMBORAN CLASS – G

DENGAN PEMAKAIAN ADDITIVE


CFR-2 DAN LIGNOSULFAT
TERHADAP VARIASI WAKTU DAN TEMPERATUR

Arif Eka Rahmanto,Trisakti University

Abstract baik maka kita dapat menambahkan


Dalam kegiatan pemboran tidak akan beberapa additive sebagai pembanding uji
pernah lepas dari proses cementing. kuat tekan. Additive yang di bandingkan
Terutama untuk pemboran dalam lebih dari adalah : CFR – 2 ( Cement Fraction
6000 ft serta sumur sumur panas bumi. Reducers ), Lignosulfonat Diharapkan
Dimana pada kondisi tertentu dibutuhkan dengan adanya uji kuat tekan ini dapat
sement yang tahan temperature tinggi dan dijadikan sebagai salah satu sumber
sudah pasti harus memiliki kekuatan atau referensi dalam perencanaan penyemenan
ketahanan semen yang tinggi pula. khususnya untuk sumur MIGAS. Sehingga
Oleh karna itu sebagai seorang kegagalan dalam proses cementing dapat di
enginer sangat perlu mengetahui sifat – sifat minimallisir.
fisik sement. Terutama yang berkaitan 1. Pendahuluan
dengan kuat tekan ( compressive strength ). Kegiatan penyemenan sumur minyak
Untuk itu kita dapat melakukan percobaan adalah merupakan bagian dari pada
uji tekanan dengan menggunakan semen pekerjaan pemboran. Oleh karena itu
class – G, Sement type ini sangat bagus keberhasilan sebuah proses pemboran tidak
untuk penyemenan suhu yang tinggi serta terlepas dari kegiatan cementing.
memiliki ketahanan yang cukup bagu dan Penyemenan atau cementing adalah suatu
sesuai dengan standart international yaitu proses penempatan bubur semen pada
API Spec. 10 ( America Petroleum Institut annulus, celah antara casing dengan
)dan ASTM ( America Society for Testing dinding sumur. Dengan maksud untuk
Material ). Untuk mendapatkan hasil yang melakukan pembatasan antara casing dengan

Arif Eka Rahmanto 1 of 26


formasi guna memcegah timbulnya yang lainya. Dalam melakukan penyemenan
komunikasi antar zone yang satu dengan kita harus mempertimbangkan
beberapa faktor yaitu :
1. Perencanaan yang matang.
2. Pelaksanaan teknis yang baik.
3. Peralatan yang memadai. 1. Melindungi dan melekatkan casing
4. Bahan - bahan yang digunakan. pada dinding formasi.
Kegagalan dalam suatu kegiatan 2. Menutup daerah hilang sirkulasi dan
penyemenan merupakan suatu kerugian mengisolasi lapisan dibelakang
yang sangat besar, baik berupa kerugian casing agar tidak terjadi komunikasi
material, waktu, tenaga, maupun biaya. antar lapisan.
Selain dari 4 faktor diatas. Maka ada 3. Mencegah penyusupan gas atau
beberapa syarat yang perlu di perhatikan fluida formasi yang bertekanan
dalam proses penyemenan, adalah sebagai tinggi ke celah antara casing dan
berikut : formasi, yang dapat menimbulkan
 Terdapatnya kolom semen yang masalah yang yang membahayakan
cukup pada selang kedalaman yang dipermukaan
telah di tentukan. 4. Menutup sumur yang ditinggalkan.
 Letak casing harus tepat ditengah – 5. Memperkecil gas ratio dan water
tengah sumur. ratio.
 Kualitas daya ikat semen yang baik
6. Memperbaiki casing yang pecah.
terhadap casing maupun lubang
7. Memperbaiki kesalahan letak
sumur.
perforasi.
 Pemilihan seman dan additif harus
8. Menutup zona yang tidak di
tepat sesuai dengan kedalaman serta
butuhkan.
kondisi formasi.
Oleh karena itu semen harus
Adapun tujuan melakukan kegiatan mempunyai sifat-sifat fisik yang dapat
cementing pada suatu sumur antara lain berfungsi dengan baik pada kondisi masing-
untuk : masing sumur seperti temperatur,
kedalaman, dan tekanan.

Arif Eka Rahmanto 2 of 26


mempunyai harga lebih besar dari pada
Adapun gaya yang berkerja pada casing ( harga shear bond strength.
selubung ) sumur minyak meliputi : Oleh sebab itu Penelitian ini lebih
1. Gaya horizontal, yaitu gaya yang memfokuskan diri pada compressive
disebabkan oleh tekanan formasi. strength dengan menggunakan bubur
2. Gaya vertikal, yaitu gaya yang semen ( slurry ) yang sesuai dengan
disebabkan oleh berat rangkaian pipa ketentuan uji laboratorium serta
selubung disamping gaya lainnya, ketentuan internasional yaitu API (
seperti goncangan selama pemboran America Petroleoum Institut ) serta
dan gaya selama melakukan ASTM ( America Society for Testing
perforasi. Material ).
Adapun tema atau judul penelitian
Salah satu sumber kegagalan proses
ini adalah study pengaruh kuat tekan
penyemenan ini adalah karena kurang
semen pemboran kelas G terhadap
memperhitungkan gaya di dalam
pemakaian additive Lignosulfonat dan
selubung sumur minyak. Gaya yang
Cement Fraction Reducers – 2 ( CFR-2)
dimaksud adalah :
dengan Variasi Temperatur ( 150 F – 250
1. Shear Bond Strength .
F ) dan waktu ( 16 jam – 168 jam ).
2. Compressive Strength.
Penelitian ini akan dilakukan pada
Pada kedalaman dan temperatur laboratorium teknik pemboran
tertentu, gaya tersebut akan sangat besar Universitas Trisakti.
sehingga dapa menyebabkan kerusakan Diharapkan dengan dilakukan
pada sement. Untuk itu sangat perlu penelitian ini, maka hasil yang akan
untuk dilakukanya penelitian terhadap didapat adalah kuat tekan ( Compressive
Shear Bond strength dan Compressive Strength) yang optimal dengan
Strength. menggunakan additiv tertentu pada
Compressive Strength ( Kuat Tekan ) variasi temperatur dan waktu.
yang merupakan salah satu gaya di Dengan demikian kita dapat melihat
dalam selubung sumur serta merupakan data – data hasil pengujian yang
bagian yang sangat berpengaruh karena dilakukan di laboratorium tersebut dan
pada umumnya compressive strength dari hasil tersebut kita dapat mengambil
Arif Eka Rahmanto 3 of 26
beberapa kesimpulan sebagaimana yang paling umum dapat di kelompokan menjadi
seharusnya dipenuhi dari hasil 2 macam yaitu :
perbandingan kuat tekan sement
terhadap pemakaian additiv dengan 2. 1. 1 Primary Cementing
variasi temperatur dan waktu. Sehingga Adalah suatu kegiatan penyemenan
bisa dijadikan bahan pertimbangan yang dilakukan untuk pertama kali setelah
dalam merencanakan kegiatan pemboran casing diturunkan kedalam lubang
di suatu lapangan. sumur.Tujuan dilakukanya primary
cementing adalah :
2. TEORI DASAR  Melekatkan casing ke batuan
Dalam sebuah kegiatan pemboran formasi.
sumur minyak, gas. Tidak terlepas dari
 Melindungi casing terhadap
tahapan penyemenan yang bertujuan untuk
tekanan formasi.
melekatkan casing pada dinding sumur.
Sebelum melakukan proses tersebut maka  Menutup zona lost circulation.
terlebih dahulu dibuat bubur sement (
 Mencegah karat pada casing.
Slurry).
Bubur sement adalah campuran yang  Mencegah runtuhnya formasi.
berasal dari air, bubuk semen tertentu serta
 Membuat pemisah antar zona –
additiv. Bubuk sement yang digunakan
zona.
adalah sement kelas G yang telah sesuai
dengan standart API spec 10, yang khusus Dari tujuan tersebut diatas maka terdapat
untuk sement pemboran. beberapa tahapan yang umum dilakukan
2. 1 Kegiatan Penyemenan ( cementing ) pada saat Primary Cementing yang terdiri
Pada dasarnya kegiatan penyemenan dari :
bertujuan untuk melekatkan casing pada • Penyemenan Conductor Casing,
dinding lubang sumur, melindungi casing adalah casing yang terdapat di
dari pengaruh fluida pemboran yang bersifat permukaan dengan kedalaman yang
korosi dan memisahkan zona satu dengan rendah. Untuk menjaga agar formasi
zona yang lainnya. Oleh sebab itu tidak runtuh dan sebagai pondasi
penyemenan Kegiatan penyemenan yang utama. Serta sebagai tempat untuk
Arif Eka Rahmanto 4 of 26
meletakan BOP ( Blow Out casing – casing pada tahapan
Preventer ) dan rangkaian well head. sebelumnya.
• Penyemenan Surface casing, adalah :
casing yang terletak lebih dalam dari 2. 1. 2 Secondary Cementing
pada Conductor casing. Berfungsi Adalah kagiatan penyemenan yang
menjaga formasi agar tidak runtuh, dilakukan setelah primary cementing, atau
serta menutupi zona – zona yang dengan kata lain penyemenan tahap ke 2.
tidak rata ( caving zone). Selain itu Tujuan penyemenan ini adalah :
juga berfungsi untuk menjaga lubang  Memperbaiki penyemenan jika
sumur dari tekanan di luar casing ada kerusakat pada tahap
maupun di dalam casing. Primary Cementing .
• Penyemenan Intermediate casing.
 Memisahkan zona produktif
Adalah : penyemenan yang
dengan zona non – produktif.
dilakukan lebih dalam lagi dari pada
tahap surface casing. Berfungsi Dalam secondary Cementing dapat dibagi
sebagai pemisah antara zona stabil dalam beberapa tahapan yaitu :
dan unstabil, untuk mengatasi • Squeieze Cementing, adalah :
masalah zona loss, melindungi kegiatan tahap 2 dalam penyemenan
formasi sumur, sebagai pembatas yang bertujuan untuk memperbaiki
zona air dengan minyak. hasil penyemenan pada primary
• Penyemenan Production casing. cementing jika kurang memuaskan
Adalah : penyemenan dilakukan dan memperbaiki kebocoran yang
setelah tahap intermediate casing terjadi pada casing. Kegiatan
atau penyemenan tahap akhir. penyemenan ini dapat dilakukan
Berfungsi untuk melindungi zona selama operasi pemboran
produksi minyak atau gas, serta berlangsung, komplesi maupun saat
sebagai pengontrol lapisan yang akan workover.
di produksi, serta sebagai pelindung • Re – Cementing, adalah : kegiatan
dari korosi. Pada umumnya diameter penyemenan yang termasuk tahap
casing produksi lebih kecil dari pada kedua. Adapun tujuan dilakukannya
penyemenan ini adalah untuk
Arif Eka Rahmanto 5 of 26
menyempurnakan primary cementing Pada saat pembentukannya dapat
yang gagal dan untuk memperluas dikontrol dengan menghindari kerusakan
perlindungan casing diatas top semen akibat Sulfat. Magnesium atau
sement. Sodium Sulfat bereaksi dengan lime
• Plug-back Cementing, adalah : membentuk Magnesium atau Sodium
termasuk penyemenan tahap kedua Hidroksida dan Kalsium Sulfat. Kalsium
yang terakhir kali dilakukan setelah Sulfat ini bereaksi dengan C3A
primary cementing selesai. Tujuan menghasilkan Kalsium Sulphoaluminate
Plug-back Cementing adalah : yang memiliki ukuran partikel yang
Menutup atau meninggalkan sumur ( lebih besar.
abandonmet well ), Untuk menutup Oleh sebab itu penggantian ruang
zona air agar dapat mengurangi C3A menyebabkan semen mengalami
water oil ratio pada open hole ekspansi dan pecah. Untuk itu semen
completion. yang dikenal dengan High Sulphate
Resistant (HSR) cement, kandungan
2.2. Komposisi Semen
C3A harus dijaga agar berada dibawah
Pada umumnya terdapat 4 (empat)
3%. Tetapi untuk mendapatkan kekuatan
senyawa kimia yang berperan sebagai
semen awal (early strength) yang tinggi,
senyama aktif dalam semen. Bila semen
kandungan C3A ini masih diperbolehkan
mengalami hidrasi, sennyawa ini
mencapai 15%.
memberikan pengaruh besar dalam
2. Tricalcium silicate (C3S)
pembentukan kekuatan semen
Senyawa ini dibentuk oleh reaksi
keringnya. Senyawa-senyawa tersebut
antara CaO dan SiO2. Senyawa C3S
antara lain :
merupakan komponen utama dalam
1. Tricalcium Aluminate (C3A)
semen Portland yang menempati 40%
C3A terbentuk dari perpaduan CaO
– 50% untuk retarder semen dan 60 -
dan Al203. Meskipun C3A tidak
65% untuk semen dengan kekuatan awal
memberikan pengaruh besar pada
yang tinggi. C3S memberikan kontribusi
kekuatan akhir semen keringnya, tetapi
yang besar untuk semua tahapan
berperan penting dalam pembentukan
pembentukan kekuatan semen terutama
kekuatan awal semen (early strength).
pada tahap awal (early strength).
Arif Eka Rahmanto 6 of 26
3. Dicalcium Silicate (C2S) mengenai data ASTM dan API dapat dilihat
Senyawa ini juga dihasilkan oleh pada tabel 2.2
reaksi antara CaO dan SiO2, sangat 2.3 Additive semen
penting dalam pembentukan kekuatan Berbagai jenis additive telah banyak
akhir semen. Karena C2S mengalami digunakan dalam penyemenan sumur-sumur
proses hidrasi yang lambat, maka tidak minyak dan gas dengan mempertimbangkan
mempengaruhi waktu pengerasan awal kondisi sumur seperti kedalaman,
semen. temperatur, dan tekanan.
4. Tetracalcium Aluminoferrite Beberapa operator menggunakan
(C4AF) berbagai jenis additive semen untuk
C4AF dibentuk dari CaO, Al203, berbagai kebutuhan, antara lain untuk :
Fe203. Senyawa ini hanya memberikan • Menambah dan mengurangi berat
pengaruh kecil pada kekuatan semen. bubur semen.
Untuk semen dengan daya tahan • Menambah volume bubur semen
terhadap sulfat yang tinggi, spesifikasi dengan biaya yang relatif rendah.
API menetapkan bahwa jumlah • Mempercepat atau memperlambat
kandungan C4AF dan dua kali waktu pengerasan (thickening time).
kandungan C3A tidak boleh melampaui • Meningkatkan kekuatan.
24%. • Mengurangi water loss.
Dari penjelasan diatas maka, ke • Menaikan daya tahan semen
empat senyawa tersebut adalah dasar dari terhadap cairan korosif.
penentuan type atau kelas pada sement.
• Mencegah hilangnya sirkulasi bubur
Untuk lebih jelas mengenai komposisi
semen.
senyawa semen portland tersebut dapat di
Oleh sebab itu maka, ada beberapa additive
lihat pada tabel 2.1.
yang sering digunakan dalam proses
pemboran, yaitu :
Selain Standart Portland kita juga
2.3.1 Accelerators
dapat menggunakan standart ASTM dan api
Accelerators adalah zat yang dapat
yang Terdiri dari beberapa tipe serta
mempercepat proses pengerasan pada bubur
komposisi semen. Adapun penjelasan
semen, sehungga thickening time menjadi
lebih singkat. Biasanya dipakai untuk
Arif Eka Rahmanto 7 of 26
penyemenan sumur dangkal, dimana • Memiliki specific gravity antara 4,5
temperaturnya masih rendah. Accelerator – 5,0.
yang biasa digunakan adalah Calcium • Memerlukan sedikit air.
Chloride (CaCl2), Sodium Chloride (Salt- • Tidak memperkecil kekuatan
NaCl), Gypsum Cement, Sodium Silicate (strength) dari semen.
(Na2SiO2), air laut. • Mempunyai efek sangat kecil
Cara lain untuk mempercepat proses terhadap waktu pemompaan semen.
pengerasan bubur semen adalah dengan • Dapat digabungkan dengan additive
memperbesar densitas semen atau lain
mengurangi jumlah air. • Tidak mengganggu kegiatan Well
Logging.
2.3.2 Light Weight Additive
Additive ini berfungsi untuk 2.3.4 Retarder
membuat bubur semen lebih ringan. Retarder adalah additive yang
Digunakan untuk penyemenan pada formasi digunakan untuk memperpanjang waktu
yang lemah dan tidak kuat menahan berat proses pengerasan bubur semen. Biasanya
kolom semen. Light weight additive yang additive ini digunakan untuk penyemenan
biasa digunakan adalah : sumur-sumur dalam yang bertemperatur
Bentonite Gilsonite, Coal, Expanded parlite, tinggi. Sehingga bubur semen tidak
Nitrogen, Microsphere, Diatomaceous Earth, mengeras sebelum target tercapai.
Artificial pozzolan dan Sodium Silicate Retarder dapat digunakan untuk
(Na2SiO2). sumur-sumur yang memiliki temperatur
dasar sumur antara 170°F - 500°F dan
2.3.3 Heavy Weight Additive memiliki kedalaman 6000 – 25000 feet.
Additive ini berfungsi untuk Agar semen tidak mengeras maka perlu
pemberat bubur semen. Additive ini ditambahkan retarder secara teratur kedalam
digunakan untuk penyemenan pada formasi bubur semen. Jumlah retarder yang akan
yang memiliki tekanan cukup tinggi, digunakan harus diperhitungkan terhadap
sehingga tekanan dalam kolom semen kadar air didalam bubur semen. Karena
mampu mengimbangi tekanan formasi. kadar air yang tinggi dapat melarutkan
Heavy weight additive harus memiliki sifat :
Arif Eka Rahmanto 8 of 26
retarder dan membawanya terpisah dari  Dapat bertindak sebagai bridging
bubur semen. agent (penghambat), contoh dari
additive ini adalah : bentonite, latex,
2.3.5 Lost Circulation – Control Agents organic polymer;
Additive jenis ini digunakan untuk
menanggulangi kehilangan bubur semen 2.3.7 Friction Reducer
pada saat proses penyemenan. Ada dua cara Additive ini berfungsi untuk
untuk menanggulangi kehilangan bubur mengurangi kekentalan bubur semen, serta
semen. Pertama dengan mengurangi densitas membuat turbulensi aliran bubur semen
bubur semen dan yang kedua adalah dengan pada laju pemompaan yang rendah. Friction
menambahkan material penyumbat, seperti reducer juga sering dikenala dengan nama
serbuk gergaji, bubur kayu, plastik, gilsonit, cement dispersant.
cellophane, dan mika kadang-kadang
digunakan bentuk suspensi dari campuran 2.3.8 Dispersants
bentonite dan minyak diesel. Cara lain Dispersant juga dapat disebut
adalah dengan menambahkan nitrogen sebagai 'Friction reducers'. Dispresant
kedalam system lumpur. dapat ditambahkan ke slurry , untuk slurry
tipis yang cukup yang dapat ditempatkan ke
2.3.6 Filtration Control Agents dalam turbulenceat rendah annular
Additive ini digunakan untuk velocities (pompa harga), atau ke slurry
mencegah terjadinya pengerasan bubur tanpa menggunakan weightin agent.
semen sebelum waktunya, melindungi dispersants yang terdiri dari lignin
formasi yang sensitif dan memperbaiki turunannya, asam organik, dan / atau
Squeeze Cementing. organik Polimer sintetik. Ukuran distribusi,
Additive ini harus memenuhi syarat- reactivity dari semen adalah tahapan, dan
syarat tertentu, antara lain : particle konsentrasi slurry di dalam
 Dapat membentuk lapisan film menentukan kekuatan yang electrostatik
menutup dinding yang permeable; bonding.
 Dapat membentuk emulsi apabila Jarak antara partikel (particle
bercampur dengan zat cair, sehingga concertation) menentukan probabilitas yang
filtrat tidak mudah lolos; berlebihan eletrostatic bonding kekuatan
Arif Eka Rahmanto 9 of 26
(gellation) atau kurang bonding kekuatan Akan tetapi Kelas / jenis tersebut
(solid pemisahan). Selama hydration reaksi memiliki persamaan yaitu untuk API kelas
pada permukaan partical, ionisasi dari A, B dan C sama dengan ASTM kelas I, II,
permukaan molekul induces lemah, II. Sedangkan kelas IV dan V tidak ada hub
menyebabkan massa dari perticles dapat dengan API. Pada beberapa kelas semen
menggumpalkan (flocculate). terbagi lagi memjadi beberapa macam
ketahanan semen terhadap Sulfat, yaitu :
• Ordinary ( O)
2.4. Bahan Penelitian.
• Moderate Sulfat Resistance ( MSR)
Dalam penelitian ini kita
mengggunakan bahan yang sesuai dengan • High Resistance ( HSR)
standart API dan ASTM. Campuran bubur
Sement yang biasa di dalam kemasan
sement yang akan kita uji adalah bubuk
karung atau sack, dengan berat per sack
semen kelas G,
semen pada umumnya 94 lb dan memiliki
2. 4. 1 Klasifikasi Semen
berat jenis 3.12 gr/cc. Standarisasi untuk
Pengklasifikasian bubuk semen
bubuk semen ini sesuai dengan API Spec 10
didasari atas kondisi sumur dan sifat – sifat
yang dikhusukan untuk semen pemboran.
semen yang disesuaikan dengan kondisi
Adapun klasifikasi jenis semen menurut API
sumur tersebut, seperti : kedalaman sumur,
adalah :
temperature, tekanan, dan kandungan yang
 Kelas A : Digunakan untuk
terdapat pada fluida formasi.
penyemenan selubung sampai kedalaman
Pengklasifikasian semenyang paling sering
maksimum 1830 meter (6000 ft) dengan
digunakan adalah :
temperatur 80° C. Semen ini hanya dalam
1. ASTM (America Society for Testing
bentuk ordinary atau dengan kata lain semen
Material), Klasifikasin terbagi menjadi 5
biasa yang digunakan hanya untuk kondisi
jenis ( I, II, III, IV, V ).
normal saja.
2. API (America Petroleoum Institut),  Kelas B : Digunakan untuk sumur
Klasifikasi terbagi menjadi 8 jenis, yaitu : sampai kedalaman maksimum 1830 meter
A, B, C, D, E, F, G, H. (6000 ft) dengan temperatur 80 °C .Dapat
digunakan juga untuk ketahanan sulfat kelas

Arif Eka Rahmanto 10 of 26


menengah dan tinggi ( Moderat Sulfat ini mengandung Silikat Kalsium. Dapat
Resistant and High Sulfat Resistant) . tipe digunakan pada MSR (Moderat Sulfat
semen B ini lebih sedikit mengandung C3A Resistant) dan HSR ( High Sulfat Resistant).
dibandingkan denganseman tipe A.  Kelas H : Digunakan sebagai semen
 Kelas C : Digunakan pada sumur pemboran dasar untuk kedalaman
dengan kedalaman maksimum 1830 meter maksimum sampai 2440 meter (8000 ft)
(6000 ft) dengan temperatur 80° C . Tipe ini dapat digunakan dengan penambahan
dapat digunakan pada kondisi membutuhkan akselerator dan retarder . Jenis semen ini
sifat kekuatan awal yang tinggi. Terdapat hampir sama dengan Tipe semen kelas G
tipe Ordinary, MSR dan HSR . yang membedakan hanya pada butiran
 Kelas D : Digunakan untuk sumur semen kelas H lebih besar. Dipasaran hanya
dengan kedalaman 1830 meter (6000 ft) tersedia dalam bentuk MSR (Moderat Sulfat
sampai kedalaman maksimum 3050 meter Resistant)
(10000 ft) dengan kondisi temperatur dan  Kelas J : Digunakan untuk semen
tekanan sedang. Terdapat 2 jenis produk dasar pemboran untuk kedalaman 3660
yaitu tidak tahan Sulfat dan tah terhadap meter (12000 ft) sampai kedalaman
Sulfat. maksimum 4880 meter (16000 ft) pada
 Kelas E : Digunakan untuk sumur kondisi temperatur dan tekanan yang amat
dengan kedalaman 3050 meter (10000 ft) tinggi atau dapat digunakan dengan
sampai kedalaman maksimum 4270 meter penambahan akselerator dan retarder.
(14000 ft) dengan kondisi Temperatur dan Komposisi senyawa kimia untuk
tekanan tinggi. type semen menurut API berdasarkan
 Kelas F : Digunakan untuk sumur ketahanan terhadap Sulfat, dpat dilihat pada
dengan kedalaman 3050 meter (10000 ft) tabel 2.3
sampai kedalaman maksimum 4880 meter
(16000 ft) dengan kondisi temperatur dan 2. 4. 2 LIGNOSULFONAT
tekanan tinggi. Lignosulfonat adalah termasuk salah
 Kelas G : Digunakan sebagai semen satu additive yang memiliki sifat dispersant.
pemboran dasar untuk kedalaman 2440 Lignosufonate sangat stabil pada kondisi
meter (8000 ft), dapat juga digunakan pada temperatur 125 °C – 150°C ( 257°F -
dengan akselerator dan retarder. Jenis semen 302°F). Lignosulfonat berbentuk bubuk
Arif Eka Rahmanto 11 of 26
Gambar2.1
Lignosulfonate
2. Temperature stability : 150 °C
yang sangat halus berwarna hitam
3. Solubility : fresh and salt water
kecoklatan. Adapun sifat fisik dari
lignosulfonate adalah : 4. Kategory : Non – toxic
1. Bulk Density : 640 kg/m3 (40.0
Lignosufonate yang digunakan dapat dilihat
lbs/ft3)
pada gambar 2.1 berbentuk butiran halus.

2.4.3 CFR – 2 ( Cementing Fraction di gunakan untuk cementing. Tersedia dalam


Reducers ) dua macam
Cementing Fraction Reducers adalah CFR-2 yaitu serbuk dan liquid. Dapat dilihat
additive yang termasuk reaterder dan juga pada Gambar.
memiliki sifat dispersant, additive ini khusus

Gambar 2.1
CFR - 2

Arif Eka Rahmanto 12 of 26


penyemenan. Adapun sifat – sifat dasar
2.5 Sifat – Sifat Fisik Semen semen adalah : Densitas, Thickening Time,
Bubur semen yangakan digunakan Filtration Loss, Water Cement Ratio
pada kegiatan pemboran haruslah (WCR), Waiting On Cement, Permeabilitas
disesuaikan dengan sifat – sifat formasi yang Compressive Strength , Shear Bond
akan disemen. Hal ini sangat berpengaruh Strength,Viskositas, Hidrasi Semen.
pada keberhasilan suatu kegiatan
Dari sifat – sifat fisik diatas tidak semuanya membahas tentang kuat tekan (Compressive
yang akan di uji atau di teliti. Tetapi Strength ).
penelitian ini lebih memfokuskhan atau
pada umumnya compressive strength
2.5.1 Compressive Strength mempunyai harga lebih besar dari pada
Kekuatan pada semen dapat dibagi harga shear strength. Pengujian compressive
menjadi dua, yaitu compressive strength dan strength pada laboratorium dilakukan
shear bond strength. Compressive strength dengan menggunakan alat water bath dan
didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam mortar hidrolis. Kemampuan selubung
menahan tekanan-tekanan horizontal, semen dalam menahan tekanan dapat
sedangkan shear bond strength didefinisikan ditentukan dari persamaan :
sebagai kemampuan semen untuk menahan F = 0,969 × Se × d × H
tekanan/beban dari arah vertical. Pada Dimana :
temperatur tinggi akan terjadi gangguan F = Harga pembebanan maksimal sampai
pada kekuatan semen seiring dengan batuan semen begeser, lb
bertambahnya temperatur, hal ini lebih Se = Compressive strength batuan semen,
dikenal dengan “strength retrogetion”. Hal psi
ini mengubah komposisi komponen semen d = Diameter luar casing, inch
dan menyebabkan kekuatan dari semen H = Ketinggian kolom semen, ft
hilang.
Dalam mengukur kekuatan semen, Besarnya harga atau nilai compressive
sering kali yang diukur hanyalah strength sangat di pengaruhi oleh beberapa
compressive strength, hal ini dikarenakan faktor, yaitu :
Arif Eka Rahmanto 13 of 26
1. Temperatur. 5. Menyekat antara lapisan yang
permeable.
2. Kadar pemakaian air ( water cement
ratio) pada bubur semen. 3. PENELITIAN
Dalam penelitian ini, kami
3. Jumlah additif yang dicampurkan.
menggunakan 4 aditive dengan variasi
4. Jenis atau type semen. yang berbeda. Dapat dibagi menjadi 2

5. Pengkondisian semen pada kelompok penelitian, Yaitu :

laboratorium, yaitu proses dimana bubur Additif Lignosufonat dan CFR -2

semen yang telah dicetak dimasukhan dengan variasi waktu 16 jam dan 168

kedalam alat Water Bath atau Curing jam.

Chamber pada temperatur, tekanan dan


waktu tertentu.
3.1 PROSEDUR DAN PERALATAN
Strength minimum yang di PENELITIAN COMPRESSIVE
rekomendasikan oleh API ( America STRENGTH
Petroleum Institute ) untuk dapat dilanjutkan Pengujian ini dilakukan berdasarkan
pada tingkat operasi pemboran adalah 6, 7 standart dan persyaratan yang telah di
mpa ( 1000 psi). Oleh karena itu untuk dapat tentukan oleh API dan ASTM, serta
mencapai strength yang diinginkan, maka pengkondisian disesuaikan dengan suhu
semen harus memenuhi beberapa fungsi, yang sebenarnya pada saat kegiatan
diantarnya adalah : pemboran berlangsung. Persiapan pengujian
1. Dapat melindungi dan menahan di laboratorium antara lain dengan
casing. mempersiapkan peralatan, bubur semen

2. Menahan guncangan selama kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan ( lihat

pemboran berlangsung. lampiran A) dan prosedur kerja yang akan


dilakukan.
3. Menahan tekanan hidrolik yang Ruang lingkup pengujian ini hanya
tinggi. pada compressive strength saja, tidak

4. Menyekat lubang dari fluida formasi melakukan pengujian terhadap sifat fisik

yang korosif. semen yang lain.

Arif Eka Rahmanto 14 of 26


3.1.1 Pelaksanaan Pengujian Kuat Tekan masing. Spesifikasi peralatan dan prosedur
( Compressive Strength ) pengujian dapat dilihat tabel API Spec. 10.
Pada pengujian compressive 3.1.3 Analisa pengujian Kuat Tekan
strength, didapatkan kekuatan dari semen (Compressive Strength)
kelas “G” terhadap additive CFR – 2 dan Percobaan kuat tekan adalah untuk
Lignosulfonat dengan variasi waktu dan mengetahui kekuatan dari semen dalam
temperature, mampu menahan tekan dan menahan gaya tekan dalam satuan pound
gaya dari arah vertikal maupun arah square inch (psi). Dalam operasi dilapangan,
horizontal. Untuk menghitung kuata tekan kuata tekan sangat berhubungan dengan
semen digunakan persamaan berikut : WOC (Wait On Cement).
Kuat tekan = a. Peralatan percobaan kuat tekan :
Gaya yang dilakukan saat penekanan (lb) 1. Sciepher (pengukur ketebalan
Luas permukaan sample kubus (inch²) kubus sample semen)
* Dimana satuan kuat tekan adalah pound 2. Minyak pelumas
per square inch (psi) 3. Strength testing machine
4. Cover plate kaca
3.1.2 Pembuatan Suspensi Semen dan 5. Mold dengan ukuran 2×2 inchi
Penambahan Additive 6. Water bath (150°F - 250°F ) atau
(65,5 - 121 °C)
Setiap kelas semen mempunyai 7. Water curing bath non-pressure
spesifikasi tertentu pada slurry atau bubur 8. Sieve 200 mesh
semen, sebagaimana terlihat pada tabel 9. Alat timbang elaktric dan manual.
(2.3), dalam pengujian ini semen yang b. Prosedur Pembuatan Kubus Sample :
digunakan adalah semen kelas “G” dimana − Siapkan cetakan semen dengan
penetuan komposisi bubur semen harus badan mold ( Cetakan ) sudah
sesuai dengan standart API. Untuk itu semen dilapisi dengan minyak pelumas.
kelas “G” harus memenuhi berat yang telah − Jika pemberian minyak pelumas
ditentukan oleh API . Air yang dipakai terlalu banyak akan mengotori slurry
untuk mencampur bubur semen memiliki dan pada sudut mold sample.
persentase air ( Water Cement Ratio) adalah − Persiapkan sample semen (sementara
44% untuk semen kelas G dari berat masing- water bath dipanaskan)
Arif Eka Rahmanto 15 of 26
− Siapkan bubur semen kedalam − Jalankan mixer dengan kecepatan
mold. Tutup mold dengan cover rendah, yaitu pada 4000 rpm dan
kaca. masukan semen. Kemudian tutup
− Masukan mold kedalam water bath mixing container dan lanjut kan
selama waktu yang ditentukan (16 pengadukan dengan menggunakan
jam atau 1 minggu). kecepatan 12000 rpm selama 35 detik.
− 45 menit sebelum waktu akhir − Lalu tuangkan bubur semen tadi
sample kubus harus diangkat dan kedalam cetakan.
didinginkan dalam air.
c. Prosedur pembuatan bubur semen : d. Prosedur Pengujian Kuat Tekan :
− Siapkan bubuk semen yang akan - Posisi sample kubus bagian yang
digunakan sesuai dengan yang diletakan dai atas adalah sisi yang
dinginkan menurut rencana sejajar dengan dinding mold sebelah
pengujian ( lihat lampiran A). kiri dan kanan.
− Ukur air dengan Water Cement Ratio - Sisi atas dari sample kubus
(WCR) yang diinginkan dlam WCR menghadap ke praktikan
= 44% untuk semen kelas G. - Posisi sample kubus harus diagonal

− Siapkan additive yang digunakan - Bila lebih dari satu mold perhatikan

yaitu CFR -2 dan Lignosulfonat nomor urutnya.

sesuai dengan rencana pengujian - Catat kemempuan kuat tekan setiap

(lihat Lampiran A). sample dalam satuan lb.

− Masukan bubuk semen dan additive Bahan yang digunakan adalah semen “G”

yang digunakan kedalam mixer lalu dan peralatan yang digunakan untuk

campurkan dengan air dan D – 47 pengukuran kuat tekan ialah hydraulic

(deaformer) hanya beberapa tetes pressure dengan peralatan antara lain pompa

saja ( 2 – 4 tetes ) untuk mengatasi hidrolik, motor, bearing block machine,

masalah gelembung udara agar hidrolik mortar dan manometer pengukur

gelembung udara tidak terikut dalam tekanan. Peralatan yang digunakan antara

bubur semen. lain :


1.Water Bath
2.Alat penguji kuat tekan
Arif Eka Rahmanto 16 of 26
3. Alat pencampur semen (mixing container) tinggi. Temperatur yang digunakan antara
4.Cetakan semen ( mold ) (80°F - 250°F ) atau (26,6°C - 121 °C)
Untuk alat yang digunakan pada menggunakan air secukupnya sampai
pengujian kuat tekan berikut adalah cetakan semen terendam semua.
penjelasanya : 5. Alat pengujian kuat tekan ( compressive
1. Alat untuk menimbang bubuk semen strength )
adalah : timbangan yang terbagi menjadi 2 Alat ini digunakan untuk mengukur
macam yaitu electric dan non electric. kemampuan semen terhadap tekanan yang
2. Alat pencampur (mixer) ini mempunyai diberikan. Alat yang digunakan ber merk
dua pilihan pengaturan kecepatan CARVER dengan hasil pengukur terbagi
pengadukan, yaitu putaran rendah dan menjadi 2 type yaitu dengan satuan TON
putaran tinggi. Alat ini juga mempunyai dan POUND. Pada pengujian ini kita
pengatur waktu otomatis yang akan menggunakan satuan pound ( lbs).
menghentikan pengadukan pada waktu yang
diinginkan. Bubur semen yang sudah 3.2 Tata Cara Pelaksanaan Pengujian
tercampur dengan aditif dimasukan dalam Ada beberapa pengerjaan yang dilakukan di
suatu cetakan kubus dan dimasukan ke laboratorium antara lain sebagai berikut :
dalam perendam dengan pengatur 1. Penyiapan bubur semen yang digunakan
temperatur agar proses hidrasi bubur semen Bubur semen yang telah disiapkan
sesuai dengan proses hidrasi bubur semen pada cetakan kemudian dilaksanakan
pada keadaan di dalam sumur. Metode Curing terhadap perubahan
3. Dalam percobaan ini memakai cetakan temperature dan waktu . Untuk temperatur
semen dengan ukuran 2×2 inchi dan dilakukan pada 65,5°C dan 121°C selama
mendapatkan 3 sampel lalu cetakan semen waktu curing 16 jam dan 168 jam (1
ini dimasukan kedalam water bath. Fungsi minggu).
alat ini agar hasil bubur semen berbentuk Dalam percobaan ini dibutuhkan
kubus dan dapat dilakukan proses pengujian. cetakan sample yang berbentuk kubus
4. Water bath alat ini berguna untuk dengan ukuran 2×2 inchi, cetakan sample ini
peredam dan mengkondisikan bubur semen diperlukan untuk diperlukan untuk
seperti pada keadaan lubang sumur pengukuran compressive strength standard
sebenarnya yaitu basah dan bertemperatur API.
Arif Eka Rahmanto 17 of 26
Pengkondisian suspensi semen 3.3 Pengujian Kestabilan Kekuatan
dengan Water Bath. Dilaksanakan dalam Semen dan Kuat Tekan
water bath yang berupa bak air terbuka serta Kestabilan kekuatan dalam
didalamnya dilengkapi oleh pemanas, serat komposisi penyemenan pada suhu yang
peralatan pengontrol suhu yang berguna tinggi sangat berpengaruh, berdasarkan
agar suhu dalam water bath tersebut merata pengujian menunjukan kuat tekan akan
diperlukan suatu sistem sirkulasi yang bertambah sampai temperatur 121°C,
menerus. Prosedur pengkondisian di water dimana bila kurang dari temperature tersebut
bath adalah sebagai berikut : maka akan terjadi penurunan kekuatan
o Isi water bath dengan air semen yang disebabkan “strength
secukupnya. retrogession”. Oleh karna itu pengujian ini
o Aktifkan sistem kontroler, atur jarum menggunakan 2 jenis additive yaitu CFR – 2
penunjuk pada suhu pengkondisian ( Cement Fraction Reducers ), dan
yang diinginkan. Tunggu hingga Lignosulfonat. Dari 2 additive tersebut dapat
suhu yang diinginkan tercapai. dilihat perbedaan kekuatan tekan yang
o Setelah suhu yang diinginkan berdasarkan variasi temperature dan waktu.
tercapai masukkan cetakan sampel Pada pengujian terhadap kuat tekan
yang berisi suspensi semen dilakukan dengan peralatan Hidrolik Press
kedalaman water bath. dan jika lebih dari satu sampel yang diuji,
o Pengkondisian ini dilakukan selama maka sample lainnya diletakan dalam air
16 jam atau 168 jam ( 1 minggu) . dengan kondisi permukaan.
Untuk cetakan sampel kubik Prosedur pengujiannya adalah sebagai
standard 2×2 inchi, untuk berikut :
pengkondisian 24 jam penempatan 1. Bersihkan permukaan sampel dari
dalam water bath cetakan dibuka dan tetesan air dan pasir atau gerusan
setelah dingin sampel diukur. butiran semen agar tidak menempel
o Setelah 24 jam, angkat sampel dan pada bearing block mesin penguji.
didinginkan selama beberapa menit. 2. Periksa permukaan sampel apakah
o Setelah sample dingin, pengujian kua sudah benar-benar rata, apabila
tekan terhadap sampel dapat belum harus diratakan dengan
dilakukan. menggunakan gerinda. Ratanya
Arif Eka Rahmanto 18 of 26
permukaan sampel menentukan 4. HASIL PENELITIAN
persentatifnya data pengujian. Penelitian di bagi menjadi 2 kelompok,
3. Sampel semen diletakan dalam blok sehingga di daat hasil sebagai berikut :
bearing dan atur supaya tepat
ditengah-tengah permukaan blok 4.1 Additive Lignosufonat dan CFR -2
bearing diatasnya dan blok bearing dengan variasi waktu 16 jam dan 168
dibawahnya. jam.
4. Pompa tuas secara manual dan Dari hasil test pengujian
perhatikan jarum manometer sampai menggunakan hydraulic press terhadap
didapatkan pembebanan maksimum sampel semen kelas G dengan memakai 2
ketika batuan pecah. Kemudian additive sebagai pembanding. Dapat dilihat
dicatat harga pembebanan hasil pengujian sebagai berikut :
maksimum sampel tersebut. 1. Lignosulfonat pada temperature
5. Lakukan test pada 3 sampel lalu catat 150 º F (65,5 ºC ) dan waktu 16 jam. Data
data rata – rata kekuatan tekan yang di peroleh adalah: compresive strength
sampel, sesuai dengan additive yang yang tertinggi didapat pada titik komposisi
digunakan. 0,2 % dengan nilai compresive strentgh 1475
Kemudian lakukan perhitungan kuat psi/inch. Dapat dilihat pada tabel 4.1
tekan semen dengan menggunakan 2. CFR – 2 ( Cement Fraction
rumus : Reducers ) pada variasi temperature dan
Cs = P × (A1/A2) waktu 150 º F ( 65,5 ºC ) dan 16 jam. Data
Dimana : yang di peroleh adalah : compresive strength
Cs = compressive strength, psi yang tertinggi didapat pada titik komposisi
P = Pembebanan maksimum, psi 0,4 % dengan nilai compresive strentgh
A1 = Luas penampang blok bearing 2291,665 psi/inch. Dapat dilihat pada tabel
dari hidrolik mortar, inchi² 4.1.
A2 = Luas permukaan sampel, inchi² 3. Lignosulfonat pada temperature
250 º F (121 ºC ) dan waktu 16 jam. Data
yang di peroleh adalah: compresive strength
yang tertinggi didapat pada titik komposisi
0.2 % dengan nilai compresive strentgh
Arif Eka Rahmanto 19 of 26
1666,665psi/inch. Dapat dilihat pada tabel • Untuk temperatur 250 ºF dengan
4.1 variasi waktu 168 jam didapat :
4. CFR – 2 ( Cement Fraction 2312,5 psi/inch.
Reducers ) pada variasi temperature dan
waktu 250 º F (121ºC ) dan 16jam. Data 5. KESIMPULAN
yang di peroleh adalah : compresive strength Dari hasil penelitian yang telah
yang tertinggi didapat pada titik komposisi dilakukan maka kita dapat menyimpulkan
0,3% dengan nilai compresive strentgh beberapa point berdasarkan additive yang
1916,663 psi/inch. Dapat dilihat pada tabel digunakan seperti tersebut diatas yaitu aditif
4.1. CFR-2 dan Lignosulfat terhadap variasi
Untuk penelitian 168 jam ( 1 waktu dan temperature yang dimana juga
minggu) kami hanya mengambil titik dapat dilihat pada grafik terlampir agar
puncak dari masing masing komposisi mendapatkan penglihatan yang maksimal.
additive, yaitu :
1. Lignosulfonate dengan komposisi 0,2 %
(variasi 16 jam, temperatur 150 ºF) didapat
harga compresive strength adalah : 5.1. Additive Lignosufonat dan CFR -2
• Untuk temperatur 150ºF dengan dengan variasi waktu 16 jam dan 168
variasi waktu 168 jam didapat : jam.
2291,665 psi/inch Dari hasil penelitian maka didapat 7 point
• Untuk temperatur 250 ºF dengan kesimpulan yaitu :
variasi waktu 168 jam didapat :
2721,21 psi/inch 1. Semakin banyak penambahan %
2. CFR – 2 dengan komposisi 0, % (variasi additive baik lignosulfonat maupun
16 jam, temperatur 150 ºF) didapat harga CFR -2 tidak lantas menaikan nilai
compresive strength adalah : Compressive Strenght ( Kuat Tekan )
• Untuk temperatur 150ºF dengan 2. Titik puncak kuat tekan additive
variasi waktu 168 jam didapat : 1750 tergantung dari % additive, waktu
psi/inch serta temperature.
3. Proses pembuatan sampel sangat
berpengaruh pada pengujian,karna
Arif Eka Rahmanto 20 of 26
sampel yang baik akan menghasilkan 6. DAFTAR PUSTAKA
data yang akurat. Sampel yang baik 1. API Specification for Material and
adalah tidak adanya cacat atau lubang Testing for well cements, API Spec.
yang disebabkan oleh gelembung 10, 4 Edition, 1988
udara yang masuk atau kesalahan 2. ASTM Standart on Cement Manual
pada waktu proses menutup sampel. Of Cemen Testing, Philadelphia
4. Pada pengujian dengan variasi waktu (1975) Part 13.
16 jam dan temperature 150 ºF – 250 3. Rabia, Hussain, Well Engineering &
ºF didapat besar yang tertinggi adalah Construction,
CFR – 2 sedangkan Lignosulfat 4. Specification for Material and
kurang bagus. Testing for well cements, API Spec.
5. Pada Pengujian dengan variasi waktu 10, Dallas (Jan.1982)
168 jam ( 1minggu ) didapat hasil 5. Sales and Service Catalog,
dengan variasi temperature 150 ºF – Haliburton Service, Ducan, OK.
250 ºF, kuat tekan yang bagus adalah
lignosufonat.
6. Dari Point 4 dan 5 maka
lignosulfonat tidak cocok untuk
temperature rendah dengan
waktu yang rendah pula.
Lignosulfonat bekerja dengan
baik pada waktu dan temperature
yang tinggi.
7. Dari point 6 maka CFR – 2 tidak
bagus untuk temperature yang
tinggi dan waktu yang lama,
tetapi akan bekerja dengan baik
pada temperature rendah dan
waktu yang singkat.

Arif Eka Rahmanto 21 of 26


LAMPIRAN

Arif Eka Rahmanto 22 of 26


Tabel 2.1
Tipe komposisi Semen Portland 1

Cement C3S C2S C3A C4AF


Class Tricalcium Dicalcium Tricalcium Tetracalcium
silicate Silicate Aluminate Aluminoferrite

A 53 24 8 8

B 47 32 5 12

C 58 16 8 8

D 26 54 2 12

E 26 54 2 12

F dan G 50 30 5 12

H 50 30 5 12

Tabel 2.2
Dasar komposisi semen menurut ASTM dan API 2

Arif Eka Rahmanto 23 of 26


Tabel 2.3
Komposisi senyawa kimia berdasarkan ketahanan Sulfat 4

Arif Eka Rahmanto 24 of 26


Tabel 4.1
Hasil Pengujian Compressive strength pada additive CFR -2 dan Lignosulfonat dengan
variasi waktu 16 jam dan 168 jam dan Temperatur 150 F dan 250 F

perhitungan berdasarkan sampel


Komposisi CFR 2
penambahan Temperatur 150 °F Temperatur 250 °F
aditif ( % ) 16 jam 168 jam 16 jam 168 jam
0 1250 1957,5
0.1 1312,5 2020,415
0.2 1375 2083,333
0.3 1833,325 1916,663
0.4 2291,665 1750 1750 2312,5
0.5 1791,65 1666,625
0.6 1291,665 1583,25
0.7 1250 1416,5
Komposisi Lignosulfonat
penambahan Temperatur 150 °F Temperatur 250° F
aditif ( % ) 16 jam 168 jam 16 jam 168 jam
0 1250 1441,5
0.1 1362,5 1554
0.2 1475 2291,665 1666,665 2721,21
0.3 1466,665 1499,998
0.4 1458,3325 1333,333
0.5 1008,3325 1281,228
0.6 558,3325 1229,125
0.7 0 1125

Arif Eka Rahmanto 25 of 26


GRAFIK PERBANDINGAN HASIL PENGUJIAN TERHADAP ADITIF
CFR 2 DAN LIGNOSULFAT

Arif Eka Rahmanto 26 of 26

Anda mungkin juga menyukai