Anda di halaman 1dari 15

GANGGUAN MOBILISASI DAN TRANSPOTASI

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Kebutuhan Dasar Manusia 2
Yang dibina oleh Bapak Supono, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB

Oleh
Rifqi Qolbi Faiqhi
P17211193061

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
Maret 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah dengan judul “GANGGUAN MOBILISASI DAN
TRANSPORTASI” disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas matakulia
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 2 serta memberikan pengetahuan baru bagi
penulis dan pembaca mengenai bagaimana pengetahuan dari gangguan mobilisasi dan
transportasi. Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu yang telah membimbing dalam proses pembuatan makalah. Saya
menyadari bahwa makalah ini disusun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan dengan tujuan agar
makalah ini selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat.

Malang, 18 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian body mekanik dan body alignment..................................................4
2.2 Faktor yang mempengaruhi body mekanik dan body alignment.......................5
2.3 Pengertian mobilisasi dan imobilisasi................................................................6
2.4 Kondisi patologi yang mempengaruhi imobilisasi.............................................6
2.5 Perubahan tubuh akibat imobilisasi...................................................................7
2.6 Asuhan keperawatan..........................................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
3.2 Saran ................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki kebutuhan dasar salah satunya adalah mobilisasi dan imobilisasi.
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahakan
kesehatannya (Alimul, 2006). Jika mobilisasi terjadi gangguan maka disebut imobilisasi.
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit
atau impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental.
Imobilisasi dapat juga diartikan sebagai keadaan tidak bergerak atau tirah baring yang
terus menerus selama lima hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis (Potter &
Perri, 2010). Dari pengertian diatas sebaiknya kita menjaga kesehatan agar dapat
melakukan aktivitas dengan baik.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana body mekanik dan body alignment?
2. Apa factor yang mempengaruhi body mekanik dan body alignment?
3. Apa yang dimaksud mobilisasi dan imobilisasi?
4. Bagaimana kondisi patologi yang mempengaruhi imobilisasi?
5. Bagaimana perubahan tubuh akibat imobilisasi?
6. Apa asuhan keperawatan yang dapat dilakukan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang body mekanik dan body alignment
2. Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi body alignment dan body
mekanik
3. Untuk mengetahui mobilisasi dan imobilisasi
4. Untuk mengetahui kondisi patologi yang mempengaruhi imobilisasi
5. Untuk mengetahui perubahan tubuh akibat imobilisasi
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan imobilisasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian body mekanik dan body alignment


Menurut (Puspitasari dan Ernawati, 2020) Body Mekanik yaitu suatu usaha
memfasilitasi gerak tubuh tanpa terjadi ketegangan otot sehingga mengurangi cedera
musculoskeletal. Mekanika tubuh adalah usaha kordinasi dari muskuskeletal dan system saraf
untuk mempertahankankeseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh pada dasarnya adalah
bagaimana tubuh secara efesien terkordinasi dan aman sehingga menghasilkan gerakan yang
baik dan memelihara keseimbangan selama beraktifitas. (Asmadi, 2008).
Prinsip mekanika tubuh :
a. Gravitasi
Memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh
 Pusat gravitasi, titik yang ada dipertengahan tubuh.
 Garis gravitasi, merupakan garis imagines vertical melalui pusat gravitasi.
 Dasar tumpuan, merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk
menopang atau menahan tubuh.
b. Keseimbangan
Keseimbangan dapat dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi, diantara
garis gravitasi dan pusat tumpuan.

Menurut (Risnanto & Uswatun, 2014) Body alignment atau postur tubuh adalah
susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh
yang lain. Body alignment yang baik akan meningkatkan keseimbangan yang optimal dan
fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur.
Prinsip – prinsip body alignment
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewati dan base of support.
2. The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan
keseimbangan lebih besar.
3. Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak digunakan
untuk mempertahankan keseimbangan.
4. The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.

4
5. Perubaan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
6. Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri
kelelahan otot dan kontraktur.
7. Karena struktur enatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus secara
individual dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
8. Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan ligament
ketika body alignment jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang kurang hati-
hati.

2.2 Faktor yang mempengaruhi body mekanik dan body alignment

a. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem
saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan
lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak
bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika
tubuh dan ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-
benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e. Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat
menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.

5
f. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan
mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi
sistem neurologi dan muskuluskeletal.

Akibat Body Mekanik Yang Buruk

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah :

a. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam


sistem muskulusletal.
b. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

2.3 Pengertian mobilisasi dan imobilisasi


Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahakan
kesehatannya (Alimul, 2006). Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu
mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu:
mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan
orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam
menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai
penyakit atau impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh) yang bersifat fisik atau
mental. Imobilisasi dapat juga diartikan sebagai keadaan tidak bergerak atau tirah baring
yang terus menerus selama lima hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis (Potter
& Perri, 2010)

2.4 Kondisi patologi yang mempengaruhi imobilisasi


a. Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada otot sternoklei
domanstoid.

6
b. Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior.
c. Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal.
d. Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
e. Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan
bahu.
f. Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral.
g. Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal
h. Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena gangguan yang
disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal.
i. Kerusakan sistem saraf pusat.
j. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan fraktur

2.5 Perubahan tubuh akibat imobilisasi


a. Sistem Muskular
Otot yang tidak aktif akan mengalami kehilangan kekuatan 3% per hari, dan dalam hal
ini tanpa defisit neuromuskular primer kadang-kadang memerlukan beberapa
minggu/bulan untuk dapat berfungsi kembali. Streching dapat terjadi seperti kehilangan
tonus otot atau seperti exessive strain (wirst drop/foot drop) dapat terjadi karena
kerusakan jaringan/atropi otot. Pada atropi otot yang general → penurunan kekuatan otot
dan kekakuan pada persendian. Kekakuan sendi dan perlekatan sendi serta otot.
b. Sistem Skeletal
Kondisi skeletal sehari-hari akan dipertahankan antara aktivitas formasi tulang
(Osteoblastic activity) dan resporsi tulang (osteoclastic actinity). Bila stressing pada
tulang berkurang, aktivitas osteobalas menurun, akan dilanjutkan dengan destruksi
tulang, calsium tulang akan berkurang, sedangkan serum nirogen dan phospor meningkat
→ deminralisasi tulang (osteopenia) → fraktur patologis dan peningkatan kalsium
darah. Atrofi dan kelemahan otot rangka.
Pada anak yang tidak dapat bergerak, seperti anak dengan penurunan kesadaran,
pergerakan menjadi terbatas → kontrkator persendian. Kontraktor paling sering di hip,
lutut, bahu, paintar, kaki.
c. Sistem Kardiovaskular
Ada tiga efek yang dapat terjadi pada sistem kardio vaskuler:
- Hypotensi ortostatik

7
- Peningkatan kerja jantung
- Trombus formation
- Gangguan distribusi volume darah
d. Sistem Respiratory
Basal metabolisme rate menurun karena adanya penurunan kebutuhan energi dalam sel
→ kebutuhan sel akan oksigen menurun → produksi CO2, berkurang → penurunan
kebutuhan O2 dan CO2 menyebabkan respirasi menjadi lambat dan dalam.
 Expansi dada terbatas karena adanya distensi abdomen akibat akumulasi feses, gas dan
cairan atau karena penggunaan alat yang membatasi gerak seperti body cast, brace, tight
bindes.
e. Sistem Gastro intestinal
Immobilisasi yang lama dapat menyebabkan balance nitrogen yang negatif yang
disebabkan oleh peningkatan aktivitas katabolisme → penurunan kontribusi energi →
ingesti nutrisi menurun → nafsu makan menurun.
 Penurunan aktivitas → efek gravitational pada pergerakan feses → fases menjadi keras
→ sulit untuk dikeluarkan → konstipasi.
f. Sistem Renal
Struktur dalam sistem perkemihan dirancang untuk posisi tegak lurus sehingga bila
terjadi perubahan posisi kontraksi peristaltik ureter akan memberikan tahanan terhadap
kandung kemih → urine menjadi statis → merangsang pembentukan batu → batu dalam
saluran kemih. Batu dalm saluran kemih → urine statis → media untuk pertumbuhan
mikro organisme → infeksi saluran kemih.
g. Sistem Integumentary
Akibat immobilisasi dapat menyebabkan aliran darah menurun terutama pada daerah
yang tertekan (sacrum, occiput, trokanter dan ankle) → distribusi O2 dan nutrisi
menurun → ischemia jaringan → nekritic jaringan → ulcer (decubitus).
h. Sistem Neurosensory
Menurut hasil penelitian efek immobilisasi terhadap sistem neurosensory tidak begitu
terlihat.
 Dua hal yang dapat terjadi : loss of innervation dan sensory and perceptual deprivation.
(Wong, 2012).

8
2.6 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai
adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi
berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan
posisi. Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam mekanika tubuh pada saat duduk,
berakivitas, atau saat pasien menglami pergerakan serta pengkajian terhadap status
ambulasi. Kemudian, menilai gaya berjalan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan
dengan cara mengamati apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau tegak lurus ), ayunan
lengan atas ( pantas atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh
jauh dari garis gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah diawali dan diakhiri dengan mudah
atau tidak..
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran
tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak,
kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktivitas.
b. Kesejajaran tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, dan
berbaring.
c. Cara berjalan
Pengkajian cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera
akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh kurang lebih 10 kaki
di dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut :
1. Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
2. Tumit menyentuh tanah lebih dahulu daripada jari kaki
3. Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
4. Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
5. Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal
dan tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
6. Kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit)
d. Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1. Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi

9
2. Adanya deformitas
3. Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi
4. Adanya nyeri tekan
5. Krepitasi
6. Peningkatan temperatur di sekitar sendi
7. Derajat gerak sendi
e. Kemampuan dan keterbatasan gerak
Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-hal
yang perlu dikaji antara lain:
1. Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
2. Adanya hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang selang infuys atau gips yang
berat)
3. Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk
4. Keseimbangan dan koordinasi klien.
5. Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat
6. Derajat kenyamanan klien
7. Penglihatan
f. Kekuatan dan masa otot
Sebelum membantu klien mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji
kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk menurunkan
risiko tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.
g. Toleransi aktifitas
Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan
seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seperti
jalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau kronik.
Selain itu, pengetahuan toleransi aktifitas klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi
keperawatan lainnya.
Pengkajian toleransi aktivitas meliputi dua fisiologis, emosional, dan tingkat perkembangan.
Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi oleh perawat dengan segera.
h. Masalah terkait mobilitas
Pengkajian ini dilakukan melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan
hasil tes laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran cairan.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi imobilisasi. Data

10
yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang akan dibandingkan dengan data
selama periode imobilisasi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi,
antara lain :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme
muskulusletal pada ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu
dalam waktu lama.
2. Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau
penggunaan tongkat yang tidk benar.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.

3. Perencanaan
1. Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh saat melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.
3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.

4. Implementasi
Prosedur-prosedur dalam bagian ini sebagai prinsip mekanika tubuh yang diperlukan untuk
menjaga atau memperbaiki kesejajaran tubuh:
Teknik Mengangkat. Perawat berisiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat,
memindahkan, atau mengubah posisi klien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus
mengkaji kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan
kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut :
• Posisi beban.
• Tinggi objek.
• Posisi tubuh.
• Berat maksimum.
Teknik mengubah posisi. Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau
otot dan meningkatkan kelemahan serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan perawat
untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau
duduk. Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh
klien yang baik selama diposisikan.

11
Teknik Mmindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus
diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke
kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk
menggerakan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi
perawat dari cedera muskuloskeletal. Meskipun perawat menggunakan bebagai teknik
memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan
pada setiap prossedur memindahkan :
1. Naikan sisi bergerak [ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat
untuk mencegah jatuh dari tempat tidur.
2. Tinggikan tempat tidur pada ketingian yang nyaman.
3. Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat
digunakan saat memindahkan.
4. Tentukan kebutuhan akan bantuan.
5. Jelaskan kaji kesejajajran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali
memindahkan.

5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika
tubuh dan ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan
mekanika tubuh dengan baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik
atau turun, dan berjalan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah Body Mekanik yaitu suatu
usaha memfasilitasi gerak tubuh tanpa terjadi ketegangan otot sehingga mengurangi cedera
musculoskeletal. Mekanika tubuh adalah usaha kordinasi dari muskuskeletal dan system
saraf untuk mempertahankankeseimbangan yang tepat. Kemudian faktor yang
mempengaruhi mekanik dan body aligment adalah status kesehatan, nutrisi, emosi, situasi
dan kebiasaan, gaya hidup, dan pengetahuan. Adapun akibat dari body aligment yang buruk
adalah terjadi ketegangan, dan resiko kecelakaan pada muskulusletal.

Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahakan
kesehatannya. Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh) yang bersifat fisik
atau mental.

3.2 Saran

Dalam makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang gangguan mobilisasi dan
transportasi. Selain mengetahui mengetahui tentang gangguan molisasi dan transportasi juga
dapat mengetahui tentang asukan keperawatan mengenai gangguan ini, faktor dan dampak
dari body aligment, mengetahi tentang apa itu imobilisasi dan dampak yang dapat
diakibatkan oleh imobilisasi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Salemba Medika.
Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba
Puspitasari, L., & Ernawati, E. (2020). Manfaat Body Mekanik dan Hamstring Exercise terhadap
Pengurangan Nyeri Pinggang Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Kebidanan Harapan Ibu
Pekalongan, 7(1), 39-45.
Risnanto & Uswatun, I. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah: Sistem muskulus
keletal. Yogyakarta: Deepublish.
Rohman, U. (2019). Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Imobilisasi Dalam Waktu Lama. Journal
Sport Area, 4(2), 367-378.
Sunarti, S. S., & Silalahi, R. D. (2018). PENGARUH ROM AKTIF TERHADAP KEMAMPUAN
MOBILISASI PADA LANSIA ARTRITIS REUMATOID DI RUMAH BAHAGIA KAWAL KECAMATAN
GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN KEPRI. Zona Keperawatan, 8(3), 71-81.

14

Anda mungkin juga menyukai