Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

MODUL III
ABRSORPSI OBAT PER ORAL SECARA IN VITRO

REFANI ADHADIAN
NPM 12171014
3 FARMASI 5

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
MODUL III
ABRSORPSI OBAT PER ORAL SECARA IN VITRO

I. TUJUAN
Memahami pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in
vitro.

II. PRINSIP
a. Absorpsi
Memasukan molekul-molekul obat kedalam tubuh atau menuju ke peredaran darah
tubuh setelah melewati sawar biologi.
b. Derajat ionisasi
Perbandingan jumlah mol zat yang terionisasi dengan jumlah mol zat mula mula.
c. Kecepatan transport obat
Permeabilitas membrane biologi terhadap suatu obat digambarkan oleh koefisien
partisi yang mempunyai hubungan linear dengan kecepatan transport.

III. TEORI DASAR


Absorbsi obat berkaitan dengan mekanisme input obat ke dalam tubuh dan ke
dalam jaringan atau organ di dalam tubuh. Disposisi dapat dibedakan menjadi distribusi
dan eliminasi. Setelah obat memasuki sirkulasi sistemik obat didistribusikan ke jaringan
tubuh. Penetrasi obat ke dalam jaringan bergantung pada laju aliran darah ke jaringan,
karakteristik pasrisi antara darah dan jaringan tercapai (Sinko, 2012).
Pada obat yang diberikan secara peroral absorbs obat dapat terjadi pada saluran
cerna. Jadi saluran cerna memegang peranan penting terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan laju dan keberadaan absorbs obat. Faktor-faktor tersebut
diantaranya:
1. Sawar membrane saluran cerna
2. pH saluran cerna
3. kestabilan obat dalam saluran cerna.
4. Interaksi obat dan kompleksasi
Bila diasumsikan bahwa dalam saluran cerna tidak ada yang menghalangi
absorbsi setelah obat berada dalam keadaan terlarut, maka obat (molekul) harus kontak
dengan saluran cerna kalau obat itu telah terdifusi dari cairan salran cerna ke permukaan
membran (Syukri, 2002).
Disolusi dan absorbsi obat dalam saluran cerna tidak sederhana karena pH
cairan bulk bisa berbeda secara bermakna dari pH lapisan stationer di sekeliling
partikel-partikel obat. Pengisi, pengikat dan zat penambah lainnya dalam bentuk sediaan
bisa juga dipengaruhi oleh pH. pH partisi absorbsi obat dari saluran cerna bisa
dipengaruhi oleh pH cairan dan pKa obat tersebut tapi prinsip ini juga harus dilihat
dengan beberapa hal yang harus diperhatikan seperti setelah diterangkan sebelumnya.
Faktor-faktor lain seperti:
o Tempat absorbsi spesifik dan luas permukaan dari berbagai daerah saluran
cerna mungkin sama pentingnya atau lebih penting dari pertimbangan
asam basa.
o Usus halus mempunyai luas permukaan untuk absorbsi yang jauh lebih
besar diabsorbsi di sana tanpa melihat pertimbangan pH atau pKa (martin,
1993).
Sebagian besar obat merupakan asam atau basa organic lemah. Ansorbsi obat
dipengaruhi oleh derajat ionasasinya pada waktu zat tersebut berhadapan dengan
membrane-membran sel lebih permeable terhadap bentuk obat yang tidak terionkan
daripada bentuk terionkan. Derajat ionisasi tergantung pada pH larutan dan pKa
(Anonim, 2012).

IV. ALAT BAHAN


Alat :
 Tabung Crane and wilson
 Water bath
 Tabung gas oksigen
 Selang silikon
 Spektrofotometer UV-VIS
 Timbangan analitik
 Peralatan bedah
 Alat alat gelas yang biasa di pakai di labolatorium
Bahan :
 Paracetamol
 Kh2PO4
 NaOH
 HCl
 NaCl
 Asam Sulfamat
 NaNO2
 Kertas lensa
Hewan :
 Tikus jantan putih

V. PROSEDUR KERJA

A.Petunjuk umum

1. Lakukan percobaan paracetamol per oral secara incitro menggunakan alat Tabung Crane
and Wilson yang telah dimodifikasi (seperti pada gambar)
2. Masukan usus yang telah dibalik.
3. Percobaan dilakukan dalam 2 kondisi pH cairan mucosal yang berbeda yaitu
menggunakan cairan lambung buatan (CLB) yang mempunyai pH 1,2 dan cairan usus
buatan (CUB) yang mempunyai pH 7,4.
4. Penetapan kadar menggunakan metode kolorimetri.
B. Petunjuk khusus
1. Pembuatan cairan mucosal dan serosal :
 Cairan mucosal dibuat untuk menggambarkan cairan saluran cerna (sesuai dengan
Famaramkope IV)
Pembuatan CUB :
Melarutkan 0,8 gram kalium hydrogen fospat dalam 250 ml air suling dengan 190ml
larutan NaOH 0,2 N yang telah diencerkan hingga 400 ml lalu atur sampai ph 7,6
dengan penambahan NaOH 0,3 N dan dicukupkan dengan air air suling hingga 1 liter.
Pembutan CLB :
Melarutkan 2 gram NaCl dalam 7 ml HCl 0,1 N tambahkan air suling hingga 1 liter
dan ukur ph 1,25
 Cairan serosal dibuat untuk menggambarkan cairan darah. Dalam percobaan ini
digunakan NaCl 0,9% (b/v) yang isotonis dengan cairan darah atau dapat langsung
menggunakan cairan infus.
2. Pembuatan larutan paracetamol dalam CUB dan CLB : dengan melarutkan sebanyak
masing – masing 500mg paracetamol dalam masing – masing 100ml CUB dan CLB.
3. Pembuatan pereaksi warna : dengan membuat larutan HCl 6N, NaNo2 10%, asam
amidosulfinat 15%, dan NaOH 10% masing – masing 100ml
4. Pembuatan kurva kalibrasi CUB dan CLB :
 Buat dua larutan induk paracetamol 1000bpj dalam larutan CUB dan CLB
sebanyak 50ml.
 Buat 2x6 larutan dengan seri konsentrasi yaitu 20,40,60,80.100. 120 bpj
sebanyak 10ml yang diencerkan dari larutan induk (gunakan pelarut CLB dan
CUB untuk mengencerkannya)
 Ambil masing – masing 1ml dan masukan dalam masing – masing ke dalam
tabung rekasi dan diberi label.
 Tambahkan pereaksi warna ke dalam masing – masing tabung reaksi tersebut :
tambahkan 0.5ml HCl 6N dan 1ml NaNO2 10% campur dan diamkan selama 5
menit. Tambahkan dengan perlahan 1ml asam amidosulfonat 15% dan kemudian
2,5ml NaOH 10% kemudian diamkan 3 menit sambal direndam dalam air es.
5. Ukur absorbansi masing – masing 2x6 larutan tersebut pada Panjang gelombang
serapan maksimumnyayaitu 435nm.
6. Penyiapan usus halus tikus bagian ileum yang terbalik ;
 Gunakan tikus putih jantan, puasakan 20-24 jam dengan tetap memberinya
minum.
 Bunuh tikus dengan menggunakan eter atau dengan cara lain
 Bedah perut tikus disepanjang kinea mediana dan keluarkan usus tikus
sepanjang 20cm dibawahnya untuk percobaan.
 Balikan usus tikus hingga bagian dalam menjadi diluar dan bagian luar
menjadi didalam.
 Rendam usus tikus yang telah dibalik dalam larutan NaCl fisiologis 0,9%
7. Percobaan absorbsi obat
 Isis waterbat dengan air kran dan atur suhu 37 derajat
 Gunakan 2 Tabung Crene and Wilson
 Pasang dua usus tikus yang sudah dibalik yang panjang nya sama dengan
kanula bagian tengah dari masing – masing dua tabung.
 Ikat masing – masing kedua ujung usus tikus dengan hati hati jangan sampai
usus putus atau
8. Masukan cairan serosal kedalam kanula tengah dan pastikan cairan serosal masuk ke
dalam usus dan pastikan tidak bocor.
9. Setelah dipastikan cairan serosal tidak bocorletakan kanula pada Tabung Crene and
Wilson yang sebelumnya telah diisi cairan mucosal CUB dan CLB yang mengandung
paracetamol sebanyak 100ml dan telah terpasang di waterbath suhu 37 derajat.
10. Aliri kanula pinggir dengan oksigen melalui selang silicon atur kecepatan gelembung
agar sama antara tabung 1 dan 2
11. Pantau usus agar selama percobaan terendam cairan mucosal
12. Ambil sampel sebanyak 1ml dan masukan ke dalam tabung reaksi
13. Tambahkan pereaksi warna ke dalamnya seperti prosedur sebelumya
14. Ukur absorban pada sampel pada 435nm

15. Buat grafik hubungan Qb (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X) dan untuk kedua
kondisi percobaan dalam satu grafik sehingga didapat dua garis.
16. Buat persamaan regresi linier antara Qb (sebagai Y) dan waktu (sebagai X) untuk dua
kondisi percobaan sehingga didapat dua persamaan y = bx + a.
17. Dari persamaan tersebut, hitunglah :
 Tetapan absorpsi / K (tetapan absorpsi adalah nilai B dari persamaan)
 Tetapan permeabilitas/ Prn (Prn = B/konsentrasi paracetamol dalam cairan
mucosal)
 Lag time (X) untuk kedua kondisi percobaan dengan memasukan nilai y = 0

IV. DATA PERCOBAAN


a) Nama bahan obat : Paracetamol
b) Cairan serosal : 3,4ml
c) Medium cairan mucosal : Cairan usus buatan pH 7,5 sebanyak 100ml
d) Panjang usus : 7ml
e) Pengambilan sampel sebanyak : 1,5ml pada menit ke 5,10,20 dan 30
f) Panjang gelombang max : 435nm
g) Persamaan kurva baku : Y = 0,00605x – 0,263
Data paracetamol pada pH 7,5

Waktu (menit) Absorban

5 0,305
10 0,423
20 0,507
30 0,724

a) Nama bahan obat : Paracetamol


b) Cairan serosal : 3,4ml
c) Medium cairan mucosal : Cairan lambung buatan pH 1,2 sebanyak 100ml
d) Panjang usus : 7ml
e) Pengambilan sampel sebanyak : 1,5ml pada menit ke 5,10,20 dan 30
f) Panjang gelombang max : 435nm
g) Persamaan kurva baku : Y = 0,03237x – 0,44477

Waktu (menit) Absorban

5 0,219
10 0,279
20 0,314
30 0,338

VII. HASIL PENGAMATAN


1. Pengenceran paracetamol
20 bpj 40 bpj
V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2
10mlx20bpj = V2x1000bpj 10mlx40bpj = V2x1000bpj
V2 = 0,2ml V2 = 0,4ml
60 bpj 80 bpj
V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2
10mlx60bpj = V2x1000bpj 10mlx80bpj = V2x1000bpj
V2 = 0,6ml V2 = 0,8ml
100 bpj 120 bpj
V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2
10mlx100bpj = V2x1000bpj 10mlx120bpj = V2x1000bpj
V2 = 1ml V2 = 1,2ml

2. Table Hasil percobaan absorpsi paracetamol per oral secara in vitro

Meni Absorban C (bpj) / X Qb’ (μg) Fk (μg) Qb (μg)


t ke (y)
CUB CLB CUB CLB CUB CLB CUB CLB CUB CLB
5 0,305 0,219 93,884 20,299 319,2056 69,0166 140,82 30,448 319,2056 69,0166
6
10 0,423 0,279 113,38 22,359 385,5192 76,0206 170,08 33,538 526,3452 106,4686
8 2
20 0,507 0,314 127,27 23,204 432,7248 78,8936 190,90 34,806 602,8068 112,4316
2 8
30 0,724 0,338 163,14 23,938 554,676 81,3892 244,71 35,907 745,584 116,1952
0
Keterangan :
Absorban (y) : didapat dari hasil pengukuran
C : konsentrasi paracetamol  x = (y-a)/b (gunakan persamaan kurva
kalibrasi yang CUB untuk percobaan yang CUB dan persamaan kurva
kalibrasi CLB untuk yang percobaan yang CLB.
Qb’ : Jumlah obat yang diabsorpsi  Qb’ = C x volume serosal yang tercatat
Fk : Faktor koreksi  Fk = C x 1,5 mL (volume sampel)
Qb : Jumlah obat yang diabsorpsi setelah dikoreksi  Qb = Qb’ + Fk
kumulatif

3. Uraian perhitungan
a) Konsentrasi paracetamol dalam CUB (C)
Dik : a = -0,263 , b = 0,00605
 Menit ke 5

y−a
C=
b
0,305−(−0,263)
C=
0,00605
C = 93,884
 Menit ke 10

y−a
C=
b
0,423−(−0,263)
C=
0,00605
C = 113,388

 Menit ke 20

y−a
C=
b
0,507−(−0,263)
C=
0,00605
C = 127,272
 Menit ke 30

y−a
C=
b
0,724−(−0,263)
C=
0,00605
C = 163,140
Konsentrasi paracetamol dalam CLB (C)
Dik : a = -0,44477 , b= 0,03237
 Menit ke 5

y−a
C=
b
0,219−(−0,44477)
C=
0,03237
C = 20,299
 Menit ke 10

y−a
C=
b
0,279−(−0,44477)
C=
0,03237
C = 22,359
 Menit ke 20

y−a
C=
b
0,314−(−0,44477)
C=
0,03237
C = 23,204
 Menit ke 30

y−a
C=
b
0,338−(−0,44477)
C=
0,03237
C = 23,938

b) Qb’ (Jumlah obat yang diabsorpsi) CUB


 Menit ke 5
Qb’ = C x Volume serosal tercatat

Qb’ = 93,884 x 3,4 mL


Qb’ = 319,2056
 Menit ke 10
Qb’ = C x Volume serosal tercatat

Qb’ = 113,388 x 3,4 mL


Qb’ = 385,5192
 Menit ke 20
Qb’ = C x Volume serosal tercatat

Qb’ = 127,272 x 3,4 mL


Qb’ = 432,7248
 Menit ke 30
Qb’ = C x Volume serosal tercatat

Qb’ = 163,140 x 3,4 mL


Qb’ = 554,676
Qb’ (Jumlah obat yang diabsorpsi) CLB
 Menit ke 5
Qb’ = C x Volume serosal tercatat

Qb’ = 20,299 x 3,4 mL


Qb’ = 69,0166
 Menit ke 10
Qb’ = C x Volume serosal tercatat

Qb’ = 22,359 x 3,4 mL


Qb’ = 76,0206
 Menit ke 20
Qb’ = C x Volume serosal tercatat
Qb’ = 23,204 x 3,4 mL
Qb’ = 78,8936
 Menit ke 30
Qb’ = C x Volume serosal tercatat
Qb’ = 23,938 x 3,4 mL
Qb’ = 81,3892

c) Fk = Faktor koreksi CUB


 Menit ke 5
Fk = C x Volume sampel
Fk = 93,884 x 1,5 mL
Fk = 140,826
 Menit ke 10
Fk = C x Volume sampel
Fk = 113,388 x 1,5 mL
Fk = 170,082
 Menit ke 20
Fk = C x Volume sampel
Fk = 127,272 x 1,5 mL
Fk = 190,908
 Menit ke 30
Fk = C x Volume sampel
Fk = 163,140 x 1,5 mL
Fk = 244,71
Fk = Faktor koreksi CUB
 Menit ke 5
Fk = C x Volume sampel
Fk = 20,299 x 1,5 mL
Fk = 30,448
 Menit ke 10
Fk = C x Volume sampel
Fk = 22,359 x 1,5 mL
Fk = 33,538
 Menit ke 20
Fk = C x Volume sampel
Fk = 23,204 x 1,5 mL
Fk = 34,806
 Menit ke 30
Fk = C x Volume sampel
Fk = 23,938 x 1,5 mL
Fk = 35,907

d) Qb (jumlah obat yang diabsorpsi setelah dikoreksi) CUB


 Menit ke 5
Qb = Qb’ + Fk kumulatif
Qb = 319,2056 + 0
Qb = 319,2056
 Menit ke 10
Qb = Qb’ + Fk kumulatif
Qb = 385,5192 + 140,826
Qb = 526,3452
 Menit ke 20
Qb = Qb’ + Fk kumulatif
Qb = 432,7248 + 170,082
Qb = 602,8068
 Menit ke 30
Qb = Qb’ + Fk kumulatif
Qb = 554,676 + 190,908
Qb = 745,584
Qb (jumlah obat yang diabsorpsi setelah dikoreksi) CLB
 Menit ke 5
Qb = Qb’ + Fk kumulatif
Qb = 69,0166 + 0
Qb = 69,0166
 Menit ke 10
Qb = Qb’ + Fk kumulatif
Qb = 76,0206 + 30,448
Qb = 106,4686
 Menit ke 20
Qb = Qb’ + Fk kumulatif
Qb = 78,8936 + 33,538
Qb = 112,4316
 Menit ke 30
Qb = Qb’ + Fk kumulatif
Qb = 81,3892 + 34,806
Qb = 116,1952

e) Persamaan garis linear antara Qb dan waktu CUB

T Qb CUB Qb CLB
5 319,2056 69,0166
10 385,5192 106,4686
20 432,7248 112,4316
30 554,676 116,1952

Kolerasi jumlah obat yang diabsorpsi setelah dikoreksi (Qb)


terhadap waktu
745.5840
800.0000
= 15.27 x + 300.31 602.8068
Qb (mikrogram)

f(x)526.3452
600.0000 R² = 0.91
400.0000 319.2056

200.0000 69.0166 106.4686 112.4316 116.1952

0.0000 f(x) = 1.57 x + 75.58


0 5 R² = 0.6410 15 20 25 30 35
waktu (t)

Qb CUB Linear (Qb CUB)


Qb CLB Linear (Qb CLB)

CUB CLB Pm = b/konsentrasi pct dalam cairan mucosal


A 300,31 75,582
B 15,272 1,5659 Pm CUB = 15,272/500mg = 0,03μg/menit
R 0,9067 0,6393
Pm CLB = 1,5659/500mg = 0,003μg/menit

Rekap hasil perhitungan parameter absorpsi dari percobaan

Parameter Pada kondisi percobaan


CUB CLB
absorpsi
K 15,272 1,5659
Pm 0,03μg/menit 0,003μg/menit

Lag time -19,664 -48,267

Lag time
 CUB
y = bx + a
0 = 15,272x + 300,31

300,31
x=- = -19,664
15,272

 CLB
y = bx + a
0 = 1,5659x + 75,582
−75,582
x=- = -48,267
1,5659
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan absorpsi obat peroral secara in vitro,
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari adanya pengaruh pH terhadap
absorbsi obat melalui saluran pencernaan secara in vitro. Absorbsi obat merupakan proses
pergerakan obat dari tempat pemberian menuju sirkulasi sistemik, sedangkan in vitro
merupakan preparasi yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup atau hewan uji dengan
menggunakan salah satu hewan uji.
Pada percobaan kali ini obat yang di gunakan adalah paracetamol. Paracetamol
merupakan obat yang memiliki khasiat sebagai analgetik dan antipiretik yang di pergunakan
untuk meredakan nyeri ringan serta demam. Berikut adalah struktur paracetamol :

Sedangkan hewan percobaan yang digunakan pada praktikum kali ini adala tikus putih
jantan, karena tikus jantan dapat mengurangi barier yang mempengaruhi absorpsi akibat
hormon tikus.
Hal pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah membuat CUB dan CLB
kemudian masing masing ditambahkan 500 mg paracetamol dan masing masing di encerkan
menjadi 20 bpj, 40 bpj, 60 bpj, 80 bpj, 100 bpj dan 120 bpj kemudian di ukur di spektrometri
UV-VIS dengan panjang gelombang 435 nm 2 x 6.
Pada praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode invitro (di luar tubuh)
yaitu kondisi diluar tubuh subjek uji harus sesuai dengan keadaan di dalam tubuh. Bagian
tubuh subjek uji yang digunakan adalah usus halus, sehingga memungkinkan untuk proses
absorpsi berjalan cepat. Pembalikan usus dimaksudkan agar bagian dalam usus yang
mengandung mikrovili dapat mendapat oksigen sehingga proses absorpsi tetap berjalan
seperti didalam tubuh. Pada usus terjadi transport difusi dimana dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah melewati membran semi permiabel obat paracetamol dan cairan mukosa
usus di absorpsi ke dalam cairan serosal.
Pada praktikum kali ini di dapatkan nilai K di CLB yang lebih kecil dari pada tetapan
absorpsi di CUB. Seharusnya tetapan CLB lebih kecil dari tetapan absorpsi pada CUB karena
paracetamol diabsorpsi lebih besar pada mukosa usus dan bersifat basa. Menurut hukum
lambert beer senyawa yang bersifat basa akan terabsorpsi optimum di pH basa (usus) begitu
pula sebaliknya obat yang bersifat asam akan terabsorpsi optimum di pH asam (lambung) hal
ini mungkin terjadi karena kurang telitinya praktikan atau terkontaminasinya senyawa obat.
Sedangkan lag time merupakan penundaan waktu absorpsi sebelum permukaan
absorpsi obat orde pertama atau waktu yang dibutuhkan obat untuk diabsorpsi menembus
membran, dengan tujuan untuk mengetahui pada menit ke berapa obat mulai di absorpsi
semakin lama lag time pada obat makan semakin lama pula obat dapat di absorpsi. Pada
praktikum kali ini nilai lag time CLB lebih kecil dari pada CUB masing masing yaitu
-48,267 dan -19,664.

IX. KESIMPULAN
 Nilai K CUB dan CLB masing masing adalah 15,272 dan 1,5659
 Nilai pm CUB dan CLB masing masing adalah 0,03μg/menit dan 0,003μg/menit
 Nilai lag time CUB dan CLB masing masing adalah -19,664 dan -48,267
 Obat lebih sulit di absorpsi di CUB dari pada CLB ini tidak sesuai dengan litelatur
yang ada (hukum lambert beer)

X. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai