Resume Bab 1 Buku Acara Perdata M. Yahya Harahap'
Resume Bab 1 Buku Acara Perdata M. Yahya Harahap'
Nim : 11180480000053
BAB 1
Ada beberapa dampak yang timbul apabila sebuah surat kuasa khusus tidak memenuhi syarat,
seperti :
Surat gugatan tidak sah, apabila pihak yang mengajukan dan menandatangani gugatan
adalah kuasa berdasarkan surat kuasa tersebut, dan
Segala proses pemeriksaan tidak sah, atas alasan pemeriksaan dihadiri oleh kuasa
yang tidak didukung oleh surat kuasa yang memenuhi syarat.
c. Berkarakter Garansi-Kontrak
Ukuran untuk menentukan kekuatan mengikat tindakan kuasa kepada
pemberi kuasa hanya terbatas:
Sepanjang kewenangan atau mandate dari principal
Apabila kuasa bertindak melampaui batas mandate, tanggung
jawab principal hanya sepanjang tindakan. Sedang pelampauan
itu menjadi tanggung jawab kuasa sesuai dengan asas “garansi-
kontrak” yang digariskan Pasal 1806 KUH Perdata.
3. Berakhirnya Kuasa
Dalam Pasal 1813 KUHPerdata memperbolehkan berakhirnya perjanjian kuasa
secara sepihak atau unilateral. Ketentuan ini diametral bertentangan dengan
Pasal 1338 KUHPerdata ayat (2) yang menegaskan persetujuan tidak dapat
ditarik atau dibatalkan secara sepihak, tetapi harus mengacu kepada kesepakatan
kedua belah pihak.
Berikut adalah hal-hal yang dapat mengakhiri pemberian kuasa menurut Pasal
1813 KUHPerdata :
a. Pemberi kuasa menarik kembali secara sepihak
Diatur dalam Pasal 1814 KUHPerdata dan seterusnya. Sehubungan
dengan pencabutan secara sepihak.
b. Salah satu pihak meninggal
Pasal 1813 KUHPerdata menegaskan dengan meninggalnya salah satu
pihak dengan sendirinya pemberian kuasa berakhir demi hukum
c. Penerima kuasa melepas kuasa
Pasal 1817 KUHPerdata memperbolehkan dengan syarat:
1) Harus memberitahu kehendak pelepasan itu kepada pemberi
kuasa
2) Pelepasan tidak boleh dilakukan pada saat yang tidak layak
4. Dapat disepakati Kuasa Mutlak
Untuk menghindari ketidakpastian pemberi kuasa, dihubungkan dengan hak
pemberi kuasa untuk mencabut sepihak pada satu sisi, sera hak penerima kuasa
untuk melepas secara sepihak, dalam hukum telah memperkenalkan dan
membenarkan pemberian kuasa mutlak. Perjanjian ini disebut “Kuasa Mutlah”
yang memuat klausul :
a. Pemberi kuasa tidak dapat mencabut kembali kuasa yang diberikan
kepada penerima kuasa
b. Meninggalnya pemberi kuasa tidak mengakhiri perjanjian pemberian
kuasa.
B. JENIS KUASA
1. Kuasa Umum
Diatur dalam Pasal 1795 KUHPerdata yang bertujuan untuk memberi kuasa
kepada seseorang untuk mengurus kepentingan pemberi kuasa. Yaitu
melakukan tindakan pengurusan harta pemberi kuasa, pengurusan meliputi
segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan pemberi kuasa atas harta
kekayaannya, dan titik berat kuasa kuasa hukum, hanya meliputi perbuatan atau
tindakan pengurusan kepentingan pemberi kuasa.
2. Kuasa Khusus
Pasal 1795 KUHPerdata, pemberi kuasa khusus dilakukan mengenai satu
kepentingan tertentu atau lebih. Supaya kuasa khusus dapat dinyatakan sah
didepan pengadilan maka perlu memenuhi syarat yang diperlukan dalam Pasal
123 HIR.
3. Kuasa Istimewa
Pasal 1795 KUHPerdata yang mengatur kuasa istimewa serta Pasal 157 HIR
atau Pasal 184 RGB agar syarat kuasa istimewa terpenuhi atau sah.
a. Bersifat Limitatif
Kuasa Istimewa merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh
orang bersangkutan secara pribadi atau diwakilkan kepada kuasa.
Namun kuasa khusus hanya dapat diwakilkan jika :
1) Memindahtangankan benda-benda milik pemberi kuaa atau
meletakan hipotek (Hak tanggungan) diatas benda tersebut.
2) Untuk membuat perdamaian pada pihak ketiga
3) Untuk mengucapkan sumpah penentu atau sumpah tambahan
sesuai ketentuan 157 HIR atau Pasal 184 RGB.
Menurut pasal ini, yang dapat mengucap sumpah sebagai alat bukti
hanya dilakukan oleh pihak yang berperkara secara pribadi. Tidak dapat
diwakilkan kepada kuasa. Namun apabilan sedang sakit, hakim dapat
memberikan izin kepada kuasa untuk mengucapkannya sehingga kuasa
diberi kuasa istimewa menyebut dengan jelas bunyi sumpah yang akan
diucap kuasa.
dalam pasal 123 HIR, surat kuasa istimewa hanya dapat diberikan dalam bentuk surat
yang sah. Agar pemberian kuasa istimewa sah menurut hukum, harus dibuat dalam bentuk
akta notaris.
4. Kuasa Perantara
Kuasa perantara dapat disebut juga agen. Kuasa ini di konstruksi berdasarkan Pasal
1792 KUHPerdata, dan Pasal 62 KUHD atau yang dikenal juga dengan agen perdagangan
atau makelar.
Kuasa menurut hukum disebut juga wettelijke vertegenwoordig atau legal mandatory
(legal representative). Dalam hal ini undang-undang sendiri telah menetapkan seseorang atau
suatu badan untuk dengan sendirinya menurut hukum bertindak mewakili orang atau badan
tersebut tanpa memerlukan surat kuasa.
Di dalam HIR atau RBG, disinggung juga mengenai kuasa menurut hukum. Pada
Pasal pasal 123 ayat (2) HIR dan Pasal 147 ayat (2) RBG dijelaskan:
Bagi orang yang berkedudukan dan berkapasitas sebagai kuasa menurut hukum,
kehadiran dan tampilnya ia sebagai wakil atau kuasa, tidak memerlukan surat kuasa Khusus
(bijzondere schriftelijke machtiging, power of attorney) dari pemerintah atau instansi yang
bersangkutan. Beberapa kuasa menurut hukum yang dapat bertindak mewakili kepentingan
orang atau badan tanpa memerlukan surat kuasa khusus dari orang arau badan tersebut.
Meskipun ternayata surat kuasa tidak bersifat khusus, karena tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi dalam pemeriksaan
persidangan penggugat sendiri hadir didampingi kuasa tersebut, peristiwa itu
membuat jelas dan pasti tergugat dan Majelis Hakim, bahwa penggugat benar
memberi kuasa kepada kuasa dimaksud.
Kasus diatas, bisa terjadi. Mungkin surat kuasa tidak menyebut penegasan
mengenai jenis dan pokok sengketa, sehingga pada dasarnya surat kuasa tidak
memenuhi syarat yang ditentukan undang-undang. Akan tetapi, kekurangan syarat itu
menjadi sempurna, apabila pada proses persidangan, pihak pemberi kuasa hadi
didampingi oleh kuasa.
6. Surat Kuasa Khusus yang Menunjuk Nomor Registrasi Perkara, Menurut Hukum.
Surat kuasa yang tidak menyebut pihak maupun objek materi pokok perkara
yang sedang disengketakan, maka dianggap sah dan memenuhi syarat formil apabila
surat kuasa tersebut secara tegas menyebut nomor registrasi perkara. Hal ini berdasar
kepada putusan MA No. 115 K/sip/1973 dan sudah memenuhi ketentuan Pasal 123
HIR.
7. Surat Kuasa Tidak menyebut Kompetensi Relatif
Salah satu syarat kuasa khusus ialah menyebut dengan jelas kompetensi
relatif. Mencantumkan dengan jelas di PN mana surat kuasa itu dipergunakan kuasa.
Misalnya, kuasa akan bertindak mewakili pemberi kuasa di PN Bogor dalam sengketa
tanah antara penggugat dengan tergugat dengan cara menyebutkan identitas mereka.
Akan tetapi, pedapat yang sempit tentang penyebutan yuridiksi, tidak disetujui oleh
peradilan kasasi. Demikian pendapat yang dikemukakan dalam putusan MA No. 2339
K/Pdt/1985. Dalam kasus ini tergugat mengajukan eksepsi bahwa kuasa yang dimiliki
kuasa tidak memenuhi syarat formil yang digariskan Pasal 123 ayat (1) HIR, karena
selain tidak menyebut dengan tegas kedudukan pihak yang digugat, surat kuasa tidak
menyebut dengan tegas yuridiksi PN mana gugatan akan diajukan.
8. Kuasa Substitusi Yang Tidak Sah
Penerima kuasa berdasarkan kepada Pasal 1803 KUHPerdata dapat
melimpahkan kuasa yang diterimanya kepada pihak ketiga sebagai pengganti
melaksanakan kuasa yang diterimanya. Akan tetapi,hak dan kewenangan itu :
1) Tidak dengan sendirinya menurut hukum, dan
2) Hak dan kewenangan itu harus tegas disebut dalam surat kuasa.
Penunjukan atau pelimpahan kepada kuasa subsitusi dibarengi dengan syarat
harus lebih dahulu mendapat persetujuan dari pemberi kuasa agar kuasa itu memiliki
kredibilitas dan profesionalitas. Apabila tidak disebutkan dalam surat kuasa , kuasa
subsitusi tersebut tidak sah. Pendapat ini disebutkan dalam putusan MA No. 3162
K/Pdt/1983.
Jadi, untuk mewujudkan keabsahan surat kuasa khusus yang dibuat di luar
negeri oleh warga negara asing maupun warga negara Indonesia, selain memenuhi
syarat formil berdasarkan undang-undang harus pula dipenuhi syarat administratif,
berupa legislasi dari kantor perwakilan diplomatik Indonesia di negara tempat surat
kuasa dibuat. Baik surat kuasa tersebut berbentuk otentik atau bawah tangan, tetap
syarat legalisasi harus dipenuhi. Tujaun legalisasi adalah untuk memberikan kepastian
hukum bagi pengadilan tentang kebenaran orang yang memberi kuasa.
Pejabat pegawai yang dapat mewakili negara dalam perkara perdata di depan
pengadilan, diatur dalam St. 1922 No. 522 yang diubah dengan St. 1941 No. 31 jo.
No. 98. Apabila ketentuan ini dihubungkan dengan Undang-Undang Darurat No. 1
Tahun 1951, yang dapat bertindak sebagai kuasa mewakili kepentingan negara dalam
perkara kepala kejaksaan atau jaksa, sebagaimana halnya Pasal 123 ayat (2) HIR
dalam ketentuan Staaatsblad ini pun ditegaskan, tampilnya jaksa sebagai kuasa
mewakili negara, tidak memerlukan surat kuasa khusus. Hal itu sesuai dengan
kedudukannya sebagai kuasa menurut hukum. (legal mandatory, wettelijke vertegen
woordig).
Kedudukan kejaksaan sebagai kuasa menurut hukum, siatur juga dalam Undang-
Undang No. 5 Tahun 1991. Pasal 27 ayat (2) berbunyi:
Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah.
Jika diperhatikan, terdapat kesan adanya kontradiksi dengan Pasal 123 ayat (2)
HIR maupun Staatsblad yang disebut diatas. Sangat jelas kedudukan dan kapasitas
yang dimiliki kejaksaan adalah sebagai legal mandatory (kuasa menurut hukum).
Oleh karena itu, dalam melaksanakan fungsi sebagai kuasa mewakili negara, tidak
memerlukan surat kuasa khusus dari pemerintah atau lembaga negara negara yang
bersangkutan. Tidak demikian ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No. 5
Tahun 1991. Menurut pasal ini :
Pengertian “dengan kuasa khusus” dalam pasal ini, tidak lain, agar dapat
bertindak sebagai kuasa untuk mewakili negara, kejaksaan harus lebih dahulu
mendapat surat kuasa khusus dari pemerintah atau instansi yang bersangkutan.
Namun kita berpendapat, sekiranya pun tidak dibekali surat kuasa khusus,
kejaksaan dapat bertindak mewakili negara di depan pengadilan perdata sesuai dengan
kapasitasnya sebagai legal mandatory yang digariskan pada Pasal 123 ayat (2) HIR.
Selanjutnya pula dijelaskan, bertitik tolak dari ketentuan Pasal 123 ayat (2) HIR dan
St. 1922 No. 522 yang dapat bertindak sebagai kuasa mewakili negara, bukan hanya
kejaksaan tetapi bisa juga:
Berdasarkan surat pengangkatan itu, sudah cukup landasan hukum baginya untuk
bertindak sebagai legal mandatory tanpa surat kuasa khusus.