Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di
dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena demensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial
dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah
yang berdampak pada penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang (Depkes,
2016).
Data Riskesdas (2013) menunjukan prevalensi ganggunan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Prevalensi gangguan jiwa berat di Jakarta mencapai
1,6% dari seluruh populasi yang ada sedangkan prevalensi gangguan mental emosional
pada penduduk umur lebih dari 15 tahun 57% mengalami gangguan mental emosional
(Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Islam Klender pada
bulan Februari sampai dengan April 2018 didapatkan sebanyak 81% pasien mengalami
halusinasi, 6% pasien mengalami prilaku kekerasan, 4% pasien mengalami isolasi sosial,
4% pasien mengalami waham 3% pasien mengalami demensia dan 2% pasien mengalami
harga diri rendah dari jumlah 234 pasien. Walaupun penderita harga diri rendah
berjumlah paling sedikit yaitu 7 orang dengan presentase 2% dari total jumlah 234. Keliat
menyatakan bahwa pasien dengan harga diri rendah akan mengakibatkan gangguan
interaksi sosial: menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusan maupun munculnya
prilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
(Suerni, 2016).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat,
2014). Salah satu terapi yang dapat mengembalikan kepercayaan diri pasien dengan harga
diri rendah adalah terapi melatih kemampuan positif. Sesuai dengan penelitian Utami
(2017) melatih kemampuan positif yang dimiliki pasien dapat meningkatkan percaya diri
pasien dan meningkatkan harga diri pasien.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui gambaran asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah sehingga mengambil judul
“Asuhan Keperawatan NN. C Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Di
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender”.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini yaitu mampu membuat asuhan keperawatan klien
dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah.
b. Penulis mampu mendiagnosis keperawatan berdasarkan data yang di peroleh untuk
mengatasi gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Merencanakan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah harga
diri rendah.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat dalam
mengatasi masalah gangguan konsep diri: harga diri rendah.
e. Mengevaluasi guna untuk mengetahui keberhasilan yang sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah di berikan

C. Manfaat Penulisan
1. Pasien
Meningkatkan kepercayaan diri pada pasien dengan harga diri rendah.
2. Perawat
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan sumber bacaan atau
reverensi dalam mengembangkan ilmu keperawatan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Nn. C
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Alamat : Pondok Kopi
Suku / bangsa : Betawi, Indonesia
Status perkawinan : Belum Kawin
No. RM : 00.33.70
Diagnosa Medis : Skizofrenia Residural

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. R
Umur :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pondok Kopi
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung

2. Alasan masuk
Mengamuk, teriak di depan rumah, melempar batu kepada anak tetangga dan tidak rutin
meminum obat dengan alasan malas dan bosan.

3. Faktor predisposisi
a. Klien menderita skizofrenia residural sejak 2001.
b. Klien tidak mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan dan kekerasan dalam
rumah tangga.
c. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti pasien.
d. Pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan adalah patah hati karena laki-
laki yang disukainya lebih memilih sahabatnya yang lebih cantik dan kurus. Klien
merasa dirinya tidak menarik karena gendut dan jelek.
Masalah keperawatan : Gangguan citra tubuh

4. Faktor Presipitasi
Klien di ejek oleh anak kecil yang sedang lewat di depan rumahnya, sehinga klien
berteriak dan merasa marah dengan melemparkan batu kepada anak kecil tersebut.
Faktor pencetus lainnya adalah karena klien putus obat.

5. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80 RR : 18 x/menit BB : 78 Kg
N :80 x/menit TB : 150 Cm

6. Psikososial
a. Genogram

Nn.C

Keterangan:
= laki-laki
= tinggal serumah
= perempuan
= klien

b. Konsep diri
1) Citra tubuh: klien tidak menyukai badan dan wajahnya
2) Identitas : klien adalah anak perempuan, anak ke 2 dari 2 bersaudara.
3) Peran : klien merasa tidak berguna karena tidak bisa apa-apa
4) Ideal diri : klien ingin menikah
5) Harga diri : klien merasa malu karena memiliki tubuh yang tidak ideal seperti
teman-temannya
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri: harga diri rendah, gangguan citra
tubuh
c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat: ibunya dan kakaknya
2) Peran serta dalam kegiatan keompok atau masyarakat.
3) Klien kurang bersosialisasi dalam kelompok masyarakat di daerahnya dan jarang
terlibat dengan kegiaan-kegiatan di masyarakat.
4) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
5) Klien kesulitan dalam berkomunkasi karena tidak bisa memulai pembicaraan.
Klien selama ini hanya diam, klien jarang memulai pembicaraan. Klien hanya
berbicara dengan orang lain jika ditanya
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien adalah seseorang yang beragama islam
2) Kegiatan ibadah
Klien jarang menjalankan ibadah

7. Status Mental
a. Penampilan
Pakaian klien rapih, rambut rapih, kondisi badan tidak bau.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
b. Pembicaraan
Nada bicara dan suara klien pelan, komunikasi non verbal dan verbal (jika “ya”
hanya mengangguk-angguk, jika “tidak” hanya menggeleng) dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan: kerusakan komunikasi verbal
c. Aktivitas motorik
Klien kelihatan lesu dan pasif dalam melakukan aktivitas motorik, semua ADL
diarahkan.
Masalah keperawatan: Intoleransi Aktvitas
d. Alam perasaan
Sikap klien malu, sedih dan putus asa terhadap kondisinya.
Masalah keperawatan: harga diri rendah
e. Afek
Afek klien datar, tidak bicara dan berinteraksi jika tidak ada yang mengajak bicara
Masalah keperawatan: kerusakan interkasi sosial
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien kurang atau jarang menatap lawan bicara. Jika
menatap hanya sekilas lalu menunduk dan melihat sekitarnya saat diajak berbicara
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
g. Proses pikir
Klien menjawab pertanyaan berbelit-belit walaupun pada akhrnya sampai pada
jawaban sebenarnya.
Masalah keperawatan: perubahan proses pikir.
h. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, tidak ada gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan
orang.
Masalah keperawatan: tidak ada
i. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dan jangka pendek.
Klien masih ingat penyebab masuk RSJ karena klien mengamuk, teriak di depan
rumah, melempar batu kepada anak tetangga dan tidak rutin meminum obat dengan
alasan malas dan bosan.
Masalah keperawatan: tidak ada
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat dikaji tingkat konsentrasi cukup baik, klien bisa berhitung berurutan dasi 1
sampai dengan 10, dan dapat berhitung mundur dengan baik mulai dari angka 10
sampai dengan 1.
Masalah keperawatan: tidak ada

k. Kemampuan penilaian
klien mengalami gangguan penilaian ringan dan tidak dapat mengambil keputusan
sendiri.
Masalah keperawatan: perubahan proses pikir
l. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Klien mampu menyiapkan makanan, membersihkan alat-alat makan, tanpa
bantuan.
2) BAK/ BAB
Klien mampu mengontrol untuk BAK/BAB di tempat WC.
3) Mandi
Klien secara mandiri dapat mandi dua kali sehari.
4) Berpakaian
Klien dapat mengenakan pakaian sendiri dengan rapi, menyisir rambut, dan
memakai sandal.
5) Istirahat tidur
Klien mengatakan istirahat tidurnya nyenyak, klien istirahat siang hari 2-3 jam,
malam 8-9 jam.
6) Penggunaan obat
Klien meminum obat sesuai dengan petunjuk dokter (frekuensi, jenis, dosis,
waktu, dan cara pemberian) secara rutin dengan bimbingan perawat.
7) Mekanisme koping
Klien mengatakan apabila klien memiliki masalah, klien sering memendamnya
(tidak mau menceritakan kepada orang lain) dan saat dilakukan pengkajian klien
tampak menyendiri
Masalah keperawatan: mekanisme koping tidak efektif
8) Masalah psikososial dan lingkungan
Selama di Rumah Sakit klien tidak mempunyai masalah dalam hubungan sesama
pasien

8. Terapi
- Clorpromazine
- Haloperidol
- Tryhexyphenidyl 
B. Analisa Data
No Data Maladaptif Problem
Ds: Harga diri rendah
- Klien mengatakan tidak bisa apa-apa suster,
- Klien mengatakan malu suster,
- Klien mengtakan tidak berguna,
- Klien mengatakan saya jelek, gendut suster
- Klien mengatakan tidak bisa suster
Do:
- Klien selalu berjalan menunduk,
- Klien menundukan kepalanya ketika diajak
berbicara,
- Kontak mata kurang,
- Berbicara lambat dengan nada suara yang lemah,
- Klien berbicara jika ada yang mengajak bicara,
- Postur tubuh menunduk, tampak takut membuat
kesalahan dari apa yang dilakukannya seperti
pada saat makan informan terlihat bingung dan
tidak mau memegang sendok
2. Ds: Isolasi sosial
- Klien mengatakan lebih suka menyendiri
- Klien mengatakan sulit bila memulai
pembicaraan
Do:
- Klien kesulitan dalam berkomunikasi dengan
teman
- Klien tidak bisa memulai pembicaraan
- Kontak mata klien kurang saat berkomunikasi

C. Daftar Masalah
a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Koping indifidu tidak efektif

D. Pohon Masalah

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: manarik diri
3. Koping individu tidak efektif

F. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa : Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah atau klien akan
meningkat harga dirinya setelah dilakukan 6 kali pertemuan.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan).
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
d) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
Rasional:
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya
Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis.
c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Rasional:
a) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, control diri
atau integritas, ego sebagai dasar asuhan keperawatan.
b) Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri
c) Pujian yang realistik tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya
karena ingin mendapatkan pujian
Kriteria evaluasi:
a) Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Klien membuat rencana kegiatan harian

3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan
Rasional:
a) Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah
prasarat untuk berubah
b) Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki dari motivasi untuk tetap
mempertahankan penggunannya
Kriteria evaluasi:
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan

4) Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Rasional:
a) Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
b) Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya
c) Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan
kegiatan.
Kriteria evaluasi:
Klien membuat rencana kegiatan harian

5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional:
a) Memberikan kesempatan pada klien untuk mandiri di rumah
b) Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.
c) Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan
Kriteria evaluasi:
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Rasional:
a) Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri
dirumah
b) Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam
mempercepat proses penyembuhan
c) Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah
Krieteria evaluasi:
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga

2. Isolasi sosial : Menarik diri


a. Tujuan Umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
teurapetik.
b) Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
c) Perkenalkan diri bengan sopan
d) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
e) Jelaskan tujuan pertemuan
f) Jujur dan menepati janji
g) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
h) Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
Rasional:
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hidupnya
Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menjawab salam, klien bersedia duduk berdampingan
dengan perawat atau mengutarakan masalah yang dihadapi

2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
a) Kaji pengetahuan klien
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang
menyebabkan klien tidak mau bergaul.
c) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional:
Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan presipitasi yang dialami klien
Kriteria evaluasi:
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri: diri sediri orang lain dan
lingkungan.

3) Klien dapat menyebutkan keuntungan beinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain.
Tindakan:
a) Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
b) Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain
c) Diskusikan dengan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
d) Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain
e) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang
lain
f) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain
g) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
h) Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Rasional:
Klien harus dicoba untuk berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina
hubungan yang sehat untuk orang lain
Kriteria evaluasi:
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

4) Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap


Tindakan:
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Bermain peran tentang cara berhubungan/berinteraksi dengan orang lain
c) Dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui tahap :
klien-perawat
klien-perawat-perawat lain
klien-perawat-perawat lain-klien lain
klien-keluarga/kelompok/masyarakat
d) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang dicapai
e) Bantu klien mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
f) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain
g) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
h) Beri penguatan positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya


Tindakan:
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan
orang lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
c) Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
a) Salam, perkenalkan diri
b) Jelaskan tujuan
c) Buat kontrak
f) Eksplorasi perasaan klien
7) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Tindakan:
a) Perilaku menarik diri
b) Penyebab perilaku menarik diri
c) Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
d) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
e) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam
berkomunikasi dengan orang lain
f) Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk Klien
minimal satu kali seminggu

G. Implementasi dan Evaluasi


Tgl/ No. S Implementasi Evaluasi
Wkt Dx P
21 1 1 Sp 1 P S:
Mei 1. Mengidentifikasi - klien mengatakan
2018 kemampuan dan aspek kemampuan dan aspek
15.00 positif yang dimiliki positif yang dimiliki seperti
pasien menggambar, bermain
2. Membantu pasien menilai basket, menyanyi, bermain
kemampuan pasien yang bulutangkis.
masih dapat digunakan - Klien mengatakan senang
3. Membantu pasien setelah melatih kemampuan
memilih kegiatan yang positif menggambar
akan dilatih sesuai dengan O:
kemampuan pasien - Nn.C mampu
4. Melatih pasien kegiatan mengidentifikasi
yang dipilih sesuai dengan kemampuan dan aspek
kemampuan positif yang dimiliki, menilai
5. Membimbing pasien kemampuan yang masih
memasukan dalam jadwal dapat digunakan, mampu
kegiatan harian memilih kegiatan yang akan
dilatih sesuai dengan
kemampuan, kontak mata
klien saat berbicara kurang,
klien banyak menunduk,
suara pasien pelan, klien
berbicara seperlunya
A:
SP1P Tercapai
P:
Perawat:
-Latih SP1P, lanjutkan SP2P
harga diri rendah kronik pada
pukul 16.00 di ruang
perawatan pasien
Klien:
-Motivasi klien untuk
melakukan latihan
menggambar sesuai jadwal
kegiatan pukul 16.00
22 1 1 SP2P S:
Mei 1. Memvalidasi -Klien mengatakan mau
2018 masalah dan latihan bernyanyi
16.00 2. Melatih kegiatan - klien mengatakan
pertama (atau senang setelah
selanjutnya yang benyanyi
dipilih sesuai O:
dengan -Klien canggung saat
kemampuan bernyanyi
pasien) -klien terlihat
3. Menganjurkan tersenyum setelah
pasien memasukan bernyanyi
dalam jadwal A:
kegiatan harian SP2P tercapai
P:
Perawat:
-Lanjutkan budaya
harga diri rendah
kronik pada pukul
16.00 di ruang
perawatan
Klien:
-Motivasi klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal kegiatan
harian, latihan
menyanyi pada pukul
10.00

23 1 1 SP2p S:
Mei 1. Memvalidasi - Klien mengatakan
2018 masalah latihan senang setelah
16.00 sebelumnya menggambar
2. Melatih - Klien mengatakan
kegiatan kedua akan mengajarkan
sesuai dengan keponakannya
kemampuan menggambar
klien O:
3. Menganjurkan -klien dapat
pasien melakukan kegiatan
memasukan menggambar dengan
dalam jadwal baik
kegiatan harian -klien terlihat
tersenyum ketika
hasil gambarnya
diberikan
reinforcement positif

A:
SP2P tercapai
P:
- Lanjutkan intervensi
untuk melakukan dan
mempraktekkan kegiatan
yang dipilih sesuai jadwal
yang telah dibuat
BAB III
NASKAH ROLE PLAY

Nn. C, 20 tahun, seorang mahasiswi jurusan sastra inggris di salah satu perguruan
tinggi negeri di kota lampung. Pada saat menginjak smester ketiga Nn.C menyimpan rasa
kepada teman satu jurusannya yaitu Tn.A. Nn. C sangat menyukai Tn.A. Nn.C menceritakan
seluruh perasaannya kepada sahabatnya Nn B. seiring berjalannya waktu ternyata Nn.B juga
jatuh hati kepada Tn.B singkat cerita Nn.B dan Tn.B ternyata telah memadu kasih (pacaran).
Nn.C sangat sedih sekali mendengar kabar ini, ia mengurung dirinya dikamar
bermingu-minggu lamanya yang membuat ia semakin sedih adalah Tn. A memilih
sahabatnya karena Nn.B lebih cantik, lebih langsing, lebih pintar darinya. Tn.A tidak
menyukainya dengan alasan fisiknya gendut dan jelek. Nn.C merasa sedih sekali, merasa
malu dengan badannya, merasa tidak bisa apa-apa. Semakin hari keadaannya semakin parah,
tidak mau berkomunikasi dengan siapapun, ia juga terkena anorexsia karena terobsesi dengan
tubuh yang langsing. Akhirnya kakak dan ibu Nn.C menjemputnya untuk pulang ke Jakarta.
Di rumah, ia semakin menarik dirinya. Nn.C tidak mau makan, berbicara dengan nada suara
yang lemah, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, penolakan terhadap
kemampuan diri. Melihat kondisi Nn.C semakin buruk, keluarga membawanya kerumah sakit
Dr. Marzoeki Mahdi Bogor pada tahun 2001. Dua minggu kemudian Nn.C. Keluar dari
Rumah sakit, Nn.C dapat melanjutkan aktivitasnya dikampus dan menjalani rawat jalan di
RSJ Dr. Marzoeki Mahdi Bogor. Beberapa tahun kemudian anorexia yang ia idap perlahan
menghilang. Ia tidak terobsesi lagi dengan badan yang kurus,
Lima tahun kemudian akhirnya Nn.c kembali menarik dirinya dan dibawa keluarga ke
Rumah Sakit Jiwa Islam Klender. Sejak saat itu setiap tahunnya Nn.C keluar masuk rumah
sakit sampai dengan saat ini 2018.
Suatu saat ketika sedang bermain di depan rumahnya lewatlah segerombolah anak kecil
yang meledekinya dengan orang gila-orang gila. Sontak Nn.C melempari anak tersebut
dengan sebuah batu yang mengenai kepala salah satu anak dari gerombolan yang
meledekinya. Akhirnya pihak keluarga membawa Nn.C kerumah sakit jiwa agar tidak
meresahkan warga sekitar..
Beberapa hari kemudian…
Perawat A menghampiri Nn.C
A : Assalamualaikum. Selamat sore. Saya suster A, saya senang dipanggil suster A.
Saya perawat yang bertugas dari pukul 14.00-20.00 malam nanti. Boleh saya tau
nama kakak siapa? (tersenyum, mengulurkan tangannya)
C : Duh, saya ga tau suster saya ga bisa suster, saya ga bisa apa-apa suster (mimik muka
bingung)
A : kakak pasti bisa.., nama kakak siapa? ( tersenyum, menjulurkan tangan)
C : (Menjulurkan tangan) Nama Saya Nn.C suster, duhhh saya salah ya suster. Saya
gabisa suster, saya bodoh suster, saya malu suster (sambil menutup mulutnya)
A : kakak bener kok, kakak hebat bisa memperkenalkan nama. kakak senang di panggil
Siapa?
C : saya senang dipanggil C
A : Apa yang menyebabkan C di bawa kesini? Apakah C maih mengingatnya?
C : saya ngamuk suster. Suster maafin saya ya
A : maaf untuk apa, C tidak salah
C : kali aja saya buat suster kesel
A : Suster ga kesel kok sama C (tersenyum). Suster lihat C tidak pernah keluar kamar.
C : Iya suster
A : Apa yang membuat C tidak mau keluar kamar dan tidak mau mengobrol dengan
teman-teman yang lain?
C : ga papa suster
A : C tidak bosan? C mau tidak kita keluar kamar ke depan ruang tv?
C : (Menggelengkan kepala)
A : yasudah kalau begitu. Kita mengobrol di sini saja. C mau ngobrol dengan suster?
C : (menganggukan kepala)
A : ok kalo begitu, C maunya kita ngobrol berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?
C : (menganggukan kepala)
A : kita ngobrolin tentang apa ya? Bagaimana kalau kita membicarakan tentang alasan
C tidak mau bergaul dengan orang lain dan terus menyendiri saja di kamar?
C : (diam tanpa merespon apapun )
A : Apa yang dirasakan C saat ini?
C : Saya malu suster
A : malu kenapa?
C : saya ga bisa apa-apa suster, saya hanya bisa nyusahin aja.
A : Semua wanita diciptakan Allah cantik C tidak ada yang jelek.
C : (Tersenyum)
A : C hobinya apa?
C : (Menggeleng)
A : Suster yakin C pasti memilikinya
C : (Mengangguk)
A : Nah, apa saja? Coba ceritakan ke suster.
C : saya suka menggambar suster,
A : Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya. Apalagi kegiatan yang C suka?
C : Saya suka main basket suster
A : Bagus, apa lagi?
C : Saya suka bernyanyi, saya juga masak suster, oiya saya suka main badminton dan
bermain game di computer suster
A : Bagus, apa lagi yang C suka?
C : Udah suster
A : Wah, Bagus sekali ada lima kemampuan yang C miliki, dari lima kemampuan yang
dimiliki mana yang masih bisa dilakukan dirumah sakit? Coba kita lihat yang
pertama, menggambar apakah bisa dilakukan di rumah sakit?
C : Bisa suster
A : Yang kedua bermain baseket, apakah bisa dialkukan dirumah sakit?
C : Engga bisa suster, tidak ada lapangan basket disini.
A : Kalau yang ketiga, bernyanyi. Apakah bisa dilakukan di rumah sakit?
C : Bisa suster
A : Yang keempat bermain badminton, apakah bisa dilakukan di rumah sakit?
C : tidak bisa suster
A : Yang terakhir nih, bermain game di computer apakah bisa dilakukan dirumah sakit?
C : ga bisa suster, ga ada computer disini
A : Sekarang coba C pilih salah satu kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit
C : Menggambar suster
A : Bagus sekali, bagaimana kalau kita latih kemampuan C dalam meggambar. C pernah
menggambar selama di rumah sakit?
C : (menggeleng)
A : Kalau begitu bagaimana sekarang kita latih kemampuan menggambar C?
C : (mengangguk)
A : Suster ambil terlebih dahulu alat menggambarnya ya.. (mengambil alat
menggambar) ini suster membawa kertas dan spidol untuk anabele latihan
menggambar. Kita mulai ya latihannya
C : Saya ga bisa suster, gambar saya jelek suster, suster aja yang gambar
A : C pasti bisa
C : ga bisa suster…. Sayamah ga bisa apa-apa.
A : C pasti bisa menggambar suster yakin.
C : Tapi gambar saya jelek suster saya malu
A : Gambar C bagus kok, C mau menggambar apa?
C : Mamah suster
A : C ingin menggambar mamah?
C : Iya suster
A : Kalau begitu C bisa memulainya dari gambar kepala
C : (Menggambar kepala)
A : Wah, bagus sekali gambarnya, kalau begitu C bisa melanjutkan ke gambar badannya
C : (melanjutkan menggambar badan) suster badannya udah jadi suster. Gambar C jelek
Suster
A : Gambar C bagus sekali, suster tidak bisa menggambar seperti itu
C : Suster bohong, gambar saya jelek suster
A : Gambar C bagus sekali, sebentar suster mau tanya teman suster. Suster B, menurut
suster B gambarnya C seperti apa
B : Ini gambarnya C? Wah bagus sekali gambarnya C. Cantik sekali gambarnya. Yang
C gambar ini sipa kalau suster boleh tau?
C : Itu mama C suster
B : Cantik sekali gambarnya pasti mamah C juga cantik sekali.
C : Gambar C Bagus ya suster? (sambil tersenyum)
A : Iya gambarnya C bagus dan cantik. Nah sekarang kita sudah selesai menggambar.
Setelah kita bercakap-cakap dan latihan menggambar bagaimana perasaan C
sekarang?
C : Senang suster, ternyata saya bisa menggambar suster
A : Ternyata masih banyak kemampuan C yang bisa dilakukan di rumah sakit ini yang
sudah C peraktikan dengan baik tadi salahs atunya. Bagaimana kalau kita masukan
kegiatan ini ke dalam jadwal harian Anabele. Anabele mau menggambar dilakukan
pada jam berapa?
C : Sore aja suster jam 16.00 sore suster
A : Bagus sekali, berarti setiap jam 16.00 sore ya C melatih kegiatan menggambar.
Mulai kapan kegiatan menggambar akan C lakukan?
C : Besok aja suster
A : Baiklah kalau begitu berarti mulai besok sore, jam 16.00 C akan berlatih
menggambar
dengan suster ya. Kalau begitu besok kita bertemu jam 16.00 ya tempat latihannya
C mau dimana?
C : Disini aja sus
A : Ok, besok kita jam 16.00 berlatih menggambar di kamar ya
C : Iya sus
A : Kalau begitu saya pamit dulu, assalamualaikum
C : Waalaikumsallam
Keesokan harinya suster A menghampiri C tepat waktu yaitu pukul 14.00
A : Assalamualaikum, apa kabar C? masih ingat dengan saya?
C : (tidak menjawab, wajah cemberut)
A : C kenapa? Apa yang C rasakan hari ini?
C : Saya sedih suster, saya kangen mamah. Saya mau pulang
A : Sabar ya C, disinikan C sedang berikhtiar untuk sembuh. Nanti kalau C sudah
sembuh
dibolehkan pulang
C : Begitu ya suster (wajah sedih)
A : Kalau begitu bagaimana kalau kita berlatih menggambar sekarang agar sedihnya
berkurang?
C : (Menggelengkan kepala)
A : C masih merasa sedih ya? (memeluk C) sabar ya C (menenangkan C)
C Sudah tenang
A : Kalau C tidak ingin menggambar bagimana kalau kita sekarang melatih kemampuan
C yang kedua yaitu menyanyi?
C : (Menggangguk)
A : C ingin bernyanyi lagu apa?
C : Bingung suster, saya ga bisa suster
A : C pasti bisa
C : Ga bisa suster
A : Biasanya kalo dirumah C nyanyi lagu apa?
C : Lagu pudar suster
A : Yuk coba kita menyanyi
Suster A dan Nn.C bernyanyi lagu pudar
A : Wah, suara C merdu sekali
C : suara saya jelek suster
A : bagus kok C
C : (Tersenyum)
A : Bagaimana perasaan C setelah kita berlatih bernyanyi?
C : Bahagia suster, hati jadi plong
A : Baguslah kalau begitu. Bernyanyi ini kita masukan kedalam jadwal laihan ya. Boleh
suster pinjam jadwalnya harian C? C maunya jam berapa kalau bernyanyi?
C : Pagi aja suster, jam 10
A : Baiklah, kalau begitu setiap jam 10 pagi C berlatih menyanyi ya (mencatat di jadwal
harian)
C : iya suster.
A : untuk besok, C mau latihan menggambar?
C : Iya suster
A : Kalau begitu besok kita latihan menggambar ya jam 16.00 di mana kita mau latihan?
C : Disini aja suster
A : Ok, kalaubegitu besok kita bertemu jam 16.00 di kamar ya untuk latihan
menggambar
C : Iya suster
A : Kalau begitu suster pamit ya C, assalamualaikum
Keesokan harinya
A : Assalamualaikum, C apa kabar? Masih ingat dengan saya?
C : Waalaikum sallam, baik suster, masih suster, suster A kan?
A : Wah hebat sekali C udah hafal nama suster. Hari Ini kita akan berlatih menggambar.
Hari ini C ingin menggambar apa?
C : Ga bisa suster
A : C pasti bisa, dua hari yang lalu C dapat menggambar dengan baik, suster yakin C
pasti
bisa
C : Ga bisa suster
A : Ayo suster bombing. C pasti bisa. C ingin menggambar apa?
C : Rumah suster
A : wah, mau gambar rumah ya, yasudah sekarang boleh mulai
C : (Mulai manggambar, setelah gambarnya hampir jadi C mengatakan) duh saya ga
bisa
suster
A : Itu gambarnya sudah hampir jadi kok, C pasti bisa. Gambar C juga bagus sekali
C : (C melanjutkan menggambar) sudah selesai suster
A : Cantik sekali gambarnya
C : Ah jelek suster
A : ini bagus sekali gambarya, bleh suster minta? Suster mau pajang gambar C di kamar
suster, soalnya gambarnya bagua sekali. Boleh buat suster gambarnya?
C : (Mengangguk sambil tersenyum)
A : C bagaimana perasaannya setelah kita berlatih menggambar lagi?
C : senang suster, nanti di rumah saya mau mengajarkan ponakan saya menggambar
suster.
A : Bagus sekali C sudah mau mengajarkan ponakannya untuk menggambar, nanti kalau
sudah di rumah terus berlatih ya C
C : Iya sus saya akan berlatih
A : Kalau begitu suster pamit dulu ya mau ke ruang perawat, assalamualaikum
C : Waalaikumsallam

Tiga hari setelahnya C diizinkan untuk pulang, C mengatakan akan mengajarkan


ponakannya menggambar di rumah.
Tamat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nn. C, 38 Tahun dengan diagnosa medis skizofrenia residural. Alasan masuk rumah
sakit karena mengamuk, teriak di depan rumah, melempar batu kepada anak tetangga dan
tidak rutin meminum obat dengan alasan malas dan bosan. Faktor predisposisi klien adalah
pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan adalah patah hati karena laki-laki
yang disukainya lebih memilih sahabatnya yang lebih cantik dan kurus. Klien merasa
dirinya tidak menarik karena gendut dan jelek. Faktor Presipitasi adalah klien di ejek oleh
anak kecil yang sedang lewat di depan rumahnya, sehinga klien berteriak dan merasa
marah dengan melemparkan batu kepada anak kecil tersebut. Faktor pencetus lainnya
adalah karena klien putus obat. Diagnosa keperawatan yang terdapat pada klien adalah
gangguan konsep diri: harga diri rendah, isolasi sosial: manarik diri, koping individu tidak
efektif. Implementasi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan harga
dirinya dengan dilatih kegiatan positif yang dapat dilakukan yaitu dengan menggambar
dan bernyanyi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai