LABIOSCHISIS
OLEH :
NAMA: UMMI RIZQIYANI
NIM : P07120419019N
Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing
lahan dan pembimbing akademik pada :
Hari/ tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
(Masadah., M.Kep)
1. Pengertian
Labioschisis adalah adanya gangguan fusi maxillary swelling dengan medial nasal
swelling pada satu sisi akan menimbulkan kelaianan berupa labioschisis unilateral. Bila
kegagalan fusi ini menimbulkan celah di daerah prealveolaris, maka celah tersebut dikatakan
inkomplet, sedang selebihnya dikatakan labioschisis komplet.
Celah bibir adalah kelainan kongenital pada bibir yang disebabkan oleh kegagalan
struktur fasial embrionik yang tidak komplet, kelainan ini dapat diasosiasikan dengan
anomali lain juga. Insidensi kalainan ini adalah 1 di antara 750 kelahiran hidup. Celah bibir,
lebih sering terjadi pada anak laki-laki, dapat muncul berupa indentasi ringan hingga celah
terbuka. (Kathleen Morgan Speer. 2007)
2. Epidemiologi
Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui diketahui secara pasti, hanya
disebutkan terjadi satu kejadian setiap 1000 kelahiran. Hidayat dan kawan-kawan di propinsi
Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada
1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3
juta penduduk.
Bibir Sumbing memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras
serta negara. Diperkirakan 45% dari populasi adalah non-Kaukasia. Fogh Andersen di
Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup.
Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta
Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.
5. Patofisiologi
Secara umum, labioschisis bisa terjadi karena :
a. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio pada trimester I.
b. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
c. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
d. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan
berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan
factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti
melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan
mengalami labioschisis.
Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan
garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang
mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama
trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/
anak dengan labioschisis.
Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:
a. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal
kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat,
vitamin C, dan Zn)
6. Pathway
(Terlampir)
b. Masalah Dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang
berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari
celah bibir yang terbentuk.
c. Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena
terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan
penutupan tuba eustachius.
d. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat
menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada
yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi
palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat
bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki
10. Therapy
Terapi untuk pasien dengan labioschisis meliputi perbaikan melalui pembedahan,
untuk memperbaiki penampilan anak, biasanya antara usia 1-3 bulan
11. Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan
setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral
pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan
operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu, Berat badan bayi
minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit
minimal 10.000/ui.
Perawatan
a. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir
sumbing tidak menghambat penghisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit
menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa
payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan
menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 mgg.
Pengobatan
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu
yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule
often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini
mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara
otak belum membentuk cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan
operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli
ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
1. Pengkajian
a. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan
1) Pemisahan abnormal bibir atas
2) Pemisahan gusi bagian atas
3) Kerusakan gigi-geligi
4) Kerusakan wicara
c. Muskuloskeletal
1) Gagal bertumbuh
d. Gastrointestinal
1) Kesulitan pemberian makan
e. Psikososial
1) Gangguan ikatan antara orang tua-bayi
2) Gangguan citra tubuh
b. Post-bedah
1) Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan efek anestesia, edema
pascaoperasi, serta produksi lendir yang berlebihan
2) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan teknik
pemberian makan yang baru dan perubahan diet pascaoperasi
3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah
4) Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan
5) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah
Pra-Bedah
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx hasil
1 Setelah diberikan Tempatkan dot botol di
Meletakkan dot botol dengan
asuhan keperawatan dalam mulut bayi, pada sisi cara ini dapat menstimulasi
selama ...x24 jam berlawanan dari celah, ke arah tindakan ” stripping” bayi
diharapkan berat badan belakang lidah. (menekan dot botol melawan lidah
seimbang dengan dan atap mulut untuk
kriteria hasil : mengeluarkan susu).
Bayi Posisikan bayi tegak atau
Posisi ini mencegah tersedak
mempertahankan status semi-Fowler, namun tetap dan regurgitasi per nasal.
nutrisi yang ditandai rileks selama pemberian
oleh kenaikan berat makan.
badan bulanan (1/2
hingga 1 kg) Serdawakan bayi setelah
Bayi perlu disendawakan
setiap pemberian 15 hingga dengan frekuansi yang sering
30 ml susu, tetapi jangan karena kelainan tersebut dapat
pindahkan dot botol terlalu menyebabkan menelan udara lebih
sering selama pemberian banyak sehingga menimbulkan
makan. rasa tidak nyaman. Melepas dot
botol terlalu sering dapat
melelahkan, atau membuat bayi
frustasi sehingga menyebabkan
pemberian makan tidak komplet.
Post-bedah
N Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
O Hasil
Dx
1 Setelah diberikan Kaji status pernapasan
Tanda distres
asuhan keperawatan bayi atau anak setiap 4 jam pernapasan ini dapat
selama ...x24 jam untuk mendeteksi suara napas mengindikasikan
diharapkan jalan nafas yang abnormal, sianosis, pneumonia, yang
efektif dengan kriteria retraksi, mendengkur, atau membutuhkan terapi
hasil : pernapasan cuping hidung. antibiotik.
Bayi atau anak tetap
bebas dari komplikasi
pernapasan yang Atur ulang posisi bayi atau
Pengaturan-kembali
ditandai oleh anak setiap 2 jam. Setelah posisi dapat meningkatkan
memepertahankan pembedahan celah bibir, bayi drainase sekresi paru.
pernapasan lancar, serta atau anak dapat diletakkan
frekuensi teratur dengan baik di ayunan bayi
atau dalam posisi terlentang
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
NO.DX EVALUASI
1. Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi dapat mempertahankan
status nutrisi adekuat yang ditandai oleh kenaikan berat badan bulanan (1/2
hingga 1 kg)
3. Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat tentang kondisi bayi, dapat
melibatkan perawatan bayi ke dalam gya hidup normal mereka, serta
mengekspresikan perasaan mereka tentang penampilan bayi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta.
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC