Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PERENCANAAN PROYEK INDUSTRI

PERENCANAAN PROYEK PEMBANGUNAN INDUSTRI KEDAI KOPI

OLEH:

KELOMPOK 3

ALFINA VIA AZIZAH 1710521001


NI PUTU LILIK SETYA 1710521013
NYOMAN INDRA WIRATAMA 1710521023
IGNATIA KAROLINA SARITO 1710521036
DESI LUSIANI PASARIBU 1710521046
SEKAR JASMINE PERANGAI AYU 1710521070
TIMOTHY ICH SUDANTON SITORUS 1710521058

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan produsen kopi urutan keempat dunia, setelah Brasil,
Vietnam dan Kolombia; sebagai konsumen berada dalam urutan ketujuh (ICO, 2017).
Sementara itu, sebagai produk perkebunan Indonesia, kopi berada di urutan keenam
setelah kelapa sawit, karet, gula, teh, dan kakao.
Saat ini, Indonesia merupakan produsen dan juga sekaligus konsumen penting komoditas
kopi. Sebagai produsen, Indonesia menempati urutan keempat setelah Brasil, Vietnam
dan Kolombia, dan sebagai konsumen berada dalam urutan ketujuh (International Coffee
Organization (ICO), 2017). Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, minum kopi telah
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari terutama bagi orang-orang tua dan sekarang
juga anak-anak muda dan remaja.

ICO (2015) menunjukkan pertumbuhan peminum kopi di Indonesia berkembang


pesat, lebih daripada pertumbuhan dunia, yaitu 8% untuk pertumbuhan peminum kopi
Indonesia sedangkan pertumbuhan peminum kopi dunia hanya mencapai 6%. Asosisasi
Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) menyebutkan pertumbuhan konsumsi kopi
nasional meningkat dari 0,8 kilogram per kapita menjadi 1,3 kilogram per kapita.
Perkembangan industri kopi dunia juga berimbas pada industri kopi Indonesia. Industri
kopi Indonesia mengalami peningkatan pada industri hilir sebagaimana terlihat pada
maraknya kafe-kafe dan kedai kopi dewasa ini
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari perencanaan proyek industri produk saus
tomat ini, yaitu:
1. Untuk merencanakan proyek industry yang mampu bersaing, layak, dan
menghasilkan keuntungan maksimum
2. Untuk menanggulangi resiko kegagalan produksi dalam pembuatan industry
3. Untuk meningkatkan nilai tambah produk sekaligus meningkatkan pendapatan petani
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari perencanaan proyek industri produk
saus tomat ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat memahami tahapan dalam proses perencanaan proyek industri hasil
pertanian
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu teknologi industri pertanian dalam merencanakan
proyek industri hasil pertanian
3. Mahasiswa dapat menganalisis kelayakan dari suatu proyek industri hasil pertanian
BAB II

Tinjauan PUSTAKA

1. Kopi Arabika

Awalnya kopi disebut qahwah (qahwain) berasal dari bahasa Turki atau disebut
kahven. Adapun istilah kopi untuk tiap negara berbeda-beda, yaitu kaffe (Jerman), coffee
(Inggris), cafe (Peramcis), koffie (Belanda), dan kopi (Indonesia). Tanaman kopi arabika
(Coffea arabica) berasal dari Afrika, yaitu dari daerah pegunungan di Etiopia. Kopi
arabika baru dikenal secara luas oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan diluar daerah asalnya, tanaman tersebut dikembangkan di daerah Yaman
dibagian selatan jazirah Arab. Melalui perdagangan, kopi menyebar kedaerah lainnya.
Awalnya hasil dari tanaman kopi yaitu buah kopi hanya dikonsumsi sebagai tambahan
energi, seiring berkembangnya teknologi dan pengetahuan buah kopi dimanfaatkan
menjadi minuman kopi seperti saat ini. (Rahardjo Pudji 2012) Tanaman kopi arabika
sendiri dibudidayakan di Indonesia tahun 1696. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh baik
di daerah yang sejuk dan dingin di ketinggian 600-2000 meter diatas permukaan laut
dikarenakan kopi arabika rentan terhadap penyakit karat daun. Suhu tumbuh optimalnya
adalah 18-26 derajat celcius. Proses dari berbunga hingga menjadi buah siap panen
adalah 9 bulan dan akan menghasilakan buah siap panen berwarna hijau hingga merah
gelap. (Budiman Haryato 2012) Kopi sendiri merupakan sebuah minuman yang berasal
dari proses pengolahan dan ekstraksi biji kopi. Kopi arabika sendiri menguasai 70 persen
pasar kopi dunia (Budiman Haryanto 2012). Kopi arabika memang memiliki perbedaan
yang jelas terlihat dibandingkan dengan kopi robusta, perbedaan tersebut antara lain :

a. Memiliki karakter rasa yang kompleks dan cenderung asam. Tidak seperti kopi robusta
yang lebih cenderung pahit.

b. Bentuk biji kopi arabika yaitu lebih oval dan memanjang

c. Kandungan kafein pada kopi arabika lebih kecil dibandingkan pada kopi robusta hanya
sekitar 0,8%-1,4%.
d. Di Indonesia, kebanyakan kopi arabika ditanam di Aceh, Sumatera Utara, Toraja, Flores,
Papua.

Kopi juga merupakan minuman yang mengandung banyak manfaat bagi


kesehatan, tanaman kopi sendiri mengandung kafein yang merupakan senyawa hasil
metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa pahit.
Konsumsi kafein dengan batas aman yaitu 100-150 mg perharinya akan memberikan
manfaat bagi tubuh (Budiman Haryanto 2012). Kadar kafein yang dikonsumsi
memberikan pengaruh yang berbeda. Konsumsi kafein kadar rendah hingga sedang
secara umum memberikan pengaruh peningkatan kewaspadaan, kapasitas belajar, prestasi
berlatih, dan memperbaiki kondisi mood.

2. Kedai Kopi

Secara umum kedai kopi adalah tempat yang menyediakan dan menjual minuman
olahan dari biji kopi untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kedai kopi adalah bangunan
yang digunakan sebagai tempat berjualan makanan dan minuman. (Badan Pengembangan
Dan Pembinaan Bahasa 2015) Kebiasaan mengkonsumsi kopi sambil melakukan
aktivitas nampaknya telah menjadi peluang bagi kedai kopi untuk menjadi tempat pilihan
melakukan berbagai kegiatan dan pengalaman minum kopi. Saat ini sebagian masyarakat
memiliki minat yang besar dalam mengunjungi tempat ini dan dapat dikatakan tempat ini
menjadi salah satu pilihan favorit yang digemari oleh semua kalangan. (Nurazizi 2013)
Kedai kopi, saat ini tidak lagi menjadi tempat yang hanya dikunjungi untuk menyeduh
kopi. Kedai kopi kini tidak hanya menyajikan berbagai variasi minuman kopi, tapi juga
„menjual‟ kesan yang menyenangkan kepada para pengunjungnya. (Nurazizi 2013) Saat
ini pengunjung kedai kopi tidak lagi didominasi oleh kalangan paruh baya (orang tua)
saja yang memang menyukai kopi, tapi budaya mengkonsumsi kopi kini juga telah
menjadi bagian dari kehidupan anak muda hingga orang dewasa seperti pembisnis,
karyawan. Selain itu kedai kopi juga menjadi salah satu tempat untuk melakukan proses
transaksional dan berbagi informasi. Animo pengunjung kedai kopi tidak mutlak muncul
oleh rasa dan aroma kopi yang disajikan, tetapi lebih kepada keinginan untuk berinteraksi
dengan kehidupan sosial, dengan sesama pengunjung atau pembeli di kedai kopi dengan
kopi sebagai media interaksi antar masyarakat dari berbagai stratifikasi sosial. (Fahrizal
2014)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat
Adapun alat yang diperlukan dalam penulisan laporan perencanaan proyek industry
saus tomat ini, yaitu:
- Alat tulis (kertas, bolpoint)
- Laptop/computer
- Alat hitung (kalkulator)
- Modul penuntun praktikum

3.2 Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam penulisan laporan perencanaan proyek
industry saus tomat ini, yaitu:
- Data kuantitatif penunjang yang diperoleh melalui internet (jumlah penduduk,
jumlah produksi kopi Arabika di Indonesia dan Bali, jumlah konsumsi kopi
Arabika per kapita)
- Jurnal pustaka dan jurnal penelitian analisis kelayakan suatu proyek industri
- Materi yang diperoleh selama perkuliahan Perencanaan Proyek Industri

3.3 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan perencanaan
proyek industry saus tomat ini, yaitu:
- Mencari data penunjang menggunakan metode studi pustaka yang diperoleh
melalui artikel ilmiah, jurnal ilmiah, maupun buku yang berkaitan dengan
perencanaan proyek industri
- Menulis laporan dengan menggunakan metode deksriptif kuantitatif. Deskriptif
kuantitatif merupakan suatu metode penulisan yang menjelaskan secara detail
suatu objek dengan menambahkan data kuantitatif yang diperoleh dengan
menggunakan data real dari Badan Pusat Statistik
- Menganalisis data dan melakukan perencanaan proyek industry secara urut sesuai
dengan topik yang dikaji
- Menjabarkan suatu perencanaan dalam bentuk laporan tertulis.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan Produk Beserta Pertimbangan


Pemilihan produk industri kopi ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan
diantaranya sebagai berikut :
1. Biji kopi dimanfaatkan agar menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan nilai
jual. Mengubah biji kopi menjadi produk berupa bubuk kopi agar bermanfaat sebagai
bubuk kopi seduh, sebagai kopi siap saji, praktis, selain itu perubahan bentuk ini
membantu para produsen industri kopi dalam pendistribusian biji kopi dan juga
dengan dengan packaging yang praktis dapat meningkatkan nilai jual pada konsumen
penikmat kopi.
2. Jumlah permintaan dan peluang pasar untuk produk kopi di Bali masih terbuka
karena jumlah konsumen (penduduk lokal, penduduk pendatang, dan wisatawan)
yang semakin meningkat setiap tahun. Jumlah permintaan ini didukung dengan citra
Bali sebagai daerah wisata, dengan adanya kunjungan dari berbagai daerah maupun
negara, jumlah masakan dari luar yang menggunakan sauspun juga semakin
bertambah.
3. Selain itu, menikmati kopi menjadi suatu tradisi bagi masyarakat inodesia mulai dari
masyarakat pedesaan hingga perkotaan. Budaya minum kopi dimulai dari kalangan
remaja, mahasiswa, pegawai kantoran, pekerja berat, dan lain lain. Dan juga dengan
dukungan dekorasi tempat kopi serta dukungan media sosial menjadi salah satu
peluang besar dalam indutsri kopi.

Kopi merupakan salah satu minuman yang diproduksi dan dikonsumsi


terbesar kedua di dunia. Kopi memiliki citarasa yang khas dibandingkan dengan
minuman lainnya. Kopi memiliki banyak kandungan kimia di dalamnya, salah satu
kandungan kimia tersebut adalah asam klorogenat. Asam klorogenat memiliki
banyak manfaat untuk menghasilkan efek farmakologi yang berkhasiat. Saat ini
penggunaan kopi dapat ditemukan hampir di seluruh dunia, mulai dari Amerika,
Jepang, Indonesia dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, jumlah konsumen kopi
di indonesia d iperkirakan mencapai 4,6 juta kemasan atau setara 60 kg/lb.
Sedangkan jumlah produksi kopi dibali pada tahun 2018 mencapai 4.217 ton
mengalami peningkatan sebanyak 21,42%. Jumlah ini dianggap sangat besar
mengingat jumlah industry industri di Bali belum terlalu banyak. Melihat jumlah
permintaan dan peluang yang masih tersedia, maka kami memutuskan untuk memilih
mengembangkan produk industri kopi.

4.2 Daerah Pemasaran


Daerah yang akan dijadikan target pemasaran adalah seluruh daerah yang ada di
Bali. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Provinsi Bali, jumlah
penduduk Provinsi Bali saat ini berjumlah 4.567.248 jiwa. Angka jumlah penduduk
Provinsi Bali ini terhitung sangat banyak, apalagi ditambah dengan jumlah kunjungan
dari wisatawan yang meningkat setiap tahun. Berdasarkan hal tersebut, daerah pemasaran
yang akan dituju menurut demografi yaitu:
a) Gender : Pria dan wanita
b) Usia : 17 tahun ke atas
c) Area : Seluruh wilayah Bali
d) Kelas Ekonomi : Semua kalangan
e) Sasaran penjualan: Semua jenis usia (mulai dari remaja hingga lansia)
4.3 Luas Produksi
Dalam menghitung luas produksi produk industri kopi yang akan dibuat,
diperlukan beberapa data maupun asumsi. Adapun data dan perhitungan yang diperlukan,
adalah sebagai berikut:
 Asumsi penduduk yang mengkonsumsi saus tomat
- Jumlah penduduk Provinsi Bali tahun 2017 = 3.826.769 jiwa
- Rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk per tahun = 2,15%
- Jumlah penduduk Provinsi Bali tahun 2018 = 3.826.769 + (3.826.769 ×2,15%×9)
= 3.826.769 + 740.479
= 4.567.248 jiwa
- Asumsi penduduk yang mengkonsumsi kopi yaitu 57% dari jumlah penduduk.
Sehingga, 57% × 4.567.248 jiwa = 2.603.331 jiwa yang mengkonsumsi kopi.
4.4 Pemilihan Lokasi Proyek Didirikan
Pemilihan lokasi ini bertujuan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih lokasi
yang startegis dalam pembangunan sebuah perusahaan, industri ataupun pabrik. Dalam
pemilihan lokasi ini ada beberapa hal yang harus di perhatikan yaitu, tempat persediaan
bahan baku, area pemasaran, transportasi, tenaga kerja yang diperlukan serta sumber daya
yang mendukung proses produksi.
1) Bahan Baku
Penentuan lokasi bahan baku didasarkan pada tempat tempat yang
memiliki perkebunan kobi arabika di Bali. Diperoleh 3 tempat yang memproduksi
kopi arabika di Bali yaitu, Tabanan, Bangli, dan Buleleng.
Tabel 1. Data Jumlah Produksi Kopi Arabika per tahun

Jumlah Produksi Kopi


No Alternatif Lokasi Nilai Bobot
Arabika/Tahun
1 Kabupaten Tabanan 21 Ton/Tahun 5
2 Kabupaten Bangli 2.252 Ton/Tahun 20
3 Kabupaten Buleleng 1.237 Ton/Tahun 15
Sumber : Badan Pusat Statistik Prov. Bali Tahun 2000-2019
(https://bali.bps.go.id)
Penentuan skala pemilihan alternatif lokasi berdasarkan ketersediaan bahan baku :
 0 – 500 Ton/Tahun = 5
 600 – 1.000 Ton/Tahun = 10
 1.100 – 2.000 Ton/Tahun = 15
 2.100 – 3.000 Ton/Tahun = 20

Berdasakan data pada tabel diatas, menunjukkan bahwa Kabupaten Bangli


menghasilkan kopi Arabika tertinggi per tahunnya yaitu sebesar 2.252 Ton/Tahun
dengan nilai bobot sebesar 20. Jumlah produksi yang tinggi ini didukung oleh luas
areal tanam kopi arabika di Kabupaten Bangli sebesar 5.886 ha.

2) Area Pemasaran
Penentuan alternatif lokasi berdasarkan area pemasaran dilihat dari jarak
ketersediaan bahan baku kopi arabika di 3 alternatif lokasi
Tabel 2. Data Jarak Pemasok Bahan Baku dengan Alternatif Lokasi
Pembangunan Pabrik

No Alternatif Lokasi Jarak dari Lokasi Nilai Bobot

1 Bangli - Tabanan 61 km 5
2 Bangli – Bangli 0 km 20
3 Bangli - Buleleng 101 km 5
Sumber data : Google Maps

Penentuan skala pemilihan alternative berdasarkan atas jarak areal pemasaran :


 ≥61 km = 5
 41 – 60 km = 10
 21 – 40 km = 15
 0 – 20 km = 20

Berdasarkan data pada tabel diatas dan nilai bobot, jarak areal pemasaran
terdekat yang dipilih adalah Kabupaten Bangli karena berada satu wilayah dengan
ketersediaan bahan baku kopi arabika (jarak 0 – 20 km dari pemasok) dan
memiliki obot tertinggi sebesar 20.

3) Transportasi
Penentuan alternatif transportasi dilihat dari jarak jalan teraspal di 3
Kabupaten terpilih.
Tabel 3. Data Panjang Jalan Teraspal

Panjang Jalan
No Alternatif Lokasi Nilai Bobot
Teraspal
1 Kabupaten Tabanan 770,75 km 15
2 Kabupaten Bangli 689,92 km 15
3 Kabupaten Buleleng 999,95 km 20
Sumber data : Badan Pusat Statistik Tahun 2015
Penentuan skala pemilihan alternative berdasarkan atas transportasi :
 0 – 200 km = 5
 300 – 500 km = 10
 600 – 800 km = 15
 800 – 1.000 km = 20

Berdasarkan data pada tabel diatas dan nilai bobot, jalan teraspal terpanjang
yang digunakan untuk menentukan faktor transportasi adalah Kabupaten Buleleng
dengan panjang jalan teraspal 999,95 km dengan nilai bobot sebesar 20.

4) Tenaga Kerja
Penentuan alternatif lokasi berdasarkan dengan tenaga kerja yang dilihat
dari asumsi tenaga kerja usia produktif yang terdapat di 3 alternatif lokasi.
Tabel 4. Data Jumlah Tenaga Kerja Usia Produktif

Jumlah Tenaga Kerja


No Alternatif Lokasi Nilai Bobot
Usia Produktif
1 Kabupaten Tabanan 192.920 Jiwa 8
2 Kabupaten Bangli 479.037 Jiwa 20
3 Kabupaten Buleleng 352.520 Jiwa 16
Sumber data : Badan Pusat Statistik Tahun 2015
Skala penentuan lokasi terbaik berdasarkan tenaga kerja :

 0 – 99.999 jiwa = 4
 100.000 – 199.999 jiwa = 8
 200.000 – 299.999 jiwa = 12
 300.000 – 399.999 jiwa = 16
 400.000 – 499.999 jiwa = 20
Berdasarkan data pada tabel diatas dan nilai bobot, jumlah tenaga kerja usia
produktif terbanyak ada di Kabupaten Bangli sebanyak 479.037 jiwa dengan nilai
bobot 20.
5) Sumber Daya
Penentuan alternatif lokasi berdasarkan sumber daya yang dilihat dari
ketersediaan listrik dan air yang terdaapt di 3 alternatif lokasi
Tabel 5. Data Jumlah Listrik Yang Tersedia

Jumlah Listrik yang


No Alternatif Lokasi Nilai Bobot
Tersedia
1 Kabupaten Tabanan 136.995 10
2 Kabupaten Bangli 58.351 5
3 Kabupaten Buleleng 183.167 10
Sumber data : Badan Pusat Statistik Tahun 2018
Skala penentuan lokasi terbaik berdasarkan sumber daya yang tersedia :
 0 – 99.999 = 5
 100.000 – 199.999 = 10
 200.000 – 299.999 = 15
 300.000 – 399.999 = 20
Tabel 6. Data Jumlah Penggunaan Air Bersih

Jumlah Pengunaan
No Alternatif Lokasi Nilai Bobot
Air Bersih
1 Kabupaten Tabanan 16.874.000 m3 8
2 Kabupaten Bangli 3.150.000 m3 4
3 Kabupaten Buleleng 17.335.000 m3 8
Sumber data : Badan Pusat Statistik Tahun 2017
Skala penentuan lokasi terbaik berdasarkan sumber daya yang tersedia
 0 – 10.000.000 m3 = 4
 11.000.000 – 20.000.000 m3 = 8
 21.000.000 – 30.000.000 m3 =12
 31.000.000 – 40.000.000 m3 = 16
 41.000.000 – 50.000.000 m3 = 20
Berdasarkan data pada table 5 dan 6 serta nilai skala di atas, penentuan
lokasi terbaik berdasarkan sumber daya yang tersedia (listrik dan air) yang dipilih
adalah Kabupaten Buleleng dengan total nilai bobot sebesar 28.
6) Hasil Pemilihan Lokasi Terbaik
Berdasarkan data yang telah didapatkan pada keseluruhan aspek
pertimbangan pemilihan lokasi pembangunan sebuah industri yang berdasarkan
pada data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Semua data tersebut diberikan
nilai bobot dengan nilai bobot idealnya adalah 20. Pada tabel 7 ini akan
dirangkum secara keseluruhan dari nilai bobot yang sudah didapatkan dari
keseluruhan data pada tabel-tabel diatas.
Tabel 7. Hasil Pemilihan Lokasi Terbaik Pembangunan Industri
Nilai Alternatif Lokasi
Aspek
Ideal Tabanan Bangli Buleleng
Bahan Baku 20 5 20 15
Area Pemasaran 20 5 20 15
Transportasi 20 15 15 20
Tenaga Kerja 20 8 20 16
Sumber Daya 20 18 9 18
Total 100 51 84 84

Jadi lokasi yang akan kami pakai untuk pembangunan industri arabika
adalah Kabupaten Bangli karena total nilai nya sebesar 84, selain itu juga jumlah
produksi kopi arabika di Kabupaten Bangli terbesar diantara wilayah lainnya yaitu
sebesar 2.252 Ton/Tahun. Selain itu memperhitungkan juga letak geografi
Kabupaten Bangli, khususnya daerah Kintamani yang merupakan salah satu
potensi wisata yang ada di Bali. Kopi arabika cocok ditanam di dataran tinggi di
kawasan Kintamani mengingat datarang tinggi di Lereng Gunung Batur memiliki
ketinggian 700 m hingga 1700 mdpl yang merupakan lokasi cocok penanaman
kopi arabika. Selain itu juga Kintamani memiliki suhu yang tepat untuk
penanaman kopi arabika dan iklim yang sejuk untuk menghasilkan biji kopi yang
berkualitas. Citarasa kopi Bali tentunya memang memiliki keunikan tersendiri di
bandingkan jenis kopi lainnya di di Indonesia. Walaupun tergolong sebagai kopi
arabika, tentunya lokasi pembudidayaan akan menentukan citarasa sebuah kopi.
Apalagi kawasan di Kintamani Bali merupakan tanah vulkanis yang memiliki
karakteristik dan ketinggian tanah yang memberikan kontribusi tersendiri bagi
citarasa kopi Bali.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini yaitu :
1. Produk kopi Arabika mempunyai nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat
menjadi peliang perencanaan industry yang tepat
2. Pemasaran produk kopi Arabika akan di pasarkan di seluruh Bali namun
pemasaran akan terus di kembangan hingga ke luar daerah.
3. Lokasi produksi kopi yaitu di daerah Bangli karena Bangli merupakan daerah
produksi kopi Arabika terbesar diantara daerah lainnya terutama daerah kintamani
yang memiliki leteak geografis yang cocok untuk tanaman kopi Arabika.
DAFTAR PUSTAKA

Satriawan, I. Ketut, and I. Wayan Gede Sedana Yoga. "RENCANA BISNIS


PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica)
DI SUBAK ABIAN ULIAN MURNI, KINTAMANI–BANGLI." JURNAL
REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI 3.3: 61-71.

Saptarini, Ni Gusti Ayu Putu Harry, and I. Made Agus Putrayasa. "PENGEMBANGAN
HILIRISASI PRODUK KOPI ARABIKA KINTAMANI." Bhakti Persada Jurnal
Aplikasi IPTEKS 5.1 (2019): 169-183.

Siswandi, Try Ono, AAP Agung Suryawan Wiranatha, and Amna Hartiati. "PENGEMBANGAN
MANAJEMEN RANTAI PASOK KOPI ARABIKA KINTAMANI
BALI." JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI 7.1: 113-120.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya. Jakarta

Bima. “Proposal Rencana Usaha Kopi Ngapak”. 9 Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai