Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK


INDONESIA
Diajukan Sebagai
Tugas Mata Kuliah Pancasila

OLEH:
Kelompok 2
Ayla Annisa Liswani 1707114182
M. Bima Afiq Naufal 1707122641
Aulia Indah Syafitri 1907113440
Fitra Alidaei 1907124354
Irma Ade Deliska S 1907112918
Salsabila Melrisa 1907112072
Muhammad Aidil 1907114038

Dosen Pengampu:
Supriadi, M.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1-B


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa makalah yang berjudul
“Pancasila Menjadi Dasar Negara Republik Indonesia” dapat penulis selesaikan
dengan baik. Dalam proses pembuatan makalah ini penulis menghadapi berbagai
tantangan dan hambatan. Namun, berkat pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa
dan dorongan untuk menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah
Pancasila dengan Bapak Supriadi, M.Pd. selaku dosen Pancasila di Universitas Riau
segala rintangan dapat dilewati dengan baik. Makalah ini disusun berdasarkan
kapasitas ilmu dan buku-buku bacaan serta berbagai informasi yang didapat oleh
penulis.
Adanya makalah ini diharapkan berguna bagi penulis dan pembaca dalam
memperoleh materi serta memahaminya untuk menambah wawasan. Akhir kata,
tidak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah ini yang masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran untuk
perbaikan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, Maret 2020

Tim Penulis,


 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. I
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………... 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Konsep Negara, Tujuan Negara, dan Urgensi Dasar Negara ….... 3
2.1.1 Konsep Negara ……………………………………………. 3
2.1.2 Konsep Tujuan Negara ……………………………………. 4
2.1.3 Konsep dan Urgensi Dasar Negara ………………………. 4
2.2 Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara ………………………… 5
2.3 Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Negara …………………………………. 5
2.3.1 Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara …………. 5
2.3.2 Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara …………. 6
2.3.3 Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara ………. 6
2.3.4 Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara …………… 7
2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara ……… 8
2.4.1 Dinamika Pancasila ………………………………………... 8
2.4.2 Tantangan Pancasila ………………………………………. 9
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………… 10

BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan …………………………………………………………. 11
4.2 Saran ……………………………………………………………... 11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 12

ii 
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
reformasi sekarang. Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada yang
merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan
YME dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di
masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa,
serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara
Republik Indonesia.
Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham
lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-
nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh
Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan
ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia
berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur. Kolonialisme juga
ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan kemerdekaan karena bangsa
Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila
itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah
negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia
agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan
muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia


 
tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1. Apa saja konsep negara, tujuan negara, dan urgensi dasar negara?
2. Mengapa diperlukannya kajian Pancasila sebagai dasar negara?
3. Apa saja sumber yuridis, historis, sosiologis, dan politis tentang Pancasila
sebagai dasar negara?
4. Bagaimana dinamika dan tantangan Pancasila sebagai dasar negara?


 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Negara, Tujuan Negara, dan Urgensi Dasar Negara


2.1.1 Konsep Negara
Menurut Diponolo dalam Ahmad (2016) negara adalah suatu organisasi
kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan, melaksanakan tata tertib atas
suatu umat di suatu daerah tertentu. Sejalan dengan pengertian tersebut, Diponolo
menyimpulkan 3 unsur yang menjadi syarat mutlak bagi adanya negara, yaitu:
a. Unsur tempat, atau daerah wilayah atau territoir
b. Unsur manusia atau umat (masyarakat) , rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan.
Ketiga unsur tersebut lazim dinyatakan sebagai unsur konstitutif. Selain unsur
Konstitutif ada juga unsur lain, yaitu unsur deklaratif, dalam hal ini pengakuan dari
negara lain.
Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat
dilihat dari 2 pendekatan, yaitu:
a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada
bentuk dan struktur organisasi negara
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama
kepada mekanisme penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di
pusat maupun di daerah. Pendekatan ini juga meliputi bentuk pemerintahan
seperti apa yang dianggap paling tepat untuk sebuah negara.
Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang
ingin diwujudkan, serta bagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan negara tersebut,
akan ditentukan oleh dasar negara yang dianut oleh negara yang bersangkutan.
Dengan kata lain, dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem
pemerintahan, dan tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh
untuk mewujudkan tujuan suatu negara.


 
2.1.2 Konsep Tujuan Negara
Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap orang mungkin jama, yaitu
kesejahteraan dan kebahagiaan, tetapi cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tersebut berbeda-beda bahkan terkadang saling bertentangan. Jalan yang ditempuh
untuk mewujudkan tujuan tersebut kalau disederhanakan dapat digolongkan ke
dalam 2 aliran, yaitu:
a. Aliran liberal individualis
Aliran ini berpendapat bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan harus dicapai
dengan podtik dan sistem ekonomi liberal melalui persaingan bebas.
b. Aliran kotektivis atau sosialis
Aliran ini berpandangan bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan manusia
hanya dapat diwujudkan melalui politik dan sistem ekonomi terpimpin/totaliter.
Tujuan negara Republik Indonesia apabila sederhanakan dapat dibagi
menjadi 2, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin seluruh bangsa
dan seluruh wilayah negara. Oleh karena itu. pendekatan dalam mewujudkan tujuan
negara tersebut dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Kesejahteraan
2. Pendekatan kemananan

2.1.3 Konsep dan Urgensi Dasar Negara


Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah
grundnorm (norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara),
philosophische grondslag (dasar filsafat negara). Banyaknya istilah Dasar Negara
dalam kasa kata bahasa asing menunjukkan bahwa dasar negara bersifat universal,
dalam arti setiap negara memiliki dasar negara. Secara terminologis atau secara
istilah, dasar negara dapat diartikan sebagai landasan dan sumber dalam
membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar negara juga dapat diartikan
sebagai sumber dari segala sumber hokum negara.
Kedudukan dasar negara berbeda dengan kedudukan peraturan perundang-
undangan karena dasar negara merupakan sumber dari peraturan perundang-
undangan. Implikasi dari kedudukan dasar negara ini, maka dasar negara bersifat


 
permanen sementara peraturan perundang-undangan bersifat fleksibel dalam arti
dapat diubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan demikian, dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam
penyelenggaraan bernegarayang menladi sumber dari segala sumber hukum
sekaligus sebagai cita hukum (rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis
dalam suatu negara. Cita hukum ini akan mengarahkan hukum pada cita-cita
bersama dan masyarakatnya. Cita-cita ini mencerminkan kesamaan-
kesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat.

2.2 Perlunya Kajian Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadianbangsa yang nilai-
nilainya bersifat nasional yang mendasari kebudayaan, bangsa, maka nilai-nilai
tersebut merupakan perwujudan dari aspirasi ('cita-cita hidup bangsa). Dengan
Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah dihindari karenapandangan
Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan, keselarasan,
dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang ada dapat dibina menjadi suatu
pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang berada dalam
satu keseragaman yang kokoh.
Dengan peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan
adil dan tidak adil dapat diminimalkan. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sebagai
dasar negara menaungi dan memberikan gambaran yang jelas tentang peraturan
tersebut berlaku untuk semua tanpa ada perlakuan diskriminatif bagi siapapun. Oleh
karena itulah Pancasila memberikan arah tentang hokum harus menciptakan
keadaan negara yang lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

2.3 Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila


sebagai Dasar Negara
2.3.1 Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara
Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila mempakan dasar negara Republik
indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara


 
Republik Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam proses
kebangsaan Indonesia. Melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 sebagai payung hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam
praktik berdemokrasinya tidak kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang
tidak produktif.

2.3.2 Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara


Dalam sidang yang diselenggarakan untuk mempersiapkan Indonesia
merdeka, Radjiman meminta kepada anggotanya untuk menentukan dasar negara.
Sebelumnya, Muhammad Yamin dan Soepomo mengungkap pandangannya
mengenai dasar negara. Kemudian dalam pidato 1 Juni 1945 Soekarno menyebut
dasar negara dengan menggunakan bahasa Belanda Philosophische grondslag bagi
Indonesia merdeka. Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran
yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya
didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno juga menyebut dasar negara dengan
istilah Weltanschauung atau atau pandangan dunia.
Pancasila dijadikan sebagai dasar negara yaitu sewaktu ditetapkannya
Pembukaan Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945
pada 8 Agustus 1945. Mulanya, pembukaan direncanakan pada tanggal 22 juni
1945, yang terkenal dengan Jakarto-charter (Piagam Jakarta), tetapi Pancasila telah
lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan
didirikan, yaitu pada 1 Juni 1945, dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, Mahfud MD dalam
Ahmad (2016) menyatakan bahwa berdasarkan penjelajahan historis diketahui
bahwa Pancasila yang berlaku sekarang merupakan hasil karya bersama dari
berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang kemudian disempurnakan dan
disahkan oleh PPKI pada saat negara didirikan.

2.3.3 Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara ringkas Latif dalam Ahmad (2016) menguraikan pokok-pokok
moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan menurut alam Pancasila sebagai


 
berikut. Nilai ketuhanan sebagai sumber etika dan spiritualitas dianggap penting
sebagai fundamental etika kehidupan bernegara. Nilai kemanusiaan bersumber dari
hokum Tuhan, hokum alam, dan sifat-sifat social dianggap penting sebagai
fundamental etika politik. Nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam
lingkungan pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan
dunia yang lebih jauh. Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita
kebangsaan demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh
mewujudkan keadilan sosial. Dalam visi keadilan sosial menurut Pancasila yang
dikehendaki adalah keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu
dan peran manusia sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil, politik
dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.

2.3.4 Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara


Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 terkandung makna bahwa Pancasila menjelma
menjadi asas dalam sistem demokrasi konstitusional. Konsekuensinya, Pancasila
menjadi landasan etik dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Selain itu, bagi
warga negara yang berkiprah dalam suprastruktur politik (sektor pemerintah), yaitu
lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga pemerintahan, baik di pusat
maupun di daerah, Pancasila merupakan norma hukum dalam memformulasikan
dan mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Di sisi lain, bagi setiap warga negara yang berkiprah dalam infrastruktur
politik (sektor masyarakat), seperti organisasi kemasyarakatan, partai politik, dan
media massa, maka Pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial
politiknya. Dengan demikian, sektor masyarakat akan berfungsi memberikan
masukan yang baik kepada sektor pemerintah dalam sistem politik. Pada gilirannya,
sektor pemerintah akan menghasilkan output politik berupa kebijakan yang
memihak kepentingan rakyat dan diimplementasikan secara bertanggung jawab di
bawah kontrol infrastruktur politik.


 
2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara
2.4.1 Dinamika Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara dihasilkan dan dikembangkan melalui proses
yang cukup panjang. Pada mulanya, adat istiadat dan agama menjadi kekuatan yang
membentuk pandangan hidup. Setelah Soekarno mengembalikan nilai-nilai luhur
budaya Indonesia, pada 1 Juni 1945 barulah Pancasila disuarakan menjadi dasar
negara yang diresmikan pada 18 Agustus 1945 dengan memasukkannya sila-sila
Pancasila dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945. Dengan bersumberkan budaya, adat istiadat, dan agama sebagai
tonggaknya, nilai-nilai Pancasila atas pendapatnya dan senantiasa melekat dalam
kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Pada saat berdirinya Negara Republik Indonesia yang digabungkan dengan
dibacakannya teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sepakat
pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Namun, sejak November 1945 sampai ditetapkannya
Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, pemerintah Indonesia mempraktikkan sistem
demokrasi liberal.
Setelah dilaksanakan Dekrit Presiden, Indonesia kembali diganggu dengan
munculnya paham lain. Pada saat itu, sistem demokrasi liberal ditinggalkan,
perdebatan tentang dasar negara di konstituante berakhir dan kedudukan Pancasila
di perkuat, tetapi keadaan tersebut dimanfaatkan oleh mereka yang menghendaki
berkembangnya paham haluan kiri (komunis). Puncakrya adalah peristiwa
pemberontakan G30S PKI 1965. Peristiwa ini menjadi pemicu berakhirnya
pemerintahan Presiden Soekarno yang digantikan oleh permerintahan Presiden
Soeharto.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ditegaskan bahwa Pancasila
sebagai dasar negara akan dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Menyusul
kemudian diterbitkan Ketetanan MPR No.II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4). Namun pemerintahan Presiden
Soeharto pun akhirnya dianggap menyimpang dari garis poltik Pancasila dan UUD
1945. Ia dianggap cenderung melakukan praktik liberalisme-kapitalisme dalam


 
mengelola negara. Pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi yang mengakibatkan
Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan Presiden.

2.4.2 Tantangan Pancasila


Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak mental dan
nilai moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia.
Dengan demikian, Indonesia perlu waspada dan berupaya agar ketahanan mental-
ideologi bangsa Indonesia tidak tergerus. Pancasila harus senantiasa menjadi
benteng moral dalam menjawab tantangan-tantangan yang terbentang di antara
kehidupan bernegara, yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama.
Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham-
paham yang bersandar pada otoritas materi, seperti liberalisme, kapitalisme
komunisme, sekularisme. pragmatisme, dan hedonisme, yang menggerus
kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat dilihat
dengan jelas, betapa paham-paham ini telah merasuk jauh di dalam bangsa
Indonesia sehingga melupakan gotong royong.
Tantangan yang melanda bangsa Indonesia sebagai berikut.
a. Diperbaharui dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam
kehidupan bernegara dalam era reformasi ini karena perubahan sistem
pemerintahan yang begitu cepat termasuk digulirkanrıya otonomi daerah
yang seluas-luasnya, di satu pihak, dan di pihak lain, masyarakat merasa
bebas tanpa tuntutan nilai dan norma dalam kehidupan bernegara.
b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur
pemerintahan, baik sipil maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa
kenegarawanan. Terdapat fenomena perilaku aparatur yang aji mumpung
atau menginginkan kepentingan kelompoknya saja. Hal tersebut segera
dapat dicegah dengan cara meningkatkan efektivitas penegakan hokum dan
melakukan upaya secara massif serta sistematis dalam membudayakan
nilai-nilai Pancasila bagi para aparatur negara.


 
BAB III
PEMBAHASAN

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, artinya nilai-nilai yang


terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi masyarakat
Indonesia, baik dalam hal ketatanegaraan maupun berkehidupan sosial. Hal ini
disebutkan pada Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Dasar negara juga dapat
diartikan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Jika suatu hukum tidak
didasari dengan Pancasila, maka hukum tersebut tidak dapat dijalankan di
Indonesia. Selain itu, Pancasila juga mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jika hal tersebut tidak diatur dalam Pancasila, maka Indonesia belum tentu dapat
tetap bersatu seperti sekarang ini. Dengan latar belakang budaya, ras dan agama
yang berbeda-beda Indonesia sangat rentan akan adanya konflik dan perpecahan.
Tetapi dengan adanya Pancasila hal itu bisa menjadi pemersatu, bukan pemecah-
belah. Hal ini dikarenakan Pancasila sesuai dengan jati diri bangsa dan nilai-
nilainya pun berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri.
Terdapat banyak tantangan dalam menjaga nilai moral Pancasila di era
globalisasi saat ini. Nilai Pancasila bisa saja luntur jika tidak selalu diterapkan. Oleh
karena itu, butuh peranan generasi muda dalam menjaga dan melestarikan nilai-
nilai Pancasila.

10 
 
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata
pemerintahan, melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu daerah
tertentu. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap orang mungkin jama, yaitu
kesejahteraan dan kebahagiaan, tetapi cara yang ditempuh untuk mencapai
tujuan tersebut berbeda-beda bahkan terkadang saling bertentangan.
2. Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadianbangsa yang nilai-
nilainya bersifat nasional yang mendasari kebudayaan, bangsa, maka nilai-
nilai tersebut merupakan perwujudan dari aspirasi (cita-cita hidup bangsa).
3. Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila mempakan dasar negara
Republik Indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
yang kelahirannya ditempa dalam proses kebangsaan Indonesia.
4. Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak mental dan
nilai moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara
Indonesia. Dengan demikian, Indonesia perlu waspada dan berupaya agar
ketahanan mental-ideologi bangsa Indonesia tidak tergerus.

4.2 Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini agar menjadi lebih rinci dan lengkap,
makalah selanjutnya akan membahas mengenai:
1. Pancasila menjadi ideologi negara.

11 
 
DAFTAR PUSTAKA

Parta Setiawan, 2019. Pancasila Sebagai Dasar Negara.


https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-dasar-negara/,
diakses pada 12 Maret 2020, Pkl. 22.55 WIB.
Ahmad. (2016). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi
dan Pendidikan Tinggi.

12 
 

Anda mungkin juga menyukai