Anda di halaman 1dari 4

Dari beberapa pendapat di atas, sudah cukup jelas bahwa memegang tongkat saat

berkhutbah tidaklah sebuah bid’ah, serta bukan juga sebuah kewajiban, melainkah
hanya sebuah kesunahan.

Lalu untuk apa memegang tongkat saat berkhutbah, serta apa tujuannya?

Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin menjelaskan bahwa tujuan memegang


tongkat adalah agar khatib tersebut tidak memainkan tangannya saat berkhutbah.

ْ‫ِت َي ِم ْي ًنا َوالَشِ َماالً َو ُي ْش ِغ ُل َي َد ْي ِه ِب َقائ ِِم ال َّسيْفِ أَ ْو ال ُع ْن َز ِة َوال ِم ْن َب ِر َكي‬ ِّ


ِ ‫َفإِ َذا َف َر َغ الم َُؤ ّذنُ َقا َم ُم ْق ِبالً َعلَى ال َّن‬
ُ ‫اس ِب َوجْ ِه ِه الَ َي ْل َتف‬
َ ‫ض َع إِحْ َدا ُه َما َعلَى‬
‫اآلخر‬ َ ‫ث ِب ِه َما أَ ْو َي‬ َ ‫الَ َيعْ َب‬

“Apabila muadzin telah selesai (adzan), maka khatib berdiri menghadap jama’ ah dengan
wajahnya. Tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan kedua tangannya memegang
pedang yang ditegakkan atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya memegang)
mimbar. Supaya dia tidak mempermainkan kedua tangannya. (Kalau tidak begitu) atau
dia menyatukan tangan yang satu dengan yang lain.”

Dari penjelasan al-Ghazali ini, bisa disimpulkan bahwa selayaknya seorang khatib harus
tetap fokus saat menyampaikan khutbahnya, tidak boleh menoleh kekanan dan kekiri
serta tidak diperkenankan memainkan tangannya. Dan tongkat adalah salah satu media
agar seorang khotin tetap fokus dan tidak memainkan tangannya.

Mohon penjelasannya tadz terkait hukum menggunakan tongkat ketika


khutbah jumat..?

Jawab:

Ulama berbeda pendapat tentang hukum menggunakan tongkat ketika


berkhutbah. Sebagian menganjurkan, dan sebagian menilainya makruh. Itu
artinya, perbedaan dalam masalah tongkat ketika khutbah adalah perbedaan
ijtihadi. Sehingga penting bagi kita untuk mengedepankan sikap saling
menghargai, dan tidak menyudutkan.

4. Apakah khutbah Jumat harus dalam bahasa Arab?

Jawab: Khutbah Jumat tidak harus menggunakan bahasa Arab jika memang para
hadirin adalah orang-orang yang tidak memahami pembicaraan dalam bahasa
ٍ ‫َما أَرْ َس ْل َنا مِنْ َرس‬
ِ ‫ُول إِاَّل ِبلِ َس‬
Arab. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman : ‫ان َق ْو ِم ِه لِ ُي َبي َ=ِّن لَ ُه ْم‬
“Tidaklah kami mengutus Rasul kecuali dengan menggunakan bahasa kaumnya
untuk menjelaskan kepada mereka” (Q.S Ibrahim:4)
5. Seseorang yang baru datang pada saat Imam sudah naik ke atas mimbar,
apa yang seharusnya dia lakukan?
Jawab: ‫“ إِ َذا َجا َء أَ َح ُد ُك ْم يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َواإْل ِ َما ُم يَ ْخطُبُ فَ ْليَرْ َك ْع َر ْك َعتَ ْي ِن َو ْليَتَ َجو َّْز فِي ِه َما‬Jika datang
seseorang pada hari Jumat, sedangkan Imam sedang berkhutbah, maka hendaknya
dia sholat 2 rokaat dan meringkasnya” (H.R Muslim)
Apabila seorang datang pada saat adzan dikumandangkan, maka ia harus
segera melaksanakan Shalat Tahiyatul Masjid (tidak menunggu adzan selesai),
kemudian mendengarkan khutbah. Karena menjawab adzan adalah sunnah,
sedangkan mendengarkan khutbah adalah wa 
Apabila seorang masuk masjid dan imam sedang berkhutbah, maka ia tetap
disyari‟atkan untuk untuk melakukan Shalat Tahiyatul Masjid dengan ringkas.
Sebagaimana diriwayatkan dari Jabir bin „Abdillah  ia berkata, Rasulullah
a bersabda;  
”Jika salah seorang diantara kalian datang (ke masjid) pada  Hari Jum’at dan
imam sedang berkhutbah, maka hendaklah ia Shalat (Tahiyatul Masjid) dua
raka’at dengan ringkas.”(HR. Muslim Juz 2 : 875)
Apabila khatib datang ke masjid setelah matahari tergelincir (khutbah hampir
dimulai), maka ia langsung naik ke mimbar dan berkhutbah, tanpa didahului
dengan Shalat Tahiyatul Masjid terlebih dahulu. Ini adalah pendapat Syaikh
Muhammad  bin Shalih Al-‟Utsaimin t iperbolehkan berbicara  –  jika ada
kemaslahatan-; ketika khutbah belum dimulai, ketika khatib sedang duduk
diantara dua khutbah (ketika khatib diam), atau setelah khutbah selesai. Ini adalah
pendapat Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‟Abdullah Al-Fauzan
Diperbolehkan berisyarat tanpa berbicara, ketika sedang khatib
berkhutbah. Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin t;
”Boleh memperingatkan mereka (yang berbicara ketika imam  berkhutbah)
dengan meletakkan tangan anda diatas kedua bibir, sebagai isyarat kepada meraka
untuk melarang mereka  berbicara saat khatib berkhutbah tanpa anda harus kepada
mereka.
Dan termasuk perkara yang tidak diragukan bahwa khutbah secara bebas (tidak
membaca teks materi) adalah lebih sempurna, lebih nyaman didengar, lebih
berpengaruh, dan lebih mengetuk hati manusia. Oleh karenanya, para ulama
mengatakan bahwa seorang yang berkhutbah tanpa membaca teks (materinya) adalah
pertanda bahwa dia benar-benar siap, menguasai materi khutbahnya, dan mengerti
tentang agama. (Lihat asy-Syamil fi Fiqh al-Khathib wal Khuthbah halaman 103-106).1

Berkhutbah dengan bertumpu pada tongkat, adalah perkara asing menurut


sebagian orang. Sehingga karena ketidaktahuan dan memandangannya sebagai hal
yang asing, membawanya tergesa dalam menilai, bahwa tindakan tersebut adalah
bid’ah.
Atau sebagian yang lain memandang, memegang tongkat saat khutbah adalah
suatu keharusan. Tidak sah khutbah tanpanya.
Benarlah pepatah arab yang menyatakan,
‫االنسان عدو لما جهل‬
Manusia itu musuh untuk sesuatu yang belum dia ketahui.
Bila kita pelajari penjelasan para ulama terkait masalah ini, ternyata mereka
berbeda pendapat. Namun dari pendapat yang ada, tak ada satupun yang
berpandangan bid’ah atau menyatakan wajib. Artinya, permasalahan ini
adalah masalah ijtihadi, yang sepatutnya kita saling menghargai dan
berlapang dada.
Pendapat pertama, disunahkan membawa tongkat saat khutbah.
Pendapat ini dipegang oleh mayoritas ulama (jumhur), Malikiyah, Syafi’iyyah dan
Hanabilah.
Imam Malik menyatakan,
‫ أن يخطبوا يوم الجمعة ومعهم العصي يتوكؤون عليها في قيامهم‬، ‫وذلك مما يستحب لألئمة أصحاب المنابر‬
Diantara hal yang dianjurkan bagi para khotib adalah, membawa tongkat saat
berkhutbah jumat. Untuk bertumpu di saat mereka berdiri. (Al-Mudawwanah Al-
Kubra 1/232)
Demikian pula Imam Syafi’i berpandangan senada,
َّ ‫أحب لكل من خطب – أ‬
‫ي خطبة كانت – أن يعتمد على شيء‬
Saya suka (menganjurkan) para khotib -khutbah apapun itu- untuk bertumpu pada
sesuatu. (Al-Umm 1/396).
Dari ulama mazhab hambali, Al-Buhuti menyatakan
‫ويسن أن يعتمد على سيف أو قوس أو عصا بإحدى يديه‬
Disunahkan bertumpu pada pedang, busur panah atau tongkat (saat berkhutbah)
dengan salahsatu tangan. (Kasyaf Al-Qona’ 2/36).
Mereka berdalil dengan beberapa hadis, diantaranya adalah hadis dari Fatimah
bintu Qais Radhiyallahu ‘anha: bahwa beliau pernah menghadiri khutbah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid Nabawi, saat menyampaikan berita
tentang Dajjal yang diceritakan oleh Tamim ad-Dari.
Fatimah mengatakan,
‫ َوه َُو‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ ُ ‫ فَ َس ِمع‬،‫ت فِى الصَّفِّ ْال ُمقَ َّد ِم ِمنَ النِّ َسا ِء َوه َُو يَلِى ْال ُم َؤ َّخ َر ِمنَ ال ِّر َجال‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬ ُ ‫فَ ُك ْن‬
َ َ ْ َ َّ َ ُ ْ َ َّ َ
َ ‫ َوأ ْه َوى بِ ِمخ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ فَ َكأن َما أنظ ُر إِلى النبِ ِّى‬.… ُ‫َعلى ال ِمنبَ ِر يَخطب‬
ِ ْ‫ص َرتِ ِه إِلى األر‬
‫ض‬ ُ ْ ْ ْ َ

Saya berada di shaf terdepan dari barisan wanita, belakang shaf terahir dari
barisan shaf lelaki. Saya mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkhutbah atas mimbar… saya melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengarahkan tongkat beliau ke tanah. (HR. Muslim).
Pendapat kedua, makruh membawa tongkat saat khutbah.
Inilah yang dipilih oleh mazhab Hanafi. Sebagaimana dinyatakan dalam Fatawa
Al-Hindiyyah (1/148),
‫ويكره أن يخطب متكئا على قوس أو عصا‬..
Makruh hukumnya berkhutbah serambi bertumpu pada busur panah atau tongkat.
Kesimpulan:
Bertumpu pada tongkat saat khutbah, bukanlah perkara bid’ah, bukan pula syarat
sah khutbah atau suatu keharusan.
Pendapat yang tepat –wal’ilmu ‘indallah– adalah pendapat mayoritas ulama, yang
menyatakan bahwa membawa tongkat saat khutbah adalah sunah. Karena kuatnya
dalil yang mendukung pendapat ini. Bahkan tiga khalifah setelah Rasulullah
shallallahualaihiwasallam (khulafa’ ar-rasyidin); yakni Abu Bakar, Umar bin
Khatab dan Utsman bin Affan, membawa tongkat yang biasa Nabi bawa saat
berkhutbah, dalam khutbah-khutbah mereka. Seperti diceritakan Ibnul Qayyim,

Anda mungkin juga menyukai