Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan
apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam
menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang
harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang
ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan merupakan salah satu usaha untuk
mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional Indonesia. Visi dan misi
pembangunan nasional ini akan diganti tiap pergantian periode kepemimpinan. Maka,
untuk memahami ini lebih jelas, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu visi dan misi
pembangunan nasional Indonesia terbaru pada era Presiden Joko Widodo berikut ini:
Visi
Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong.
Misi:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.

1
3. Mewujudkan politik luar negri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasis kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam visi dan misi pemerintah tersebut tercermin sila-sila dalam pancasila yang
dimanifestasikan sedemikian rupa untuk memajukan, mensejahterakan, dan melindungi
seluruh warga negara dengan konteks dan situasi sosial dan politik terkini di Indonesia
sehingga dalam tiap periode tertentu, visi dan misi tersebut harus dirombak kembali untuk
kebutuhan yang berbeda.
Dalam mekanismenya, pembangunan yang berdasarkan Pancasila memiliki beberapa
acuan seperti yang akan dipaparkan dalam poin-poin berikut ini:

1. Pembangunan dilakukan untuk seluruh aspek kehidupan di seluruh wilayah


Indonesia secara merata dan adil sesuai dengan situasi sosial dan material pada
masing-masing wilayah.

2. Pembangunan harus mengedepankan kepentingan masyarakat, bukan kepentingan


negara yang dimanfaatkan untuk kepentingan golongan tertentu.

3. Pembangunan tidak boleh bersifat politis.

4. Pembangunan harus dilakukan secara demokratis atau dengan melibatkan


masyarakat dan disertai dengan dialog agar tepat sasaran dengan kebutuhan rakyat.

5. Pembangunan harus mengedepankan nilai-nilai hak asasi manusia yang artinya


dalam mewujudkan pembangunan, tidak ada masyarakat yang dikorbankan.

6. Pembangunan diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang tertinggal demi


mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Acuan-acuan tersebut merupakan beberapa dari berbagai acuan negara yang telah
disusun dalam strategi pembangunan nasional seluruhnya yang akan diwujudkan dalam
beberapa aspek pembangunan seperti yang akan dijelaskan pada bagian selanjutya.

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hla ini sebagai perwujudan praksis dal;am
meningkatkana harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang
rinciannya adalah sebagai berikut : “ melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.”
hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “ memjaukan
2
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian negara hukum
material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan khusus atau nasional. Adapun
selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini
diwujudkan dalam tata masyarakat internasional.

Istilah paradigma makin lama makin berkembang dan biasa dipergunakan dalam
berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya.
Dalam kehidupan sehari-hari, paradigma berkembang menjadi terminology yang mengandung
pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolak ukur, parameter,
serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses.
Dalam bidang tertentu, termasuk dalam pembangunan. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka dalam penulisan ini akan diberi judul “ Pancasila Sebagai Paradigma
Pembangunan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya Dan Pertahanan Keamanan:.

B. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesimpangsiuran penulis dalam membuat makalah ini, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahas di makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pancasila dan Paradigma?

3
Bagaimana Hubungan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan bidang Poleksosbudhankam?
2. Bagaimana pengaruh Pancasila sebagai paradigma pengembangan dalam kehidupan
beragama?
3. Bagaimana Implementasi Pancasila sebagai pengembangan Ipteks?

C. Tujuan
Tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk :
1. Memberikan pemahaman tentang Pancasila.
2. Mengetahui hubungan Pancasila dengan pembangunan Poleksosbuddhankam.
3. Mengetahui pengaruh hubungan Pancasila dengan pengembangan kehidupan
Beragama.
4. Ingin mengetahui implementasi Pancasila dengan pengembangan IPTEKS.

D. Manfaat
Penulisan ini dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat bagi penulis dan juga untuk
mengembangkan kreatifitas sebagai pendidikan dan keprofesionalisme sebagai guru
dalam meniti karir, diantara manfaat dalam penulisan adalah sebagai berikut :
1. Memahami tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
2. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dengan pembangunan bidang
Politik,ekonomi, sosial budaya dan pertahanan kemanan
3. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dengan pengembangan kehidupan Beragama.
4. Memahami akan pentingnya hubungan Pancasila dengan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologti.

E. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di
internet.
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara langsung kepada teman – teman
yang mengetahui tentang informasi yang di perlukan dalam membuat makalah.
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila dan Paradigma


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan
apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam
menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang
harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.

B. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Poleksosbudhankam.


1. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Politik dan Hukum
Indonesia adalah Negara hukum ini berarti hukum merupakan sarana utama untuk
mengatur kehidupannya. Hukum dalam hal ini harus diartikan dalam pengertian yang
luas. Dalam konteks Indonesia sebagai Negara hukum, hukum harus dijadikan
sebagai saringan yang harus dilalui oleh konsep apapun yang akan diterapkan
pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Akan tetapi diakui bahwa tidak
semua hal dapat dicapai melalui saluran hukum formal, sekalipun hukum formal
adalah yang idealnya. Dalam hal ini terjadi proses interaksi saling tarik menarik dan
pengaruh mempengaruhi yang intensif antara hukum dan berbagai proses yang
berlangsung dalam masyarakat.
Dalam Politik Hukum nasional ditegaskan bahwa sasaran pembangunan hukum
adalah terbentuk dan berfungsinya system hukum nasional yang mantap
bersumberkan Pancasila dan UUD 1945, dengan memperhatikan kemajemukan
tatanan hukum yang berlaku, yang mampu menjamin kepastian, ketertiban, penegakan
dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran serta mampu
mengamankan dan mendukung pembangunan nasional, yang didukung oleh aparat
hukum, sarana dan prasarana yang memadai serta masyarakat yang sadar dan taat
hukum. Dengan demikian terlihat bahwa pembangunan hukum mrupakan bagian
integral dari pembangunan nasional secara keseluruhan.
Bagi Indonesia dalam melakukan pembangunan diperlukan suatu perencanaan
pembangunan, dan prencanaan pembangunan itu perlu memanfaatkan hukum karena :
a. Hukum merupakan hasil penjelajahan ide dan pengalaman manusia dalam
mengatur hidupnya.
b. Hakekat pengadaan dan keberadaan hukum hukum dalam masyarakat;
c. Fungsi mengatur yang telah didukung oleh potensi dasar yang terkandung dalam
hukum yang melampaui fungsi mengatur, yaitu sebagai pembri kepastian,
pengaman, pelindung, dan penyeimbang yang sifatnya dapat tidak sekedar adaptif
dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif;
d. Dalam isu pembangunan global itu hukum telah dipercaya unuk mengemban
misinya yang paling baru yaitu sebagai sarana perubahan social atau sarana
pembangunan.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pembangunan bidang sosial budaya harus dilaksanakan atas dasar kepentingan
nasional yaitu terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis, aman, tentram,
dan damai. Pertimbangan ini menjadi sangat strategis manakala kita dihadapkan pada
kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kepentingan yang beragam sesuai
dengan kemajemukan etnis, agama, ras, dan sistem nilai yang tercakup dalam
kebudayaannya.
Pemikiran tersebut bukan berarti bahwa bangsa Indonesia harus steril dari pengaruh
budaya asing. Artinya, pengaruh budaya asing harus diterima apabila diperlukan
dalam membangun masyarakat Indonesia yang modern. Namun, perlu diingat bahwa
masyarakat modern bukan berarti masyarakat yang berbudaya barat, melainkan
masyarakat yang tetap berpijak pada akar budayanya. Nilai-nilai kehidupan yang telah
lama hidup dalam masyarakat Indonesia dan dianggap masih relevan dengan
kebutuhan masyarakat modern harus tetap dipelihara dan dikembangkan sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan masyarakatnya. Dengan kata lain, nilai-nilai
kehidupan yang telah mengakar harus menjadi dasar dan paradigma pembangunan
sosial budaya.
Bardasarkan pemikiran diatas maka tidak berlebihan apabila Pancasila merupakan
satu-satunya paradigma pembangunan bidang social budaya. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari kesepakatan bangsa Indonesia bahwa Pancasila merupakan
kristalisasi nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Baik buruknya perencanaan,
proses dan hasil pembangunan bidang sosial budaya harus diukur dengan Pancasila.
Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa penggunaan Pancasila sebagai
paradigma pembangunan bidang sosial budaya bukan satu-satunya jaminan akan
tercapai keberhasilan secara optimal. Banyak factor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan, seperti keyakinan bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai Pancasila,
konsekuen tidaknya bangsa Indonesia melaksanakan pancasila, pengaruh nilai-nilai
asing yang terus masuk seiring dengan proses globalisasi.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan dan
kehidupan social berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka dihargai dan
diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan social budaya tidak
menciptakan kesenjangan,kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan social.
Paradigma –barudalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan
berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan
dengan menghormati hak budaya.
Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah ya komuniti-
komuniti yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa
dan hak asasi individu secara berimbang (Sila antara hak negara dan hak asasi
individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik dan
yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan
Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi
suku bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan
pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan
menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan
keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria
sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi
kebudayaan - kebudayaan di daerah:
a. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial
dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa;
b. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan,
kedaerahan, maupun golongannya;
c. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad
masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai
satu bangsa yang berdaulat;
d. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui
musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang
mendahulukan kepentingan perorangan;
e. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

3. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Hankam


Salah satu tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia adalah “ melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Untuk itu,
pemerintah berkewajiban membangun system pertahanan dan keamanan yang mampu
mewujudkan tujuan atau cita-cita tersebut. Namun, para pendiri negara menyadari
bahwa tugas tersebut bukan pekerjaan yang ringan. Oleh karena itu, tugas ini bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau sekelompok orang saja, melainkn
menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.
Atas pemikiran tersebut, pemerintah menyusun dan memperkenalkan sistem
“pertahanan dan keamanan rakyat semesta” (hankamrata). System ini pada dasarnya
sesuai dengan nilai nilai Pancasila, dimana pemerintah dan rakyat (baik perseorangan
maupun kelompok) memiliki hak dn kewajiban yang sama dalam usaha bela negara.
Pancasila juga menganjurkan agar bangsa Indonesia dapat hidu berdampingan secara
damai : saling membantu, menolong, menjaga perasaan orang atau kelompok lain,
mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati sehingga terbentuk
kebersamaan dalam kesatuan dan persatuan. Pengembangan Hankam negara tetap
bertumpu dan berpegang pada pendekatan historis Sishankamrata. Sishankamrata
yang kita anut selama ini adalah sistem pertahanan dan keamanan negara yuang
hakikatnya adalah perlawanan rakyat semesta. Dalam arti bahwa kemampuan
penangkalan yang diwujudkan oleh sistem ini, sepenuhnya disandarkan kepada
partisipasi, semangat dan tekat rakyat yang diwujudkan dengan kemampuan bela
negara yang dapat diandalkan. Kesemestaan harus dibina sehingga seluruh
kemampuan nasional dimungkinkan untuk dilibatkan guna menanggulangi setiap
bentuk ancaman, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. .
Seluruh wilayah merupakan tumpuan perlawanan dan segenap lingkungan harus
dapat didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk dan kesemestaan, memang
menuntut pemanduan upaya lintas sektoral serta pemahaman dari semua pihak, baik
yang berada di suprastruktur politik maupun di infrastruktur politik. Corak
perlawanan rakyat semesta tersebut dengan sendirinya merupakan kebutuhan,
baik konteks kesiapan menghadapi kontinjensi sosial yang setiap saat bisa terjadi,
maupun menghadapi kontijensi bidang hankam. Disamping itu TNI juga mendapat
embanan tugas bantuan yang meliputi : Pertama, membantu penyelenggaraan
kegiatan kemanusiaan. Kedua, memberikan bantuan kepada kepolisian atas
permintaan. Ketiga, membantu tugas pemeliharaan perdamaian dunia.
Meskipun MPR telah dapat menetapkan peran TNI, maka masih diperlukan
payung hukum yang menjadi dasar dari perubahan fungsi dan organisasi.
Sebagaimana diketahui Tap MPR merupakan aturan dasar yang melalui undang-
undang dapat berwujud Verbindliche Rechtsnormen yang disertai paksaan dan
hukuman. Tingkat pertama undang-undang merupakan tempat selain untuk merinci
aturan dasar yang terdapat dapam Tap MPR, juga untuk menjadikan aturan dasar itu
mempunyai kekuatan memaksa hukum bagi pelanggar-pelanggarnya.
4. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama
Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia mengalami adanya suatu
kemunduran, yaitu kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. hal ini dapat kita
lihat adanya suatu kenyataan banyak terjadinya konflik sosial pada masalah-masalah
SARA, terutama pada masalah agama, sebagai contoh tragedi di Ambon, Poso,
Medan, Mataram, Kupang, dan masih banyak lagi daerah yang lain yang terlihat
semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan beragama sehingga menyimpang
dari asas kemanusiaan yang adil dan beradab.Pancasila telah memberikan dasar-dasar
nilai yang fundamental bagi umat bangsa untuk dapat hidup secara damai dalam
kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini. Sebagai makhluk Tuhan YME
manusia wajib untuk beribadah kepada Tuhan YME dimanapun mereka hidup. Akan
tetapi Tuhan menghendaki kehidupan manusia yang penuh kedamaian dengan hidup
berdampingan, saling menghormati, meskipun Tuhan menciptakan adanya perbedaan,
berbangsa-bangsa, bergolong-golong, berkelompok, baik sosial, politik, budaya
maupun etnis tidak lain untuk kehidupan yang damai berdasar pada
kemanusiaan.Dalam Pokok Pikiran IV, negara menegaskan bahwa, Negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, hal ini
berarti bahwa kehidupan dalam negara berdasar pada nilai-nilai ketuhanan, dengan
memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan menjamin atas
demokrasi dibidang agama. Setiap agama memiliki dasar-dasar ajaran yang sesuai
dengan keyakinan masing-masing dengan mendasarkan pergaulan kehidupan dalam
beragama atas nilai-nilai kemanusiaan yang beradab dan berdasar bahwa pemeluk
agama adalah bagian dari umat manusia di dunia. Maka sudah seharusnya negara
Indonesia mengembangkan kehidupan beragama ke arah terciptanya kehidupan
bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasar pada nilai kemanusiaan
yang beradab.

5. Pancasila Sebagai Paradigma Perkembangan IPTEK


Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu menyesuaikan
dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu
dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini
sesungguhnya tidak berarti Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang
terkandung, tetapi lebih menekan pada kemampuan dalam mengartikulasikan suatu
nilai menjadi aktivitas nyata dalam pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi
canggih). Kekuatan suatu ideologi itu tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada
pada ideologi itu sendiri (Alfian, 1992)(dalam internet). Ada beberapa dimensi penting
sebuah ideologi, yaitu:
a. Dimensi Reality.
Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil
berakar dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar
tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
b. Dimensi Idealisme.
Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi
harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik
kehidupan bersama dengan berbagai dimensinya.
c. Dimensi Fleksibility.
Maksudnya dimensi pengembangan Ideologi tersebut memiliki kekuasaan yang
memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari
hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakekatnya merupakan hasil
kreatifitas rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia
mengembangkan IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan Tuhan
YME.
Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat
dan martabat manusia, maka IPTEK pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun
terikat nilai – nilai. Pancasila telah memberikan dasar nilai – nilai dalam
pengembangan IPTEK, yaitu didasarkan moral ketuhanan dan kemanusiaan yang
adil dan beradab.
Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai
paradigmanya, perlu dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu :
1) Aspek ontology
Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik
henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan
kenyataan. Ilmu Pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya
sebagai :
a) Sebagai masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic
community yang dalam hidup keseharian para warganya untuk terus
menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b) Sebagai proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang
melalui abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi,
komparasi dan eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan
kenyataan.
c) Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang
berwujud karya – karya ilmiah beserta implikasinya yang berwujud fisik
ataupun non-fisik.
2) Aspek Epistemologi, bahwa pancasila dengan nilai–nilai yang terkandung
didalamnya dijadikan metode berpikir.
3) Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam
pancasila sebagai metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek pengembangan
ilmu pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan ideal dari pancasila
dan secara positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal pancasila.
Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK:
Sila ketuhanan yang mahaesa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan mencipta,
keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan kehendak. Berdasarkan sila ini
IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau
tidak. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena IPTEK adalah
sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu, pengembangan
Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia. Iptek bukan
untuk kesombongan dan keserakahan manusia. Namun, harus diabdikan demi peningkatan
harkat dan martabat manusia.
Sila persatuan Indonesia mengkomplementasiakan universalitas dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK hendaknya dapat
mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai
bagian umat manusia di dunia.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis, artinya setip ilmuan
harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain dan juga memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik
dikaji ulang maupun di bandingkan dengan penemuan lainnya.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengkomplementasikan pengembangan
IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu
keseimbangan keadilan dalam hubungannnya dengan dirinya senndiri maupun dengan
Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara, serta
manusia dengan alam lingkungannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti
bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari
hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam
sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya
harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang
berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-
manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita
menjadi manusia adil dan beradab.
Keanekaragaman suku, adat-istiadat, dan agama serta berada pada ribuan pulau yang
berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi keanekaragaman
kehendak dalam kehidupan bermasyarakat, karena tumbuhnya sikap premordalisme
sempit, yang akhirnya dapat terjadi konflik yang negative, oleh karena itu dalam
kehidupan dilingkungan bermasyarakat dibutuhkan alat perekat antar masyarakat dengan
adanya kesamaan cara pandang tentang misi dan visi yang ada di lingkungan
masyarakat. Dengan adanya Pancasila dapat dijadikan sebagai suatu elemen mampu
menahan emosi dari banyaknya perbedaaan kebudayaan di lingkungan masyarakat. Agar
dapat mewujudkan kehidupan yang demokratis, aman, tentram, nyaman, dan adil di
lingkungan masyarakat.
B. Saran-saran

Berdasarkan hasil yang telah penulis kemukakan pada pembahasan merujuk pada
referensi buku dan internet, maka penulis perlu memberikan saran - saran adalah sebagai
berikut:
1. Pancasila sebagai dasar negara yang akhir-akhir ini dilupakan, maka sebagai warga
negara Indonesia perlu memahami Pancasila melalui berbagai media yang
difasilitasi instansi terkait.
2. Pancasila sangat penting bagi kehidupan bernegara, berm asyarakat dan juga perlu
diterapkan dalam kehidupan keluarga.
3. Perlu adanya pendidikan politik agar rakyat tahu akan hak dan kewajiban dalam
berpolitik.
4. Era globalisasi sangat mempengaruhi kehidupan bangsa dan bernegara terutama
masyarakat yang selama ini Pancasila sebagai pedoman hidup dalam bernegara
dikesampingkan, maka Pancasila sebagai dasar negara dikenalkan kepada anak-anak
pada tingkat dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Drs. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan kelas XII, Jakarta, Erlangga,

Chotib, Drs. Dkk, Pendidikan Kewarganegaraan kelas XII, 2007 Jakarta, Yudistira,

Sugito AT dkk. 2000. Pendidikan Pancasila. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sunarto, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

Soegito, dkk. 2012. Pendidikan Pancasila. Semarang: Pusat Pengembangan


MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

http://mettasetiani.blogspot.com/2013/03/pancasila-sebagai-paradigma_5047.html

Anda mungkin juga menyukai