Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

LABIOSCHISIS

OLEH :
NAMA: UMMI RIZQIYANI
NIM : P07120419019N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2020

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing
lahan dan pembimbing akademik pada :

Hari/ tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

(Masadah., M.Kep)

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN “LAMBIOSCHISIS”

A.   Konsep Dasar Penyakit

1.    Pengertian
Labioschisis adalah adanya gangguan fusi maxillary swelling dengan medial nasal
swelling pada satu sisi akan menimbulkan kelaianan berupa labioschisis unilateral. Bila
kegagalan fusi ini menimbulkan celah di daerah prealveolaris, maka celah tersebut dikatakan
inkomplet, sedang selebihnya dikatakan labioschisis komplet.
Celah bibir adalah kelainan kongenital pada bibir yang disebabkan oleh kegagalan
struktur fasial embrionik yang tidak komplet, kelainan ini dapat diasosiasikan dengan
anomali lain juga. Insidensi kalainan ini adalah 1 di antara 750 kelahiran hidup. Celah bibir,
lebih sering terjadi pada anak laki-laki, dapat muncul berupa indentasi ringan hingga celah
terbuka. (Kathleen Morgan Speer. 2007)

2.    Epidemiologi
Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui diketahui secara pasti, hanya
disebutkan terjadi satu kejadian setiap 1000 kelahiran. Hidayat dan kawan-kawan di propinsi
Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada
1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3
juta penduduk.
Bibir Sumbing memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras
serta negara. Diperkirakan 45% dari populasi adalah non-Kaukasia. Fogh Andersen di
Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup.
Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta
Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


3.    Etiologi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut
antara lain, yaitu :

a. Faktor Genetik atau keturunan


Dimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat terjadi
karena adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal
mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom
1 s/d 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis
kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau
dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total
kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan
bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung,
dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-
10000 bayi yang lahir.
b. Kurang Nutrisi, contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil,
kekurangan asam folat.
c. Radiasi.
d. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi rubella dan
sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas
selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.
g. Multifaktoral dan mutasi genetik.
h. Diplasia ektodermal.

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


4.    Klasifikasi
Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk, tingkat kelainan bibir sumbing
bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang
diketahui adalah :
a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir
dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung

5.    Patofisiologi
Secara umum, labioschisis bisa terjadi karena :
a. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio pada trimester I.
b. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
c. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
d. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan
berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan
factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti
melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan
mengalami labioschisis.
Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan
garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang
mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama
trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/
anak dengan labioschisis.
Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:
a. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal
kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat,
vitamin C, dan Zn)

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


b. Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal
c. Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.
d. Faktor genetic
Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus
nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Pada hewan percobaan vitamin A dikenal sebagai "teratogen universal". Namun
kemungkinan teratogenitas pada manusia yang mengkonsumsi suplemen vitamin A masih
kontroversi.
 Vitamin B-6 memiliki peran vital dalam metabolisme asam amino. Defisiensi vitamin
B-6 tunggal telah terbukti dapat menyebabkan langit-langit mulut sumbing dan kelainan
defek lahior lainnya pada tikus percobaan. Dan Miller (1972) menunjukkan bahwa pemberian
vitamin B-6 dapat mencegah terjadinya celah orofasial. Salah satu penyebab terjadinya celah
orofasial ialah heterogenitas, sebanyak sekitar 20% menyertai sindrom yang disebabkan
mutasi yang spesifik. Namun juga terjadinya celah orofasil juga berhubungan dengan asam
folat dan multivitamin lainnya. Beberapa mungkin memiliki etiologi karena asam folat
namun sebagian lagi tidak, sehingga menyulitkan untuk mencari efeknya.

6.    Pathway
(Terlampir)

7.    Tanda dan Gejala


Ada beberapa gejala dari bibir sumbing / labioschisis yaitu :
a. Terjadi pemisahan langit – langit.
b. Terjadi pemisahan bibir.
c. Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit.
d. Infeksi telinga berulang.
e. Berat badan tidak bertambah.
f. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari
hidung.

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


8.    Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi
karenannya, yaitu :
a. Masalah asupan makanan
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya
labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu
atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan
kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek
menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap
lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin
dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga
dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada
palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya
membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan
tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan
masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.

b. Masalah Dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang
berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari
celah bibir yang terbentuk.

c. Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena
terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan
penutupan tuba eustachius.

d. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat
menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada
yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi
palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat
bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


kesulitan bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak
sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung.  Anak mungkin mempunyai kesulitan
untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan terapi bicara (speech
therapy) biasanya sangat membantu.

    9.    Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan prabedah rutin (misalnya hitung darah lengkap
b. Pemeriksaan Diagnosis
1) Foto Rontgen
2) Pemeriksaan fisik
3) MRI untuk evaluasi abnormal

   10.    Therapy
Terapi untuk pasien dengan labioschisis meliputi perbaikan melalui pembedahan,
untuk memperbaiki penampilan anak, biasanya antara usia 1-3 bulan

11.  Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan
setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral
pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan
operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu, Berat badan bayi
minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit
minimal 10.000/ui.
Perawatan
a. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir
sumbing tidak menghambat penghisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit
menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa
payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan
menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 mgg.

b. Menggunakan alat khusus :


1) Dot domba

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung,
bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi
sumbing, suatu dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau
hanya dot biasa dengan lubang besar.
2) Botol peras
Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut
hingga dapat dihisap bayi.
3) Ortodonsi
Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar
memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum
sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitive.
c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau
belakang lidah bayi.
d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak
udara.
e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada
bagian pemisah lobang hidung.
f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini
terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit
yang lembut tersebut untuk sembuh.
g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung
kapas yang dicelupkan dala hydrogen peroksida setengah kuat atau air.

Pengobatan
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu
yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule
often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini
mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara
otak belum membentuk cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan
operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli
ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang
muka mendeteksi selesai.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe”
yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempl pada bagian
belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting
untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah
diperbaiki, dapat mempengaruhi pola bicara secara permanen.

Prinsip perawatan secara umum :


a. Lahir : bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu
untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.
b. Umur 1 minggu : pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan
mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.
c. Umur 3 bulan : labioplasty; tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan
evaluasi telingga.
d. Umur 18 bulan - 2 tahun : palathoplasty atau tindakan operasi langit-langit bila
terdapat sumbing pada langit-langit.
e. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.
f. Umur 6 tahun : evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
g. Umur 11 tahun : alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir
alveolar untuk memberikan jalan bagi gigi caninus), perawatan otthodontis.
h. Umur 12-13 tahun : final touch; perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
i. Umur 17-18 tahun : orthognatik surgery bila perlu.

A.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian
a. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan
1) Pemisahan abnormal bibir atas
2) Pemisahan gusi bagian atas
3) Kerusakan gigi-geligi
4) Kerusakan wicara

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


5) Mudah tersedak
6) Peningkatan otitis
b. Respirasi
1) Kegawatan pernapasan disertai aspirasi
2) Kemungkinan dispnea

c. Muskuloskeletal
1) Gagal bertumbuh

d. Gastrointestinal
1) Kesulitan pemberian makan

e. Psikososial
1) Gangguan ikatan antara orang tua-bayi
2) Gangguan citra tubuh

2.    Diagnosa Keperawatan


a. Prabedah
1) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
gangguan dalam pemberian makan
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan
3) Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan

b. Post-bedah
1) Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan efek anestesia, edema
pascaoperasi, serta produksi lendir yang berlebihan
2) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan teknik
pemberian makan yang baru dan perubahan diet pascaoperasi
3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah
4) Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan
5) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


    3.    Intervensi

Pra-Bedah
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx hasil
1 Setelah diberikan     Tempatkan dot botol di
         Meletakkan dot botol dengan
asuhan keperawatan dalam mulut bayi, pada sisi cara ini dapat menstimulasi
selama ...x24 jam berlawanan dari celah, ke arah tindakan ” stripping” bayi
diharapkan berat badan belakang lidah. (menekan dot botol melawan lidah
seimbang dengan dan atap mulut untuk
kriteria hasil : mengeluarkan susu).
         Bayi     Posisikan bayi tegak atau
         Posisi ini mencegah tersedak
mempertahankan status semi-Fowler, namun tetap dan regurgitasi per nasal.
nutrisi yang ditandai rileks selama pemberian
oleh kenaikan berat makan.
badan bulanan (1/2
hingga 1 kg)      Serdawakan bayi setelah
         Bayi perlu disendawakan
setiap pemberian 15 hingga dengan frekuansi yang sering
30 ml susu, tetapi jangan karena kelainan tersebut dapat
pindahkan dot botol terlalu menyebabkan menelan udara lebih
sering selama pemberian banyak sehingga menimbulkan
makan. rasa tidak nyaman. Melepas dot
botol terlalu sering dapat
melelahkan, atau membuat bayi
frustasi sehingga menyebabkan
pemberian makan tidak komplet.

     Coba untuk          Pemberian makan yang lebih


memberi
makan selama kira-kira 45 lama dapat melelahkan bayi
menit atau kurang untuk sehingga dapat menyebabkan
setiap kali makan. pencapaian berat badan yang
sangat kurang.

     Apabila bayi tidak makan


         Posisi tegak mengurangi risiko

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


tanpa tersedak atau aspirasi; menggunakan sebuah
teraspirasi, letakkan dalam spuit dan slang karet lunak yang
posisi tegak, dan beri makan mampu menampung cairan di
dengan menggunakan spuit bagian belakang mulut bayi dapat
serta slang karet lunak. mengurangi aspirasi melalui celah.

2 Setelah diberikan     Beri minum bayi sebanyak


         Air dapat membersihkan
asuhan keperawatan 5-10 ml air, setelah setisp pasase nasal dan palatu, serta dapat
selama ...x24 jam pemberian makan. mencegah susu mengumpul di
diharapkan tidak terjadi saluran eustasia, yang pada
infeksi dengan kriteria gilirannya dapat mencegah
hasil : pertumbuhan bakteri yang dapat
         Bayi tidak mengarah pada terjadinya infeksi.
menunjukkan tanda-
tanda infeksi yang     Buang formula atau susu
         Merontokkan dan melepaskan
ditandai oleh suhu yang mengering dengan matero yang berkerak dalam botol,
tubuh kurang dari 37,80 menggunakan aplikator yang dapat menjaga agar celah tersebut
C dan tidak ada tanda- berujung kapas basah. bersih dan bebas dari bakteri
tanda draynase telinga, sehingga mengurangi risiko
batuk, ronchi kasar di infeksi.
lapangan paru, atau
iritabilitas      Setelah setiap pemberian
         Mengatur posisi bayi dengan
makan, letakkan bayi di cara ini dapat mencegah aspirasi
ayunan bayi atau baringkan yang dapat menimbulkan
bayi di tempat tidurnya pneumonia.
dengan posisi miring kanan
dengan kepala tempat tidur
ditinggikan 300.

     Kaji bayi          Kekambuhan otitis media


untuk
menentukan bila ada tanda yang terjadi akibat saluran eustasia
infeksi, termasuk drainase yang tidak normal dapat dikaitkan
telinga yang berbau dan dengan celah bibir.
demam. Beri obat antibiotik

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


sesuai program.

3 Setelah diberikan     Beri kesempatan pada


         Kesempatan ini meningkatkan
asuhan keperawatan orang tua untuk menggendong ikatan dan mempersiapkan orang
selama ...x24 jam serta memeluk bayi, dan dapat tua dalam perawatan bayi di
diharapkan : mempraktikkan tugas rumah.
Orang tua mengajukan pemberian perawatan sebelum
pertanyaan yang tepat pemulangan.
tentang kondisi bayi,     Anjurkan orang tua untuk
         Mempersiapkan anggota
dapat melibatkan mempersiapkan anggota keluarga untuk kedatangan bayi
perawatan bayi ke keluarga, termasuk saudara memungkinkan mereka
dalam gaya hidup kandung dan kerabat lain, beradaptasi dengan penampilan
normal mereka, serta untuk menyambut kehadiran bayinya, dan memungkinkan orang
mengekspresikan bayi di rumah. Nasihatkan tua berfokus pada kebutuhan bayi
perasaan mereka mereka untuk menjelaskan ke yang mendesak.
tentang penampilan seluruh anggota keluarga,
bayi tentang penampilan bayi
dengan menggunakan istilah
sederhana, memperlihatkan
kepada mereka gambar, dan
meminta mereka mengunjungi
bayi di rumah sakit.

     Anjurkan orang tua untuk


         Orang tua perlu memiliki
memperlakukan bayi pemikiran bahwa bayi mereka
layaknya anggota keluarga merupakan individu yang normal,
yang normal, dan yang menderita celah bibir bukan
menjadwalkan kegiatan sebagai individu yang sedang sakit
perawatan mereka ke dalam sehingga dapat memberi
rutinitas sehari-hari. perawatan di rumah yang adekuat,
dan menjaga kebutuhan keluarga.

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


     Anjurkan orang tua untuk
         Meminta bantuan orang lain
meminta bantuan dari anggota dalam perawatan bayi dan
keluarga yang lain atau dari pemberian makan dapat memberi
teman saat memberi makan orang tua kesempatan beristirahat,
dan perawatan bayi. serta berfokus pada kebutuhan
mereka sendiri.

     Rujuk orang tua         


ke Kelompok pendukung
kelompok pendukung yang memberi kesempatan pada orang
tepat serta pusat kraniofasial, tua untuk berbagi perasaan dan
jika ada. pengalaman dengan orang tua lain,
yang juga memiliki situasi sama,
dapat mengurangi kecemasan dan
meningkatkan keterampilan
koping serta keterampilan
penyelesaian masalah. Pusat
kraniofasial memiliki pangalaman
dalam memberi perawatan bagi
anak-anak dengan celah bibir.

4 Setelah diberikan     Kaji pemahaman orang tua


         Pengkajian ini merupakan
asuhan keperawatan tentang kelainan anak dan dasar untuk penyuluhan.
selama ...x24 jam kebutuhan pembedahan.
diharapkan tidak
adanya ansietas dengan     Jelaskan kepada orang tua
         Penjalasan yang demikian
kriteria hasil : prosedur pembedahan, mempersiapkan orang tua tentang
         Orang tua termasuk prosedur prosedur perioperasi dan hasil
mengalami penurunan pembedahan itu sendiri, lama yang diharapkan sehingga dapat
rasa cemas yang pembedahan, serta mengurangi kecemasan.
ditandai oleh penampilan anak yang
mengekspresikan diharapkan saat pascaoperasi.
pemahaman tentang
kebutuhan pembedahan     Demonstrasikan kepada
         Mendemonstrasikan teknik
dan berpatisipasi dalam orang tua teknik pemberian pemberian makan yang benar dan

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


perawatn pra dan pasca makan yang benar, untuk pengguanaan restrain lengan
bedah anak atau bayi dipraktikkan setelah membantu orang tua mengenal
pembedahan (meletakkan perawatan pascaoperasi sehingga
slang pada mukosa bukal dan dapat mengurangi rasa cemas.
mengalirkan cairan sedikit
demi sedikit melalui spuit);
minta mereka mempraktikkan
teknik tersebut. Juga
demonstrasikan pengunaan
restrain yang benar pada
lengan sehingga mencegah
bayi atau anak menyentuh dan
mengganggu insisi.
               

Post-bedah
N Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
O Hasil
Dx
1 Setelah diberikan     Kaji status pernapasan
         Tanda distres
asuhan keperawatan bayi atau anak setiap 4 jam pernapasan ini dapat
selama ...x24 jam untuk mendeteksi suara napas mengindikasikan
diharapkan jalan nafas yang abnormal, sianosis, pneumonia, yang
efektif dengan kriteria retraksi, mendengkur, atau membutuhkan terapi
hasil : pernapasan cuping hidung. antibiotik.
         Bayi atau anak tetap
bebas dari komplikasi
pernapasan yang     Atur ulang posisi bayi atau
         Pengaturan-kembali
ditandai oleh anak setiap 2 jam. Setelah posisi dapat meningkatkan
memepertahankan pembedahan celah bibir, bayi drainase sekresi paru.
pernapasan lancar, serta atau anak dapat diletakkan
frekuensi teratur dengan baik di ayunan bayi
atau dalam posisi terlentang

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


atau miring dengan kepala
ditinggikan.

     Tempatkan bayi atau anak


         Udara yang sejuk dan
dalam tenda lembap, sesuai yang dilembapkan
program. Pertahankan bayi membantu mencairkan
diselimuti dan ganti sprei sekresi sehingga dapat
dengan teratur. membantu bayi atau anak
bernapas dengan lebih
mudah. Menutupi tubuh
dengan selimut dapat
mencegah anak dari
menggigil.
     Pertahankan bayi atau
         Posisi tegak
anak dalam posisi tegak mengurangi risiko tersedak
selama pemberian makan. dan aspirasi.

2 Setelah diberikan     Apabila bayi atau anak


         Mengisap dot botol
asuhan keperawatan telah menjalani perbaikan menyebabkan terlalu
selama ...x24 jam celah bibir, beri mereka banyak tekanan pada alur
diharapkan berat badan makan melalui spuit dan jahitan; penggunaan garpu
seimbang dengan slang karet lunak yang atau sedotan dapat
kriteria hasil : ditempatkan di dalam pipi merusak alur jahitan.
         Bayi atau anak dan jauh dari alur jahitan.
dapat mempertahankan Jangan gunakan dot botol.
nutrisi adekuat yang Seiring anak mengalami
ditandai oleh dapat kemajuan dari diet cair murni,
beradaptasi terhadap gunakan sendok untuk
diet dan metode pemberian makan, bukan
pemberian makan yang garpu.
baru, serta terus
mengalami peningkatan     Mula-mula         
anjurkan Bayi atau anak
berat badan pemberian makan dengan membutuhkan pemberian
frekuensi yang sering dalam makan dengan porsi lebih

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


porsi kecil; kemudian kecil, sambil beradaptasi
lanjutkan dengan asupan terhadap metode
cairan sesuai-usia. pemberian makan.

3 Setelah diberikan     Lakukan perawatan alur


         Perawatan alur jahitan
asuhan keperawatan sutura berikut ini setelah yang tepat menjamin
selama ...x24 jam pemberian makan, dan sesuai tercapainya kebersihan,
diharapkan integritas kebutuhan : mencegah pemisahan
kulit baik dengan - Bersihkan garis sutura sutura, mengurangi risiko
kriteria hasil : dengan menggunakan larutan infeksi, dan mengurangi
         Bayi atau anak salin dan aplikator berujung jumlah materi berkerak di
tidak menderita kapas basah. sekitar alur jahitan, yang
kerusakan pada - Oleskan salep antibiotik mungkin mengakibatkan
integritas kulit yang sesuai program untuk pembesaran jaringan parut.
ditandai oleh insisi tetap melembabkan mulut dan
utuh, tidak ada tanda mencegah pemisahan sutura.
infeksi dan tanda - Pantau tanda dan gejala
pemulihan infeksi.
- Beri sedikit air setelah
pemberian makan untuk
membersihkan mulut dari
setiap sisa susu, yang dapat
menyebabkan pertumbuhan
bakteri.

     Pasang restrain lengan,


         Restrain lengan
sesuai program. Evaluasi mencegah bayi atau anak
sirkulasi dan latihan menggaruk alur jahitan
pergerakan sendi (ROM) atau meletakkan objek
setiap 2 jam. dalam mulutnya sampai
insisi memulih. Evaluasi
memastikan sirkulasi yang
adekuat, dan latihan ROM

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


mencegah kekakuan dan
kontraktur otot.

     Setelah pembedahan celah


         Duduk di tempat
bibir, posisikan bayi atau duduk bayi atau berbaring
anak dengan baik, berbaring miring atau telentang
miring atau telentang-bukan setelah pembedahan celah
posisi telungkup-pertahankan bibir, mencegah anak
kepala tempat tidur menggesekkan bibirnya
ditinggikan. pada linen tempat tidur,
mengurangi risiko ruptur.

     Antisipasi perlunya anak


        Menangis
mengurangi menangis. menyebabkan tegangan
pada alur jahitan, yang
dapat menyebabkan ruptur.

4 Setelah diberikan     Kaji bayi atau anak untuk


         Bayi atau anak
asuhan keperawatan mengetahui iritabilitas, mungkin terlalu muda
selama ...x24 jam kehilangan selera makan, dan usianya untuk
diharapkan nyeri kegelisahan setiap 2 jam mengespresikan rasa tidak
berkurang dengan setelah pembedahan. nyaman melalui kata-kata;
kriteria hasil : petunjuk perilaku adalah
         Bayi atau anak satu-satunya indikasi nyeri
dapat mempertahankan
tingkat kenyamanan     Beri obat analgesik, sesuai
         Obat analgesik dapat
yang ditandai oleh program. mengurangi nyeri.
tangisan dan iritabilitas
yang berkurang      Lakukan          Aktivitas pengalihan
aktivitas
pengalihan, misalnya, memfokuskan kembali
permainan, kartu, videotapes, perhatian anak,
dan membaca buku untuk mengurangi persepsinya

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


anak yang lebih besar. terhadap nyeri.

5 Setelah diberikan     Ajarkan orang tua tentang


         Menggunakan sendok
asuhan keperawatan teknik pemberian makan makanan padat, dan spuit
selama ...x24 jam berikut ini : berujung karet untuk
diharapkan : - Gunakan sendok, bukan cairan dapat mengurangi
         Orang tua garpu, untuk memberi makan risiko trauma pada alur
mengekspresikan lunak, serta spuit berujung jahitan. Menggunakan
pemahaman tentang karet atau mengkuk (jika sedotan dapat
instruksi perawatan pra memungkinkan) untuk membahayakan alur
bedah dan pasca bedah memberi bayi atau anak jahitan.
di rumah dan cairan.
mendemonstrasikan - Jangan biarkan anak
prosedur perawatan di menggunakan sedotan.
rumah
     Ajarkan orang tua cara
         Perawatan alur jahitan
merawat alur jahitan : dapat memastikan
- Gunakan larutan salin dan kebrsihan sehingga
aplikator berujung kapas mengurangi risiko infeksi,
untuk membersihkan alur dan mengurangi
jahitan. pembentukan kerak yang
- Oleskan salep antibiotik dapat menyebabkan
sesuai program untuk jaringan parut membesar;
menutup insisi. infeksi membutuhkan
- Periksa area insisi bedah intervensi medis.
untuk melihat tanda infeksi,
misalnya, kemerahan,
pembengkakan, dan drainase
purulen, dan laporkan temuan
tersebut kepada dokter.
- Beri air sedikit-sedikit
setelah pemberian makan,
untuk membuang sisa susu
yang menempel, mengingat

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


ini merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan
bakteri dan infeksi.

     Sampaikan kepada orang


         Restrain lengan
tua bahwa mereka harus mencegah bayi atau anak
mempertahankan lengan bayi menggaruk alur jahitan,
atau anak terfiksasi. Jelaskan atau memasukkan benda di
bahwa mereka harus melepas dalam mulutnya.
restrain secara berkala, Melepaskan restrain
mempertahankan agar bayi memungkinkan ROM dan
atau anak tetap diawasi. mencegah gangguan neuro
vaskular.

     Setelah pembedahan celah


         Mengatur posisi bayi
bibir, instruksikan orang tua atau anak melalui cara ini,
untuk mengatur posisi bayi mencegahnya
atau anak pada ayunan bayi, menggosokkan bibir ke
atau dalam posisi miring atau linen tempat tidur.
telentang-jangan menekan
daerah abdomen-dengan
kepala tempat tidur
ditinggikan.

     Beri tahu oranng tua untuk


         Menangis yang lama
mengantisipasi perlunya bayi menyebabkan tegangan
atau anak mengurangi pada alur jahitan.
tangisan.

     Jelaskan kepada orang tua


         Inspeksi telinga dan
pentingnya perawatan tidak evaluasi pendengaran
lanjut, termasuk perlunya sangat penting, karena
inspeksi telinga dan evaluasi perkembangan saluran
pendengaran setiap 2-4 bulan eustaki yang abnormal

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


dan pemeriksaan rutin serta dapat mempredisposisi
imunisasi. bayi atau anak pada
serangan otitis media yang
lebih sering, yang dapat
mengarah pada kehilangan
pendengaran. Pemeriksaan
rutin dan imunisasi
membantu
mempertahankan
kesehatan optimal.

    
4.    Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi

5.  Evaluasi
NO.DX EVALUASI
1. Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi dapat  mempertahankan
status nutrisi adekuat yang ditandai oleh kenaikan berat badan bulanan (1/2
hingga 1 kg)

2. Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi tidak menunjukkan tanda-


tanda infeksi yang ditandai oleh suhu tubuh kurang dari 37,80 C dan tidak ada
tanda-tanda draynase telinga, batuk, ronchi kasar di lapangan paru, atau
iritabilitas

3. Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat tentang kondisi bayi, dapat
melibatkan perawatan bayi ke dalam gya hidup normal mereka, serta
mengekspresikan perasaan mereka tentang penampilan bayi

Orang tua mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh


4. mengekspresikan pemahaman tentang kebutuhan pembedahan dan
berpatisipasi dalam perawatan pra dan pasca bedah anak atau bayi.

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak tetap bebas dari
komplikasi pernapasan yang ditandai oleh memepertahankan pernapasan
5. lancar, serta frekuens

Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak dapat


mempertahankan nutrisi adekuat yang ditandai oleh dapat beradaptasi
6. terhadap diet dan metode pemberian makan yang baru, serta terus mengalami
peningkatan berat badan.
Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak tidak menderita
kerusakan pada integritas kulit yang ditandai oleh insisi tetap utuh, tidak ada
7. tanda infeksi dan tanda pemulihan

Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak dapat


mempertahankan tingkat kenyamanan yang ditandai oleh tangisan dan
8. iritabilitas yang berkurang

Orang tua mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan pra


bedah dan pasca bedah di rumah dan mendemonstrasikan prosedur
9. perawatan di rumah

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta.
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM


Wilkinson, J.M, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.
Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.

STASE KEPERAWATAN ANAK PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MATARAM

Anda mungkin juga menyukai