Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
CA OVARIUM

Dosen pengampuh Ns. Diyah Astuti Nurfa’izah.,M.Kep

Di susun oleh:
Trisno La’bi Allo
20180811024023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat serta Karunian-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “CA OVARIUM” tepat pada waktunya.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan
Maternitas II. Tak lupa juga rasa terima kasih saya kepada yang terhormat Ns. Diyah Astuti
Nurfa’izah.,M.Kep selaku dosen Keperawatan Maternitas II, kedua orang tua yang telah
memberikan dukungan serta teman teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimatnya maupun segi tata bahasanya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Saya berharap
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jayapura, 20 Februari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit tidak menular (Non communicable diseases).Non communicable disease
merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Dari 57 juta kematian pada
tahun 2008, 63% (36 juta kematian) disebabkan oleh NCD, terutama oleh karena
penyakit kardiovaskuler (17 juta kematian), kanker (7,6 juta kematian), penyakit
paru kronis (4,2 juta kematian) dan diabetes (1,3 juta kematian). Sekitar
seperempat dari jumlah kematian akibat Non communicable diseases di dunia
terjadi pada usia sebelum 60 tahun. Angka kematian akibat Non communicable
diseases lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah seluruh kematian karena
penyebab lainnya (WHO, 2010).
Sedangkan Angka insidens untuk seluruh kasus kanker ovarium dilaporkan
oleh Surveillance Epidemiology and End Results (SEER) adalah 16,23 kasus per
100.000 wanita.Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker per 100.000
penduduk.Kanker yang menyebabkan kematian terbanyak pada wanita adalah
kanker ovarium sehingga disebut silent killer karena tidak menampilkan keluhan
yang khas,pasien datang pada stadium lanjut. Data kanker ovarium di Indonesia
belum diketahui secara pasti, di Rumah Sakit Kanker Dharmais ditemukan kira-
kira 30 penderita setiap tahun. Penentuan faktor prognosis pada kanker ovarium
sangat penting sebagai bahan evaluasi pengobatan. Banyak faktor yang dinyatakan
sebagai faktor prognosis penyakit kanker ovarium, antara lain adalah umur,
keadaan umum pasien, stadium kanker, jenis histologi, derajat diferensiasi,
residual tumor, asites, performance status (keadaan umum), jenis histology, kadar
serum albumin, perubahan berat badan selama kemoterapi dan status gizi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ovarium ?
2. Apa pengertian dari Kanker ?
3. Apa pengertian kanker ovarium ?
4. Apa etiologi dari kanker ovarium ?
5. Bagaimana patofisiologi dari kanker ovarium ?
6. Bagaimana pathway dari kanker ovarium?
7. Bagaimana manifestasi klinis kanker ovarium?
8. Apa pemeriksaan penunjang dari kanker ovarium?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker ovarium?
10. Bagaimana proses Asuhan Keperawatan pada kanker ovarium ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam melaksanakan proses
asuhan keperawatan pada klien dengan kasus kanker ovarium
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian ovarium
b. Agar mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian kanker
c. Agar mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian kanker ovarium
d. Agar mahasiswa dapat menjelaskan etiologi kanker ovarium
e. Agar mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi kanker ovarium
f. Agar mahasiswa dapat mengetahui pathway dari kanker ovarium
g. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja manifestasi klinis kanker
ovarium
h. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang
dari kanker ovarium
i. Agar mahasiswa dapat mengertahui penatalaksanaan kanker ovarium
j. Agar mahasiswa dapat proses Asuhan Keperawatan padakanker
ovarium
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ovarium
Ovarium adalah bagian dari organ reproduksi wanita yang mempunyai fungsi
ganda, yaitu memproduksi sel telur dan menghasilkan hormone reproduksi. (WHO)
Ovarium adalah sepasang organ berbentukbuah kenari yang mempunyai
panjang sekitar 1,5 inchi atau 4 cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 1 cm.
Manusia memiliki dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur (Pada
masa pubertas, ovum yang sudah matang akan dilepaskan dari sel folikel dan
dikeluarkan dari ovarium, proses pelepasan dari ovarium disebut ovulasi) dan
mengeluarkan hormone ( hormone steroid dan peptida seperti estrogen dan
progesterone), kedua hormone ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri
seks sekunder, estrogen dan progesterone berperan dalam persiapan dinding rahim
untuk implantasi telur yang telah dibuahi, sel telur pada wanita berada bagian dalam
dikiri dan kanan dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika.

B. Pengertian Kanker
Kanker adalah istilah untuk satu kelompok besar penyakit yang di tandai
dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat
menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain. Istilah
umum lainnya yang di gunakan adalah tumor ganas dan neoplasma (WHO, 2017)

C. Pengertian kanker ovarium


Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling
sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. (Wingo, 1995).

D. Etiologi dari kanker serviks dan kanker ovarium


Etiologi kanker ovarium (NANDA NICNOC 2015 JILID 1):
1. Diet tinggi lemak
Menurut Health Line, sekitar 50% wanita dengan kista ovarium mengalami
kelebihan berat badan atau bahkan obesitas. Walau belum terbukti benar, namun
besar kemungkinan ada kaitan erat antara kista ovarium dan resistensi insulin.
Itulah yang menyebabkan wanita dengan kista ovarium sering kesulitan untuk
menurunkan berat badan.

2. Merokok
Secara umum penyebab kanker ovarium di sebabkan oleh virus human
papilloma ata HPV, namun dengan pada pasien yang merokok dapat
meningkatkan resiko terkena kanker ovarium.
Jika pasien merokok akan membuat sel langerhans kurang mampu dalam
melawan virus yang berada pada leher rahim juga tidak dapat melindungi sel-sel
pada leher rahim dari perubahan genetika yang dapat menyebabkan kanker.
3. Alkohol
Dalam sebuah penilitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, para peniliti
menemukan bahwa alcohol merusak DNA sel yang bertanggung jawab
memproduksi darah baru, kerusakan DNA inilah yang menyebabkan kematian sel
sekaligus memicu mekanisme perbaikan alami tubuh, tapi jika DNA tersebut
tidak diperbaiki secara benar, itula yang menyebabkan kanker.
4. Penggunaan bedak talk perineal
Ilmuwan menemukan bahwa partikel dalam bedak talk bisa masuk ke tubuh
wanita dan menyebabkan peradangan. Hal ini menyebabkan sel kanker muncul
dan berkembang. Selama ini peniliti telah banyak mencari kaitan antara bedak
tabor dengan tumor. Beberapa berhasil menemukan kanker rahim dan ovarium
namun sebagian tidak menemukan kaitan apapun.
5. Riwayat kanker endometrim
Penyebab kanker endometrium belum diketahui secara pasti. Namun ketidak
seimbangan hormone progesterone dan estrogen dalam tubuh wanita diduga
menjadi salah penyebab kanker endometrium. Kadar hormone progesterone yang
lebih rendah dibandingkan hormone estrogen dapat meyebabkan terjadinya
penebelan lapisan rahim sehingga dapat meyebabkan kanker ovarium.
6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal, oleh sebab itu,
kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah mamasuki stadium lanjut
atau sudah menyebar ke organ lain. Namun kanker ovarium lebih sering terjadi
pada wanita lanjut usia (lansia) dan wanita yang memiliki keluarga dengan
riwayat kanker ovarium. Namun hingga saat ini penyebab terjadinya mutasi
genetic tersebut belum diketahui dengan pasti.
7. Nulipara
Suatu penelitian mendapatkan bahwa wanita nulipara akan memiliki dua kali
resiko yang lebih tinggi terkena kanker ovarium, tetapi alasan pastinya belum
sepenuhnya jelas. Resiko ini akan menurun dengan riwayat melahirkan dan stabil
pada wanita yang melahirkan sebanyak enam kali.
8. Infertilitas
Terdapat 30% wanita dengan infertilitas mengalami gangguan kanker ovarium.
Kanker ovarium yang terjadi pada penderita infertilitas memperlihatkan
karakteristik seperti invasi jaringan, angiogenesis dan penurunan apoptosis.

9. Menstruasi dini
Perempuan yang sudah mendapatkan haid sejak usia belia diterangi kurang
bisa bertahan bila menderita kanker ovarium di bandingkan dengan remaja yang
menstruasi pertamanya datang lebih lama. Factor resiko reproduksi terhadap
terjadinya kanker ovarium belum jelas, tapi factor reproduksi berpengaruh
terhadap ketahanan seorang pasien saat di vonis menderita penyakit ini.
10. Tidak pernah melahirkan
Penyebab kanker ovarium masih belum jelas. Secara umum, kanker dimulai
ketika sel-sel sehat mengalami mutasi genetic yang mengubah sel normal menjadi
abnormal. Orang yang belum pernah hamil memiliki peningkatan risiko kanker
ovarium karena kaitannya dengan siklus menstruasi.

E. Patofisiologi
Kebanyakan teori patofisiologi kanker ovarium meliputi konsep yang dimulai
dengan dedifferentiation dari sel-sel yang melapisi ovarium. Selama ovulasi, sel-sel
ini dapat dimasukkan ke dalam ovarium, di mana mereka kemudian berkembang biak.
Kanker ovarium biasanya menyebar ke permukaan peritoneum dan omentum.
Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, invasi limfatik,
implantasi intraperitoneal, penyebaran hematogen, dan bagian transdiaphragmatic.
Penyebaran intraperitoneal adalah karakteristik yang paling umum dan diakui dari
kanker ovarium. Sel-sel ganas dapat implan di mana saja dalam rongga peritoneal
tetapi lebih cenderung untuk menanamkan di situs statis sepanjang sirkulasi cairan
peritoneum. Seperti dibahas selanjutnya, mekanisme penyebaran mewakili pemikiran
untuk melakukan pementasan bedah, operasi debulking, dan administrasi kemoterapi
intraperitoneal. Sebaliknya, penyebaran hematogen secara klinis yang tidak biasa
pada awal proses penyakit, meskipun tidak jarang terjadi pada pasien dengan penyakit
lanjut.
F. Pathway

Mutagen, makanan, wanita mandul,


primatara tua >45 thn , genetik

Perut kembung

Sakit perut

Rangsangan hormone estrogen

Pembesaran massa

DK : Nyeri

Status kesehatan Pembengkakan pada perut

Koping individu tidak efektif Penurunan motolitas usus Usus tertekan

DK : Gangguan
Vesika urinaria dan Mual muntah
konsep diri
DK : Ansietas rectum tertekan

DK : Gangguan citra Penurunan berat badan


tubuh DK : Gangguan eliminasi
BAB dan BAK
DK : nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
G. Klasifikasi Kanker Ovarium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (federation imtermational of
ginecologies and obstetricians) 1987 dalam (Stanging Classification for Cancer of the
Ovary, Fallopian Tube) adalah :
1. STADIUM I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
a. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan dipermukaan luar, kapsul utuh.
b. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas berisi
sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan
luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel
ganas atau dengan bilasan peritoneum positif
2. STADIUM II : pertumbuhan pada1 atau 2 ovarium dengan perluasan ke panggul
a. Stadium 2a : perluasan atau metastatis ke uterus dan tuba
b. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
c. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan
satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung
sel ganas dengan bilasan perioneum positif.
3. STADIUM III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritcneum diluar pelvis kecil tetapi sel histology terbukti meluas ke usus besar
atau omentum
a. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis dengan kelenjar getah bening negative
tetapi secara histology dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat
pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
b. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi
2cm, dan kelenjar getah bening negative
c. Stadium 3c : implant diabdomen dengan diameter > 2cm atau kelenjar getah
bening retriperitoneal atau inguinal positif
4. STADIUM IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastatis jauh. Bila efusi oleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4,
begitu juga metastatis kepermukaan liver.

H. Manifestasi Klinis
Kanker ovarium lebih sering terjadi pada wanita lanjut usia (lansia) dan wanita
yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker ovarium. Kanker ovarium yang
terdeteksi pada stadium awal lebih mudah untuk diobati dibandingkan kanker ovarium
yang baru terdeteksi setelah masuk usia lanjut, oleh karena itu penting untuk
melakukan pemeriksaan berkala ke dokter kandungan setelah menopause.
 Manifestasi klinis yang dialami oleh penderita kanker ovarium adalah :
1. Perut kembung
2. Cepat kenyang
3. Mual
4. Sakit perut
5. Konstipasi (sembelit)
6. Pembengkakan pada perut
7. Penurunan berat badan
8. Sering buang air kecil
9. Sakit punggung bagian bawah
10. Nyeri saat berhubungan seks
11. Keluar darah dari vagina
12. Perubahan siklus menstruasi, pada penderita yang masih mengalami
menstruasi.

I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dapat mendeteksi 86% kanker ovarium lebih awal
sebelum masa dimana perempuan dapat di diagnose memiliki sel kanker. Dari uji
coba yang telah berlangsung selama 14 tahun dengan melibatkan lebih dari 46.000
perempuan, menunjukkan bahwa tumor dapat di dteteksi sejak dini melalui
pemeriksaan darah lengkap.
2. Pemeriksaan kimia darah
Pemeriksaan ini di anjurkan untuk dilakukan secara berkala, terutama bagi orang
berisiko tinggi menderita penyakit kanker tertentu. Meski demikian tidak semua
jenis kanker dapat diperiksa dan di deteksi( pada stadium awal).
3. Serum HCG
Human Chirionic Gonadotropin (HCG) adalah hormone yang dihasilkan
plasenta, didapatkan pada darah dan urin wanita hamil 14-26 hari setelah
konsepsi. Kadar HCG tertinggi pada minggu ke 8 kehamilan. HCG tidak
didapatkan pada wanita yang tidak hamil, pada kematian janin dalam kandungan
dan 3-4 hari pasca melahirkan. HCG meningkat pada keganasan seperti
molahidatidosa, korioepitelioma dan koriocarcinoma testis.
4. Alfa fetroprotein
Alfa fetroprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur
yang akan menjadi sel hati pada janin. Kadar AFP tidak ada hubungan dengan
besarnya tumor, pertumbuhan tumor dan derajat keganasan. Kadar AFp sangat
tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengan keganasan hati primer, sedangkan pada
metastasis tumor ganas ke hati (kegananasan hati sekunder) kadar AFP kurang
dari 350-400 IU/mL.
5. Analisa air kemih
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk
mengetahui adanya kelainan didalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan
salurannya, kelainan yang terjadi diluar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit
obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan.
6. Pemeriksaan saluran pencernaan (endoskopi)
Pemeriksaan endoskopi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk melihat
organ tertentu, menggunakan alat khusus yang dimasukkan kedalam tubuh.
Prosedur ini memungkinkan dokter untuk medeteksi gangguan atau masalah di
dalam tubuh, sehingga dapat mengobatinya dengan tepat. Endoskopi dapat
dilakukan untuk tujuan diagnostic (pemeriksaan) ataupun untuk penyembuhan
penyakit. Pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan untuk menentukan penyebab
dari keluhan yang di alami pasien, serta mendeteksi lokasi gangguan yang terjadi
di dalam tubuh.
7. Laparatomi
Laparatomi yang dilanjutkan pemeriksaan histopalogi (PA). pemeriksaan
histopalogi merupakan baku emas untuk diagnosis tumor ovarium
8. CT scan atau MRI perut
Hasil CT scan memiliki kualitas dan kedalaman yang lebih rinci di banding
foto rontgen biasa. CT scan umumnya digunakan sebagai alat bantu diagnosis,
panduan untuk melakukan tindakan selanjutnya, serta memantau kondisi sebelum
atau sesudah terapi. Untuk mendeteksi adanya gangguan pada ovarium dilakukan
CT scan pada perut dan panggul.
9. Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan pada
rahim, indung telur, saluran tuba atau kelenjar prostat. Bila hasil tes pemeriksaan
panggul menujukkan adanya kanker ovarium, dokter biasanya akan
merekomendasikan dilakukannya operasi untuk memperjelas operasi.
10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan gambar
dari bagian dalam tubuh
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan probe USG ke vagina untuk
menilai kondisi dari ovarium. Jika ada benjolan, dokter biasanya akan melakukan
prosedur lanjutan untuk menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau ganas.
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian
Setelah banyak tumor menyebar ke seluruh perut. Sebagian besar pasien
menjalani operasi untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor ini, tetapi karena
beberapa sangat kecil dan tersebar luas, sulit untuk membasmi semuanya. Dengan
menggunakan system ini penelitian mampu menemukan dan menghilangkan
tumor 0,3 milimeter dalam operasi yang dilakukan.
12. CA 125 tes darah
Tes CA 125 dilakukan dengan mengambil sampel darah yang digunakan untuk
serangkaian tes. Jika CA 125 terdeteksi, maka akan diukur per militer untuk
membandingkan kuantitasnya dengan kadar normal, yang harusnya kurang dari 35
unit per militer : jumlah yang lebih tinggi dari ini mengindikasikan kemungkinan
kanker ovarium.
J. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Penatalaksanaan pertama tumor ovarium adalah pembedahan. Tindakan
pembedahan bertujuan untuk terapi yaitu pengangkatan tumor. Prosedur
pembedahan pada tumor ovarium yang curiga ada keganasan yaitu sebagai
berikut:
a. Insisi mediana
b. Sitologi cairan peritoneum atau bilasan rongga peritoneum
c. Eksplorasi rongga peritoneum, biopsy daerah yang mencurigakan
d. Salpingooovorektomi (potong beku)
e. Salpingooovorektomi kontralateral
f. Histerektomi totalis
g. Omentektomi infrakolika
h. Limfadenektomi pelvic kiri-kanan dan para-aorta
i. Biopsi peritoneum (paravesikal, parakolika kiri-kanan, subdiafragma, kavum
douglas dan daerah perlengketan tumor)
j. Eksisi lesi tumor-tumor metastasis

2. Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi di perlukan untuk stadium 1 C atau lebih dengan
kombinasi dasar cisplatin dan taxan sebagai kemoterapi primer. Radioterapi
hanya di berikan pada jenis disgerminoma dan penderita tidak lagi menginginkan
anak. Regimen kemoterapi tergantung jenis histology tumor.
Tabel regimen kemoterapi

Jenis epitel Regimen Kemoterapi


Golongan epitel  CP Cis-platinum/ carboplatin,
cyclophospamide
 CAP Cis-platinum/ carboplatin, adriamycin,
cyclophospamide
 TC Taxane paclitaxel/ docetaxel, Cis-
platinum/ carboplatin
 TG Paclitaxel, gemcitabine
Golongan germinal-stromal  PVB Cis-platinum/ carboplatin, vinblastine,
bleomycin
 BEP Cis-platinum/ carboplatin
 VAC Vincristine, adriamycin,
cyclophospamide
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Status kesehatan saat ini, yang meliputi :
a. Alasan kunjungan/keluhan utama, faktor pencetus, lamanya keluhan,timbulnya
keluhan, upaya yang telah dilakukan
b. Riwayat Keperawatan, meliputi :
1) Riwayat obstetrik : riwayat menstruasi (menarche, banyaknya, HPHT,
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu).
Contohnya : Memastikan masalah kehamilan dan penyakit yang menyertai
kehamilan.
2) Riwayat diet : apakah diet tinggi lemak atau tidak.
Contohnya : alpukat, kacang-kacangan, flaxseed, ikan laut dan minyak
3) Riwayat kesehatan : penyakit yang pernah dialami ibu, pengobatan yang
didapat, riwayat penyakit keluarga
Contohnya : keluarga yang pernah menderita kanker ovarium berisiko
untuk di turunkan ke keluarga yang lain.
4) Riwayat lingkungan : kebersihan, faktor lingkungan yang membahayakan.
Contohnya : kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu di
anggap mungkin menyebabkan kanker.
5) Aspek psikososial : persepsi ibu tentang keluhan/penyakitnya.
Contohnya : seperti persepsi ibu terhadap nyeri panggul.
c. Kebutuhan dasar Khusus
1) Pola nutrisi : kaji frekuensi makan, nafsu makan, jenismakanan rumah,
makanan yang tidak disukai
2) Pola eliminasi : kaji pola BAK (frekuensi, warna, keluhan saatBAK), pola
BAB (frekuensi, warna, keluhan saat BAB)
3) Pola personal hygiene : kaji oral hygiene, kebersihan rambut,kebersihan
tubuh
4) Pola istirahat dan tidur : Kaji lama tidur, kebiasaan sebelumtidur, keluhan
saat tidur
5) Pola aktivitas dan latihan
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah,
respirasi, berat badan
1. Mata :
Gerakan mata : Mampu bergerak ke 8 arah.
Konjungtiva : Merah mudah
Sclera : Putih bening
Pupil : Isokor
2. Hidung :
Reaksi alergi : Tidak ada alergi
Sinus : 4/4 normal, tidak ada nyeri tekan.
3. Mulut dan tenggorokan :
Kaji adanya mual : Pasien ada reflex mual muntah
Kesulitan menelan: Pasien tidak sulit dalam menelan
4. Dada dan aksila :
kaji adanya pembesaran mammae : Tidak ada pembesaran pada mammae
5. Pernafasan :
Suara nafas : Vesikuler (tidak ada suara tambahan)
Kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan : Tidak ada
6. Sirkulasi jantung :
Irama pernapasan : 22x/menit
Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
Sakit dada : Tidak ada
7. Abdomen :
Kaji adanya asites : Tidak terjadi asites
8. Genitourinaria :
Kaji adanya massa pada rongga pelvis : Tidak ada
9. Ekstremitas :
Kaji turgor kulit : Normal

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat penyakit
kanker ovarium.
2. Gangguan eliminasi urine dan BAB berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria dan penurunan peristaltic.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perubahan
fungsi gastrointestinal.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kopimg imdividu yang tidak efektif.

N Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


o
1 Nyeri kronis berhubungan 1. Kaji nyeri secara 1. Mengkaji nyeri S:
dengan nekrosis jaringan komprehensif secara Klien
pada ovarium akibat catat keluhan, komprehensif catat mengatakan
penyakit kanker ovarium. lokasi nyeri, keluhan, lokasi nyeri yg di
frekuensi, durasi, nyeri, frekuensi, alaminya
Tujuan : dan intensitas durasi, dan berkurang
Nyeri berkurang sampai (skala 0-10) dan intensitas (skala 0-
hilang setelah dilakukan tindakan 10) dan tindakan O:
tindakan keperawatan penghilangan penghilangan nyeri Klien tampak
selama .... x 24 jam. nyeri yang yang dilakukan rileks dan tidak
dilakukan 2. Mengobservasi meringis
Kriteria Hasil : 2. Observasi TTV TTV
1. Pasien mengatakan nyeri 3. Dorong 3. Mendorong A:
beekurang. penggunaan penggunaan Masalah teratasi
2. Pasien tenang dan rileks. keterampilan keterampilan sebagian
3. Skala nyeri berkurang manajemen nyeri manajemen nyeri
sampang nyeri hilng seperti teknik seperti teknik P:
4. Tanda-tanda vital dalam relaksasi dan relaksasi dan teknik Intervensi di
rentang normal. teknik distraksi distraksi lanjutkan
4. Beri posisi yang 4. Memberi posisi
Batasan karakteristik: nyaman sesuai yang nyaman sesuai
 Anoreksia kebutuhan klien kebutuhan klien
 Bukti nyeri dengan 5. Kolaborasi 5. Berkolaborasi
menggunakan standar pemberian pemberian analgetik
daftar periksa nyeri analgetik sesuai sesuai indikasi
untuk pasien yang indikasi
tidak dapat
mengungkapkannya
 Ekspresi wajah
 Fokus pada diri
sendiri
 Hambatan
kemampuan
meneruskan aktivitas
sebelumnya
 Perubahan pola tidur

2 Gangguan eliminasi urine 1. Kaji pola 1. Mengkaji pola S: Klien


dan BAB berhubungan berkemih dan berkemih dan BAB mengatakan
dengan penekanan pada BAB (frekuensi, (frekuensi, jumlah, sudah lumayan
vesika urinaria dan jumlah, dan dan warnanya) bisa BAB dan
penurunan peristaltic warnanya) 2. Mendorong BAK
0. 2. Dorong peningkatan cairan
peningkatan dan pertahankan O:Klien tampak
Tujuan : cairan dan pemasukan nutrisi tenang
Setelah dilakukan tindakan pertahankan yang akurat
keperawatan selama 3x24 pemasukan nutrisi 3. Mengobservasi A: Masalah
jam gangguan eliminasi yangakurat TTV teratasi sebagian
urine dan BAB dapat 3. Observasi TTV 4. Mengidentifikasi
teratasi. 4. Identifikasi factor factor yang dapat P: Intervensi di
yang dapat menyebabkan lanjutkan
Kriteria Hasil : menyebabkan konstipasi dan ada
1. Tidak terdapat distensi konstipasi dan ada atau tidaknya
kandung kemih dan atau tidaknya hematuria
konstipasi. hematuria 5. Berkolaborasi
2. Volume feaces dan urine 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
residu kurang dari 50 cc. dengan ahli gizi untuk
3. Pengembangan dada untuk meningkatkan serat
simetris, irama nafas meningkatkan dan cairan dalam
reguler serat dan cairan diet
4. RR : 16-24x/menit dalam diet

Batasan karakteristik:
 Disuria
 Sering berkemih
 Anyang – anyangan
 Inkontinensia
 Nokturia
 Retensi
3 Ketidakseimbangan nutrisi 1. Kaji pola makan 1. Mengkaji pola S:
kurang dari kebutuhan klien makan klien Klien
berhubungan dengan 2. Kaji frekuensi 2. Mengkaji frekuensi mengatakan
perubahan fungsi respon mual dan respon mual dan tidak mual lagi
gastrointestinal. muntah klien muntah klien
3. Observasi TTV 3. Mengobservasi O:
Tujuan : 4. Beri klien makan TTV Klien tampak
Kebutuhan nutrisi klien sedikit tapi sering 4. Memberi klien tidak lemas lagi
terpenuhi setelah dilakukan 5. Observasi intake makan sedikit tapi
tindakan keperawatan dan output klien sering A:
selama …x24 jam. setiap hari 5. Mengobservasi Masalah teratasi
6. Kolaborasi intake dan output sebagian
Kriteria Hasil : dengan dokter klien setiap hari
1. BB dan LILA dalam terkait pemberian 6. Berkolaborasi P:
rentang normal. terapi intravena dengan dokter Intervensi tetap
2. Albumin (3,8-4,4)% 7. Kolaborasi terkait pemberian di lanjutkan
3. Hb (11,4-17,7)g% dengan ahli diet terapi intravena
4. Turgor kulit baik, terkait penentuan 7. Berkolaborasi
membran mukosa lembab, komposisi diet dengan ahli diet
konjungtiva merah muda. terkait penentuan
5. Nafsu makan meningkat. komposisi diet
6. BAB dan BAK rutin.

Batasan karakteristik :
 Kram abdomen
 Nyeri abdomen
 Menghindari makanan
 Diare
 Bising usus hiperaktif
 Kurang makanan
 Kurang informasi
 Membran mukosa
pucat
 Tonus otot menurun
 Mengeluh gangguan
sensari rasa
 Cepat kenyang setelah
makan
 Sariawan rongga
mulut
 Kelemahan otot untuk
menelan
4. Ansietas berhubungan 1. Kaji tingkat 1. Mengkaji tingkat S:
dengan perubahan status ansietas ansietas Klien
kesehatan. 2. Observasi 2. Mngobservasi mengatakan
penyebab ansietas penyebab ansietas tidak cemas
Tujuan : 3. Libatkan keluarga 3. Melibatkan
Cemas berkurang sampai dalam setiap keluarga dalam O:
tidak terjadi cemas setelah tindakan yang setiap tindakan Klien tampak
dilakukan tindakan akan dilakukan yang akan nyaman
keperawatan ...x24 jam. pada pasien dilakukan pada
4. Observasi pasien A:
Kriteria Hasil : intervensi yang 4. Mengobservasi Masalah teratasi
1. Cemas berkurang sampai menurunkan intervensi yang sebagian
teratasi. ansietas (musik, menurunkan
2. Klien lebih mampu hooby, dan film) ansietas (musik, P:
mengenal kecemasan. 5. Ajar latihan dan hooby, dan film) Intervensi di
3. Klien mampu mengatasi teknik relaksasi 5. Mengajarkan lanjutkan
ansietas dengan teknik pada klien latihan dan teknik
relaksasi. relaksasi pada klien
4. Pasien tampak tenang dan
rileks.
5. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal.

Batasan karakteristik :
 Perilaku
- Penurunan
produktivitas
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata yang
buruk
- Tampak waspada
 Affektif
- Gelisah, distres
- Kasedihan yang
mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak
adekuat
- Berfokus pada diri
sendiri
- Khawatir
 Fisiologis
- Wajah tegang,
tremor tangan
- Peningkatan
keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar, tremor
- Suara bergetar
5. Gangguan citra tubuh 1. Lakukan 1. Melakukan S:
berhubungan dengan kopimg komunikasi komunikasi Klien
imdividu yang tidak efektif. terapeutik kepada terapeutik kepada mengatakan
klien. klien. belum bisa
Tujuan : 2. Lakukan ajakan 2. Melakukan ajakan meningkatkan
Kepercayaan diri klien kepada pasien kepada pasien untuk rasa percaya
kembali normal setelah untuk merawat diri merawat diri dan dirinya.
dilakukan tindakan dan berperan serta berperan serta dalam O:
keperawatan ...x24 jam. dalam proses proses keperawatan. Klien tampak
keperawatan. 3. Lakukan pengkajian kurang optimis
Kriteria Hasil : 3. Lakukan terhadap perasaan untuk
1. Pasien dapat pengkajian terhadap pasien tentanbg berinteraksi
mengidentifikasi citra perasaan pasien bagian tubuh yang dengan orang
dirinya. tentanbg bagian hilang, rusak atau lain.
2. Pasien dapat melakukan tubuh yang hilang, mengalami A:
cara untuk meningkatkan rusak atau gangguan. Masalah tidak
citra tubuh. mengalami 4. Melakukan evaluasi teratasi.
3. Pasien dapat berinteraksi gangguan. perasaan klien. P:
dengan oranmg lain. 4. Lakukan evaluasi Lanjutkan
perasaan klien. intervensi
Batasan karakteristik :
 Perilaku mengenali
tubuh individu
 Perilaku menghargai
tubuh individu
 Perilaku memantau
tubuh individu
 Respon nonverbal
terhadap aktual pada
tubuh
 Respon nonverbal
terhadap persepsi
perubahan pada tubuh
 Mengungkapkan
perasaan yang
mencerminkan
perubahan pandangan
tentang tubuh individu
 Mengungkapkan
persepsi yang
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan
DAFTAR PUSTAKA

1. Adisasmita, dkk. 2016. Hubungan Antara Menyusui Dengan Risiko


Kanker Ovarium. Indonesian Jurnal of Cancer. Diakses dalam
http://Indonesianjurnaofcancer.or.id/ejournal/index.php/ijoc/article/downl
oad/437/232
2. IARC (International Agency for Research on Cancer) Cancer Fast Sheet.
Globocan 2012 : Estimated Cancer Incidence. Mortality and Prevalence
Worldwide incited Maret 2016. Diakses dalam
http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheet_cancer.aspx
3. Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta :
EGC
4. NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006
Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika
5. Hutahean & Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan
Ginekologi. Jakarta : Trans Info Media
6. Prawirohardjo & Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
7. Ayu Chandranita, Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
8. Donges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Diakses dalam http://go-keperawatan.blogspot.com/2015/09/asuhan-keperawatan-
ca-ovarium.html
9. Ayu Chandranita, Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC. Diakses dalam
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/318/1/1%20cover%20%2817%20files
%20merged%29.pdf
10. NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006
Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika Nettina,Sandra
M.2001.Pedoman Praktek Keperawatan.Jakarta : EGC. Diakses dalam
https://adoc.tips/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-pasien-kanker-
ov.html

Anda mungkin juga menyukai