Anda di halaman 1dari 2

5. bagaimana pajak dalam perspektif ekonomi ?

Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara)
kepada sektor publik (masyarakat). Hal ini memberikan kita gambaran bahwa pajak
menyebabkan 2 situasi menjadi berubah, yaitu:

Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk


kepentingan penguasaan barang dan jasa.

Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan pada negara dalam penyediaan


barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat

6. bagaimana penerimaan pajak di Indonesia ?


Target penerimaan negara Indonesia di sektor pajak tahun 2006 secara nasional sebesar Rp 362
trilyun atau mengalami peningkatan 20 persen dari 2005 lalu. Angka tersebut terdiri Rp 325
trilyun dari pajak dan Rp 37 trilyun dari Pajak Penghasilan (PPh) Migas.Target penerimaan
negara dari perpajakan dalam APBN 2006 mencapai Rp.402,1 triliun. Target penerimaan itu
antara lain berasal dari:

1. Pajak Penghasilan (PPh) Rp. 198,22 triliun.


2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
Rp. 126,76 triliun.
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp. 15,67 triliun.
4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Rp. 5,06 triliun dan
penerimaan pajak.lainnya.Rp..2,76.triliun.
Pendapatan pajak itu sudah termasuk pendapatan cukai Rp. 36,1 triliun, bea masuk Rp.
17,04 triliun dan pendapatan pungutan ekspor Rp. 398,1 miliar. Total penerimaan pajak
dalam lima tahun terakhir (2001-2005) sudah mencapai 1.040 triliun.
Angka realisasi pendapatan negara dan hibah sampai dengan akhir bulan Oktober 2018 telah
mencapai Rp1.483,86 triliun, dimana capaian tersebut adalah 78,32 persen dari target
penerimaan pendapatan negara dan hibah pada APBN 2018. Berdasarkan jenis penerimaannya,
pendapatan negara yang berasal dari penerimaan Perpajakan, PNBP, dan Hibah berturut-turut
sebesar Rp1.160,66 triliun, Rp315,44 triliun, dan Rp7,77 triliun atau telah mencapai 71,73
persen, 114,53 persen, dan 648,84 persen terhadap Ringkasan Eksekutif. Pertumbuhan
penerimaan pajak per komponen penerimaannya menunjukkan bahwa penerimaan dari PPh
nonmigas mampu terus tumbuh sebesar 17,03 persen, dimana komponen utama penerimaan PPh
nonmigas, yang terdiri dari PPh 22 Impor, PPh 25/29 Badan, PPh 25/29 OP, dan PPh Pasal 26,
tercatat mampu terus tumbuh berturut-turut sebesar 27,72 persen, 25,21 persen, 21,00 persen,
dan 26,54 persen. Faktor yang mendorong tumbuhnya penerimaan komponen utama PPh
nonmigas tersebut antara lain masih tetap tumbuhnya aktivitas perdagangan internasional
Indonesia dan kinerja positif sektor usaha industri, perdagangan, pertambangan, dan pertanian di
dalam negeri

https://www.kemenkeu.go.id/media/11152/apbn-kita-edisi-november-2018_rev.pdf

Anda mungkin juga menyukai