Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN WELL SERVICE DAN KERJA ULANG PADA SUMUR

SUMUR TUA DAN PERTIMBANGAN KEEKONOMIANNYA


Proposal Komprehensif

Disusun oleh:

Rahadian Lintang Al Azhar

113160148

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
Y O GYAKAR TA
2019
PERENCANAAN WELL SERVICE DAN KERJA ULANG PADA SUMUR
SUMUR TUA DAN PERTIMBANGAN KEEKONOMIANNYA

Proposal Komprehensif

Disusun oleh :
Rahadian Lintang Al Azhar
113160148

Disetujui untuk Program Studi Teknik Perminyakan


Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Oleh:

Pembimbing :

(Dr.Ir.H.Harry Budiharjo. S, MT)


I. LATAR BELAKANG MASALAH
Perencanaan Well Service dan kerja ulang sangat diperlukan untuk
mempertahankan sumur-sumur tua agar tetap berproduksi. Perencanaan tersebut
dilakukan apabila laju produksi dari sumur mengalami penurunan yang berakibat pada
penurunan produktivitas sumur. Penurunan laju produksi tersdebut dikarenakan
turunnya tekanan reservoir. Oleh sebab itu apabila suatu sumur mengalami penurunan
laju produksi maka faktor-faktor yang menyebabkan penurunan laju produksi tersebut
harus segera diketahui agar dapat dilakukan usaha pencegahan dan pengembalian
sumur agar bisa berproduksi secara optimum seperti semula.

Dalam merencanakan well service dan kerja ulang maka perlu diketahui data
formasi yang mendukung, antara lain data kerusakan formasi yang di identifikasikan
dengan adanya penurunan permeabilitas, pengecilan porositas, kenaikan viskositas,
dan penurunan tekanan reservoir.

Dari data-data yang diperoleh tersebut maka dapat direncanakan well service dan
kerja ulang yang tepat. Selain itu untuk merencanakan well servis dan kerja ulang yang
tepat juga diperlukan data fluida reservoir, yang meliputi viscositas, densitas dan
kandungan zat kimia yang ada pada fluida reservoir. Apabila data fluida reservoir
diketahui, maka kecenderungan untuk terjadinya problem produksi dapat
diminimalkan.

Sebelum pelaksanaan kerja ulang, harus diketahui terlebih dahulu bagian-bagian


dalam kerja ulang yang meliputi tiga bagian, yaitu :

a. Untuk mengatasi problem pada formasi.


b. Untuk mengatasi problem yang disebabkan oleh sifat fluida reservoir dan air
formasi.
c. Untuk mengatasi problem mekanis (kerusakan peralatan dalam sumur).
Setelah kerja ulang selesai dilaksanakan maka perlu dievaluasi hasilnya terhadap
kinerja reservoir.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penulisan komprehensif ini adalah untuk memahami dan
mempelajari mengenai perencanaan well service dan kerja ulang pada sumur tua dan
pertimbangan keekonomiannya

Tujuan dari penulisan komprehensif ini adalah untuk mengetahui aspek


ekonomis dari kegiatan well service pada sumur tua

III. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan komprehesif ini
adalah studi pustaka dan diskusi. Studi pustaka dilakukan dengan bahan-bahan yang
diperoleh dari berbagai literature, jurnal atupun karya tulis lain yang berhubungan
dengan judul komprehensif ini. Diskusi dilakukan terutama dengan dosen pembimbing
baik mengenai aspek teknologi, keteraturan penuturan maupun tata cara penulisan.

IV. LANDASAN TEORI


Kontak antara formasi dengan fluida lain adalah dasar yang menyebabkan
kerusakan formasi. Adapun yang dimaksud fluida disini adalah lumpur pemboran,
fluida workover, fluida perforasi ataupun dari fluida reservoir itu sendiri dimana
karakteristik reservoirnya telah berubah. Beberapa kemungkinan mekanisme
terjadinya kerusakan formasi meliputi:

1. Penyumbatan yang berasosiasi dengan padatan.


Penyumbatan oleh padatan dapat terjadi pada permukaan formasi, lubang perforasi
atau pada formasi itu sendiri. Penyumbatan oleh padatan tersebut berupa material
pemberat, clay, material loss circulation, pengendapan scale dan asphalt.
2. Padatan sangat kecil.
Padatan yang dimaksud berupa oksida besi atau partikel silikat lain. Padatan ini
sering terbawa oleh aliran dan akhirnya terendapkan dalam pori-pori pada
permeabilitas relatif formasi dan akan berkembang menjadi penyumbat yang
serius.

Mekanisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:

1. Penyumbatan partikel pada ruang pori


Ketika partikel-partikel halus melalui media berpori, seringkali terendapkan di
saluran rongga pori yang mengakibatkan penurunan permeabilitas. Partikel-partikel
besar yang tertransport ke permukaan media porous akan menutup pori-pori
permukaan dan membentuk filter cake eksternal. Partikel kecil yang melewati media
porous dapat menempel pada permukaan badan pori yang menyebabkan penurunan
kecil permeabilitas atau dapat menutup rongga pori yang secara efektif menyumbat
ruang pori. Penutupan dapat terjadi ketika partikel kira-kira berukuran 1/3 hingga 1/7
dari rongga pori atau lebih.
2. Migrasi partikel halus

Partikel halus yang menyebabkan penymbatan dapat berasal dari luar atau media
porous itu sendiri. Pergerakan partikel halus kemungkinan disebabkan oleh perubahan
komposisi kimia air atau secara mekanik yaitu karena gaya gesek pergerakan fluida.
Kerusakan formasi sering disebabkan oleh dispersi partikel lempung halus ketika
salinitas air konat menurun atau komposisi kimia berubah.

5. Presipitasi kimia
Presipitasi padatan dari garam (senyawa anorganik) atau minyak mentah (senyawa
organik) dalam formasi dapat menyebabkan kerusakan formasi hebat ketika padatan
tersebut menymbat ruang pori. Presipitasi dapat juga terjadi akibat perubahan tekanan
dan temperatur di sekitar lubang sumur atau alterasi komposisi fasa oleh fluida injeksi.

Presipitasi anorganik dikarenakan adanya ion bivalen seperti kalsium atau barium,
yang berkombinasi dengan karbonat atau sulfat. Ion-ion dalam larutan air konat di
reservoir mula-mula berada pada kesetimbangan kimia dengan mineral formasi.
Perubahan komposisi air garam/formasi menyebabkan presipitasi. Berikut reaksi kimia
ion kalsium dan bikarbonat:
Ca2+ + 2HCO3- CaCO3(s) + H2O + CO2(g)

Awalnya air formasi jenuh dengan kalsium bikarbonat, peningkatan konsentrasi pada
sisi kiri persamaan di atas atau penurun konsentrasi pada sisi kanan akan mendorong
reaksi ke kanan dan kalsium karbonat terpresipitasi.

Penambahan ion kalsium dan penghilangan CO2 akan menyebabkan presipitasi.


Jadi injeksi fluida dengan kandungan kalsium tinggi seperti fluida komplesi CaCl 2 pada
reservoir dengan konsentrasi bikarbonat tinggi akan menimbulkan kerusakan formasi.
Begitu juga dengan penurunan tekanan di sekitar lubang sumur yang menyebabkan
pembebasan CO2 dari air formasi sehingga terjadi presipitasi.

Senyawa organik yang biasa menyebabkan kerusakan formasi adalah wax/lilin

(parafin) dan aspaltin. Presipitasi wax terjadi ketika temperatur turun atau komposisi

kimia minyak berubah karena pembebasan gas akibat penurunan tekanan. Aspaltin

merupakan golongan aromatik dengan berat molekul tinggi dan senyawa naftena

yang terdispersi secara koloid dalam minyak mentah(Schechter, 1992). Kondisi

koloid stabil dengan adanya resin dalam minyak mentah, ketika resin hilang, aspaltin

terflokulasi hingga menciptakan partikel yang cukup menyebabkan kerusakan


formasi. Perubahan kimia dalam minyak yang menurunkan konsantrasi resin yang

dapat menimbulkan pengendapan aspaltin.

4. Emulsi, perubahan permeabilitas relatif dan wetabilitas

Kerusakan formasi dapat disebabkan oleh perubahan fluidanya sendiri seperti


perubahan viskositas minyak atau permeabilitas relatif. Namun sifatnya sementara
karena fluida bergerak dan secara teoritis dapat digerakkan dari sekitar lubang sumur.
Emulsi air dalam minyak di sekitar lubang sumur dapat menyebabkan kerusakan
formasi karena viskositas emulsi lebih besar daripada viskositas minyak. Biasanya
emulsi terbentuk oleh percampuran secara mekanik minyak dan air, yang merusak
salah satu fasanya dalam bentuk gelembung kecil yang terdispersi dalam fasa lainnya.
Pembentukan emulsi mungkin secara kimia melalui pemasukan surfactan atau partikel
halus yang cenderung menstabilkan gelembung kecil.

Peningkatan saturasi air di sekitar lubang sumur dapat menurunkan permeabilitas


minyak sehingga menimbulkan kerusakan formasi, yang disebut blok air. Unsur kimia
tertentu dapat mengubah wetabilitas formasi sehingga merubah permeabilitas relatif
secara keseluruhan dalam formasi. Jika formasi water wet berubah menjadi oil wet
maka permeabilitas relatif minyak mengalami penurunan besar di sekitar lubang sumur.

5. Mekanik

Kerusakan formasi dapat juga diakibatkan penghancuran fisik atau kompaksi


batuan saat perforasi, ataupun keruntuhan material formasi lemah di sekitar lubang
sumur. Keruntuhan tersebut mungkin terjadi pada formasi yang rapuh atau formasi
yang menjadi lemah karena acidizing.

6. Biologis

Sumur yang diinjeksi air akan rentan terhadap kerusakan formasi akibat bakteri di
lingkungan sekitar lubang sumur. Bakteri yang terinjeksi, terutama anaerobik dapat
tumbuh cepat dalam formasi dan menyumbat ruang pori dengan bakteri itu sendiri atau
dengan presipitasi yang dihasilkan oleh aktifitas organisme. Untuk mencegah
kerusakan formasi biologis tersebut maka air injeksi dirawat dengan bactericides.

Adanya formation damage (kerusakan formasi) dan pengurasan permeabilitas


efektif minyak pada zona produktif disekitar lubang bor akan menyebabkan kerusakan
formasi. Kerusakan ini dapat terjadi pada waktu pemboran, well completion, dan
operasi produksi. Penurunan permeabilitas ini akibat adanya material lain yang masuk
kedalam porositas batuan dan naiknya produksi air dan gas (Schechter R.S., 1992;
Allen T.O., 1982).
V. RENCANA DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………..……………………….......


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

BAB II KARAKTERISTIK RESERVOIR ........................................................

2.1. Karakteristik Batuan Reservoir .......................................................


2.1.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir .......................................
2.1.1.1. Batu Pasir ................................................................
2.1.1.2. Batuan Karbonat ......................................................
2.1.1.3. Batuan Shale ............................................................
2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir ..................................................
2.1.2.1. Porositas ..................................................................
2.1.2.2. Wettabilitas ..............................................................
2.1.2.3. Tekanan Kapiler ......................................................
2.1.2.4. Saturasi Fluida .........................................................
2.1.2.5. Permeabilitas ...........................................................
2.1.2.6. Kompresibilitas .......................................................
2.2. Kondisi Reservoir ............................................................................
2.2.1. Tekanan Reservoir ..................................................................
2.2.2. Temperatur Reservoir .............................................................
2.3. Jenis-jenis Reservoir .......................................................................
2.3.1. Berdasarkan Jenis Perangkap Reservoir .................................
2.3.1.1. Perangkap Struktur ..................................................
2.3.1.2. Perangkap Stratigrafi ...............................................
2.3.1.3. Perangkap Kombinasi .............................................
2.3.2. Berdasarkan Kelakuan Fasa Fluida ........................................
2.3.2.1. Reservoir Tak Jenuh ................................................
2.3.2.2. Reservoir Jenuh .......................................................
2.3.2.3. Reservoir Gas ..........................................................
2.3.2.4. Dry Gas Reservoir ...................................................
2.3.3. Berdasarkan Mekanisme Pendorong ......................................
2.3.3.1. Depletion Drive Reservoir ......................................
2.3.3.2. Gas Cap Drive Reservoir .........................................
2.3.3.3. Water Drive Reservoir .............................................
2.3.3.4. Segregation Drive Reservoir ..................................
2.3.3.5. Combination Drive Reservoir .................................
BAB III PROBLEMATIK SUMUR-SUMUR TUA
3.1. Kerusakan Formasi ..........................................................................
3.2. Klasifikasi Mekanisme Kerusakan Formasi ....................................
3.3. Penyebab Terjadinya Kerusakan Formasi .......................................
3.3.1. Kerusakan Formasi Akibat Operasi Pemboran ......................
3.3.2. Kerusakan Formasi Akibat Operasi Komplesi .......................
3.3.3. Kerusakan Formasi Akibat Operasi Produksi ........................
3.4. Penyebab Terjadinya Kerusakan Sumur .........................................
3.4.1. Kerusakan Yang Terjadi Pada Bawah Permukaan .................
3.4.2. Kerusakan Yang Terjadi Pada Atas Permukaan .....................
3.5. Problem-problem produksi ..............................................................
3.5.1. Problem kerusakan formasi ....................................................
3.5.2. Problem Scale .........................................................................
3.5.3. Problem kepasiran ..................................................................
3.5.4. Problem emulsi .......................................................................
3.5.5. Problem korosi .......................................................................
3.5.6. Problem paraffin .....................................................................
3.5.7. Problem conning ....................................................................

BAB IV PERENCANAAN STIMULASI DAN KERJA ULANG


DAN OPERASINYA
4.1. Pengertian Stimulasi ........................................................................
4.1.1. Acidizing ................................................................................
4.1.2. Hydraulic Fracturing ...............................................................
4.1.3. Steam Stimulation ...................................................................
4.2. Pengertian Kerja Ulang ...................................................................
4.2.1. Metode-metode Kerja Ulang ..................................................
4.2.1.1. Squeeze Cementing ..................................................
4.2.1.2. Reperforasi ...............................................................
4.2.1.3. Recompletion ...........................................................
4.2.1.4. Sand Control.............................................................
4.3. Operasi Kerja Ulang.........................................................................
4.3.1. Prioritas Rencana Operasi Kerja Ulang .................................
4.3.2. Frekuensi Operasi Kerja Ulang ...............................................
4.3.2.1. Frekuensi Sand Control ...........................................
4.3.2.2. Frekuensi Reperforasi .............................................
4.3.2.3. Frekuensi Recompletion ..........................................
4.3.2.4. Frekuensi Squeeze Cementing ................................
4.3.2.5. Frekuensi Stimulasi ..................................................

4.4. Perencanaan Kerja Ulang .................................................................


4.4.1. Mengatasi Problem Formasi ..................................................
4.4.1.1. Permeabilitas Formasi Kecil ....................................
4.4.1.2. Produksi Gas/Air Yang Tinggi .................................
4.4.1.3. Problem Kepasiran ...................................................
4.4.1.4. Formation Damage ...................................................
4.4.2. Mengatasi Problem Yang Disebabkan Oleh
Sifat Fluida Formasi ................................................................
4.4.2.1. Problem Scale...........................................................
4.4.2.2. Emulsi dan Fluida Berviskositas Tinggi ..................
4.4.2.3. Problem Parafin .......................................................
4.4.3. Mengatasi Problem Mekanis ..................................................
4.4.3.1. Kebocoran Casing dan Kerusakan Pada
Primary Cementing .................................................
4.4.3.2. Kerusakan Pada Down Hole Equipment ..................

BAB V PERENCANAAN KEEKONOMIANNYA ...........................................


5.1. Potensi Produksi Sumur dan Reservoar ...........................................
5.1.1. Produktivity Index (PI) ...........................................................
5.1.2. Inflow Performance Relationship (IPR)..................................
5.2. Indikator-Indikator Kalaikan Proyek ..............................................
5.2.1. Pay Out Time (POT) ..............................................................
5.2.2. Net Present Value (NPV) .......................................................
5.2.3. Rate of Return (ROR) ............................................................
5.2.4. Internal Rate of Return (IRR) ................................................
5.2.5. Profit to Investment Ratio (PIR) ............................................
5.2.6. Pertimbangan Keekonomian Kerja Ulang ..............................
BAB VI PEMBAHASAN .........................................................................................
BAB VII KESIMPULAN .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LAMPIRAN….................. .........................................................................................
VI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

Tarek, Ahmad., 2000. “Reservoir Engineering Hand Book”, Houston, Texas: Gulf
Publishing Company.
Allinson, Guy., 1992. “Economic of Petroleum Exploration and Production”,
Australia : Petroconsultant Australasia Pty Ltd.
Amyx, J.W., Bass D.M.Jr, Whitting R.L., 1960. “Petroleum Reservoir Engineering
Physical Properties”, New York, USA-Toronto Cabada-London, England: Mc.
Graw Hill Book Company
Kristanto, Dedy, Dr., 2005. ”Diktat Kuliah Pengenalan Enhanced Oil Recovery
(EOR)”, Teknik Perminyakan UPN ”Veteran” Yogyakarta.

Economides, M.J. Hill, A.D., 1993. "Petroleum Production System", New Jersey:
Englewood Cliffs.

Doherty, Henry L., 1979. “Acidizing Fundamentals”, New York: Society of Petroleum
Engineering.
Sukarno, Pudjo., 1958. ”Handout Teknik Produksi”, Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Riyanto, Bambang., 1995. “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi UGM.

Anda mungkin juga menyukai