Anda di halaman 1dari 10

FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM KARDIOVASKULER

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

Nama :

NPM :

No. Tanggal Paraf Paraf Paraf


Komponen Elemen Kompetensi pencapaian Mahasiswa Perceptor Perceptor
lahan Institusi
1. Asuhan Keperawatan pada pasien A. Pengkajian
dengan gangguan Sirkulasi : 1. Wawancara
Hipertensi Biodata meliputi : Nama, Umur, Jenis
kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Nomor
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai rekam medis, Status perkawinan, Agama,
tekanan darah sistolik >140 mmHg Tanggal masuk RS.
dan tekanan diastolik >90 mmHg Keluhan utama :
berdasarkan pada dua kali pengukuran - Sakit kepala
atau lebih (Brunner & Suddarth, - Merasa cepat lelah
2012). - Rasa pegal/tidak nyaman pada
tengkuk dan leher
Tanda dan Gejala : - Berdebar atau detak jantung terasa
- TD >140/90 mmHg cepat
- Rasa pegal/tidak nyaman pada - Perasaan berputar seperti tujuh
tengkuk dan leher keliling serasa ingin jatuh
- Sakit kepala - Mual
- Gangguan penglihatan - Muntah
- Berdebar atau detak jantung - Keluar darah dari hidung
terasa cepat - Sesak nafas
- Perasaan berputar seperti
tujuh keliling serasa ingin Riwayat kesehatan dahulu :
jatuh - Penyakit (Hipertensi, Gagal jantung,
- Mual Diabetes Melitus, Ginjal)
- Muntah - Kebiasaan merokok
- Mean Arterial Pressure - Konsumsi alkohol yang berlebihan
(MAP) 120 mmHg – 160 - Stres
mmHg, sedangkan pada - Obesitas
penderita hipertensi baru - Kurang aktivitas fisik
dengan MAP 60 – 120 - Konsumsi natrium yang tinggi
mmHg.  - Kebiasaan minum kopi
- Sesak nafas - Minum obat antihipertensi
- Lemas, kelelahan - Riwayat seluruh obat yang
- Epistaksis diresepkan atau obat bebas
(kontrasepsi oral, steroid, obat
Penyebab hipertensi dibedakan atas antiinflamasi nonsteroid).
dua golongan: - Faktor-faktor psikososial dan
1. Hipertensi Primer (Esensial) lingkungan (status pekerjaan dan
Yaitu tekanan darah sistemik yang pendidikan)
naik secara persisten.
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi: Riwayat kesehatan keluarga :
- Herediter - Hipertensi
- Usia - Gagal jantung
- Ras - Diabetes Melitus
- Jenis kelamin - Penyakit ginjal

Faktor yang dapat dimodifikasi: 2. Pemeriksaan Fisik


- Obesitas - Lakukan pemeriksaan Tanda-tanda
- Kebiasaan minum kopi vital minal 2 kali dengan tenggang
- Merokok waktu 2 menit dalam posisi
- Alkohol berbaring atau duduk. Klien tidak
- Stress boleh merokok atau mengkonsumsi
- Status pekerjaan kafein selama 30 menit sebelumnya,
- Kurang aktivitas fisik pengukuran harus dimulai setelah
- Konsumsi natrium yang tinggi istirahat dengan tenang selama
paling tidak 5 menit.
2. Hipertensi Sekunder
Yaitu peningkatan tekanan Inspeksi
darah yang disertai dengan - Mata :pemeriksaan funduskopi untuk
penyebab spesifik.
mengtahui penyempitan arteri
Beberapa penyebab : retinal, hemoragi, eksudat dan
- Penyakit ginjal papiledema.
- Sindrom cushing - Leher : JVP, pemberasaran thyroid.
- Preeklampsia
- Hipertiroidisme Palpasi
- Koarktasi aorta Pembesaran jantung, pembesaran ginjal,
- Gangguan neurologis palpasi bagian ektremitas untuk
- Pemakaian obat (kontrasepsi mengetahui lemah atau tidak adanya
oksigen, obat stimulan) denyut perifer, edema dan ketidak
- Kehamilan samaan denyut bilateral.

Perkusi
Penyebab hipertensi pada lansia, Perkusi batas jantung jika kesan batas
terjadinya perubahan pada: jantung melebar jantung mengalami
1. Elastisitas dinding aorta pembesaran.
menurun.
2. Katup jantung menebal dan Auskultasi
menjadi kaku - Bunyi bruit pada abdomen
3. Kemampuan jantung - Bunyi jantung disritmia, mur-mur,
memompa darah menurun 1 suara jantung S3 & S4
% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun yg 3. Pemeriksaan Penunjang
menyebabkan menurunnya Laboratorium
kontraksi dan volumenya. - Albuminuria pada hipertensi karena
4. Kehilangan elastisitas pemb. kelainan parenkim ginjal.
Darah karena kurangnya - Kreatinin serum dan BUN
efektifitas pemb. darah perifer (memberikan informasi tentang
untuk oksigenasi. perfusi atau fungsi ginjal) :
5. Meningkatnya resistensi meningkat pada hipertensi karena
pemb.darah perifer. parenkim ginjal dengan gagal ginjal
akut.
Klasifikasi Hipertensi - Hb atau Ht : untuk mengkaji adanya
(sistolik/diastolik) faktor resiko seperti :
1. Stadium 1 (sistolik 130-139 hipokoagulabilitas dan anemia
mmHg) / (diastolik 80/89 - Urinalisa (mengindikasikan
mmHg) disfungsi ginjal)
2. Stadium 2 (sistolik ≥140
- Glukosa : Hiperglikemi dapat
mmHg) / (diastolik ≥90
mmHg) diakibatkan oleh pengeluaran kada
3. Krisis Hipertensi (sistolik ketokolamin
>180 mmHg) / (diastolik
>120 mmHg) EKG ( Dapat menunjukkan pola
regangan, dimana luas, peninggian
gelombang p)
- Hipertrofi ventrikel kiri
- Iskemia atau infrak miokard
- Peninggian gelombang P
- Gangguaan konduksi

Foto Rontgen ( menunjukkan


destruksi pada area katup,
pembesaran jantung)
- Bentuk dan besar jantung Noothing
dari iga pada koarktasi aorta.
- Pembendungan, lebarnya paru.
- Hiopertrofi parenkim ginjal.
- Hipertrofi vaskular ginjal.

CT Scan ( mengkaji adanya tumor


serebral, encelopati)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI PARAF
1. Nyeri akut berhubungan Tujuan: Mandiri :
dengan peningkatan tekanan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi,
vaskular serebral selama… x 24 jam klien dapat karakteristik, skala, durasi, frekuensi, kualitas,
mengontrol nyeri intensitas)
Data Subjektif : - Observasi respon non verbal nyeri
- Klien mengeluh nyeri (skala Kriteria Hasil : - Monitor faktor lingkungan yang dapat memerberat
nyeri) - Klien dapat mengenali nyeri nyeri (misalnya suhu ruangan, pencahayaan)
(skala, intensitas, frekuensi, dan - Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
Data Objektif : tanda nyeri) (misalnya relaksasi, distraksi)
- Klien mampu mengontrol nyeri
- Tampak meringis - Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
(tahu penyebab nyeri, mampu
- Bersikap protektif menggunakan teknik non - Monitor efek samping penggunaan analgetik
(mis.waspada, posisi farmakologi untunk mengurangi
menghindari nyeri) nyeri)
- Gelisah - Klien dapat mengungkapkan Kolaborasi :
- Frekuensi nadi meningkat bahwa nyeri berkurang dengan - Beri analgetik, jika diindikasikan.
- Sulit tidur menggunakan manajemen nyeri
- Klien dapat menyatakan rasa
- Tekanan darah meningkat
nyaman setelah nyeri berkurang
- Pola napas berubah - Klien dapat menggunakan
- Nafsu makan berubah analgetik dengan tepat
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
2. Intoleransi aktivitas Tujuan: Mandiri :
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Kaji respon jantung paru terhadap aktivitas (misal :
kelemahan umum, selama… x 24 jam dapat menunjukkan takikardi, dispnea, disritmia).
ketidakseimbangan antara toleransi terhadap aktivitas. - Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
suplai dan kebutuhan oksigen. dilakukan (misal : berjalan, duduk).
Data Subjektif : Kriteria Hasil: - Berikan informasi kepada klien tentang tanda dan
- Klien mengeluh lelah - Klien dapat berpartisipasi dalam gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan
- Klien mengeluh sesak nafas aktivitas fisik tanpa disertai aktivitas
saat atau setelah aktivitas peningkatan tanda-tanda vital - Fasilitasi aktivitas fisik rutin (misal : ambulasi, dan
- Klien merasa tidak nyaman - Klien mampu melakukan aktivitas mobilisasi) sesuai kebutuhan
- Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas
setelah beraktivitas sehari-hari secara mandiri
klien.
- Klien merasa lemah - Tanda-tanda vital dalam batas
- Evaluasi program peningkatan aktivitas.
normal
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan
Data Objektif : - Gambaran EKG normal (Sinus
positif atas partisipasi klien dalam aktivitas.
- Tekanan darah berubah > Rhythm)
20% dari kondisi istirahat
Kolabirasi :
- Gambaran EKG - Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
menunjukkan aritmia merencanakan dan memonitor program aktivitas,
saat/setelah istirahat jika perlu
- Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
- Sianosis
3. Penurunan curah jantung Tujuan: Mandiri:
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Kaji tanda gejala penurunan curah jantung (misal :
peningkatan afterload, selama… x 24 jam curah jantung dispnea, kelelahan, edema, distensi vena jugularis,
vasokontriksi, iskemia miokard, menunjukkan adekuat. palpitasi)
hipertrofi ventrikuler. - Kaji keluhan nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi).
Kriteria Hasil: - Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
Data Subjektif : - TTV dalam batas normal aktivitas
- Klien mengatakan jantung - Klien dapat mentoleransi aktivitas - Monitor intake dan output cairan
berdebar-debar - Tidak ada kelelahan - Monitor saturasi oksigen
- Tidak ada bunyi jantung abnormal
- Klien merasa lelah - Posisikan pasien semifowler atau fowler
- Tidak ada distensi vena jugularis
- Klien mengeluh sesak nafas - Tidak ada edema perifer dan - Berikan oksigen untuk mempertahan saturasi
- Klien mengeluh sesak nafas pulmonal oksigen >94%
tiba-tiba pada saat tidur - Tidak ada penurunan kesadaran - Anjurkan klien untuk melakukan diet jantung yang
- Klien mengeluh sesak nafas sesuai (misal : batasi asupan kafein, makanan tinggi
ketika berbaring/telentang natrium dan kolesterol
- Anjurkan klien untuk berhenti merokok
Data Objektif :
- Bradikardi / takikardi Kolaborasi
- Gambaran EKG aritmia atau - Kolaborasi pemberian antiaritmia sesuai indikasi
gangguan konduksi - Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
- Edema
- Distensi vena jugularis
- Central venous pressure
(CVP) meningkat/menurun
- Tekanan darah
meningkat/menurun
- Nadi teraba lemah
- CRT > 2 detik
- Oliguria
- Warna kulit pucat atau
sianosis
- Kulit dingin dan berkeringat
- Bunyi crackle
- Terdengar suara jantung S3
dan S4 murmur

Sumber :
Aspiani, Reny Yuli. (2017). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan kardiovaskuler. Jakarta: EGC
Black, Hawks. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan. Jakarta: elseiver
Wilkinson., Judith.M… (2016). Diagnosis keperawatan : diagnosis NANDA-I, intervensi NIC, hasil NOC edisi 10. Jakarta: EGC
LeMone, Pricilla Dkk. (2017). Keperawatan medikal bedah:gangguan kardiovaskuler. Jakarta: EGC
PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan indikator diagnostik edisi 1 cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi dan tindakan keperawatan edisi 1 cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Yasmara, Deni., Nursiswati., Arafat, Rosyidah. (2016). Rencana asuhan keperawatan medikal-bedah: diagnosis NANDA-I 2015-2017. Jakarta: EGC
Nurafif, Amin huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Kperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction
Publishing
Klabunde, Richard E. (2015). Konsep Fisiologi Kardiovaskular Edisi 2. Jakarta : EGC
PATHWAY HIPERTENSI
Faktor presdiposisi : usia, jenis kelamin, merokok,
Aliran darah makin cepat
stress, kurang olahraga, genetik, alkohol, konsentrasi
ke seluruh tubuh
garam, obesitas Beban kerja jantung ↑
sedangkan nutrisi dalam
sel sudah mencukupi
Kerusakan vaskuler pembuluh kebutuhan
Hipertensi Tekanan sistemik darah ↑
darah

Perubahan struktur Perubahan situasi Perubahan situasi Metode koping tidak efektif

Defisiensi pengetahuan
Penyumbatan pembuluh Informasi yang minim Ketidakefektifan koping
Ansietas
darah
Resistensi pembuluh darah
Nyeri kepala
Vasokontriksi otak ↑

Risiko ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak ↓
perfusi jaringan otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pembuluh Spasme arteriol Sistemik Koroner


darah ginjal
Risiko cedera Vasokontriksi Iskemia miokard
Blood flow darah ↓

Penurunan curah jantung Afterload Nyeri


Respon RAA

Kelebihan volume cairan Fatigue


Merangsang aldosteron

Intoleransi aktivitas
Retensi Na Edema

Anda mungkin juga menyukai