Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Preseptor Akademik
A. Pengertian
Inkontinensia urin merupakan kehilangan kontrol berkemih yang bersifat sementara atau
menetap. Klien tidak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya urine dapat
berlangsung terus menerus atau sedikit sedikit (Potter dan Perry, 2005).
B. Etiologi
Darmojo (2012) :
- Usia lanjut
- Melemahnya otot dasar panggul
- Kebiasaan mengejan yang salah
- Batuk kronis
- Perubahan struktur kandung kemih
- Efek obat-obatan
- Produksi urin berlebih karena berbagai sebab
- Penyakit kronik ; gagal jantung kongesif, diabetes mellitus
- Konsumsi alkohol dan kafein
- Obesitas
- Menopause
- Kurang aktivitas dan penurunan tonus otot vagina
- Prosedur bedah
- Faktor fungsional, psikologis dan lingkungan
C. Tanda Gejala
Uliyah (2008) yaitu:
- Ketidaknyamanan daerah pubis
- Melaporkan merasa desakan berkemih
- Ketidakmampuan mencapai kamar mandi karena telah memulai berkemih
- Nokturia
- Keluarnya sejumlah urin ketika tertawa, bersin, melompat, batuk, atau membungkuk
- Volum aliran urin lambat dan adekut
- Kadung kemih terletak di atas simfisis pubis
- Hygiene yang buruk dan tanda infeksi
D. Komplikasi
Siti Maryam (2015) ;
- Infeksi saluran kemih
- Lecet area bokong sampai dengan ulkus dekubitus karena lembab
- Resiko jatuh dan fraktur karena terpeleset oleh urin yang tercecer
- Ruam
- Luka
- Menganggu kehidupan sosial
E. Penatalaksanaan
Santoso (2015) ;
1. Terapi non farmakologi
- Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu
berkemih)dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7
x/hari.
- Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum
waktunya.
- Lansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula
setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin
berkemih setiap 2-3 jam.
- Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai
dengankebiasaan lansia.
- Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi
berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila
ingin berkemih.Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi
kognitif (berpikir).
- Melakukan latihan dasar otot panggul dengan mengkontraksikan otot dasar
panggul secara berulang-ulang.
2. Terapi farmakologi
- Antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine
- Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine
untuk meningkatkan retensi urethra.
- Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfa
kolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi
diberikan secara singkat.
3. Terapi pembedahan
4. Meodalitas lain
- Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan
inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang
mengalami inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter, dan alat bantu
toilet seperti urinal, komod dan bedpan.
F. Pathway
(Terlampir)
G. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas klien
Inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia (usia
ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup
kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.
2. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini.
Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului
inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi
fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi.
Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi
inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
- Riwayat kesehatan masa lalu
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi
trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan
apakah dirawat dirumah sakit.
- Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit
ginjal bawaan/bukan bawaan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon dari
terjadinya inkontinensia
b. Pemeriksaan Sistem
o B1 (breathing)
Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai
oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.
o B2 (blood)
Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
o B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
o B4 (bladder)
Inspeksi: periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat
karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta
disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah
supra pubik lesi pada meatus uretra,banyak kencing dan nyeri saat berkemih
menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter
sebelumnya.
Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa
terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing.
o B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi
pada ginjal.
o B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang
lain, adakah nyeri pada persendian.
4. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih
2. Gangguan pola tidur
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inkontinensia
4. Resiko Kerusakan Integitas kulit berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine
5. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa keperawatan
Tujuan/kriteria hasil (NOC) Intervensi keperawatan (NIC)
1. Termoregulasi tidak Setelah diberikan intervensi keperawatan selama 3x 24 NIC: Irigasi kandung kemih
efektif/hambatan eliminasi jam, hambatan eliminasi urine teratasi dengan : Tentukan apakah akan melakukan irigasi terus menerus atau
urine berhubungan dengan NOC : eliminasi urine berkala
penurunan kapasitas kandung Dipertahankan pada 4 Observasi tindakan-tindakan pencegahan umum
kemih; iritasi kandung kemih; Ditingkatkan pada 5 Monitor dan petahankan kecepatan aliran yang tepat
penurunan kemampuan 1 = sangat terganggu Catat jumlah cairan yang digunakankarakterisktik cairan,
menyadari tanda-tanda gangguan 2 = banyak terganggu jumlah cairan yang keluar, dan respon pasien sesuai dengan
kandung kemih; dst prosedur tetap yang ada
3 = cukup terganggu
Batasan karakteristik:
4 = sedikit terganggu
Disuria NIC: Manajemen cairan
5 = tidak terganggu
Sering berkemih Monitor perubahan status paru atau jantung yang
Dengan kriteria hasil
Anyang-anyangan Eliminasi urine 1/2/3/4/5 menunjukkan
Nokturia Pola eliminasi, Bau urine kelebihan cairan atau dehidrasi
Inkontinensia urine Jumlah urine, Warna urine Beri cairan yang sesuai
Retensi urine Kejernihan urine Tingkatkan intake/asupan cairan peroral yang sesuai
Dorongan berkemih Intake urine Jaga pencatatan intake dan output akurat
tidur berubah 9. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan( mis, pijat, pengaturan posisi, terapi
5= menurun
Mengeluh akuposur)
Dengankriteriahasil
istirahat tidak Pola Tidur 1/2/3/4/5 10. Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menujang siklus terjaga
Santoso. 2015. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba
Medika.
Darmojo B. 2009. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut. Edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Siti Maryam. (2015). Hubungan antara bladder retraining dengan proses pemulihan
inkontinensia urin pada pasien stoke. Diakses dari
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=76387&lokasi=lokal pada tanggal 15
Mei 2021
Darmojo. (2012). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika