Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out
put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-
guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus
berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan artinya
kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari
Sekolah Menengah Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap
dan keterampilan sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan
tuntunan Kurikulum SMK 2004. Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh
kepemimpinen sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh
kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan
tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan:
Ciptakan keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Ciptakan iklim kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil
yang berprestasi Tunjukan keteladanan Terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses
penyelenggaraan pendidikan, seperti: PerencanaanPengorganisasian Penentuan staff atas
dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan Berikan bimbingan dan pembinaan kearah
yang menuju kepada pencapaian tujuan Adalah kontrol terhadap semua kegiatan
penyimpangan sekecil apapun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi Adakan penilaian
terhadap semua program untuk mengukurkeberhasilan serta menemukan cara untuk
mengatasi kegagalan.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Manajemen Pendidikan ?
2. Bagaimana Manajemen Komponen-komponen Sekolah ?
3. Bagaimana Manajemen Berbasis Sekolah ?
4. Bagaimana Evaluasi Monitoring ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi Manajemen Sekolah.
2. Mengetahui Manajemen Komponen-komponen Sekolah.
3. Mengetahui Manajemen Berbasis Sekolah.
4. Mengetahui Evaluasi Monitoring.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Manajemen Pendidikan


1. Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen dalam bahasa Inggris “management” dengan kata kerja
to manage yang secara umum berarti mengurusi atau mengelola. Dalam arti
khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang
yang melakukan kegiatan memimpin, disebut “manajer”. Pengertian Manajemen
adalah suatu rangkaian proses yg meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka memberdayakan
seluruh sumber daya organisasi/ perusahaan, baik sumberdaya manusia (human
resource capital), modal (financial capital), material (land, natural resources or raw
materials), maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi/
perusahaan.
Menurut James A.F. Stonner, pengertian manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari
anggota organisasi sera penggunaan semua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk menapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Robbins dan Coulter (2007) manajemen adalah proses
pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi
mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan
sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar.” Sedangkan efektivitas mengacu
pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai;
digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu yang benar.”
Menurut Heene dan Desmidt (2010) manajemen adalah serangkaian
aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkannya.
Menurut Assauri (2004), “ pengertian manajemen adalah kegiatan atau
usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain.”

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 3
Menurut Hersey dan Blanchard (2005), “Pengertian Manajemen adalah seni
dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan
pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah “penggunaan
sumber daya secara efektif mungkin untuk mencapai sasaran”.

2. Makna Manajemen Pendidikan


Pertama, manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk
mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang
dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup
tingkat pengertian pendidikan mana yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu
jam pelajaran di kelas satu sekolah lanjutan tingkat pertama, misalnya, lebih mudah
dirumuskan dan dicapai dibandungkan dengan tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan
itu kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan
yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja
sama dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.
Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dalam pendidikan
misalnya, terdapat tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah itu
diperlukan kerja sama di antara semua personel sekolah (guru, murid, kepala sekolah,
staf tata usaha) dan orang di luar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah (orang
tua, kepala kantor Departemen P dn K. dokter puskesmas, dan lain-lain). Kerja sama
dalam menyelenggarakan sekolah itu harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam
urusan sekolah tersebut memberikan sumbangan secara maksimal. Kerja sama untuk
mencapai tujuan pendidikan dengan berbagai aspeknya ini dapat dipandang sebagai
manajemen pendidikan.
Kedua, manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan
apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang
diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan itu dibuat sebelum suatu
tindakan dilaksanakan.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada
orang yang teribat dalam kerja sama pendidikan tadi. Karena tugas-tugas ini demikian
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 4
banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi
untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi.
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi itu
dapat dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menurut aturan
sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan
disepakati. Tiap-tiap orang haru mengetahui tugas masing-masing sehingga tumpang
tindih yang tidak perlu dapat dihindarkan. Di samping itu dalam menjalankan tugas
pendidikan, pengaturan waktu merupakan hal yang penting. Ada kegiatan yang harus
didahulukan, ada yang harus dilakukan kemudian, dan ada pula yang harus dikerjakan
secara barengan.
Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui
jalut yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan
terjadinya pemborosan. Semua orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, harus tetap ingst dan secara konsisten menuju tujuan itu.
Kadang-kadang karena beberapa faktor, perumusan itu tidak jelas, sehingga cara
mencapainyapun tidak jelas. Dalam keadaan demikian diperlukan pula adanya
pengarahan. Agar pengarahan ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, diperlukan
pengarahan yang mempunyai kemampuan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain agar mereka mau berkerja sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan bersama.
Di samping pengarahan, suatu kerja sama juga memerlukan proses
pemantauan (monitoring), yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam
usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai
tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu. Pemantauan
dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti atas data dalam menetapkan apakah tujuan
tercapai atau tidak. Dengan perkataan lain, kegiatan pemantauan atau monitoring
adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu proses
pencapaian tujuan. Data itu dipakai untuk mengidentifikasikan apakah proses
pencapaian tujuan berjalan dengan baik, apakah ada penyimpangan dalam kegiatan itu
serta kelemahan apa yang didapatkan dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Ketiga, manajemen pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem.
Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu
berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 5
Pengertian ini kelihatannya sulit, tetapi sebenarnya tidak demikian. Ambilah contoh
suatu sekolah dasar. Sekolah dasar itu merupakan suatu keseluruhan yang memproses
murid menjadi lulusan. Dalam melihat sekolah itu sebagai suatu sistem kita harus
melihat: (a) masukannya, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem
(lingkungan) yang akan diolah oleh sistem, dalam sistem sekolah dasar masukan ini
adalah anak-anak yang masuk sekolah dasar itu; (b) prosesnya, yaitu kegiatan sekolah
beserta aparatnya untuk mengolah masukan menjadi keluaran. Contoh proses itu di
sekolah dasar adalah proses belajar-mengajar, bimbingan kepada murid, kegiatan
pramuka, palang merah remaja, dan sebagainya. Untuk melaksanakan proses ini harus
ada sumber, baik tenaga, sarana dan prasarana, uang maupun waktu. Sumber ini
seringkali dinakaman masukan instrumental; dan (c) keluaran, yaitu masukan yang
telah diolah melalui proses tertentu. Dalam hal ini berupa lulusan.
Mutu lulusan akan sangat tergantung kepada mutu masukan, masukan
instrumental, dan proses itu sendiri. Dengan demikian kemampuan awal murid, latar
belakang murid, keadaan orang tua murid sebagai masukan mentah. Mutu itu juga
sangat tergantung kepada mutu guru, mutu sarana dan prasarana, mutu dan iklim kerja
sama diantara gutu dengan murid, guru dengan guru, serta guru dengan kepala
sekolah, sebagai masukan instrumentasl. Kesemuanya ini menentukan kualitas proses
belajar-mengajar yang pada gilirannya sangat menentukan kualitas lulusan itu. Hal
tersebut dapat diketahui dari berbagai hasil penelitian tentang unjuk kerja sekolah dan
murid.
Jika kita melihat manajemen pendidikan sebagai sistem, maka kita berusaha
melihat bagian-bagian sistem itu serta interaksinya satu sama lain. Bagian-bagian itu
sering juga disebut dengan komponen. Dengan meninjau komponen-komponen
tersebut serta hubungannya satu dengan lainnya, diharapkan kita dapat menetapkan
apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki komponen itu atau
mengembangkannya.
Di dalam manajemen modern waktu justru dianggap sebagai sumber yang
amat penting, karena waktu tidak dapat diperbarui (unrenewable resources). Waktu
berarti kesempatan. Jika kesempatan itu tidak dipergunakan sebaik-baiknya maka kita
akan kehilangan waktu tersebut, dan dapat menjadi sebab kegagalan manajemen. Jadi
unsut manajemen utama bukan hnaya manusia, uang dan sarana-prasarana.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 6
Keempat,manajemen pendidiakn juga dapat dilihat dari segi efektivitas pemanfaatan
sumber. Jika manajemen dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk
melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan
pendidikan itu sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian
tujuan itu tidak terjadi pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber
manusia, uang, sarana dan prasarana maupun waktu.
Kelima, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan.
Manajemen pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab
pertanyaan bagaimana dengan kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan
itu, ia dapat melaksanakan tut wurihandayani, ing madya mangun karso, dan ing
ngarso sung tulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Keenam, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan
keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan
sekolompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah.
Ketujuh, manajemen pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi.
Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain
mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan,
dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.
Kedelapan, manajemen seringali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu
kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat,
mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala
aspeknya, serta mempersiapan laporan.
Uraian diatas mencoba menjelaskan manajemen pendidikan itu, tanpa
mengemukakan definisi dengan satu pengertian saja. Seperti telah disunggung di
muka, satu definisi saja tidak dapat menjelaskan dengan gamblang mengenai
manajemen pendidikan itu, karena manajemen pendidikan mempunyai banyak
dimensi.
Di bagian depan sudah diuraikan sedikit bahwa manajemen pendidikan dapat
ditinjau dari sudut proses pencapaian tujuan pendidikan. Ptoses ini merupakan daur
(siklus) yang dimulai dari; perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian.
Proses-proses di atas akan diuraikan lebih rinci sebagai berikut :

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 7
3. Manajemen Pendidikan dari Sudut Proses Pencapaian Tujuan Pendidikan
1. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternative tentang penetapan
prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber daya
manusia, material, uang dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa
tahap, yaitu (a) identifikasi masalah, (b) perumusan masalah, (c) penetapan tujuan,
(d) identitkasi alternative, (e) pemilihan alternatif, dan (f) elaborasi alternative.
2. Pengorganisasian
Disekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan
memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan
prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka
mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah
penetapan tugas,tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta
mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan sekolah itu.
3. Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah
direncanakan dapat berjalan seperti yang dihendaki.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan: (a)
melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan individu atau
kelompok, (b) memberikan petunjuk umum dan petunjuk khusus baik secara lisan
maupun tertulis, secara langusng maupuin tidak langsung (Suharsimi, 1988).
4. Pengkoordinasian
Pengkordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan
kegiatan dari berbagai individu atau unit sekolah itu agar kegiatan mereka berjalan
selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.
Usaha pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti: (a)
melaksanakan penjelasan singkat (briefing), (b) mengadakan rapat kerja, (c)
memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan (d) memberikan
balikan tentang hasil suatu kegiatan.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 8
5. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran
pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan in dimulai
dariperencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana
itu, penggunaan, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
6. Penilaian
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau anggota organisasi
seperti guru, kepala sekolah dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian
tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui
kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud
penilaian adalah untuk: (a) memperoleh dasar bagi pertmbangan apakah berhasil
atau tidak, (b) menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien, (c) memperoleh
fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yang
dapat merusak, serta (d) memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid
dalam mengembangkan organisasi sekolah.

4. Manajemen Pendidikan dalam Operasionalnya di Sekolah


Dalam operasionalnya di sekolah, manajemen pendidikan dapat dilihat sebagai
gugusan-gugusan tertentu. Gugusan-gugusan ini selanjutnya boleh disebut bidang
garapan manajemen pendidikan.

Tentang bidang-bidang garapan manajemen pendidikan dalam beberapa


sumber terdapat beberapa perbedaan pendapat.

Beberapa kutipan secara singkat sebagai berikut :

1. Dr. Hadari Nawawi (Gunung Agung, 1981).


Disebutnya sebagai manajemen operatif (management of operative function).
Kegiatannya meliputi :
a. Tata usaha;
b. Perbekalan;
c. Kepegawaian;
d. Keuangan;
e. Hubungan Masyarakat (humas)
2. Drs. Edi Suardi (Proyek Paket Buku Depdikbud, 1982).
Kegiatan manajemen sekolah meliputi:
a. Tatalaksana kurikulum;
b. Tatalaksana umum;
c. Tatalaksana murid;

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 9
d. Tatalaksana keuangan;
e. Tatalaksana personel;
f. Tatalaksan sarana material;
g. Komunikasi intern dan ekstern.
3. Drs. Ismed Syarif (1976)
Kegiatan manajemen umum meiputi:
a. Kesiswaan;
b. Personalia;
c. Inventaris;
d. Pemeiharaan sarana;
e. Keuangan;
f. Hubungan masyarakat
4. Direktorat sarana Pendidikan (1984)
Dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Sekolah Menengah, ruang
lingkup kegiatan manajemen sekolah meliputi :
a. Program pengajaran;
b. Murid/siswa;
c. Kepegawaian;
d. Keuangan;
e. Perlengkapan;
f. Surat-menyurat;
g. Perpustakaan;
h. Pembinaan kesiswaan;
i. Hubungan sekolah dengan masyarakat.
5. Kurikulum 1975 (Buku III D)
Kegiatan manajemen sekolah meliputi:
a. Kurikulum (Pengajaran);
b. Murid;
c. Personalia sekolah;
d. Tatalaksana dan sarana fisik;
e. Kegiatan hubungan sekolah dengan masyrakat.
6. Kurikulum 1984 (Buku Petunjuk Pengelolaan).
Manajemen sekolah meliputi pengaturan tentang :
a. Proses belajar-mengajar;
b. Kesiswaan;
c. Personalia;
d. Peralatan pengajaran;
e. Gedung dan perlengkapan;
f. Keuangan;
g. Hubungan dengan masyarakat.

Dari berbagai sumber sebagaimana tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan


yang relevan dengan apa yang dimaksud oleh bidang-bidang garapan manajemen
pendidikan. Bidang-bidang manajemen pendidikan adalah :
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 10
a. Manajemen kurikulum;
b. Manajemen kesiswaan;
c. Manajemen personalia;
d. Manajemen sarana pendidikan;
e. Manajemen tatalaksana sekolah;
f. Manajemen keuangan;
g. Pengorganisasian sekolah;
h. Hubungan sekolah dengan masyarakat (Humas).

Kedelapan hal tersebut boleh dikatakan sebagai 8 komponen manajemen


pendidikan di sekolah atau 8 bidang garapan manajemen pendidikan di sekolah.

2.2 Manajemen Komponen-Komponen Sekolah


Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang hamper sama
dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan bidang kajian manajemen sekolah
juga merupakan ruang lingkup dan bidang kajian manajemen pendidikan. Namun
demikian, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada
manajemen sekolah. Dengan perkataan lain, manajemen sekolah merupakan bagian dari
manajemen pendidikan, atau penerapan manajemen pendidikan dalam organisasi sekolah
sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah
terbatas pada satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh
komponen sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau system yang lebih luas dan besar
(suprasistem) secara regional, nasional, bahkan internasional.
Buku ini menggunakan istilah manajemen sekolah, terjemahan dari “school
management”, dan akan melihat bagaimana manajemen subtansi-substansi pendidikan di
suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah (School Based Management) agar dapat
berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam
implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponen-
komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus
dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran,
tenaga kependidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen
pelayanan khusus lembaga pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 11
Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian dari MBS.
Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dibuka oleh Departemen
Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karna itu level sekolah yang paling penting
adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan
kegiatan pembelajaran. Di samping itu, sekolah juga bertugas dan berwewenang
untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan lingkungan setempat.

Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakannya


Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar. Pada kurikulum tersebut muatan lokal
disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai. Muatan lokal lebih di intensifkan
lagi pelaksanaannya dalam kurikulum 1994. Dalam kurikulum 1994, muatan lokal
tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi, tetapi menggunakan pendekatan
monolitik berupa bidang studi, baik bidang studi wajib maupun pilihan.
Pengembangan kurikulum muatan lokal dimaksudkan terutama untuk mengimbangi
kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum sentralisasi, dan bertujuan agar
peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya, serta mau dan mampu
melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas social, dan kebudayaan
yang mendukung pembangunan nasional, pembangunan regional, maupun
pembangunan lokal sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar sosial budaya
lingkungannya.

Kurikulum muatan lokal pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan Pasal


38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang berbunyi,
“Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas
kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan
keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan.” Sebagai tindak
lanjut hal tersebut, muatan lokal dan sejauh mugkin melibatkan peran serta
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Dengan kurikulum muatan lokal
setiap sekolah diharapkan mampu mengembangkan program pendidikan tertentu yang
sesuai dengan keadaan dan tuntutan lingkungannya.

Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum


nasional maupun muatan lokal, yang diwujudkan melalui proses belajar mengajar
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 12
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler dan instruksional.
Agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta
mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan kegiatan manajemen program
pengajaran. Manajemen atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses
penyelenggaraan kegiatan dibidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan
pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien.

Manajer sekolah diharapkan agar bisa membimbing dan mengarahkan


pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta melakukan pengawasan
dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah, manajer
hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia harus
menghubungkan program-program sekolah dengan seluruh kehidupan peserta didik
dan kebutuhan lingkungan.

Kepala sekolah merupakan seorang Manajer disekolah. Ia harus bertanggung


jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan
program pengajaran disekolah. Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya terdapat empat
langkah yang harus dilakukan, yaitu menilai kesesuaian program yang ada dengan
tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program,
memilih dan melaksanakan program, serta menilai prubahan program.

Untuk menjamin efektifitas pengembangan kurikulum dan program


pengajaran dalam MBS, kepalas sekolah sebagai pengelola program pengajaran
bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan
operasional kedalam program tahunan, catur wulan dan bulanan. Adapun program
mingguan atau program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru sebelum
melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut diperinci beberapa prinsip yang harus
diperhatikan :

a. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin mudah
terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai
tujuan.
b. Program itu harus sederhana dan fleksibel.
c. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 13
d. Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya.
e. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program disekolah.
Dalam pada itu, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender
pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan
pelaksanaan evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas,
pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pengajaran
serta pengisian waktu jam kosong.

2. Manajemen Tenaga Kependidikan


Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam
mengelola tenaga kependidikan yang tersedia disekolah. Dalam hal ini, peningkatan
produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku
manusia ditempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia
modern.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan
bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah
menarik, mengembangkan, menggajidan memotivasi personil guna mencapai tujuan
sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan
perkembangan karier tenaga kependidikan serta menyelaraskan tujuan individu dan
organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1)
perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan
pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7)
penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang
diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan
kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan
baik dan berkualitas.
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan
pegawai, baik secara kuantitatif maupun maupun kualitatif untuk sekarang dan masa
depan. Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan informasi
yang lengkap dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan dalam

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 14
organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana perlu dilakukan analisis peekerjaan
(job analisis) dan analisis jabatan untuk memperoleh dekripsi pekerjaan (gambaran
tentang tugas-tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan). Informasi ini sangat
membantu dalam menentukan jumlah pegawai yang diperlukan, dan juga untuk
menghasilkan spesifikasi pekerjaan (job specification). Spesifikasi jabatan ini
memberikan gambaran tentang kualitas minimum pegawai yang dapat diterima dan
yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai
pada suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai
yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan kegiatan recruitment, yaitu usaha untuk
mencaridan mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi syarat sebanyak
mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap. Untuk kepentingan
tersebut perlu dilakukan seleksi, melalui ujian lisan, tulisan dan praktek. Namun
adakalanya, didalam suatu organisasi pengadaan pegawai dapat didatangkan secara
intern atau dari dalam organisasi saja, apakah melalui promosi atau mutasi. Hal
tersebut dilakukan apabila formasi yang kosong sedikit, sementara pada bagian lain
ada kelebihan pegawai atau memang sudah dipersiapkan.
Organisasi senantiasa menginginkan agar personil-personilnya melaksanakan
tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk
kepentingan organisasi, serta bekerja lebih baik dari hari kehari. Disamping itu,
pegawai sendiri sebagai manusia, juga membutuhkan peningkatan dan perbaikan pada
dirinya termasuk dalam tugasnya. Sehubungan dengan itu, fungsi pembinaan dan
pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak perlu,
untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja pegaawai. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan cara on the job training dan in service training. Kegiatan pembinaan
dan pengembangan ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan, tetapi juga
menyangkut aspek karier pegawai.
Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima, kegiatan
selanjutnya adalah mengusahakan upaya calon pegawai tersebut menjadi anggota
organisasi yang sah sehingga mempunyai hak dan kewajiban sebagai anggota
organisasi atau lembaga. Di Indonesia, untuk pegawai negeri sipil, promosi atau
pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon PNS dengan masa percobaan
satu atau dua tahun, kemudian ia mengikuti latihan prajabatan, dan setelah lulus

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 15
diangkat menjadi pegawai negeri sipil penuh. Setelah pengangkatan pegawai, kegiatan
berikutnya adalah penempatan atau penugasan. Dalam penempatan atau penugasan ini
diusahakan adanya kongruensi yang tinggi antara tugas yang menjadi tanggung jawab
pegawai dengan karakteristik pegawai. Unutk mencapai tingkat kongruensi ysng
tinggi dan membantu personil supaya benar-benar siap secara fisik dan mental untuk
melaksanakan tugas-tugasnya, perlu dilakukan fungsi orientasi, baik sebelum atau
sesudah penempatan.
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang meyebabkan
terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajibansebagai ,embaga
tempat bekerja dan sebagai pegawai. untuk selanjutnya mungkin masing-masing pihak
terikat dalam perjanjian dan ketentuan sebagai bekas pegawai dan bekas lembaga
tempat kerja. Dalam kaitannya denga tenaga kependidikan disekolah, khususnya
pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai inidapat dikelompokkan
kedalam tiga jenis, yaitu (1) pemberhentian atas permohonan sendiri, (2)
pemberhentian oleh dinas atau pemerintah, (3) pemberhentian sebab lain-lain.
Pemberhentian atas permohonan pegawai sendiri, misalnya karena pindah
lapangan pekerjaan yang bertujuan memperbaiki nasib. Pemberhentian oleh Dinas
atau Pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alas an berikut :
a. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap, dan tidak memiliki kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
b. Perampingan atau penyederhanaan organisasi;
c. Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun
harus diberhentikan dalam jangka waktu satu tahun;
d. Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik;
e. Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau kurungan;
f. Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil.
Sementara pemberhentian karena alas an lain penyebabnya adalah pegawai
yang bersangkutan meninggal dunia, hilang, habis menjalani cuti diluar tanggung
jawab Negara dan tidak melaporkan diri kepada yang berwenang, serta telah mencapai
batas usia pensiun.
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang
dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 16
Pemberian kompensasi selain dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas
perumahan, kendaraan dan lain-lain. Masalah kompensasi merupakan salah satu
bentuk tantangan yang harus dihadapi manajemen. Dikatakan tantangan karena
imbalan oleh para pekerja tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuas
kebutuhan materialnya. Akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat
manusia. Sebaliknya, organisasi cenderung melihatnya sebagai beban yang harus
dipikul oleh organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran.
Dalam mengembangkan dan menerapkan suatu sistem imbalan tertentu, kepentingan
organisasi dan para pekerja perlu diperhitungkan.
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang dikemukakan terdahulu, diperlukan
sistem penilaian pegawai secara obyektif dan akurat. penilaian tenaga kependidikan
ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah.
Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri.
Bagi para pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal, seperti
kemampuan, keletihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat
untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karier. Bagi sekolah,
hasil penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan sangat penting dalam pengambilan
keputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan,
pemilihan , pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari
keseluruhan proses efektif sumber manusia secara.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga
kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan
tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai)
secara pribadi. Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrument
pengelolaan tenaga kependidikan seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan,
daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, kondisi pegawai untuk membantu
kelancaran MBS disekolah yang dipimpinnya.

3. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan


salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 17
hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas
yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik melalui proses pendidikan disekolah.
Manajemen kesiswaan berjutuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur,
serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang
manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan,
yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan
disiplin. Berdasarkan tiga tugas utama tersebut, Sutisna (1985) menjabarkan tanggung
jawab kepala sekolah dalam mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan hal-hal
berikut ini :
1. Kehadiran murid disekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu.

2. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid kekelas dan program studi.

3. Evaluasi dan pelaporan kemauan belajar.

4. Program suvervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti pengajaran,

perbaikan dan pengajaran luar biasa.

5. Pengendalian disiplin murid.

6. Program bimbingan dan penyuluhan.

7. Program kesehatan dan keamanan.

8. Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.

Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan
penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang akan diterima yaitu,
dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau
mengulang. Kehiatan penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia penerimaan
siswa baru (PSB) atau panitia penerimaan murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini kepala
sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab
dalam tugas tersebut. Setelah para siswa diterima lalu dilakukan pengelompokkan dan
orientasi sehingga secara fisik, mental dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan
disekolah.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 18
Keberhasilan, kemajuan dan prestasi belajar para siswa memerlukan data yang
otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui
dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan
disekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada orang
tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing
anaknya belajar, baik dirumah maupun disekolah.
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi
juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional disamping keterampilan-
keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu
pengetahuan, tetapi memberi bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang
bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun dalam sosial, sehingga dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan dengan potensi masing-masing. Untuk
kepentingan tersebut diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu,
disekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan dalam bentuk buku
induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku prestasi siswa, buku rapor, daftar
kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.

4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan.


Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal ini lebih
terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntuk kemampuan sekolah untuk
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan
potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan
proses belajar mengajar disekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain,
setiap kegiatan yang dilakukan disekolah memerlukan biaya baik itu yang disadari
maupun tidak disadari. Komponen keuangan d an pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-
baiknya agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. hal ini penting, terutama dalam rangka MBS, yang
memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 19
sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya
dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apalagi dalam
kondisi krisis seperti sekarang ini.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat
dikelompokkan atas tiga sumber : yaitu (1)pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah
maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi
kepentingan pendidikan, (2)orang tua atau peserta didik, (3)masyarakat, baik mengikat
maupun tidak mengikat. berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan
masyarakat ditegaskan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional 1989 bahwa
karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan dana pendidikan,
tanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua. adapun dimensi pengeluaran
meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan.
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji
pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung,
fasilitas, dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). sementara biaya
pembangunan, misalnya biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan
gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furniture, serta biaya atau
pengeluaran lain untuk barang-barang yang tidak habis pakai. dalam rangka
implementasi MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik
dan teliti mulai tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan
pertanggung jawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah
benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran, serta bebas dari
penyakit KKN.
Tugas manajemen keuangan dapat dibagi tiga fase, yaitu financial planning,
implementation, aadn evaluation... Jones (1985) mengemukakan perencanaan financial
yang disebut budgeting, merupakan kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang
tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa menyebabkan
efek samping yang merugikan. Implementation involves accounting (pelaksanaan
anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi
penyesuaian jika diperlukan. Evaluation involves merupakan proses evaluasi terhadap
pencapaian sasaran.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 20
Komponen utama manajemen keuangan meliputi (1) prosedur anggaran; (2)
prosedur akutansi keuangan; (3) pembelajaran, pergudangan dan prosedur
pendistribusian; (4) prosedur investasi; dan (5) prosedur pemeriksaan. Dalam
pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi
otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang
untuk mrngambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran.
Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan
pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasiyang telah
ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang
dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggungjawaban.
Kepala sekolah sebagai manajer berfungsi sebagai otorisator dan dilimpahi fungsi
ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun tidak dibenarkan melaksanakan
fungsi bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan kedalam.
Bendaharawan disamping memiliki fungsi-fungsi bendaharawan, juga dilimpahi fungsi
ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar
seperti alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju
sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti
taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan
olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Manajaemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga
sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontibusi secara optimal dan
berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan
serta penataan.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 21
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan
sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik
untuk guru maupun murid untuk berada disekolah. Disamping itu juga, diharapkan
tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif,
serta relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
kepentingan proses pendidikan dan pengajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun
murid-murid sebagai pelajar.
6. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana
yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta
didik disekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral
dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki
hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif
dan efisien. Sebaliknya, sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau
pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu,
sekolah berkewajiban untuk memberipenerangan tentang tujuan-tujuan program-
program, kebutuhan, serta keadaan tentang masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus
mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat terutama
terhadap sekolah. Dengan perkataan lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina
suatu hubungan yang harmonis.
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1) memajuka
kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak; (2) memperkokoh tujuan serta
meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan
masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Untuk merealisasikan tujuan
tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati
masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah
masyarakat. Hal tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat
mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang
dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran
yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin dirasakan
pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anak. Namun tidak berarti pada masyarakat yang masih kurang

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 22
menyadari pentingnya pendidikan, hubungan kerjasama ini tidak perlu dibina. Pada
masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih
aktif dan kreatif untuk menciptakan hubungan kerjasama yang lebih harmonis.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung
jawab dan partisipasi masyarakat untuk menunjukan sekolah juga akan baik dan tinggi.
Agar tercipta hubungan dan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat,
masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang
bersangkutan. gambaran dan kondisi sekolah ini dapat diinformasikan kepada
masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, bulletin bulanan, penerbitan surat
kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid,
penjelasan oleh staf sekolah, murid, radio dan televise, serta laporan tahunan.
Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan
hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh
perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan
orang tua tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina
dan meningkatan hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna
mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. hubungan yang harmonis ini akan
membentuk :
1. Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-
lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja;
2. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat,
arti dan pentingnya peranan masing-masing;
3. Kerjasama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di
masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya
pendidikan di sekolah.
Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan hubungan
sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara
produktif, efektif, dan efisien sehingga mengjasilkan lulusan sekolah yang produktif dan
berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang dapat dijadikanj bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai dengan
asas pendidikan seumur hidup.
7. Manajemen Layanan Khusus

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 23
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan
keamanan sekolah. manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting
dari MBS yang efektif dan efisien.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlangsung begitu
pesat pada masa sekarang menyebabkan guru tidak bisa lagi melayani kebutuhan anak-
anak akan informasi, dan guru-guru juga tidak bisa mengandalkan apa yang diperolehnya
di bangku sekolah.
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik
untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas
melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun dirumah. di
samping itu, juga memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan secara
mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual.
Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah
sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses
pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu “... manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan
rohani” (UUSPN, bab II pasal 4). Untuk kepentingan tersebut, di sekolah-sekolah
dikembangkan program pendidikan jasmani dan kesehatan, menyediakan pelayanan
kesehatan sekolah melalui usaha kesehatan sekolah (UKS), dan berusaha meningkatkan
program pelayanan melalui kerjasama dengan unit-unti dinas kesehatan setempat.
Di samping itu, sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada
peserta didik dan para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan
melaksanakan tugas dengan tenang dan nyaman.

2.3 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


Pergeseran pendekatan dalam penyelenggaraan system pemerintahan di Indonesia
telah berimbas pada pengelolaan system pendidikan, yakni dari semula yang lebih
bersifat sentralistik bergeser kea rah pengelolaan yang bersifat desentralistik. Hal ini
secara implicit dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, yang diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2001, bahwa

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 24
pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh
daerah kabupaten dan kota (Pasal 11 Ayat 2).
Untuk dapat melaksanakan kewajiban ini secara bertanggung jawab dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penduduk daerah yang bersangkutan,
maka diperlukan strategi pengeloalaan pendidikan yang tepat. Strategi ini diperlukan
mengingat sebagian besar daerah memiliki keterbatasan sumber daya, sementara iu
tuntutan akan kualitas pendidikan selalu meningkat terus sejalan dengan kemajuan
perkembangan kehidupan masyarakat dan tuntutan dunia kerja.
Untuk mencapai hasil yang lebih optimal, efektif, dan efesien dalam menangani
bebagai permasalahan pendidikan, pemerintah daerah tindak mungkin dapat bekerja
secara sendirian, karena masih ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (stake-holders)
terhadap bidang pendidikan tersebut, seperti : orang tua (masyarakat), sekolah (lembaga
pendidikan), dan institusi sosial lain seperti dunia usaha atau dunia industry. Karena itu
kerja sama dan koordinasi antar pemerintah daerah dengan pihak-pihak yang
berkepentingan tersebut menjadi sangat penting dalam rangka pelaksanaan asas
desentralisasi, terutama dalam bidang pengelolaan pendidikan.
Strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan kerja sama antara berbagai
pihak, dengan lebih dikenal dengan istilah the collaborative school management yang
pada perkembangan selanjutnya menjadi model pengelolaan sekolah yang dinamakan
school based management atau Mangemen Berbasis Sekolah (MBS).
Menurut Umaedi (200:73), konsep yang menawarkan kerja sama yang erat antara
sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing
ini,berkembang berdasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada
sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dam dinamis dalam rangka proses peningkatan
kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sejalan dengan
pemikiran ini, tim teknis Bappenas dan Bank Dunia (1999:3) menyatakan bahwa
pemberdayaan sekolah dengan memberikan otonomi yang lebih besar di samping
menunjukkan sikap tanggap pemerintahan terhadap tuntutan masyarakat juga dapat
ditunjukan sebagai sarana peningkatan efesiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa MBS merupakan implementasi dari pemberian
otonomi kepala sekolah untuk memberdayakan diri dalam kerangka upaya peningkatan
mutu pendidikan.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 25
School Based Management (SBM) atau Managemen Berbasis Sekolah (MBS)
merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam program desentralisasi bidang
pendidikan, yang ditandai adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat
yang tinggi, dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional (tim Bapenas & Bank
Dunia, 1999:10).
Otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta agar sekolah lebih tanggap
terhadap kebutuhan lingkungan setempat. Adapum kebijakan nasional yang menjadi
prioritas pemerintah harus pula diperhatikan oleh sekolah. Dengan demikian sekolah
dituntut memiliki accountability (akuntabilitas) baik kepada masyarakat maupun
pemeritah, karena keduanya merupakan penyelenggara pendidikan disekolah.
Lebih lanjut dijelaskan, MBS menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik. MBS merupakan
suatu strategi pengelolaan penyelengaraan pendidikan di sekolah yang menekankan pada
pengerahan dan pendayagunaan sumber internal sekolah dan lingkungannya secara
efektif dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas atau bermutu.

- MBS sebagai Managemen Peningkatan Mutu


Konsep pengelolaan ini menekankan kepada kemandirian dan kreativitas
sekolah di dalam mengolah potensi sumber daya pendidikan melalui kerja sama
dengan pemerintah dan masyarakat di dalam pengambilan keputusan untuk
memenuhi tujuan peningkatan mutu sekolah. Pengelolaan sekolah semacam ini dapat
juga disebut The Colaborative School Management (Caldwell & Spink dalam Beare
et.al., 1992: 133-134).
Konsep pengelolaan ini menawarkan kerja sama yang erat antara sekolah,
masyarakat, dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing, berkembang
didasarkan pada keinginan memberikan kemandirian kepada sekolah untuk ikut
terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas
pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus
menentukan target mutu (dalam arti luas) yang ingin dicapai untuik setiap kurun
waktu, merencanakannya, melaksanakan dan mengevaluasi dirinya, untuk kemudian
menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah dapat
mandiri tetapi masih dalam rangka acuan kebijakan nasional, dan bertanggung jawab

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 26
(meiliki akuntabilitas) terhadap kebutuhan belajar siswa dan masyarakat (Umaedi,
2000: 75-76).
Dengan Mengutip pendapat Edmon, Umaedi (2000: 76-77) lebih lanjut
mengemukakan berbagai indicator yang menunjukan karakter dari konsep
manajemen ini, antara lain :
a) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
b) Sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin dicapai,
c) Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat,
d) Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf
lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi,
e) Adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus sesuai tuntutan IPTEK,
f) Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai aspek
akademik dan administrative, dan pemanfaatan hasilnya untuk
penyempurnaan/perbaikan mutu dn
g) Adanya komunikasi dan dukungan intensif dan orang tua murid/masyarakat.

Dengan mendasarkan diri pada pendekatan. Total Quality Management


(TQM) yang dikembangkan pertama kali oleh Edward Deming, Paine dkk. (1992: 10-
13), lihat juga (Glasser, 1992) menyarankan 14 butir untuk mencapai mutu
pendidikan prima, yang termasuk dalam strategi Total Quality Education (TQE), yaitu
:

(1) Merancang secara terus menerus berbagai tujuan pengembangan siswa, pegawai,
dan layanan pendidikan.
(2) Mengadopsi silosofi baru, yang mengedepankan kualitas pembelajaran dan
kualitas sekolah. Manajemen pendidikan harus mengambil prakarsa dalam
gerakan peningkatan mutu ini.
(3) Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang menghasilkan kualitas
kerja. Peserta didik harus berusasha mengejar kualitas, dan menyadari jika tidak
menghasilkan output yang baik, custumers mereka (guru, orang tua, lapangan
kerja) tidak akan menyukainya.
(4) Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stake
holders) untuk menjamin bahwa input yang diterima berkualitas.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 27
(5) Melakukan evaluasi secara kontinu dan mencari terobosan-terobosan
pengembangan system dan proses untuk meningkatkan mutu dan produktivitas.
(6) Para guru, staf lain dan murid harus dilatih dan dilatih kembali dalam
pengembangan mutu. Guru harus melatih siswa agar menjadi warga dan pekerja
masa depan dengan mengembangkan kemampuan pengendalian diri, pengambilan
keputusan dan pemutusan masalah.
(7) Kepemimpinan lembaga, yang mengarahkan guru, staf dan siswa mengerjakan
tugas pekerjaannya dengan lebih baik. Di dalam mengelola kelas, guru hendaknya
menerapkan visi kepemimpinan pada kepengawasan.
(8) Mengembangkan ketakutan, yakni semua staf harus merasa merasa dapat
menemukan masalah dan cara pemecahannya, guru mengembangkan kerja sama
dengan siswa untuk meningkatkan mutu.
(9) Menghilangkan penghalang kerja sama diantara staf, guru, dan murid, atau antar
ketiganya.
(10) Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa pemaksaan dari luar
(11) Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan kepemimpinan, karena
penetapan kuota justru akan mengurangi produktivitas dan kualitas.
(12) Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan kebanggaan para
guru atau siswa tehadap kecakapan kerjanya.
(13) Sejalan dengan kebutuhan penguasaan materi baru, metode-metode atau
teknik-teknik baru, maka harus disediakan program pendidikan atau
pengembangan diri bagi setiap orang dalam lembaga sekolah tersebut.
(14) Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk
mengambil bagian atau peranan dalam pencapaian kualitas.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa karakteristik sekolah yang efektif tersebut


dapat dicapai melalui proses antara lain :

(1) Perencanaan kolaboratif dan hubungan kesejawatan.


(2) Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif.
(3) Penentuan tujuan dan harapan sekolah secara jelas, yang didasarkan pad penilaian
diri (self-evaluation).
(4) Pemeliharaan ketertiban dan disiplin untuk menjaga suasana lingkungan yang
kondusif untuk belajar, atau untuk menciptakan iklim sekolah yang positif.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 28
Apabila dicermati berbagai uraian di atas menunjukan kepada kita tentang
berbagai cara kerja yang perlu dilakukan untuk mencapai kualitas pendidikan yang
diinginkan, yang pada intinya memerlukan komitmen, kesungguhan dan kesediaan
untuk bekerja sama dari semua pihak yang bekepentingan dengan dunia pendidikan.
Karena itu, penerapan MBS pada suatu sekolah, termasuk SD sangat bergantung pada
kesiapan dari pihak-pihak diatas, kesiapan ini tidak semata-mata hanya sekedar
bersifat legal formal yang lebih banyak bersifat politis, tetapi yang lebih penting
adalah kesiapan teknis untuk menjalankan model pengelolaan tersebut.

MBS dapat dikatakan merupakan model pengelolaan pendidikan yang relatif


baru bagi sekolah-sekolah di Indonesia. Model ini mulai di uji cobakan tahun
1999/2000 pada 140 SMUN dan 248 SLTPN, dan pada tahun 2000/2001 pada 486
SMUN dan 158 SLTPN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Dikmenum,
2000d : 3).

Sebagaimana diketahui bahwa komleksitas permasalahan pengelolan


pendidikan disekolah menengah (SLTA dan SLTP) berbeda dengan permasalahan
yang dihadapi dalam pengelolaan SD-MI. Bank Dunia (1998: xi, 69-73) dalam
laporannya mengungkapkan ada 4 hambatan kelembagaan yang mempengaruhi
pencapaian mutu pendidikan dasar, yakni :

Fist, the organizational set up at primary level is complex because


responsibilities are split among various ministries. Second, at the junior secondary
level, operations are overly centralized. Third,budgeting for basic education is rigid
and fragmented. Finally, management is ineffective at the school level because public
school principals have little autonomy in running the school or allocating resources
and hence have little incentive to use resources efficiently.

Laporan Bank Dunia tersebut menegaskan bahwa SLTP/SLTA dab SD-MI.


Sementara itu sepanjang pengetahuan peneliti, konsep MBS di atas belum diterapkan
pada jenjang pendidikan sekolah dasar, lebih-lebih dikaitkan dengan penerapan asas
desentralisasi atau otonomi pemerintahan. Untuk itu penelitian memandang perlu
untuk mengkaji tingkat kesiapan daerah dalam melaksanakan Manajemen Berbasis
Sekolah (School Based Management).

2.4 Monitoring
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 29
EVALUASI DAN PELAPORAN
Sebagaimana lazimnya penyelenggaraan pendidikan yang lain, dalam
penyelenggaraan sekolah potensial juga dilakukan monitoring dan evaluasi secara
kontinu dan berkesinambungan. Pada dasarnya, monitoring dan evaluasi dilakukan
dalam kerangka pembinaan sekolah, baik oleh pusat maupun daerah.
1. Monitorng pelaksanaan
Monitoring adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengetahui perkembangan
pelaksanaan penyelenggaraan sekolah potensial, apakah sesuai dengan yang
direncanakan atau tidak, sejauh mana kendala dan hambatan ditemui, dan bagaimana
upaya-upaya yang sudah dan harus ditempuh untuk mengatasi kendala dan hambatan
yang muncul selama pelaksanaan program dalam sekolah potensial. Monitoring lebih
berpusat kepada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis.
Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang
terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, antara pusat dan
daerah (termasuk Komite Sekolah) harus melakukan monitoring tersebut secara
bersama-sama sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Aspek-aspek yang dilakukan dalam monitoring adalah aspek-aspek yang
dikembangkan dan dijalankan dalam RPS. Dalam pelaksanaan nantinya, sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu tahun monitoring dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Prinsipnya, makin sering dilakukan (Oleh daerah)
makin memberikan dampak positif bagi sekolah.
2. Evaluasi Hasil
Kegiatan evaluasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui sejauh mana
kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah potensial dan sejauh mana
keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan evaluasi
tersebut dilakukan pada akhir tahun kegiatan/akhir tahun ajaran sehingga dilakukan
setiap satu tahun sekali. Tujuan utama kegiatan evaaluasi ini antara lain (a)
mengetahui tingkat keterlaksanaan program; (b) mengetahui keberhasilan program;
(c) sebagai bahan masukan dalam perencanaan penyelenggaraan sekolah potensial
tahun berikutnya; (d) memberikan penilaian tentang kelayakan dilanjutkannya
sebagai penerima dana bantuan pembinaan , dan (e) secara umum melakukan
pembinaan bagi sekolah potensial agar pada tahun berikutnya diperoleh hasil yang
lebih baik atau meningkat secara signifikan.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 30
Secara substansi, pada dasarnya evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi
kinerja sekolah penyelenggara sekolah potensial. Dengan demikian, materi yang
dijadikan bahan untuk melakukan evaluasi adalah meliputi aspek-aspek pendidikan,
baik yang termasuk dalam SNP maupun aspek-aspek lainnya yang sesuai dengan
RPS. Secara metodologis, evaluasi tersebut dilakukan menggunakan pendekatan
expost facto, yaitu mengungkapkan apa saja yang telah terjadi dan dilakukan oleh
sekolah atau pihak lain yang terkait. Idealnya, dalam evaluasi ini tidak dilakukan
sampling responden, artinya semua sekolah potensial, khususnya yang menerima
dana bantuan, akan dievaluasi. Instrumen dikembangkan dalam bentuk kuisioner atau
angket dari aspek-sapek pendidikan dalam SNP atau lainnya seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Untuk kelengkapan data agar lebih komprehensif, instrument
juga dikembangkan dalam bentuk isian terbuka(kualitatif dan kuantitatif). Sumber
data diambil dari para pengelola, guru, siswa, komite sekolah, dan Dinas Pendidikan
Kab/Kota. Hasil analisis dari data tersebut akan disampaikan kembali kepada sekolah
dan pihak lain yang terkait untuk dipergunakan sebagai masukan dan perbaikan
program pada tahun berikutnya.
3. Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporannya
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pada sekolah potensial terdiri
atas:
a. Tim Monitoring dan Evaluasi Provinsi
Tim ME provinsi akan membantu pelaksanaan ME sekaligus melakukan
monitoring pelaksaan program melalui hierarki birokrasi (Dinas Pendidikan
Provinsi). Monitoring dari provinsi penting dilakukan untuk menjamin pelaksanaan
program dan transparansi kegiatan-kegiatan disekolah.
b. Tim Monitoring dan Evaluasi Kabupaten/Kota
Selain Tim ME provinsi, sebagai pelaksana monitoring dan evaluasi juga
dilibatkan tim ME dari Kabupaten/Kota. Tim Tersebut pada umumnya sangat
berperan dalam memberikanmasukan-masukan kepada tim provinsi maupun tim
pusat, dengan asumsi bahwa merekalah yang paling memungkinkan dilihat dari
segala aspek. Dari sisi birokrasi, tim kabupaten/kota sangat memungkinkan untuk
melakukan pembinaan secara terus menerus, bahkan dengan pembinaan tersebut
dimungkinkan apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 31
program secara dini dapat diidentifikasi sehingga kesalahan-kesalahan yang fatal
dapat dihindari.
c. Laporan Monitoring dan Evaluasi.
Laporan monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat kemajuan sekolah
secara komprehensif. Disampojg itu, secara keseluruhan juga dimaksudkan untuk
mengidentifikasi maasalah-masalah yang timbul atau yang terjadi dimasing-masing
sekolah. Khusus untuk laporan monitoring dimaksudkan untuk meminimalisasi
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada saat program masih berjalan.
Dengan demikian, program-program dapat berjalan sesuai dengan rencana.
4. Pelaporan Pelaksanaan
a. Tingkat Sekolah
Sekolah yang mendapatkan dana bantuan school grant diwajibkan membuat
pelaporan. Pelaporan yang dimaksud adalah semua hal yang dijalankan oleh sekolah
beserta hasil-hasilnya dan termasuk penggunaan keuangan. Pelaporan oleh sekolah
dibagi menjadi dua, yaitu pelaporan kemajuan pelaksanaan program yang dilakukan
pada setiap pertengahan tahun ajaran (Bulan November-Desember), dan pelaporan
keterlaksanaan dan hasil-hasilnya pada setiap akhir tahun ajaran (Bulan Mei-Juni).
Hal-hal yang harus dilaporkan adalah semua sasaran, program, kegiatan, baik
pelaksanaannya maupun hasil-hasilnya seperti yang telah direncanakan oleh oleh
RPS. Pelaporan dibuat rangkap empat, yaitu untuk provinsi, kabupaten/kota, komite
sekolah, dan sekolah yang harus dilegalisasi atau disetujui oleh komite sekolah atau
dinas pendidikan kabupaten/kota setempat. Sitematika dan format pelaporan
keuangan umum dan khusus dapat dilihat pada uraian mengenai panduan penyusunan
laporan.
b. Tingkat Kabupaten/Kota
Pelaporan ditingkat kabupaten/kota dibuat berdasarkan laporan dari sekolah yang
ada dikabupaten/kota ditempat sekolah itu berada. Pelaporan kabupaten/kota tersebut
penting dilakukan karena sekolah-sekolah pembinaan langsung ada pada tingkat
daerah tersebut. Dengan demikian, ditingkat kabupaten/kota, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota harus dibuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk sekolah-
sekolah yang ada diwilayahnya. Laporan tersebut selanjutnya dikirim oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota ke provinsi masing-masing.
c. Tingkat Provinsi

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 32
Pelaporan ditingkat provinsi dibuat berdasarkan laporan dari kabupaten/kota yang
ada diwilayahnya. Pelaporan tingkat provinsi harus dibuat mengingat pembinaan
sekolah potensial harus dilakukan secara komprehensif dan integratif. Disamping itu,
pembinaan juga harus dilakukan secara terus-menerus dan bersama-sama dengan
pembinaan tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian, ditingkat provinsi, Dinas
Pendidikan provinsi harus dibuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk
kabupaten-kabupaten atas masukan dari sekolah-sekolah yang ada diwilayahnya.
Laporan tersebut selanjutnya dikirim oleh Dinas Pendidikan Provinsi ke pusat.
d. Tingkat Direktorat Pembinaan SMP
Pelaporan ditingkat pusat (Direktorat pembinaan SMP) merupakan kompilasi dan
agregasi semua laporan dari provinsi. Disamping itu, pada tingkat pusat juga akan
dipetakan sekolah-sekolah potensial diseluruh Indonesia. Berbagai kenyataan tentang
tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
manajemen pendidikan. Dalam kenyataannya, manajemen pendidikan yang selama
ini bersifat sentralistik telah menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang
berdaya, kurang mandiri dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas
terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari manajemen
peningkatan mutu berbasis pusat, menuju menajemen berbasis sekolah (MBS).
Dengan MBS ini, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama dan Direktorat Pendidikan
Menengah Umum berkemauan kuat dan bertekad bulat mengupayakan
pengembangan SMP atau dikmenum dapat terjadi dan mengakar disekolah.

BAB III
PENUTUP

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 33
3.1 Kesimpulan
Konsep dasar manajemen yang merupakan ilmu sebagai suatu bidang pengetahuan
yang mengatur suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang dilandasi dengan keahlian
khusus. Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisaisan, pengerakkan,dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Sistem Pendidikan Nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional merupakan pedoman bagi
manajer Pendidikan untuk berperilaku baik secara individu maupun kelompok.

3.2 Saran

Manajemen pendidikan adalah ilmu yang diterapkan ke semua aspek sebagai tatanan
didalam kehidpuan,ini perlu diterapakn bukan hanya pada organisasi saja,melainkan
individu juga harus mempunyai manajemen agar kehidupanya terarah dan teratur serta
mencapai tujuan yang diinginkan dengan baik.

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Page 34

Anda mungkin juga menyukai