Anda di halaman 1dari 6

INTERFERON

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas mikrobiologi II

Oleh

Rahayu Zalwis

1102101010052

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH
Interferon

1. Pengertian interferon
Interferon adalah protein yang diproduksi secara alami oleh sel di dalam tubuh
untuk melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit, contohnya pada sel-sel darah
putih, sel-sel pembunuh alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epithelial.

Salah satu dari kelompok protein antivirus  diproduksi oleh hewan, termasuk manusia,
sebagai respon terhadap infeksi oleh virus. Zat antivirus aktif bukan interferons sendiri,
tetapi protein yang menyebabkan sel interferon lain untuk menghasilkan. Beberapa dari
protein ini telah diidentifikasi, namun cara operasi mereka belum dipahami dengan baik.

Jelas, bagaimanapun, bahwa interferon berperan dalam pertahanan tubuh


terhadap virus yang paling penting, dan bahwa mereka membantu melawan bakteri dan
penyakit-agen penyebab. 

Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma :

 Interferon-α yang dibuat oleh sel-sel darah putih, berperan sebagai molekul anti-


viral.
 Interferon-β dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir semua sel
di dalam tubuh manusia.
 Interferon-γ dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada sel-
sel tertentu, seperti makrofag, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik,
dan limfosit B.

Interferon diproduksi oleh tubuh bila mendapat serangan dari berbagai agen
penyakit. Namun, umumnya jumlah yang diproduksi tidak mencukupi untuk melawan
agen penyakit yang berkembang biak sangat cepat. Karena itu, suplai interferon dari
luar diperlukan. Karena itu interferon kemudian dijadikan sebagai jenis terapi yang
termasuk ke dalam jenis imunoterapi (immunotherapy). Inilah yang menjadi ide awal
penggunaan interferon sebagai obat.
Imunoterapi menjadikan sistem imun tubuh sebagai targetnya. Karena sistem
imun ini berhubungan dengan hampir semua penyakit, imunoterapi bisa diaplikasikan
untuk semua jenis penyakit. Dengan demikian, interferon bisa digunakan sebagai
“multidrug” untuk terapi berbagai penyakit.

Interferon awalnya dikembangkan untuk terapi kanker. Tapi, saat ini, selain
untuk terapi kanker, interferon digunakan untuk terapi berbagai penyakit, termasuk
hepatitis B dan hepatitis C. Untuk beberapa penyakit yang belum ditemukan obatnya,
interferon juga menjadi alternatif utama walaupun tingkat penyembuhannya tidak begitu
tinggi. Untuk terapi hepatitis , misalnya, efektivitasnya tidak lebih dari 30 persen.

Interferon-interferon yang tersedia secara komersial adalah interferon manusia


yang dibuat menggunakan teknologi recombinant DNA. Mekanisme aksi dari interferon
adalah sangat kompleks dan belum dimengerti dengan baik. Interferon-interferon
memodulasi respon sistem imun pada virus-virus, bakteri-bakteri, kanker, dan senyawa-
senyawa asing lain yang menyerang tubuh.

Meskipun interferon adalah sangat serupa, namun pengaruhnya terhadap tubuh


bisa sangat berbeda. Oleh karenanya, interferon yang berbeda digunakan untuk kondisi
yang berbeda pula. Sebagai contoh Interferon alpha digunakan untuk merawat penyakit
kanker dan infeksi-infeksi virus; interferon beta digunakan untuk merawat multiple
sclerosis; dan interferon gamma digunakan untuk merawat penyakit granulomatous
kronis.

Semua interferon memberikan efek yang sama, terbentuknya agen-agen


kekebalan akibat benda asing yang masuk kesuatu sistem organ tubuh sehingga agen-
agen tersebut akan melawan dan menghancurkan (macrophage) seperti virus, bakteri,
kuman dan demikian juga bisa melawan tumor dan atau juga benda asing lain. Sebagai
sel yang terinfeksi dan sel tersebut mati akibat dari virus cytolytic, partikel virus yang
dirilis, dapat menginfeksi sel-sel di dekatnya. Namun, sel yang terinfeksi dapat
memperingatkan sel tetangga kehadiran virus dan  atau benda asing dengan melepaskan
interferon. Sel-sel tetangga, sebagai respons terhadap interferon, menghasilkan sejumlah
besar enzim yang dikenal sebagai protein kinase R (PKR). Enzim ini phosphorylates
protein yang dikenal sebagai EIF-2 dalam menanggapi infeksi virus dan benda asing;
EIF-2 adalah faktor inisiasi penerjemahan eukariotik yang membentuk kompleks
dengan protein lain tidak aktif, yang disebut eIF2B, untuk mengurangi sintesis protein
dalam sel. Lain enzim selular, RNAse L-juga diinduksi berikut PKR aktivasi-
menghancurkanRNAdalam sel untuk mengurangi sintesis protein gen baik pada virus
dan host. Menghambat sintesis protein menghancurkan baik virus dan sel inang
terinfeksi dengan cara menginduksi produksi interferon ratusan protein lain (Fensterl
dan Sen. 2009; de Veer et al. 2001).

2. Fungsi Interferon

a. Sebagai Antivirus

Interferon merupakan sistem kekebalan tubuh kelompok sitokin yang diproduksi


oleh tubuh bila mengetahui ada virus yang menempel pada permukaan sel sebelum virus
tersebut masuk untuk menginfeksi. Antibodi dalam sirkulasi darah (IgG) akan
mencegah virus untuk menempel. Bila virus tersebut lolos dan menginfeksi, sel tubuh
akan melepas interferon untuk meresponnya. Di samping itu, interferon mengaktifkan
sel pembunuh alamiah (Natural Killer Cell) yang akan menghancurkan sel yang
terinfeksi virus yang dapat dikenali dari perubahan pada permukaannya.

b. Pengobatan Hepatitis B dan C

Interferon sudah dikenal sejak tahun 1989, tetapi efektivitas pengobatannya


masih rendah, yaitu sekitar 20% untuk hepatitis B dan 11-19% untuk hepatitis C. setelah
dikembangkan menjadi bentuk terpegilasidari interferon 2a dan terpegilasi dari
interferon 2b terjadi peningkatan efektivitas pengobatan menjadi 40-50%. Perbedaannya
terletak pada kestabilan protein yang menjadi inti  interferon. Dibandingkan yang
konvensional, protein yang terpegilasi cenderung lebih stabil sehingga dapat aktif lebih
lama membunuh virus.

Saat ini obat Hepatitis C standar adalah kombinasi Interferon dengan Ribavirin.
Kombinasi obat Hepatitis C ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan respon yang
tinggi melawan virus pada penderita Hepatitis C kronis.

Obat Hepatitis C bentuk terpegilasi dari interferon-α dibuat dengan


menggabungkan suatu molekul besar yang larut air, yaitu Polietilenglikol (PEG) dengan
molekul interferon-α. Penggabungan tersebut memperbesar ukuran interferon-α
sehingga dapat bertahan dalam tubuh  lebih lama. Hal tersebut juga dapat melindungi
molekul interferon agar tidak dirusak oleh enzim tubuh. Selain itu, obat ini juga
memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga tidak perlu sering-sering
dikonsumsi. Interferon-α standar biasa disuntikkan tiga kali dalam seminggu, sedangkan
interferon-α  bentuk terpegilasi cukup disuntikkan sekali dalam seminggu.

c. Pengobatan SARS

Menurut Prof. JindrichCinatl, kombinasi interferon dengan glycyrrhizin


mendapatkan hasil yang maksimal dalam melawan virus SARS.

d. Pengobatan Penyakit  Lain

 Interferon alfa-2a (Roferon-A) disetujui FDA untuk


mengobati Leukemia , AIDS-terkait Sarkoma Kaposi, dan Leukemia
Myelogenous kronis. 
 Interferon alfa-2b telah disetujui untuk pengobatan Sarkoma (tumor yang
timbul dari jaringan ikat), hepatitis C kronik, dan  hepatitis B kronik.
 Interferon beta-1b (Betaseron) dan interferon beta-1a (Avonex) disetujui
untuk pengobatan multiple sclerosis (peradangan pada otak dan sumsum
tulang belakang). 
 Interferon-alfa n3 (Alferon-N) disetujui untuk pengobatan genital dan
perianal kutil yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV). 
 Interferon gamma-1B (Actimmune) disetujui untuk pengobatan penyakit
granulomatosa (pembentukangranuloma multiple) kronis dan malignant
osteopetrosis(kepadatan tulang abnormal).

Anda mungkin juga menyukai