MODUL III
ABRSORPSI OBAT PER ORAL SECARA IN VITRO
REFANI ADHADIAN
NPM 12171014
3 FARMASI 5
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
MODUL III
ABRSORPSI OBAT PER ORAL SECARA IN VITRO
I. TUJUAN
Memahami pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in
vitro.
II. PRINSIP
a. Absorpsi
Memasukan molekul-molekul obat kedalam tubuh atau menuju ke peredaran darah
tubuh setelah melewati sawar biologi.
b. Derajat ionisasi
Perbandingan jumlah mol zat yang terionisasi dengan jumlah mol zat mula mula.
c. Kecepatan transport obat
Permeabilitas membrane biologi terhadap suatu obat digambarkan oleh koefisien
partisi yang mempunyai hubungan linear dengan kecepatan transport.
V. PROSEDUR KERJA
A.Petunjuk umum
1. Lakukan percobaan paracetamol per oral secara incitro menggunakan alat Tabung Crane
and Wilson yang telah dimodifikasi (seperti pada gambar)
2. Masukan usus yang telah dibalik.
3. Percobaan dilakukan dalam 2 kondisi pH cairan mucosal yang berbeda yaitu
menggunakan cairan lambung buatan (CLB) yang mempunyai pH 1,2 dan cairan usus
buatan (CUB) yang mempunyai pH 7,4.
4. Penetapan kadar menggunakan metode kolorimetri.
B. Petunjuk khusus
1. Pembuatan cairan mucosal dan serosal :
Cairan mucosal dibuat untuk menggambarkan cairan saluran cerna (sesuai dengan
Famaramkope IV)
Pembuatan CUB :
Melarutkan 0,8 gram kalium hydrogen fospat dalam 250 ml air suling dengan 190ml
larutan NaOH 0,2 N yang telah diencerkan hingga 400 ml lalu atur sampai ph 7,6
dengan penambahan NaOH 0,3 N dan dicukupkan dengan air air suling hingga 1 liter.
Pembutan CLB :
Melarutkan 2 gram NaCl dalam 7 ml HCl 0,1 N tambahkan air suling hingga 1 liter
dan ukur ph 1,25
Cairan serosal dibuat untuk menggambarkan cairan darah. Dalam percobaan ini
digunakan NaCl 0,9% (b/v) yang isotonis dengan cairan darah atau dapat langsung
menggunakan cairan infus.
2. Pembuatan larutan paracetamol dalam CUB dan CLB : dengan melarutkan sebanyak
masing – masing 500mg paracetamol dalam masing – masing 100ml CUB dan CLB.
3. Pembuatan pereaksi warna : dengan membuat larutan HCl 6N, NaNo2 10%, asam
amidosulfinat 15%, dan NaOH 10% masing – masing 100ml
4. Pembuatan kurva kalibrasi CUB dan CLB :
Buat dua larutan induk paracetamol 1000bpj dalam larutan CUB dan CLB
sebanyak 50ml.
Buat 2x6 larutan dengan seri konsentrasi yaitu 20,40,60,80.100. 120 bpj
sebanyak 10ml yang diencerkan dari larutan induk (gunakan pelarut CLB dan
CUB untuk mengencerkannya)
Ambil masing – masing 1ml dan masukan dalam masing – masing ke dalam
tabung rekasi dan diberi label.
Tambahkan pereaksi warna ke dalam masing – masing tabung reaksi tersebut :
tambahkan 0.5ml HCl 6N dan 1ml NaNO2 10% campur dan diamkan selama 5
menit. Tambahkan dengan perlahan 1ml asam amidosulfonat 15% dan kemudian
2,5ml NaOH 10% kemudian diamkan 3 menit sambal direndam dalam air es.
5. Ukur absorbansi masing – masing 2x6 larutan tersebut pada Panjang gelombang
serapan maksimumnyayaitu 435nm.
6. Penyiapan usus halus tikus bagian ileum yang terbalik ;
Gunakan tikus putih jantan, puasakan 20-24 jam dengan tetap memberinya
minum.
Bunuh tikus dengan menggunakan eter atau dengan cara lain
Bedah perut tikus disepanjang kinea mediana dan keluarkan usus tikus
sepanjang 20cm dibawahnya untuk percobaan.
Balikan usus tikus hingga bagian dalam menjadi diluar dan bagian luar
menjadi didalam.
Rendam usus tikus yang telah dibalik dalam larutan NaCl fisiologis 0,9%
7. Percobaan absorbsi obat
Isis waterbat dengan air kran dan atur suhu 37 derajat
Gunakan 2 Tabung Crene and Wilson
Pasang dua usus tikus yang sudah dibalik yang panjang nya sama dengan
kanula bagian tengah dari masing – masing dua tabung.
Ikat masing – masing kedua ujung usus tikus dengan hati hati jangan sampai
usus putus atau
8. Masukan cairan serosal kedalam kanula tengah dan pastikan cairan serosal masuk ke
dalam usus dan pastikan tidak bocor.
9. Setelah dipastikan cairan serosal tidak bocorletakan kanula pada Tabung Crene and
Wilson yang sebelumnya telah diisi cairan mucosal CUB dan CLB yang mengandung
paracetamol sebanyak 100ml dan telah terpasang di waterbath suhu 37 derajat.
10. Aliri kanula pinggir dengan oksigen melalui selang silicon atur kecepatan gelembung
agar sama antara tabung 1 dan 2
11. Pantau usus agar selama percobaan terendam cairan mucosal
12. Ambil sampel sebanyak 1ml dan masukan ke dalam tabung reaksi
13. Tambahkan pereaksi warna ke dalamnya seperti prosedur sebelumya
14. Ukur absorban pada sampel pada 435nm
15. Buat grafik hubungan Qb (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X) dan untuk kedua
kondisi percobaan dalam satu grafik sehingga didapat dua garis.
16. Buat persamaan regresi linier antara Qb (sebagai Y) dan waktu (sebagai X) untuk dua
kondisi percobaan sehingga didapat dua persamaan y = bx + a.
17. Dari persamaan tersebut, hitunglah :
Tetapan absorpsi / K (tetapan absorpsi adalah nilai B dari persamaan)
Tetapan permeabilitas/ Prn (Prn = B/konsentrasi paracetamol dalam cairan
mucosal)
Lag time (X) untuk kedua kondisi percobaan dengan memasukan nilai y = 0
5 0,305
10 0,423
20 0,507
30 0,724
5 0,219
10 0,279
20 0,314
30 0,338
3. Uraian perhitungan
a) Konsentrasi paracetamol dalam CUB (C)
Dik : a = -0,263 , b = 0,00605
Menit ke 5
y−a
C=
b
0,305−(−0,263)
C=
0,00605
C = 93,884
Menit ke 10
y−a
C=
b
0,423−(−0,263)
C=
0,00605
C = 113,388
Menit ke 20
y−a
C=
b
0,507−(−0,263)
C=
0,00605
C = 127,272
Menit ke 30
y−a
C=
b
0,724−(−0,263)
C=
0,00605
C = 163,140
Konsentrasi paracetamol dalam CLB (C)
Dik : a = -0,44477 , b= 0,03237
Menit ke 5
y−a
C=
b
0,219−(−0,44477)
C=
0,03237
C = 20,299
Menit ke 10
y−a
C=
b
0,279−(−0,44477)
C=
0,03237
C = 22,359
Menit ke 20
y−a
C=
b
0,314−(−0,44477)
C=
0,03237
C = 23,204
Menit ke 30
y−a
C=
b
0,338−(−0,44477)
C=
0,03237
C = 23,938
T Qb CUB Qb CLB
5 319,2056 69,0166
10 385,5192 106,4686
20 432,7248 112,4316
30 554,676 116,1952
f(x)526.3452
600.0000 R² = 0.91
400.0000 319.2056
Lag time
CUB
y = bx + a
0 = 15,272x + 300,31
300,31
x=- = -19,664
15,272
CLB
y = bx + a
0 = 1,5659x + 75,582
−75,582
x=- = -48,267
1,5659
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan absorpsi obat peroral secara in vitro,
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari adanya pengaruh pH terhadap
absorbsi obat melalui saluran pencernaan secara in vitro. Absorbsi obat merupakan proses
pergerakan obat dari tempat pemberian menuju sirkulasi sistemik, sedangkan in vitro
merupakan preparasi yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup atau hewan uji dengan
menggunakan salah satu hewan uji.
Pada percobaan kali ini obat yang di gunakan adalah paracetamol. Paracetamol
merupakan obat yang memiliki khasiat sebagai analgetik dan antipiretik yang di pergunakan
untuk meredakan nyeri ringan serta demam. Berikut adalah struktur paracetamol :
Sedangkan hewan percobaan yang digunakan pada praktikum kali ini adala tikus putih
jantan, karena tikus jantan dapat mengurangi barier yang mempengaruhi absorpsi akibat
hormon tikus.
Hal pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah membuat CUB dan CLB
kemudian masing masing ditambahkan 500 mg paracetamol dan masing masing di encerkan
menjadi 20 bpj, 40 bpj, 60 bpj, 80 bpj, 100 bpj dan 120 bpj kemudian di ukur di spektrometri
UV-VIS dengan panjang gelombang 435 nm 2 x 6.
Pada praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode invitro (di luar tubuh)
yaitu kondisi diluar tubuh subjek uji harus sesuai dengan keadaan di dalam tubuh. Bagian
tubuh subjek uji yang digunakan adalah usus halus, sehingga memungkinkan untuk proses
absorpsi berjalan cepat. Pembalikan usus dimaksudkan agar bagian dalam usus yang
mengandung mikrovili dapat mendapat oksigen sehingga proses absorpsi tetap berjalan
seperti didalam tubuh. Pada usus terjadi transport difusi dimana dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah melewati membran semi permiabel obat paracetamol dan cairan mukosa
usus di absorpsi ke dalam cairan serosal.
Pada praktikum kali ini di dapatkan nilai K di CLB yang lebih kecil dari pada tetapan
absorpsi di CUB. Seharusnya tetapan CLB lebih kecil dari tetapan absorpsi pada CUB karena
paracetamol diabsorpsi lebih besar pada mukosa usus dan bersifat basa. Menurut hukum
lambert beer senyawa yang bersifat basa akan terabsorpsi optimum di pH basa (usus) begitu
pula sebaliknya obat yang bersifat asam akan terabsorpsi optimum di pH asam (lambung) hal
ini mungkin terjadi karena kurang telitinya praktikan atau terkontaminasinya senyawa obat.
Sedangkan lag time merupakan penundaan waktu absorpsi sebelum permukaan
absorpsi obat orde pertama atau waktu yang dibutuhkan obat untuk diabsorpsi menembus
membran, dengan tujuan untuk mengetahui pada menit ke berapa obat mulai di absorpsi
semakin lama lag time pada obat makan semakin lama pula obat dapat di absorpsi. Pada
praktikum kali ini nilai lag time CLB lebih kecil dari pada CUB masing masing yaitu
-48,267 dan -19,664.
IX. KESIMPULAN
Nilai K CUB dan CLB masing masing adalah 15,272 dan 1,5659
Nilai pm CUB dan CLB masing masing adalah 0,03μg/menit dan 0,003μg/menit
Nilai lag time CUB dan CLB masing masing adalah -19,664 dan -48,267
Obat lebih sulit di absorpsi di CUB dari pada CLB ini tidak sesuai dengan litelatur
yang ada (hukum lambert beer)
X. DAFTAR PUSTAKA