Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan


proses kehamilan dan proses persalinan. Masa nifas ini berlangsung selama kira-
kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis maupun
psikologis, yaitu: perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lokhia,
laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan
psikis.
Asuhan nifas perlu dilaksanakan secara menyeluruh, walaupun pada
umumnya ibu yang melahirkan dalam keadaan sehat, tapi kadang-kadang juga
ditemukan adanya masalah, sebagaimana diuraikan di bawah ini. Selama
beberapa hari setelah melahirkan, ibu mengalami masa pemulihan atau masa
nifas. Banyak hal yang bisa terjadi dalam masa ini. Yang terutama adalah
keluarnya darah nifas atau lokhea, akibat terlepasnya lapisan rahim. Proses
kelahiran merupakan peristiwa yang penting dan mulia, namun sangat menguras
tenaga maupun emosi ibu. Kejadian penuh ketegangan dan sangat melelahkan.
Bagi sebagian orang bahkan kelelahan ini dapat berlangsung lebih lama, hingga
beberapa bulan pasca persalinan.
Bidan perlu mengingatkan wanita yang baru pertama kalinya menjadi ibu
bahwa kelelahan tersebut merupakan reaksi normal dari tubuh. Apalagi dalam
waktu bersamaan, ibu juga dituntut memberikan perhatian yang besar terhadap
bayi yang baru dilahirkannya. Dengan mengetahui kondisi-kondisi ibu seperti
ibu baik fisik maupun psikis, maka bidan dapat memberikan asuhan masa nifas
yang optimal. Asuhan nifas sejak dahulu kala telah dilakukan dengan cara yang
sederhana dan tradisional. Namun dengan bertambah majunya ilmuked okteran
dan kebidanan, sudah seharusnya asuhan nifas dilakukan dengan cara-cara yang
lebih maju. Hal ini menuntut bidan sebagai tenaga profesional mampu
memberikan pelayanan perawatan kebidanan kepada setiap ibu pada masa nifas.
Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil. Nifas (puerperium)
berasal dari bahasa latin yang mempunyai 2 suku kata yakni puer dan parous.
Peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pur perium merupakan masa setelah melahirkan. Masa nifas merupakan periode
kritis dalam keberlangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir. Sebagian besar
kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi dalam satu bulan pertama setelah
persalinan (World Health Organization, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masa nifas?
2. Apa tujuan asuhan kebidanan nifas dan menyusui?
3. Bagaimana peran dan tanggungjawab bidan secara komprehensif dalam
asuhan masa nifas?
4. Apa saja tahapan masa nifas?
5. Apa lingkup asuhan nifas atau postnatal?
6. Apa kebijakan program nasional masa nifas?
7. Bagaimana asuhan kebidanan masa nifas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan dan untuk
melaksanakan asuhan kebidanan langsung kepada pasien secara optimal dan
mental ibu dan anak selama dalam masa nifas, sehingga didapat ibu dan anak
yang sehat.
2. Tujuan Khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses
asuhan kebidanan serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan
asuhan kebidanan penulis diharapkan mampu :
1. Untuk mengetahui pengertian masa nifas
2. Untuk mengetahui tujuan asuhan kebidanan nifas dan menyusui
3. Untuk mengetahui peran dan tanggungjawab bidan secara komprehensif
dalam asuhan masa nifas
4. Untuk mengetahui tahapan masa nifas
5. Untuk mengetahui Lingkup Asuhan Nifas Atau Postnatal
6. Untuk mengetahui Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
7. Untuk mengetahui asuhan Kebidanan masa nifas

D. Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa mengetahui apa yang di maksud dengan kehamilan:
1. Agar dapat mengetahui apa pengertian masa nifas?
2. Agar dapat mengetahui apa tujuan asuhan kebidanan nifas dan menyusui?
3. Agar dapat mengetahui bagaimana peran dan tanggungjawab bidan secara
komprehensif dalam asuhan masa nifas?
4. Agar dapat mengetahui apa saja tahapan masa nifas?
5. Agar dapat mengetahui apa lingkup asuhan nifas atau postnatal?
6. Agar dapat mengetahui apa kebijakan program nasional masa nifas?
7. Agar dapat mengetahui bagaimana asuhan kebidanan masa nifas?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
masa nifas berlangsung kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital
baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan.
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
selama masa ini, fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang
normal. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.
Lama masa nifas 6-8 minggu (Mochtar, 2010).
Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah persalinan selesai,
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Periode pasca partum (Puerperium)
adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Dari berbagai uraian yang
menjelaskan tentang pengertian masa nifas, dapat disimpulkan bahwa masa
nifas adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama
6 minggu.
2. Tujuan asuhan kebidanan nifas dan menyusui, sebagai berikut:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan
bayi selalu terjaga.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan
harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas
secara sistematis yaitu mulai pengkajian, interpretasi data dan analisa
masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga dengan
asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi secara dini
penyulit maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi.
c. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi penyulit
atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas pelayanan rujukan.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nifas
dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan jarak
kelahiran, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan
bayi sehat serta memberikan pelayanan keluarga berencana, sesuai
dengan pilihan ibu.
Asuhan masa nifas sangat penting dan diperlukan karena dalam periode ini
disebut masa kritis baik pada ibu maupun bayinya. Diperkirakan insiden
kematian ibu di Indonesia sebesar 60% terjadi pada postpartum atau masa
nifas, dan sebesar 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
(Kemenkes RI, 2013). Sehingga peran dan tanggung jawab bidan untuk
mencegah kematian ibu pada masa kritis ini adalah dengan memberikan
asuhan kebidanan yang aman dan efektif.
3. Peran dan tanggungjawab bidan secara komprehensif dalam asuhan masa
nifas
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
b. Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi
serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman ibu
dan bayi.
d. Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan
menyusui serta melaksanakan rujukan secara aman dan tepat waktu
sesuai dengan indikasi.
e. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas
dan menyusui, pemenuhan nutrisi yang baik, serta mempraktekkan
personal higiene yang baik.
f. Melakukan manajemen asuhan dengan langkah-langkah; pengkajian,
melakukan interpretasi data serta menetapkan diagnosa, antisipasi
tindakan segera terhadap permasalahan potensial, menyusun rencana
asuhan serta melakukan penatalaksanaan dan evaluasi untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi, serta untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
g. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis
profesional.
4. Tahapan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini merupakan fase kritis, sering
terjadi insiden perdarahan postpartum karena atonia uteri. Oleh karena
itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi;
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan
suhu.
b. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu) Pada periode ini bidan
tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling
perencanaan KB.
d. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau
komplikasi.
5. Lingkup Asuhan Nifas Atau Postnatal
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir hingga alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu kurang
lebih 6 minggu. Bidan harus mengetahui tujuan pemberian asuhan kebidanan
pada masa nifas. Adapun esensial asuhan masa nifas adalah sebagai berikut:
a. menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan pisikologi maka kesehatan ibu dan
bayi selalu terjaga.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan
harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas
secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun
penunjang.
c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisa cara tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas dapat
mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi. 4. Merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya, yakni setelah masalah
ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah berikutnya
sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat memberi pelayanan keluarga
berencana.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik untuk ibu maupun bayinya. Menurut hasil SDKI 2012, bahwa
penyebab kematian ibu adalah trias, yang terdiri dari perdarahan,
preeklampsi/eklampsi, dan infeksi. Diperkirakan bahwa 60% kematian
terjadi pada masa postnatal, dan 50% kematian masa nifas terjadi karena
perdarahan dalam 24 jam pertama postnatal, dan juga terdapat beberapa
proporsi perdarahan postpartum sekunder yang terjadi pada masa nifas awal
(early postpartum) hingga masa nifas lanjut (late postpartum). Untuk
kejadian infeksi terutama disebabkan oleh infeksi potpartum. Mengenai
kejadian preeklampsi/eklampsi sebagian kecil dapat terjadi pada masa nifas.
Sehingga dalam hal ini maka peran bidan adalah penting untuk mencegah
kejadian perdarahan, preeklampsi/eklampsi dan perdarahan postpartum.
Adapun lingkup pelayanan kebidanan dalam masa nifas sebagai berikut
(Pusdiknakes, 2001).
a. Pada masa kala IV hingga early postpartum, bidan harus melakukan
observasi melekat bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk
memastikan ibu dan bayi dalam posisi yang stabil serta tidak mengalami
komplikasi.
b. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada
jam kedua postnatal, jika kontraksi tidak kuat.
c. Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15 menit
pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua postnatal.
d. Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum, dan
anjurkan untuk mengenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri
posisi yang nyaman, dukung program boundung attachment dan ASI
ekslusif, ajarkan ibu dan keluargauntuk memeriksa fundus uteri dan
perdarahan secara mandiri, beri konseling tentang gizi, perawatan
payudara, serta kebersihan diri.
e. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
f. Bidan berperan sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga.
g. Mendorong ibu untuk menyusui ibunya dengan meningkatkan rasa
nyaman ibu.
h. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan sesuai indikasi.
i. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan personal higiene.
j. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan asuhan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selam periode
nifas.
k. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui secara
profesional sesuai dengan standar kewenangan dan standar kompetensi
bidan.
6. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus
melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru
lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.
a. Kunjungan I (6-8 jam postpartum)

1). Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.


2). Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan rujukan
bila perdarahan berlanjut.
3). Pemberian ASI awal.
4). Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan karena
atonia uteri.
5). Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.
6). Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
7). Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga bu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik
b. Kunjungan II (6 hari postpartum)

1). Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik,


tunggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2). Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
3). Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan.
4). Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda kesulitan menyusui.
5). Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
c. Kunjungan III (2 minggu postpartum)

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan
pada kunjungan 6 hari post partum.

d. Kunjungan IV (6 minggu postpartum)

1). Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.


2). Memberikan konseling KB secara dini.

B. Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam

1. Data Subyektif
a. Keluhan Utama
Keluhan utama dikaji untuk mengethui keluhan yang dirasakan ibu setelah
melahirkan (Marmi, 2011;h.180). Keluhan yang biasanya timbul pada ibu
nifas adalah rasa nyeri yang disebut after pains. Menurut Handayani dan
Pujiastuti (2016;h.72) after pains disebabkan oleh kontraksi uterus yag
terus-menerus.
b. Riwayat Persalinan Sekarang
Menurut Marmi(2015;h.180) riwayat persalinan dikaji untuk mengetahui
jenis persalinan spontan, pada ibu nifas normal klien melahirkan normal,
tidak ada komplikasi dalam persalinan, plasenta lahir spontan, tali pusat
normal, perineum ada robekan atau tidak, perdarahan untuk mengetahui
jumlah perdarahan yang keluar pada kala I,II,III normalnya perdarahan
tidak boleh melebihi 500 cc, serta proses persalinan yang dikaji adalah
tanggal lahir: untuk menegetahui usia bayi, BB dan PB: untuk mengetahui
BB bayi normal atau tidak >2500 gr, BBLR <2500 gr, makrosomi >4000
gr, cacat bawaan bayi normal atau tidak, dan air ketuban:air ketuban
normal atau tidak, normalnya putih keruh, banyaknya normalnya 500-
1000 cc.
c. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Ibu nifas mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan
diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, pil zat besi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin, dan vitamin A (200 unit) (Rukiah dkk,
2013;h. 76).
2) Pola Eliminasi
(1) Miksi
Marmi (2015;h.148) menyebutkan bahwa buang air kecil sendiri
sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK
spontan setiap 3-4 jam namun ibu dapat mengalami kesulitan BAK
dikarenakan spingter uretra tertekan oleh kepala janin atau
dikarenakan oedema selama persalinan. Lakukan keteterisasi
apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
(2) Defekasi/ BAB
Selama persalinan, ibu mengkonsumsi sedikit makanan dan
kemungkinan telah terjadi proses pengosongan usus pada saat
persalinan. Ibu diharapkan sudah berhasil BAB maksimal pada hari
ketiga setelah persalinan (Handayani dan Pujiastuti, 2016;h.65).
3) Pola Istirahat
Menurut Marmi (2015;h.145-146) hal yang di idamkan seorang ibu
baru yaitu waktu istirahat yang lebih lama pada minggu 2 dan bulan 2
pertama setelah melahirkan untuk mencegah depresi dan memulihkan
tenaga. Kurang istirahat dapat mengakibatkan mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi, memperlambat proses involusi dan memperbanyak
perdarahan, dan menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri. Orang dewasa butuh rata-rata 7-8
jam untuk tidur. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur (Rukiah
dkk, 2013;h.78)
4) Pola Hygiene
Ibu nifas harus menjaga kebersihan seluruh tubuh dengan sabun dan
air, membersihkan daerah kelamin dari depan ke belakang,
membersihkan diri setiap kali selesai BAB atau BAK, mengganti
pembalut minimal 2 kali/hari, cuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin, bila ada episiotomi
hindari menyentuh luka (Handayani dan Pujiastuti, 2016;h. 67).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suryati dkk mengenai
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka
Perineum dengan Proses Penyembuhan Luka” tahun 2013 didapatkan
bahwa responden dengan tingkat pengetahuan mengenai perawatan
luka perineum yang baik mengalami proses penyembuhan luka normal
sebanyak 21 orang (81%).
5) Pola Aktivitas
Ambulasi akan memulihkan otot dan panggu kembali normal,
melancarkan aliran lokhea dan urin, mempercepat aktivitas fisik dan
fungsi organ vital. Ambulasi dilakukan sedini mungkin, makimal
dalam waktu 6 jam. Ibu post partum dengan jahitan tetap harus
melakukan ambulasi untuk mengurangi oedem (Handayani dan
Pujiastuti, 2016;h. 66).
6) Pola Menyusui
Pola menyusui yang benar meliputi menyusui bayi sesering mungkin,
semau bayi, paling sedikit 8 kali sehari, bila bayi tidur lebih dari 3 jam
bangunkan lalu susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah
ke payudara sisi yang lain (JNPK-KR;h.124).
7) Pola Seksual
Ibu yang baru melahirkan boleh berhubungan seksual kembali setelah 6
minggu persalinan. Hal ini didasarkan atas pemikiran pada waktu 6
minggu luka episiotomy dan luka bekas section cesarean biasanya telah
sembuh. Apabila tidak ada robekan jaringan, hubungan seks boleh
dilakukan 3-4 minggu setelah melahirkan (Marmi,2015; h.147). Ibu
nifas secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jari
kedalam vagina tanpa rasa nyeri. (Rukiah dkk, 2013;h.79)
d. Data Psikososial
Ibu dalam fase taking in (hari 1-3) yaitu periode ketergantungan yang
berlangsung hari pertama sampai hari kedua pasca bersalin. Ciri khasnya
yaitu ibu fokus pada diri sendiri dan pasif terhadap lingkungan,
menyatakan adanya rasa ketidaknyamanan. Gangguan psikologi yang
terjadi pada masa ini antara lain kekecewaan terhadap bayinya,
ketidaknyamanan perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena
belum bisa menyusui dan kritikan suami atau keluarga tentang
perawatanbayinya (Handayani dan Pujiastuti, 2016;h. 26).
e. Adat Istiadat
Menurut Sulistyawati (2015;h. 121) hal penting yang biasanya mereka
anut yang berkaitan dengan masa nifas adalah menu makan untuk ibu
nifas misalnya ibu nifas harus pantang makanan yang berasal dari
daging ,ikan,telur dan gorengan karena dipercaya akan menghambat
penyembuhan luka persalinan dan makanan ini akan membuat ASI
menjadi lebih amis. Adat ini sangat merugikan pasien karena justru
pemulihan kesehatannya akan terhambat. Menurut Saifuddin (2010;h.N-
29) kebiasaan yang tidak bermanfaat, bahkan dapat membahayakan yaitu
penggunaan bebat perut segera pada masa nifas (2-4 jam pertam),
penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus berkontraksi,
memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam pertama
setelah kelahiran.
f. Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan
setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas
(Ambarwati, 2010; h.136).
2. Data Obyektif
a. Kondisi Umum
1) Vital Sign
a) Suhu
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5oC dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Suhu
kembali normal dan stabil dalam 24 jam setelah melahirkan
(Handayani dan Pujiastuti, 2016;h. 19).
b) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80x/menit. Jika denyut nadi
melebihi 100 kali permenit harus wapada kemungkinan infeksi
post partum (Marmi, 2015;h.104).
c) Pernapasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16- 24
kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat
atau normal, hal ini dikarenakan ibu dalam proses pemulihan atau
dalam kondisi istirahat (Marmi, 2015;h.104).
d) Tekanan Darah
Marmi (2015; h.104) menyatakan bahwa tekanan darah normal
adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.
Pasca melahirkan normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.
2) Berat Badan
Setelah melahirkan, akan terjadi pengurangan berat badan ibu dari
janin, plasenta, cairan ketuban dan kehilangan darah selama
persalinan sekitar 4,5 sampai 5,8 kg. Setelah proses diuresis ibu akan
mengalami pengurangan berat badan 2,3 sampai 2,6 kg dan
berkurang 0,9 sampai 1,4 kg karena proses involusio uteri (Blackburn
dalam Handayani dan Pujiastuti, 2016;h. 19).
b. Status Present
1) Mata: tidak edema, konjungtiva merah muda, sklera putih (Marmi,
2015;h. 181).
2) Ekstremitas: Ekstremitas atas dan bawah edema atau tidak,
kemerahan atau tidak varices atau tidak,reflek patella kanan/kiri
normalnya + (Marmi,2015;h.182). Thrombophlebitis. (Pujiastuti,
2016;h.93).
3) Abdomen : Dikaji apakah ada diastasis rekti. Diastasis rekti adalah
pemisahan otot rektus abdominalis lebih dari 2,5 cm pada tepat
setinggi umbilicus sebagai akibat pengaruh hormone terhadap linea
alba serta pereggangan mekanis dinding abdomen (Noble, 1995
dalam Marmi, 2015;h.101). Uterus normal: kontraksi baik, tidak
berada ketinggian fundal saat masa nifas segera. Abnormal: lembek,
diatas ketinggian fundal saat, masa post partum (Ambarwati,
2010;h.140).
c. Pemeriksaan Obstetri
1) Mamae
Payudara simetris, warna kulit, penonjolan puting susu, warna sekitar
areola mamae, tidak adanya nyeri tekan ataupun benjolan (Rukiah
dkk, 2013;h. 99). Sedangkan menurut Mochtar (1990) dalam buku
(Marmi, 2015;h.181) dikaji bentuk simetris atau tidak, puting susu
menonjol atau tidak dan pengeluaran kolostrum.
2) Abdomen
Marmi (2015; h. 182) menyatakan perlu dikaji uterus untuk
mengetahui TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus,
posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2 jari di bawah pusat
kontraksinya baik, konsistensi keras dan posisi uterus di tengah.
3) Vulva
Menurut Marmi (2015;h.90) pengeluaran pervaginam pada hari 1-3
pasca persalinan keluar lochea rubra yang berkarakteristik berwarna
merah kehitaman terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
4) Anus
Ibu mungkin mengalami hemoroid dimana terjadi peregangan vena
rectum yang terdorong keluar saat proses persalinan kala 2
(Handayani dan Pujiastuti, 2016;h. 9).
3. Assesment
a. Diagnosa Kebidanan
Ny.X usia 20-35 tahun P ≤ 4 A0 masa nifas 6 jam fisiologis. (Ambarwati,
2010;h.141-142)
4. Pelaksanaan
Menurut teori Sulistyawati (2015;h.6) sesuai dengan kebijakan program
nasional masa nifas penatalaksanaan pada 6-8 jam setelah persalinan adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan pemantauan pertama postpartum (vital sign, perdarahan).
Waspada perdarahan postpartum karena atonia uteri dengan melakukan
observasi melekat pada kontraksi uterus selama 4 jam pertama post
partum dengan melakukan palpasi uterus dan pengukuran vital sign
(Sulistyawati, 2015;h.134).
b. Memberikan konseling pada ibu tentang kebersihan yaitu membersihkan
daerah kelamin, membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari
depan ke belakang, kemudian daerah sekitar anus dibersihkan setiap
buang air, mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari dan menyarankan
pada ibu untuk tidak menyentuh daerah luka (Saifuddin, 2010;h.N-25).
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar.
Cara Menyusui menurut Marmi (2015; h. 59-60).
1) Jika ibu memilih posisi duduk atau berbaring usahakan dengan santai
2) Memegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala,
mengusahakan dada bayi rapat dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara ibu
3) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskannya pada puting dan
areola
4) Menyangga payudara dengan tangan membentuk huruf C
5) Merangsang mulut bayi agar terbuka dengan menyentuh pipi atau
bibir bayi menggunakan putting
6) Memasukkan puting susu dan areola kedalam mulut bayi, ketika mulut
bayi terbuka. Memastikan dagu bayi menempel payudara, mulut bayi
terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar, bayi menghisap kuat
7) Menganjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus elus bayi
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang berkualitas untuk memulihkan
kembali keadaan fisiknya. Jika kurang istirahat akan mengurangi
produksi ASI dan memperbanyak perdarahan yang dapat menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
(Sulistyawati, 2015;h.103).
e. Memantau apakah ibu mengkonsumsi Vit A, Fe, dan Antibiotik yang
diberikan dari tempat persalinan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
masa nifas berlangsung kira kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan. Asuhan
masa nifas sangat penting dan diperlukan karena dalam periode ini disebut masa
kritis baik pada ibu maupun bayinya. Peran dan tanggungjawab bidan secara
komprehensif dalam asuhan masa nifas sangat penting dilakukan sesuai dengan
tahapan masa nifas. Peran bidan adalah penting untuk mencegah kejadian
perdarahan, preeklampsi/eklampsi dan perdarahan postpartum. Adapun lingkup
pelayanan kebidanan dalam masa nifas dilaksanakan sesuai standart dalam
pusdiknakes. Kebijakan program nasional masa nifas, selama ibu berada pada
masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Asuhan kebidanan
nifas 6 Jam dilaksanakan sesuai dengan standart pada data subjektif, data
objektif, assessment dan pelaksanaan.
2. Saran

Dalam memberikan asuhan kebidanan sebaiknya kita sebagai bidan


harus selalu memahami dan berpedoman pada filosofi, prinsip dan ruang
lingkup kebidanan. Kita sebagai bidan hendaknya juga harus memahami
tentang apa pengertian masa nifas, tujuan asuhan kebidanan nifas dan
menyusui, peran dan tanggungjawab bidan secara komprehensif dalam asuhan
masa nifas, tahapan masa nifas, lingkup asuhan nifas atau postnatal, kebijakan
program nasional masa nifas, bagaimana asuhan kebidanan masa nifas 6 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R., dan Wulandari D. Asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar; 2010.h.119;132;136;140;141;142

Handayani, E., Pujiastuti, W. Asuhan holistik masa nifas dan menyusui. Yogyakarta:
Trans Medika; 2016. h.9;19;26;65;66;67;72;93

JNPK-KR. Pelatihan klinik asuhan persalinan normal. Jakarta: Depkes RI; 2014. h.;
44;119;124;130;143

Marmi, dan Rahardjo K. Asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2015
h.8;57;58;59;68;69;70;71;73;80;81;82;87;106

Marmi. Intranatal care asuhan kebidanan pada persalinan. Yogyakarta: Pustaka


Belajar; 2011. h.10;132

Muslihatun W.N. Asuhan neonatus, bayi, dan balita. Yogyakarta: Fitramaya; 2010.
h.32;33;34;43;44;45;260
Puji Wahyuningsih, Heni. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
KemenkesRI: Jakarta

Prabawati, Sinta. 2017. Multilevel Analysis on Biosocial and Economic


Determinants of Exclusive Breastfeeding. Jurnal Maternal and Child Health.
http:doi.org/10.26911/thejmch.2017.02.04.06.e-ISSN:2549-02579 (online)

Rukiyah, A.Y., Lia Y, Maemunah, Lilik S. Asuhan kebidanan 1 kehamilan. Jakarta:


Trans Info Media; 2009. h.
7;33;34;45;50;83;117;119;120;121;122;123145;146;147;151;152

Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Winkjosastro S. Ilmu kebidanan sarwono


prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
h.377;378

Saifuddin, dkk. Determinan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Gorontalo. 2013


(Diakses pada 17 April 2019)

Sulistyawati, A. Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta: Salemba Medika;


2009. h. 68;100;120;121;122;123;127;138;139;170;173;174;176;177
Yustiawan, Tito. 2018. Literasi Informasi Kesehatan Nifas Ibu Hamil Berstatus
Sosial Menengah Ke Bawah. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia
Volume 6 No 2 July-December 2018 Published by Universitas Airlangga doi:
10.20473/jaki. v6i2.2018.122-128
Ilham, Muhammad Fadhil, Burhannudin Ichsan, Dodik Nursanto, 2015. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan Tindakan Pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Kartasura. Muhammad Fadhil Ilhami. J 500 110 079.
2015. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Amalia, Aam, Zahroh Shaluhiyah. 2013. Langkah Peningkatan Pemberian ASI
Eksklusif di Kabupaten Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.
8 / No. 2 / Agustus 2013.90
Islami Noveri Aisyaroh. 2018. Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan
Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas
jurnal.unissula.ac.id › majalahilmiahsultanagung › article › download › 66
LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS

NY. V P3A0 USIA 20 TAHUN DENGAN NIFAS NORMAL

DI PUSKESMAS PARAKAN
Disusun Oleh:
Rini Dwi Mulyani
NIM. P.1337424519048

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN

POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji syukur penulis panjatkan

kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya, sehingga

penulisan proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan Asuhan Kebidanan ini disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat

dalam menyelesaikan mata kuliah Dokumentasi Kebidanan dan Berfikir Kritis

dalam Praktik Kebidanan Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Magelang

Politehnik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.

Penulis tidak dapat menyelesaikan laporan ini tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada Ibu
Dosen Pembimbing, Pembimbing Klinik di Puskesmas Parakan dan semua pihak

yang tidak dapat disebutkan satu-satu yang telah banyak membantu dalam

penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Magelang, November 2019

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori.......................................................................................
1. Remaja..............................................................................................
2. Peer Support Group.........................................................................
3. Kepatuhan........................................................................................
4. Anemia dan Suplementasi TTD.......................................................
B. Kerangka Teori.....................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai