Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN

DEMAM THYPOID

Disusun oleh :
1. Meliana Rahmadani
2. Dinda Amelia
3. Mela Rosalia
4. Dewi Novita Sari
5. Hilda Ambadar
6. Vanadia z.
7. Siti Anasya Cahya
8. Fina Afifah

YAYASAN MUZTAHIDIN AL-AYUBI (YMA)


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TARUNA TERPADU 1
BOGOR CENTRE SCHOOL (BORCESS)
Jalan Raya Semplak, Salabenda Blk. Telkm Bogor
Telp 0251-7542504 Website : www.borcess.net
2017
1. Definisi Demam Thypoid
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran. Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella
typhosa, secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 1 minggu disertai gangguan
pencernaan dalam berbagai bentuk dan gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Jadi
demam thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi
ditandai dengan demam 1 minggu dan disertai gangguan saluran pencernaan serta gangguan
kesadaran.

2. Etiologi
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif,
berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri
tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan
sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang
sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia
maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70°C maupun oleh
antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi
atau Salmonella paratyphi (Soedarto, 1996). Terdapat ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi
hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan tifus yaitu:
a.         Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
 antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida) : merupakan
polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada
permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar
 antigen H : terdapat pada flagella dan dan bersifat termolabil
 antigen V1 (merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen
O terhadap fagositosis) dan protein membrane hialin.
b.      Salmonella parathypi A
c.       salmonella parathypi B
d.      Salmonella parathypi C
e.       Feses dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).

3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses yaitu :
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi
sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan
endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini
berkembang. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

4. Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain :
a. Demam
Demam berlangsung 3 minggu
 Minggu I : demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore dan malam hari nyeri kepala,  pusing, nyeri otot,  anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare,   perasaan tidak enak diperut,   batuk dan epistaksis, pada
pemeriksaan fisik tidak hanya didapat peningkatan suhu badan
 Minggu II : Demam terus, Demam, Bradikardikardi relatif lidah thypoid (kotor
ditengah, tepi dan ujung merah tremor), Hepatomegali,  Plenomegali,  
Meteorismus,   Gangguan kesadaran seperti samnolen
 Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.
b. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
 Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,
jarang disertai tremor
 Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
 Terdapat konstipasi, diare
3. Gangguan Kesadaran
 Kesadaran yaitu apatis – somnole.
 Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi
atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.
b.    Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
c.     Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
 Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
 Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
 Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
 Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d.      Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium.
6. Pengobatan
a. Pengobatan Medik :
 Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan okskreta
 Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia, dll
 Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di
ruangan
 Diet rendah serat – tinggi kalori dan protein.
 Obat pilihan ialah klorompenikol kecuali jika pasien tidak serasi dapat diberikan obat
lainnya seperti kotrimoksazol
 Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya bila terjadi dehidrasi
dan asidosis diberikan cairan secara intravena, dsb
b. Keperawatan
 Kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit :
 Jika pasien sadar diberikan makanan lunak dengan lauk pauk di cincang (hati
daging) : sayuran labu siyem / wortel yang dimasak lunak sekali
 Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair personde,
kalori sesuai dengan kebutuhannya
 Jika pasien parah seperti yang menderita dividen di pasang infus dengan cairan
glukosa dan NaCl Gangguan suhu tubuh
 Untuk menurunkan suhu tubuh dengan memberikan obat secara adekuat dan
istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi kemudian imobilisasi
bertahap
 Ruangan diatur agar cukup ventilasi
 Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancer

 Gangguan rasa aman dan nyaman


 Perawatan mulut 2x sehari oleskan boraks gliserin (cream) sering-sering dan
sering diberikan minum untuk meningkatkan nafsu makan
 Karena pasien apatik harus lebih diperhatikan dan diajak komunikasi
 Resiko terjadinya komplikasi
 Obat kloramfenikol, dosis 100 mg / kg BB / hari diberikan 4x / hari
 Istirahat
 Pengawasan komplikasi
 Perdarahan usus, perforasi usus dan komplikasi lain
 Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
 Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain ; mungkin ibunya menemani tetapi
tidak tidur bersama
 Pasien harus istirahat mutlak sampai demam turun, masih dilanjutkan selama 2
minggu
 Pemberian obat
 Pembuangan feses dan urin harus dibuang ke dalam lubang WC dan disiram air
sampai sebanya-banyaknya.

7. Pencegahan
 meningkatkan higiene sanitasi makanan dan lingkungan seperti membiasakan cuci tangan
dengan bersih setelah BAB dan sebelum makan.
 Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil thypoid dan
parathypoid Adan B yang dimatikan )
 Minum air yang telah dimasak.
 Gunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan. Buah-buahan
hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan.

8. Discharnge Planning
a. Jelaskan kepada klien tentang Penyebab Thypus
b. Ajarkan klien untuk mengenal komplikasi Thypus
c. Ajarkan klien standar cara untuk mencegah penyakit Thypus
d. Ajarkan klien untuk mengenal tanda dan gejala thypus
e. Jelaskan kepada klien tentang obat-obatan yang digunakan : efek samping dan kegunaan.

Anda mungkin juga menyukai