Bronkopneumoni
Bronkopneumoni
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan patologi pada PPOK terjadi pada saluran napas besar maupun
kecil. Parenkim paru, dan vaskularisasi paru. Eksudat hasil infiamasi seringkali
merupakan penyebab dari meningkatnya jumlah dan ukuran sel goblet juga
kelenjar mucus silia. Selain itu, terjadi penebalan sel-sel otot polos dan jaringan
penghubung (connective tissue) pada saluran napas. Inflamasi terjadi pada saluran
napas sentral maupun periferal. Apabila terjadi inflamasi kronik maka akan
menghasilkan kerusahan berulang yang akan menyebarkan luka dan terbentuknya
fibrosis paru. Penurunan volume ekspirasi paksa (FEV.) merupakan respon
terhadap inflamasi yang terjadi pada saluran napas sebagai hasil dari abnormalitas
perpindahan gas ke dalam darahn dikarenakan terjadi kerusakan sel parenkim
paru. Kerusakan sel-sel parenkim paru mengakibatkan perganggunya proses
pertukaran gas didalam paru-paru, yaitu pada alveoli dan pembuluh kapiler paru-
paru. Penyebab kerusakan tersebut tergantung pada etiologi, penyakit dimana
yang paling umum karena asap rokok yang mengakibatkan sentrilobular yang
mempengaruhi terutama pada bagian bronkiolus (Wiliams & Bourdet, 2019).
D. KOMPILIKASI
b. Polisitemia
keadaan pasien dengan level oksigen disirkulasi rendah atau hipoksemia kronik
dapat meningkatkan jumlah sel darah merah. Hal tersebut sebagai kompensasi
tubuh terhadap kondisi hipoksia dan bertujuan untuk lebih banyak hemoglobin
untuk membawa oksigen yang terdapat di sirkulasi. Namun, kekurangan dari
mekanisme ini yaitu terjadi peningkatan viskositas darah. Viskositas darah
yang meningkat juga meningkatkan resiko terjadinya trombosis pada vena
dalam. Emboli pada paru maupun vascular yang akan mengakibatkan
konsistensi darah yang lebih kental dari normal yang akan mempersulit proses
pemompaan darah kedalam jaringan tubuh dan akan mengurangi pengaturan
oksigen yang mengakibatkan terjadinya sesak.
c. Cor pulmonale
Cor pulmonale atau disebut juga gagal jantung bagian kanan merupakan
keadaan yang diakibatkan oleh meningkatnya ketegangan dan tekanan
ventrikel bagian kanan (hipertrofi ventrikel kanan). Peningkatan resistensi
vascular paru dikarenakan hipoksia yang diinduksi oleh vasokonstriksi pada
pembuluh kapiler paru membuat tegangan yang lebih berat pada ventrikel
kanan. Selanjutnya, dalam waktu singkat hal tersebut dapat menyebabkan
hipertofi dan kegagalan fungsi ventrikal kanan. Hal ini akan menimbulkan
keadaan edema periferal yang berkembang menjadi gagal jantung kanan,
dimana cairan dari kapiler akan menembus ke dalam jaringan dan menyerang
jaringan.
d. Pneumothorax
Pneumothorax dapat terjadi secara spontan pada pasien dengan emfisema. Pada
kondisi emfisema, kerusakan rongga udara pada alveoli disebut bullae. Bullae
tersebut dapat rupture dengan mudah yang menyebabkan udara didalam alveoli
akan keluar menuju ke rongga pleura dan menyebabkan syok paru-paru. Gejala
dari pneumothorax yaitu peningkatan nyeri dada pleuritik yang tiba-tiba serta
peningkatan sesak. Keadaan ini dapat diidentifikasi dengan melakukan
pemerikasaan X-ray rongga dada. Manajemen terapi pneumothorax ditentukan
berdasarkan ukuran pneumothorax. Pneumothorax kecil tanpa gejala akan
sembuh dengan sendirinya, pneumothorax median dan berat memerlukan
tindakan khusus dari ahli medis.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X dada
b. EKG
d. Darah komplit
F. PENATALAKSANAAN
b. Bronkodilator
Bermanfaat pada 20-40% kasus. Pada kasus berat bisa diberikan dosis tinggi
menggunakan nebulizer pada penyakit sedang. Pemberian kortikosteroid oral
percobaan selama 2 minggu harus dipertimbangkan untuk menentukan
reversibilitas obstruksi saluran pernapasan (dari rangkaian pemerikasaan aliran
puncak atau spirometri).
c. Terapi oksigen