Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha peternakan ayam akhir-akhir ini mulai sering dituding sebagai usaha
yang ikut mencemari lingkungan. Oleh karena itu, agar peternakan ayam tersebut
merupakan suatu usaha yang berwawasan lingkungan dan efisien, maka
tatalaksana pemeliharaan, perkandangan, dan penanganan limbahnya harus selalu
diperhatikan. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian telah menyadari hal
tersebut dengan mengeluarkan peraturan melalui SK Mentan No. 237/1991 dan
SK Mentan No. 752/1994, yangmenyatakan bahwa usaha peternakan dengan
populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan. Untuk usaha peternakan ayam ras pedaging, yaitu populasi lebih dari
15.000 ekor per siklus terletak dalam satu lokasi, sedangkan untuk ayam petelur,
populasi lebih dari 10.000 ekor induk terletak dalam satu hamparan lokasi
(DEPTAN, 1991; DEPTAN, 1994).

Dalam kasus pencemaran lingkungan oleh peternakan ayam, yang menjadi


pemicu permasalahan sebenarnya akibat dari pemukiman yang terus ber-kembang.
Pada awal pembangunan, peternakan ayamdidirikan jauh dari pemukiman
penduduk namun lama kelamaan di sekitar areal peternakan tersebut menjadi
pemukiman. Hal tersebut terjadi karena perkembangan dan rencana tata ruang
yang tidak konsisten (INFOVET, 1996). Untuk itu perlu suatu perbaikan sistem
pemanfaatan lahan yang sesuai dengan peruntukannya. Dalam hal ini pemerintah
telah membuat kebijakan penggunaan suatu areal atau kawasan usaha peternakan
(KUNAK) agar tidak saling mengganggu antara peternakan dan pemukiman.
Sudah tentu kawasan tersebut juga harus senantiasa memelihara lingkungannya,
antara lain dengan melakukan pengelolaan limbah serta pemantauan lingkungan
secara terus menerus.
Masalah pencemaran semakin menarik perhatian masyarakat, dalam kurun
waktu beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin
banyaknya kasus-kasus pencemaran yang terungkap ke permukaan.
Perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab
turunnya kualitas lingkungan. Penanganan masalah pencemaran menjadi sangat
penting dilakukan dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan
lingkungan terutama harus diimbangi dengan teknologi pengendalian
pencemaran yang tepat guna (Haryono, 1997 dalam Miftah Fatmasari, 2010).

Dalam makalah ini akan disajikan mengenai jenis-jenis limbah, jumlah


serta komposisi limbah yang dikeluarkan dari suatu usaha peternakan ayam,
dampak terhadap lingkungan dan upaya pengelolaannya yang dapat dilakukan,
serta upaya pemantauan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Dampak dari limbah pemotongan ayam?

2. Bagaimana Penanganan limbah dari perternak ayam?

3. Bagaimana Penanganan limbah dari hasil pengelolahan dari ayam hidup


menjadi ayam potong?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menangani limbah yang terdapat pada rumah pemotongan ayam.

2. Pelaksanaan proses daur ulang limbah yang dihasilkan atau memanfaatkan


limbah sebagai bahan baku industri lainnya, dan

3. Memenuhi tugas teknologi bersih.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dampak Limbah Pemotongan Ayam

Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam terutama berupa


kotoran ayam dan bau yang kurang sedap serta air buangan. Air buangan berasal
dari cucian tempat pakan dan minum ayam serta keperluan domestik lainnya.
Jumlah air buangan ini sedikit dan biasanya terserap ke dalam tanah serta tidak
berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitar.Dalam proses produksi Rumah
Pemotongan Ayam dihasilkan limbah cair yang berasal dari darah ayam, proses
pencelupan, pencucian ayam dan peralatan produksi. Limbah cair mengandung
(Biological Oxygen Demand) BOD, (Chemical Oxyge Demand) COD, (Total
Suspended Solid) TSS.

2.2 Pemanfaatan Limbah Rumah Potong Ayam (RPA)

Opsi dari manajemen penanganan limbah yang dapat dilaksanakan di


industri pangan antara lain adalah :

1. Pencegahan terbentuknya limbah yang berlimpah dengan cara


mempraktekkan teknologi proses yang lebih efisien
2. Pelaksanaan proses daur ulang limbah yang dihasilkan atau
memanfaatkan limbah sebagai bahan baku industri lainnya.
3. Perbaikan kualitas limbah yang dihasilkan melalui proses
pengolahan limbah yang sistematis (Winiati P. Rahayu, 2008).

Dari opsi diatas kita dapat simpulkan untuk mengelola limbah pada RPA
kita dapat mengefisiensikan proses pengolahan Ayam dengan cara
memodernisasi RPA serta mengumpulkan limbah proses di wadah tertentu agar
dapat memilah bahan yang masih dapat daur ulang dan diolah. Umumnya
limbah padat dari Rumah Potong ayam digunakan sebagai bahan baku
kemoceng, kerajinan yang terbuat dari bulu ayam, bantal dan sebagainya.
Sedangkan limbah cair pengolahan limbah yang terdapat rumah potong ayam
harus diolah atau ditreatment terlebih dahulu sebelum dibuang kesungai. Namun
di lapangan pengolahan limbah cair dari rumah potong ayam tidak terlalu
diperhatikan pengolahannya.

2.3 Pengolahan Limbah ternak ayam


1) Dimanfaatkan Sebagai Pupuk Organik

Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai


pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai
pupuk organic. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat
meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas
mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut.

        Kandungan Nitrogen, Posphat, dan Kalium sebagai unsur makro yang


diperlukan tanaman, tersaji dalam tabel berikut. 

Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa Jenis Ternak.

Kandungan (%)
Jenis Pupuk Kandang
N P2O5 K2O
Kotoran Sapi 0.6 0.3 0.1
Kotoran Kuda 0.4 0.3 0.3
Kotoran Kambing 0.5 0.3 0.2
Kotoran Ayam 1.6 0.5 0.2
Kotoran Itik 1.0 1.4 0.6
Sumber : Nurhasanah, Widodo, Asari, dan Rahmarestia, 2013
Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk
mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos
tersebut .
Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah menambah kesuburan
tanah,memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki
sifat kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah
diserap oleh tanaman, memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga
suhu tanah akan lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara
sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan dan
memperbaikikehidupan jasat renik yang hidup di dalam tanah
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses
dekomposisi atau penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk
organik melalui aktifitasbiologis pada kondisi yang terkontrol.
Dekomposisi pada prinsipnya adalah menurunkan karbon dan nitrogen
(C/N) ratio dari limbah organiksehingga pupuk organik dapat segera
dimanfaatkan oleh tanaman. Pada proses dekomposisi akan terjadi peningkatan
temperatur yang dapat berfungsi untuk membunuh biji tanaman liar (gulma),
bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk perombakan yang seragam
berupa pupuk organik.
Beberapa unsur penting yang diperlukan agar proses penguraian dapat
berjalan dengan baik yaitu;
1) Karbon (C) sebagai sumber energi bagi mikroba pengurai dan.
akan diurai melalui proses oksidasi yang menghasilkan panas.
2) Nitrogen (N) sebagai sumber protein bagi bakteri untuk bertumbuh
dan memperbanyak diri.
3) Oksigen (O) sebagai bahan untuk mengoksidasi unsur karbon
melalui proses dekomposisi dan air (H2O) untuk menjamin proses
dekomposisi berlangsung baik dan tidak menyebabkaN suasana
anaerob.
2) Proses pembuatan oupuk organic

Persiapan Alat dan Bahan:

 1 ton kotoran ayam pedaging atau ayam potong


 Serbuk kulit kelapa (emput) sejumlah 40% dari bahan kotoran ayam, bisa
diganti dengan serbuk kayu atau sekam
 10 kg kapur CaC03
 1 liter  DOF Hijau
 1 liter DOF Merah 

Cara Pembuatan:

1. Aduk  semua bahan yang sudah Anda persiapkan, tambahkan


cairan DOF pada bahan hingga bahan menjadi lembab (tidak
terlalu kering, tidak terlalu basah).
2. Tutup bahan-bahan mentah tersebut menggunakan terpal, pastikan
terpalnya pun menutup dengan rapat.
3. Setelah 1 – 2 hari, lakuakn pengecekan suhu. Apabila suhu terasa
panas, maka proses pengomposan sedang berlangsung.
4. Lakukan pengecekan suhu 7 hari sekali untuk memastikan proses
pengomposan masih berjalan. Selama suhu di dalam terpal belum.
turun, maka berarti pupuk padat tersebut belum bisa digunakan
5. Pupuk baru dapat dipanen saat menginjak 30+ hari.

Cara membuat pupuk organik padat dari kotoran ayam memang


membutuhkan waktu relatif lama jika dibandingkan dengan cara membuat pupuk
dari vetsin atau cara membuat pupuk hantu untuk cabe, hal ini disebabkan oleh
tingginya protein yang terdapat pada bahan. Maka dari itu pula, belatung-belatung
atau bibit lalat akan sangat mudah berkembang di sekitar pembuatan pupuk. Perlu
adanya kecermatan dalam menutup serta mengontrol kondisi terpal agar tidak
mudah dimasuki berbagai bibit hewan yang mengganggu.

BAB III
KESIMPULAN

Dampak dari limbah RPA yang dibiarkan begitu saja dapat membuat
lingkungan sekitar RPA kotor dan bau tidak sedap. Oleh karena itu pengendalian
limbah terhadap kesehatan lingkungan masyarakat pemungkiman adalah
dilakukan karena berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan yang bisa
berdampak negatif terhadap kesehatan warga.

Maka dari itu perlunya dilakukan pengelolahan limbah yang lebih baik
dengan mengelolah limbah kembali menjadi suatu produk yang dapat
dimanfaatkan seperti pada kotoran ayam yang dapat digunakan untuk pembuatan
pupuk kandang serta bulu ayam yang dapat dimanfaatkan menjadi kemoceng.

Kotoran ayam juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk


organic. Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses
dekomposisi atau penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk
organik melalui aktifitasbiologis pada kondisi yang terkontrol. Pemanfaatan
limbah menjadi pupuk organic juga mempunyai nilai jual. Maka dari itu ini
tetntunya sangat membantu dalam upaya pengurangan limbah yang dapat
mencemari lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai