Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RIA EKA PUTRI SITINJAK

NIM : 1801152
KELAS : BDP II-D
MATA KULIAH : PENGELOLAAN PEMELIHARAAN TANAMAN K. SAWIT
DOSEN : Bapak HARDY WIJAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN
T.P 2019/2020

Pengelolaan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit


TUGAS !!!
Buatlah tulisan tentang inovasi yang dapat dilakukan dalam pekerjaan pemeliharaan tanaman kelapa
sawit.

Sumber: Sri Mas Sari - Bisnis.com19 Juli 2017  |  02:00 WIB
Website: https://papua.bisnis.com/read/20170719/452/672684/kelapa-sawit-inovasi-teknologi-pacu-
produktivitas

Judul :
KELAPA SAWIT : Inovasi Teknologi Pacu Produktivitas dalam pekerjaan pemeliharaan tanaman
kelapa sawit

Inovasi adalah implementasi yang berhasil dari ide-ide kreatif. Semua inovasi diawali dari ide
yang kreatif. Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide baru yang terdiri dari 3 aspek
yaitu keahilan, kemampuan berfikir fleksibel dan imajinatif, dan motivasi internal. Dalam proses
inovasi, individu mempunyai ide-ide baru, berdasarkan proses berfikir imajinatif dan didukung oleh
motivasi internal yang tinggi. Namun demikian sering kali, proses inovasi berhenti dalam tataran
menghasilkan ide kreatif saja dan hal ini tidak dapat dikategorikan dalam perilaku inovatif.
Inovasi terdiri dari lima unsur diantaranya pertama, memperkenalkan produk baru atau
perubahan kualitatif pada produk yang sudah ada, kedua, memperkenalkan proses baru ke industri,
ketiga, membuka pasar baru, keempat, mengembangkan sumber pasokan baru pada bahan baku atau
masukan lainnya, dan kelima, perubahan pada organisasi industri.
Dengan demikian, inovasi pada perkebunan kelapa sawit adalah bagaimana mengembangkan
proses baru dalam menghasilkan TBS dan perubahan pada organisasi, sehingga proses produksi
menjadi lebih baik dan lebih efisien serta membuka pasar baru. Disinilah peranan penting dari
inovasi.
Proses inovasi harus seiring dengan prinsip going concern pada perusahaan perkebunan agar
perusahaan perkebunan terus bisa bertahan dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif di
masa-masa yang akan datang.
Pengembangan perusahaan perkebunan kelapa sawit di masa mendatang akan ditentukan oleh
seberapa besar kemampuan perusahaan  untuk secara terus-menerus melakukan inovasi dalam
mengembangkan dan menemukan teknologi baru yang lebih produktif, efisien, ramah terhadap
lingkungan dan mampu memberikan manfaat masyarakat sekitar kebun. Inovasi teknologi dapat
berupa teknik budidaya, teknologi proses, maupun inovasi kelembagaan dan sosial dalam sistem
industri perkebunan yang utuh dan sinergis.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) optimistis akan menghasilkan benih dengan potensi
produktivitas 10 ton minyak sawit mentah per hektare per tahun pada 2020 melalui inovasi teknologi.
Saat ini, potensi produksi benih yang dihasilkan PPKS berkisar 6-8 ton per ha.
Direktur PPKS PT Riset Perkebunan Nusantara Hasril Hasan Siregar mengatakan inovasi yang terus-
menerus telah mengangkat produktivitas sawit yang pada dekade 1960 hanya menghasilkan CPO 4,3
ton per ha per tahun.
Kini, melalui integrasi teknologi biologi molekuler ke dalam sistem pemuliaan konvensional,
serta penerapan perbanyakan secara kultur jaringan akan mampu meningkatkan potensi produksi
menjadi lebih dari 10 ton CPO per ha per tahun.
"Peranan riset dalam menghadirkan inovasi akan terus diperlukan dari masa ke masa," katanya dalam
kegiatan Pertemuan Teknis Kelapa Sawit di Sukoharjo, Selasa (18/7).
Sejalan dengan inovasi varietas unggul, introduksi dan riset tentang serangga penyerbuk kelapa sawit
(SPKS) Elaeidobius kamerunicus juga berkontribusi meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS)
sekitar 26% pada dekade 1980. Selanjutnya pada 2010-2020, PPKS melalui inovasi teknologi hatch
and carry dan pengembangan atraktan Kairomix akan menaikkan produksi (TBS) hingga 25%.
Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit yang tidak kalah penting adalah pengendalian gulma.
Kehadiran gulma merupakan faktor pengganggu dalam pertumbuhan kelapa sawit seba dapat
menurunkan produksi dalam jumlah yang cukup banyak serta dapat mengakibatkan kegagalan panen
apabila pengendalian gulma tidak dilakukan secara rutin. Inventaris gulma sebelum tindakan
pengendalian diperlukan untuk mengetahui jenis jenis gulma dominan pada suatu ekosistem agar
dapat diterapkan pengendalian yang efektif dan efisien sehingga pengendalian gulma bukan lagi
merupakan usaha sambilan tetapi merupakan komponen pokok dalam proses produksi kelapa sawit.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam rangka pembersihan gulma adalah dengan
membuat piringan (bokoran) di sekitar tanaman kelapa sawit. Pembuatan piringan (bokoran) di sekitar
kelapa sawit penting untuk dilakukan dan dijaga agar tetap bersih dari gulma. Pembuatan piringan
dilakukan di sekitar tanaman kelapa sawit dengan jari jari 1-2 m dari tanaman. Pembersihan gulma
pada daerah bokoran dapat dilakukan dengan melakukan pembabatan atau penyemrotan herbisida di
sekitar piringan agar senantiasa bersih dari gulma.
Hasil memaparkan produktivitas kelapa sawit masih relatif rendah, yakni 15%-35% atau di
bawah produktivitas potensial, sehingga memerlukan dukungan riset, inovasi dan penerapan praktik
terbaik.
"Inovasi kultur teknis terutama pemupukan yang efisien, berimbang dan efektif tentunya selalu
diperlukan untuk mencapai produktivitas potensial," tuturnya.
Hasril juga menyebutkan beberapa inovasi lainnya yang sudah dikembangkan untuk
menjawab tantangan teknis perkelapasawitan terkini, a.l. perakitan bahan tanaman unggul kelapa
sawit moderat tahan Ganoderma, pemanfaatan teknologi drone dalam monitoring penyakit
Ganoderma, penerapan sistem peremajaan yang efektif untuk areal endemik Ganoderma, aplikasi
teknologi tata air di lahan gambut atau pasang surut, serta penerapan sistem irigasi pada lahan kering.

DAYA SAING
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi
menyampaikan Indonesia harus dapat memproduksi minimal 25 ton tandan buah segar kelapa sawit
per hektare per tahun jika ingin mempertahankan daya saing di pasar minyak nabati dunia.
Produktivitas TBS itu hendaknya diikuti pula dengan rendemen (yield) setidaknya 25% atau
menghasilkan CPO 5-6 ton per ha per tahun. Lompatan produktivitas itu penting untuk menggapai
visi menggandakan suplai CPO Indonesia ke pasar dunia sekitar 60 juta ton pada 2050.
Saat ini, produktivitas TBS banyak yang masih di bawah 20 ton per ha, terutama dialami oleh petani
swadaya karena umur tanaman sudah tua atau kualitas benih tidak baik. Akibatnya, CPO yang
dihasilkannya pun hanya sekitar 2,5-3 ton per ha kendati masih lebih unggul dibandingkan dengan
produktivitas minyak rapeseed yang hanya 0,6 ton per ha, minyak biji bunga matahari 0,5 ton per ha,
dan minyak kedelai 0,4 ton per ha.
Bayu mengatakan ruang untuk mengerek produktivitas TBS dan CPO itu berada pada
perkebunan rakyat mengingat yield yang dihasilkan perkebunan swasta sudah relatif tinggi.
"Tidak sekadar mempertahankan keberlanjutan kelapa sawit, kita juga harus mempertahankan
keberlanjutan daya saing sawit. Kita menjadi nomor satu (eksportir minyak nabati) karena memiliki
daya saing, daya saing yang memberikan manfaat kepada petani sawit," ujarnya dalam kegiatan
Pertemuan Teknis Kelapa Sawit di Sukoharjo, Selasa (18/7/2017).
Meskipun demikian, lanjut Bayu, sawit hendaknya tidak dibatasi untuk sekadar menghasilkan
CPO. Menurut dia, sawit harus menghasilkan multiproduk, mulai dari cairan, padatan, hingga gas.
Mantan Kepala Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP Sawit) itu memberi
gambaran, Indonesia mengekspor cangkang sawit ke Jepang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
bioenergi Negeri Matahari Terbit. Tahun lalu, volume pengapalan cangkang sawit ke Jepang 450.000
ton dengan harga US$80 per ton free on board (FOB) atau US$120 dolar cost, insurance, and freight
(CIF).
Sementara itu, mantan menteri pertanian Bungaran Saragih mengatakan peremajaan kebun
sawit menjadi syarat utama untuk mencapai target produksi 25 ton TBS per ha, kemudian disusul oleh
praktik pertanian yang baik (GAP).
"Kalau BPDP menyatakan tahun ini replanting 20.000 ha kebun dimulai, barangkali target itu bisa
dicapai 5-10 tahun yang akan datang. Lima tahun mungkin terlalu ambisius karena baru panen.
Mungkin 10 tahun yang akan datang," katanya.

Anda mungkin juga menyukai