OLEH:
KELOMPOK 3
Tinjauan PUSTAKA
1. Kopi Arabika
Awalnya kopi disebut qahwah (qahwain) berasal dari bahasa Turki atau disebut
kahven. Adapun istilah kopi untuk tiap negara berbeda-beda, yaitu kaffe (Jerman), coffee
(Inggris), cafe (Peramcis), koffie (Belanda), dan kopi (Indonesia). Tanaman kopi arabika
(Coffea arabica) berasal dari Afrika, yaitu dari daerah pegunungan di Etiopia. Kopi
arabika baru dikenal secara luas oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan diluar daerah asalnya, tanaman tersebut dikembangkan di daerah Yaman
dibagian selatan jazirah Arab. Melalui perdagangan, kopi menyebar kedaerah lainnya.
Awalnya hasil dari tanaman kopi yaitu buah kopi hanya dikonsumsi sebagai tambahan
energi, seiring berkembangnya teknologi dan pengetahuan buah kopi dimanfaatkan
menjadi minuman kopi seperti saat ini. (Rahardjo Pudji 2012) Tanaman kopi arabika
sendiri dibudidayakan di Indonesia tahun 1696. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh baik
di daerah yang sejuk dan dingin di ketinggian 600-2000 meter diatas permukaan laut
dikarenakan kopi arabika rentan terhadap penyakit karat daun. Suhu tumbuh optimalnya
adalah 18-26 derajat celcius. Proses dari berbunga hingga menjadi buah siap panen
adalah 9 bulan dan akan menghasilakan buah siap panen berwarna hijau hingga merah
gelap. (Budiman Haryato 2012) Kopi sendiri merupakan sebuah minuman yang berasal
dari proses pengolahan dan ekstraksi biji kopi. Kopi arabika sendiri menguasai 70 persen
pasar kopi dunia (Budiman Haryanto 2012). Kopi arabika memang memiliki perbedaan
yang jelas terlihat dibandingkan dengan kopi robusta, perbedaan tersebut antara lain :
a. Memiliki karakter rasa yang kompleks dan cenderung asam. Tidak seperti kopi robusta
yang lebih cenderung pahit.
c. Kandungan kafein pada kopi arabika lebih kecil dibandingkan pada kopi robusta hanya
sekitar 0,8%-1,4%.
d. Di Indonesia, kebanyakan kopi arabika ditanam di Aceh, Sumatera Utara, Toraja, Flores,
Papua.
2. Kedai Kopi
Secara umum kedai kopi adalah tempat yang menyediakan dan menjual minuman
olahan dari biji kopi untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kedai kopi adalah bangunan
yang digunakan sebagai tempat berjualan makanan dan minuman. (Badan Pengembangan
Dan Pembinaan Bahasa 2015) Kebiasaan mengkonsumsi kopi sambil melakukan
aktivitas nampaknya telah menjadi peluang bagi kedai kopi untuk menjadi tempat pilihan
melakukan berbagai kegiatan dan pengalaman minum kopi. Saat ini sebagian masyarakat
memiliki minat yang besar dalam mengunjungi tempat ini dan dapat dikatakan tempat ini
menjadi salah satu pilihan favorit yang digemari oleh semua kalangan. (Nurazizi 2013)
Kedai kopi, saat ini tidak lagi menjadi tempat yang hanya dikunjungi untuk menyeduh
kopi. Kedai kopi kini tidak hanya menyajikan berbagai variasi minuman kopi, tapi juga
„menjual‟ kesan yang menyenangkan kepada para pengunjungnya. (Nurazizi 2013) Saat
ini pengunjung kedai kopi tidak lagi didominasi oleh kalangan paruh baya (orang tua)
saja yang memang menyukai kopi, tapi budaya mengkonsumsi kopi kini juga telah
menjadi bagian dari kehidupan anak muda hingga orang dewasa seperti pembisnis,
karyawan. Selain itu kedai kopi juga menjadi salah satu tempat untuk melakukan proses
transaksional dan berbagi informasi. Animo pengunjung kedai kopi tidak mutlak muncul
oleh rasa dan aroma kopi yang disajikan, tetapi lebih kepada keinginan untuk berinteraksi
dengan kehidupan sosial, dengan sesama pengunjung atau pembeli di kedai kopi dengan
kopi sebagai media interaksi antar masyarakat dari berbagai stratifikasi sosial. (Fahrizal
2014)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Adapun alat yang diperlukan dalam penulisan laporan perencanaan proyek industry
saus tomat ini, yaitu:
- Alat tulis (kertas, bolpoint)
- Laptop/computer
- Alat hitung (kalkulator)
- Modul penuntun praktikum
3.2 Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam penulisan laporan perencanaan proyek
industry saus tomat ini, yaitu:
- Data kuantitatif penunjang yang diperoleh melalui internet (jumlah penduduk,
jumlah produksi kopi Arabika di Indonesia dan Bali, jumlah konsumsi kopi
Arabika per kapita)
- Jurnal pustaka dan jurnal penelitian analisis kelayakan suatu proyek industri
- Materi yang diperoleh selama perkuliahan Perencanaan Proyek Industri
PEMBAHASAN
2) Area Pemasaran
Penentuan alternatif lokasi berdasarkan area pemasaran dilihat dari jarak
ketersediaan bahan baku kopi arabika di 3 alternatif lokasi
Tabel 2. Data Jarak Pemasok Bahan Baku dengan Alternatif Lokasi
Pembangunan Pabrik
1 Bangli - Tabanan 61 km 5
2 Bangli – Bangli 0 km 20
3 Bangli - Buleleng 101 km 5
Sumber data : Google Maps
Berdasarkan data pada tabel diatas dan nilai bobot, jarak areal pemasaran
terdekat yang dipilih adalah Kabupaten Bangli karena berada satu wilayah dengan
ketersediaan bahan baku kopi arabika (jarak 0 – 20 km dari pemasok) dan
memiliki obot tertinggi sebesar 20.
3) Transportasi
Penentuan alternatif transportasi dilihat dari jarak jalan teraspal di 3
Kabupaten terpilih.
Tabel 3. Data Panjang Jalan Teraspal
Panjang Jalan
No Alternatif Lokasi Nilai Bobot
Teraspal
1 Kabupaten Tabanan 770,75 km 15
2 Kabupaten Bangli 689,92 km 15
3 Kabupaten Buleleng 999,95 km 20
Sumber data : Badan Pusat Statistik Tahun 2015
Penentuan skala pemilihan alternative berdasarkan atas transportasi :
0 – 200 km = 5
300 – 500 km = 10
600 – 800 km = 15
800 – 1.000 km = 20
Berdasarkan data pada tabel diatas dan nilai bobot, jalan teraspal terpanjang
yang digunakan untuk menentukan faktor transportasi adalah Kabupaten Buleleng
dengan panjang jalan teraspal 999,95 km dengan nilai bobot sebesar 20.
4) Tenaga Kerja
Penentuan alternatif lokasi berdasarkan dengan tenaga kerja yang dilihat
dari asumsi tenaga kerja usia produktif yang terdapat di 3 alternatif lokasi.
Tabel 4. Data Jumlah Tenaga Kerja Usia Produktif
0 – 99.999 jiwa = 4
100.000 – 199.999 jiwa = 8
200.000 – 299.999 jiwa = 12
300.000 – 399.999 jiwa = 16
400.000 – 499.999 jiwa = 20
Berdasarkan data pada tabel diatas dan nilai bobot, jumlah tenaga kerja usia
produktif terbanyak ada di Kabupaten Bangli sebanyak 479.037 jiwa dengan nilai
bobot 20.
5) Sumber Daya
Penentuan alternatif lokasi berdasarkan sumber daya yang dilihat dari
ketersediaan listrik dan air yang terdaapt di 3 alternatif lokasi
Tabel 5. Data Jumlah Listrik Yang Tersedia
Jumlah Pengunaan
No Alternatif Lokasi Nilai Bobot
Air Bersih
1 Kabupaten Tabanan 16.874.000 m3 8
2 Kabupaten Bangli 3.150.000 m3 4
3 Kabupaten Buleleng 17.335.000 m3 8
Sumber data : Badan Pusat Statistik Tahun 2017
Skala penentuan lokasi terbaik berdasarkan sumber daya yang tersedia
0 – 10.000.000 m3 = 4
11.000.000 – 20.000.000 m3 = 8
21.000.000 – 30.000.000 m3 =12
31.000.000 – 40.000.000 m3 = 16
41.000.000 – 50.000.000 m3 = 20
Berdasarkan data pada table 5 dan 6 serta nilai skala di atas, penentuan
lokasi terbaik berdasarkan sumber daya yang tersedia (listrik dan air) yang dipilih
adalah Kabupaten Buleleng dengan total nilai bobot sebesar 28.
6) Hasil Pemilihan Lokasi Terbaik
Berdasarkan data yang telah didapatkan pada keseluruhan aspek
pertimbangan pemilihan lokasi pembangunan sebuah industri yang berdasarkan
pada data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Semua data tersebut diberikan
nilai bobot dengan nilai bobot idealnya adalah 20. Pada tabel 7 ini akan
dirangkum secara keseluruhan dari nilai bobot yang sudah didapatkan dari
keseluruhan data pada tabel-tabel diatas.
Tabel 7. Hasil Pemilihan Lokasi Terbaik Pembangunan Industri
Nilai Alternatif Lokasi
Aspek
Ideal Tabanan Bangli Buleleng
Bahan Baku 20 5 20 15
Area Pemasaran 20 5 20 15
Transportasi 20 15 15 20
Tenaga Kerja 20 8 20 16
Sumber Daya 20 18 9 18
Total 100 51 84 84
Jadi lokasi yang akan kami pakai untuk pembangunan industri arabika
adalah Kabupaten Bangli karena total nilai nya sebesar 84, selain itu juga jumlah
produksi kopi arabika di Kabupaten Bangli terbesar diantara wilayah lainnya yaitu
sebesar 2.252 Ton/Tahun. Selain itu memperhitungkan juga letak geografi
Kabupaten Bangli, khususnya daerah Kintamani yang merupakan salah satu
potensi wisata yang ada di Bali. Kopi arabika cocok ditanam di dataran tinggi di
kawasan Kintamani mengingat datarang tinggi di Lereng Gunung Batur memiliki
ketinggian 700 m hingga 1700 mdpl yang merupakan lokasi cocok penanaman
kopi arabika. Selain itu juga Kintamani memiliki suhu yang tepat untuk
penanaman kopi arabika dan iklim yang sejuk untuk menghasilkan biji kopi yang
berkualitas. Citarasa kopi Bali tentunya memang memiliki keunikan tersendiri di
bandingkan jenis kopi lainnya di di Indonesia. Walaupun tergolong sebagai kopi
arabika, tentunya lokasi pembudidayaan akan menentukan citarasa sebuah kopi.
Apalagi kawasan di Kintamani Bali merupakan tanah vulkanis yang memiliki
karakteristik dan ketinggian tanah yang memberikan kontribusi tersendiri bagi
citarasa kopi Bali.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini yaitu :
1. Produk kopi Arabika mempunyai nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat
menjadi peliang perencanaan industry yang tepat
2. Pemasaran produk kopi Arabika akan di pasarkan di seluruh Bali namun
pemasaran akan terus di kembangan hingga ke luar daerah.
3. Lokasi produksi kopi yaitu di daerah Bangli karena Bangli merupakan daerah
produksi kopi Arabika terbesar diantara daerah lainnya terutama daerah kintamani
yang memiliki leteak geografis yang cocok untuk tanaman kopi Arabika.
DAFTAR PUSTAKA
Saptarini, Ni Gusti Ayu Putu Harry, and I. Made Agus Putrayasa. "PENGEMBANGAN
HILIRISASI PRODUK KOPI ARABIKA KINTAMANI." Bhakti Persada Jurnal
Aplikasi IPTEKS 5.1 (2019): 169-183.
Siswandi, Try Ono, AAP Agung Suryawan Wiranatha, and Amna Hartiati. "PENGEMBANGAN
MANAJEMEN RANTAI PASOK KOPI ARABIKA KINTAMANI
BALI." JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI 7.1: 113-120.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya. Jakarta