Akhlak Baik Dan Buruk
Akhlak Baik Dan Buruk
Dosen Pengampu:
Dra. Darmaiza, M,ag
Disusun Oleh:
Kelompok 14
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Baik dan buruk
merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang. Kadang-kadang di suatu tempat, perbuatan itu dianggap salah atau
buruk. Hati manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal, perbuatan itu baik atau buruk
dan benar atau salah.
Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanya perbedaan
tolok ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbuatan tolok ukur tersebut
disebabkan karena adanya perbedaan agama, kepercayaan, cara berfikir, ideologi, lingkungan
hidup, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab,
atau good dalam bahasa Inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya,Munjid, mengatakan bahwa
yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Sementara itu,
dalam Webster’s New Twentieth Century Dictionary, dikatakan bahwa yang disebut baik
adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian,
dan seterusnya. Selanjutnya yang baik itu juga adalah sesuatu yang mempunyai nilai
kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan. Yang baik itu dapat juga
berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Dan yang disebut baik dapat pula berarti
sesuatu yang mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa secara umum yang disebut baik atau kebaikan adalah
sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku
manusia adalah baik, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan
disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkret.
Sedangkan pengertian buruk merupakan sesuatu yang tidak berharga, tidak berguna untuk
tujuan, apabila yang merugikan, atau yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah
“buruk”.
Pengertian baik dan buruk juga ada yang subyektif dan relatif, baik bagi seseorang
belum tentu baik bagi orang lain. Sesuatu itu baik bagi seseorang apabila hal ini sesuai dan
berguna untuk tujuannya. Hal yang sama adalah mungkin buruk bagi orang lain, karena hal
tersebut tidak akan berguna bagi tujuannya. Masing-masing orang mempunyai tujuannya
yang berbeda-beda, bahkan ada yang bertentangan, sehingga yang berharga untuk seseorang
atau untuk sesuatu golongan berbeda dengan yang berharga untuk orang atau golongan
lainnya.
Akan tetapi secara obyektif, walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini berbeda-
beda, sesungguhnya pada akhirnya semuanya mempunyai tujuan yang sama, sebagai tujuan
akhir tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia bahkan binatang pun mempunyai tujuan. Dan
tujuan akhir dari semuanya itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin bahagia. Tak ada
seorangpun dan sesuatupun yang tidak ingin bahagia.
Beberapa kutipan tersebut di atas tampak saling melengkapi dan dapat disimpulkan
bahwa di antara aliran-aliran filsafat yang memengaruhi dalam penentuan baik dan buruk ini
adalah aliran adat-istiadat (sosialisme), hedonisme, intuisisme (humanisme), utilitarianisme,
vitalisme, religiousisme, dan evolusisme.
Dengan merujuk kepada berbagai kutipan tersebut di atas beberapa aliran filsafat yang
memengaruhi pemikiran akhlak tersebut dapat dikemukakan secara ringkas sebagai berikut:
Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku
dan ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat.
Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang
menentang dan tidak mengikuti adat-istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum
secara adat.
Di dalam masyarakat kita jumpai adat-istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian,
makan, minum, bercakap-cakap, bertandang dan sebagainya. Orang yang mengikuti cara-cara
yang demikian itulah yang dianggap orang yang baik, dan orang yang menyalahinya adalah
orang yang buruk.
Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasarkan adat-istiadat ini dalam tinjauan
filsafat dikenal dengan istilah aliran sosialisme. Munculnya paham ini bertolak dari anggapan
karena masyarakat itu terdiri dari manusia, maka ada yang berpendapat bahwa masyarakatlah
yang menentukan baik buruknya tindakan manusia yang menjadi anggotanya. Lebih jelas lagi
apa yang lazim dianggap baik oleh masyarakat tertentu, itulah yang baik. Inilah yang kami
sebut ukuran sosialistis dalam etika.
Sifat dan corak baik buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat sebagaimana
disebutkan di atas adalah sesuai dengan sifat dari filsafat itu sendiri, yakni berubah, relatif
nisbi, dan tidak universal. Dengan demikian sifat baik atau buruk yang dihasilkan
berdasarkan pemikiran filsafat tersebut menjadi relatif dan nisbi pula, yakni baik dan buruk
yang dapat terus berubah. Sifat baik buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan
tersebut sifatnya objektif, lokal, dan temporal. Dan oleh karenanya nilai baik dan buruk itu
sifatnya relatif.
Untuk itu perlu ada suatu ketentuan baik dan buruk yang didasarkan pada nilai-nilai
yang universal. Uraian tersebut diatas sebagian ada yang menunjukkan keuniversalan, yaitu
penentuan baik dan buruk yang didasarkan pada pandangan intuisisme sebagaimana telah
diuraikan diatas. Namun demikian, bagaimanapun intuisi itu tetap saja tidak semutlak wahyu
yang datang dari Allah SWT.
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT, Al-Qur’an yang
dalam penjabarannya dilakukan oleh hadist Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dan
ajaran Islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuraikan
pada bagian terdahulu.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-
Qur’an dan al-Hadist. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun hadist dapat dijumpai berbagai
istilah yang mengacu kepada baik, dan adapula istilah yang mengacu kepada yang buruk.
Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-hasanah, thayyibah, khairah,
karimah, mahmudah, azizah, dan al-birr.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab,
atau good dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Arab, yang buruk itu dikenal dengan
istilah syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti yang
seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah standar, kurang dalam nilai, tak
mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat
diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yang berlaku.
3. Sifat baik atau buruk yang dihasilkan berdasarkan pemikiran filsafat tersebut menjadi
relatif dan nisbi pula, yakni baik dan buruk yang dapat terus berubah. Sifat baik buruk yang
dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya objektif, lokal, dan temporal. Dan
oleh karenanya nilai baik dan buruk itu sifatnya relatif.
4. Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-
Qur’an dan al-Hadist. Perbuatan yang dianggap baik dalam Islam adalah perbuatan yang
sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah, dan perbuatan yang buruk adalah
perbuatan yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah itu.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mengetahui Baik dan Buruk dalam
Pembelajaran Akhlak Tasawuf. Kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang sifatnya
membangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini kedepannya
DAFTAR PUSTAKA