Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu
kali berproduksi setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari dan berbentuk
semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau,
kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur
tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering,
biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah
batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak
terlalu kuat dan mudah roboh.
Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada
saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18.
Pusat tanaman kentang utama di Indonesia adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat),
Magelang (Jawa Timur), Bali. Di Indonesia kentang sangat digemari hampir semua orang.
Bahkan di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Selain itu, kentang
juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Sebagai sumber
karbohidrat yang penting, kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah. Karya
ilmiah ini mencoba membahas tentang budidaya tanaman kentang di Indonesia.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui syarat pertumbuhan tanaman kentang.
2. Mengetahui persiapan lahan sebelum penanaman kentang.
3. Mengetahui proses pembenihan.
4. Mengetahui proses pemupukan tanaman kentang
5. Mengetahui proses penyiraman tanaman kentang.
6. Mengetahui Pendangiran dan penyiangan tanaman kentang.
7. Mengetahui proses pembumbunan tanaman kentang.
8. Mengetahui proses pemangkasan bunga.
9. Mengetahui Varietas Tanaman Kentang.
10. Mengetahui organisme pengganggu tanaman kentang.
11. Mengetahui proses panen tanaman kentang.
12. Mengetahui proses pasca panen tanaman kentang.
13. Mengetahui Standar Produksi tanaman kentang.
II.
PEMBAHASAN

2.1 Syarat Pertumbuhan Tanaman Kentang.


Menurut Bambang cahyono, 1996 menyatakan Tanaman kentang akan tumbuh baik
dan dapat memberikan hasil yang tinggi (jumlah ton/ha) apabila ditanam di tempat yang
keadaan lingkungannya sesuai dengan syarat tumbuhnya. Pembudidayaan yang dilakukan
tanpa memperhatikan keadaan ekologi yang sesuai merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kegagalan panen.

Dalam budidaya tanaman kentang, keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap


tumbuhnya tanaman adalah keadaan tanah dan keadaan iklim. Keadaan tanah yang perlu
mendapat perhatian adalah letak geografis tanah, keadaan topografi tanah, keadaan sifat
fisika-kimia tanah dan biologis tanah. Sedangkan keadaan iklimnya adalah meliputi keadaan
suhu dan kelembaban udara, keadaan curah hujan, penyinaran cahaya matahari dan angin.
Adapun kesesuaian dari masing-masing keadaan lingkungan tersebut dapat diterangkan
sebagai berikut dibawah ini:

A. Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat.


Tanaman kentang umumnya dapat tumbuh baik bila ditanam di dataran tinggi (1.500
– 3.000 m dpl). Namun sebagai pengecualian, tanaman kentang ada yang tumbuh baik pada
ketinggian 500 m dpl. seperti di daerah Maja, dan tumbuh pada ketinggian 800 m dpl, seperti
di daerah Temanggung, Kedu. Keadaan ketinggian tempat juga berhubungan erat dengan
keadaan iklim setempat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti keadaan
suhu udara, keadaan curah hujan, keadaan kelembaban udara, dan keadaan penyinaran cahaya
matahari.
Semakin tinggi letak geografis tanah, maka keadaan suhu udara akan semakin turun
dengan laju penurunan sebesar 0,5˚C setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut.
Sedangkan intensitas cahaya matahari dan kelembaban udaranya semakin tinggi. Demikian
pula keadaan curah hujan akan semakin tinggi (Bambang cahyono, 1996).

B. Keadaan Topografi Tanah.


Keadaan topografi tanah atau derajat kemiringannya juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap budidaya tanaman kentang, terutama berpengaruh terhadap besarnya
biaya eksploitasi atau biaya pembukaan tanahnya. Biaya yang diperlukan untuk pembukaan
tanah pada daerah yang topografinya miring akan lebih besar dibanding dengan pembukaan
tanah ataupun penanaman yang dilakukan pada daerah yang keadaan topografinya datar.
Sebab, pada daerah yang topografinya miring maka untuk pembudidayaannya harus dibuat
teras-teras dan tanggul-tanggul agar tidak terjadi erosi yang dapat menghanyutkan unsur-
unsur hara dan merusak tanaman akibat longsornya tanah. Maka, pembukaan pada tanah yang
miring diperlukan biaya tambahan untuk pembuatan teras-teras dan tanggul-tanggul tersebut.

Untuk menghemat biaya eksploitasi atau pembukaan tanah, maka sebaiknya dipilih
lokasi yang keadaan topografi tanahnya datar. Dengan demikian tidak perlu membuat teras-
teras ataupun tanggul-tanggul. Akan tetapi apabila keadaannya memaksa harus menggunakan
tanah yang miring, hendaknya harus memperhitungkan derajat kemiringan tanahnya. Untuk
pembudidayaan tanaman ditanah yang miring, derajat kemiringan tanah harus dibawah 30%.
Sebab, derajat kemiringan tanah diatas 30% sudah merupakan faktor penghambat untuk
budidaya tanaman sehingga sudah tidak menguntungkan lagi (Bambang cahyono, 1996).

C. Keadaan Fisika, Kimia, dan Biologis Tanah.


Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada segala jenis tanah, akan tetapi
pertumbuhan yang paling baik dan subur adalah pada tanah vulkanis dengan kandungan pasir
sedikit. Pada tanah yang demikian itu tanaman akan menghasilkan kualitas kentang yang
baik. Sedangkan struktur tanah yang sesuai adalah yang berstruktur gembur, tanah banyak
mengandung bahan organik atau humus, subur, tanah mudah mengikat air (porous), dan
memiliki drainase yang baik. Keadaan tanah yang padat dan tidak porous dapat menghambat
pertumbuhan umbi, sehingga umbi yang akan dihasilkan kecil-kecil. Disamping itu, juga
dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Sifat fisika tanah yang baik akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman
dan hasil panen, karena sifat fisika tanah berpengaruh nyata terhadap peredaran oksigen dan
ketersediaan oksigen di dalam tanah yang sangat diperlukan untuk pernafasan akar dan jasad-
jasad renik tanah dalam membantu menguraikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang
tersedia bagi tanaman: sifat fisika tanah yang baik juga dapat meningkatkan pembuangan air
(drainase) sehingga dapat mencegah penggenangan air. Pada struktur tanah yang gembur
dapat memudahkan akar tanaman menembus tanah sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan perakaran, pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan umbi.
Dengan sifat fisika tanah yang baik dapat mencegah erosi, yang berarti dapat mencegah pula
hilangnya unsur-unsur hara tanah.

Keadaan kimia tanah atau keasaman yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah tanah
yang memiliki derajat keasaman (pH) sekitar 5 – 6,5. Jika tanah yang akan ditanami
keasamannya tinggi, yaitu nilai pHnya rendah maka keasaman tanah perlu diturunkan dengan
menaikan nilai pH tanah melalui pengapuran. Sedangkan apabila nilai pHnya tinggi diatas 6,5
maka perlu diturunkan dengan memberikan belerang pada tanah.

Derajat keasaman tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama pada


tahap awal pertumbuhan dan terhadap perkembangan umbi setelah umbi terbentuk. Keadaan
derajat keasaman juga berpengaruh terhadap ketersediaan zat-zat hara, dan aktivitas jasad
renik tanah dalam penguraian bahan organik. Pada keadaan tanah yang sangat asam (nilai pH
kurang dari 4) atau sangat basa (nilai pH lebih dari 9) sudah merupakan racun bagi tanaman.

Keadaan biologis tanah atau keberadaan organisme tanah berpengaruh terhadap


tingkat kesuburan tanah karena berfungsi sebagai pengurai bahan-bahan organik tanah
menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman. Keberadaan organisme tanah sangat dipengaruhi
oleh keadaan sifat fisika tanah dan keasaman tanah (Bambang cahyono, 1996).

D. Keadaan Suhu dan Kelembaban.


Keadaan suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara
15˚C – 20˚C dengan kelembaban udara antara 80% – 90%. Suhu udara yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah dapat menyebabkan pembentukan umbi berkurang sehingga menurunkan
produksi, hal ini disebabkan karena aktivitas metabolisme tanaman menurun. Demikian pula
kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan karena
penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan (Bambang cahyono, 1996).

E. Keadaan Curah Hujan.


Daerah dengan curah hujan 1.200 – 1500 mm/tahun merupakan daerah yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman kentang. Curah hujan yang terlalu tinggi (banyak hujan)
tanaman menjadi peka terhadap serangan penyakit busuk batang atau akar. Disamping itu,
mutu umbi yang dihasilkan jelek, yakni umbinya kecil-kecil, kulit umbi tipis dan mudah
mengelupas. Dengan demikian produksinya menjadi rendah (Bambang cahyono, 1996).

F. Faktor Penyinaran Matahari.


Penyinaran cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman
untuk proses fotosintesis. Lamanya penyinaran cahaya matahari berpengaruh terhadap waktu
(kapan) umbi terbentuk dan lamanya proses perkembangan berlangsung. Kisaran lamanya
penyinaran cahaya matahari bervariasi antara 10 – 16 jam per hari, tergantung varietasnya.
Namun, faktor cahaya yang penting berpengaruh terhadap pembentukan umbi adalah
intensitas cahaya.
Tanaman kentang memerlukan intensitas cahaya yang besar. Semakin besar intensitas
cahaya yang dapat ditangkap atau diterima akan mempercepat pembentukan umbi dan waktu
pembungaan. Intensitas cahaya matahari yang lemah akibat keadaan cuaca yang buruk atau
karena tertutup pepohonan disekitar tanaman dapat menyebabkan tanaman tumbuh
memanjang, kurus, lemah, dan pucat. Akibatnya proses pembentukan umbi terhambat
(Bambang cahyono, 1996).

G. Keadaan Angin.
Angin yang kencang dan berkelanjutan secara langsung dapat merusak tanaman,
seperti robohnya tanaman, patahnya ranting-ranting dan lain-lain. Sedangkan pengaruhnya
secara tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman adalah angin berpengaruh terhadpa
kondisi tanah, yakni angin yang kencang dapat mempercepat penguapan air tanah sehingga
menyebabkan tanah cepat mengering dan mengeras. Keadaan ini dapat mempengaruhi
jumlah imbangan antara udara dan air di dalam tanah tidak mencukupi untuk kebutuhan
tanaman. Dengan demikian tanaman akan terganggu pertumbuhannya dan keadaan tanah
yang mengeras dapat menghambat pertumbuhan umbi (Bambang cahyono, 1996).

2.3. Pembenihan.
Karena tanaman kentang tidak memerlukan persemaian, maka setelah memilih bibit
yang baik dan disimpan dengan cermat, maka kemudian akan muncul titik-titik tumbuh. Hal
ini menjadi pertanda bahwa bibit sudah bisa ditanam. Bibit bisa langsung ditanam ditempat
yang telah dipersiapkan. Yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam penanaman, yaitu
membuat lubang-lubang tanaman berupa alur-alur silang. Kemudian, pada titik pertemuan
sialang itulah nantinya bibit kentang ditanam.

Agar pertumbuhan tanaman dapat sempurna, maka jarak tanaman harus diatur sebagai
berikut:
· Jarak antara baris 50-65 cm
· Jarak tanam di dalam baris 30-40 cm
· Dalamnya tanaman masuk ke tanah 5-10 cm

Pada tanah berat, bibit ditanam lebih dangkal. Demikian pula pada musim penghujan,
bibit ditanam lebih dangkal agar tidak banyak terendam air. Tetapi, sebaliknbya, pada musim
kemarau bibit kentang ditanam lebih dalam agar tidak mengalami kekeringan.
Dalam proses penanaman, tiap-tiap lubang tanaman diberi pupuk kandang sebanyak 0,5
kg. Dalam satu hektar tanaman kentang diperlukan pupuk kandang 20-30 ton.

Letakkanlah bibit-bibit kentang di atas pupuk kandang dengan kedalaman 7,5-12,5


cm. Usahakan agar tunas-tunasnya menghadap ke atas. Pada sebelah kanan dan kirinya,
berilah pupuk DS dan ZA sejauh kurang lebih 5 cm dari bibit, yaitu disebelah kanan diberi
pupuk DS sebanyak kira-kira 16 gram dan di sebelah kiri diberi pupuk ZA sebanyak lebih
kurang 16 gram juga. Kemudian, tutuplah lubang-lubang tanam dengan tanah. Dalam satu
hektar tanaman kentang diperlukan lebih kurang 80-900 kg DS dan ZA.

2.4. Pemupukan
Lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa alur-laur atau garitan-garitan,
kemudian diberi pupuk organik (pupuk kandang atau kompos). Pemberian pupuk dilakukan
dengan cara dihamparkan dalam garitan-garitan atau diberikan secara setempat diantara umbi
kentang yang akan ditanam. Pupuk kandang yang biasa dipakai adalah kotoran ayam, sapi,
kerbau, kambing, dan burung. Pemberian pupuk kandang minimal tiga hari sebelum tanam.
Bersamaan dengan pemberian pupuk kandang tersebut sebelum penanaman bibit, pupuk
buatan juga diberikan. Cara pemberian pupuk buatan adalah diatas pupuk kandang atau
diantara umbi bibit dengan jarak 5cm – 7cm di sebelah kanan dan kiri umbi kentang. Jumlah
pupuk buatan untuk tanaman kentang bervariasi, tergantung pada varietas kentang, jenis
tanah, kesuburan tanah, lokasi, dan musim. Sebagai pedoman, pemakaian pupuk buatan untuk
lahan seluas satu hektar adalah menggunakan campuran pupuk buatan yang dilakukan 20 hari
sekali sebagai berikut:
A. Pupuk Urea sebanyak 400 – 600 kg/ha
B. Pupuk ZA sebanyak 150 kg/ha
C. Pupuk SP36 sebanyak 450 kg/ha
D. Pupuk KCL sebanyak 100 kg/ha

2.5. Penyiraman.
Tanaman kentang tidak menghendaki kekeringan, meskipun sangat peka terhadap air
yang berlebihan, terutama air yang menggenang. Jika terlalu kering, maka suhu tanah akan
menjadi panas dan kelembabannya turun. Umbi kentang memerlukan suhu dingin dengan
kelembaban yang tinggi. Pada tanah yang suhu dan kelembabannya tidak stabil, tanaman
kentang akan menghasilkan umbi yang bentuknya tidak menarik dan benjol-
benjol. Penyiraman kentang harus diperhatikan, terutama bila tidak turun hujan. Apalagi pada
musim kemarau.

2.6. Varietas Tanaman Kentang


Dalam ilmu botani, varietas kentang dicirikan dengan bentuk tanaman, pertumbuhan,
daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama. Bila
diperbanyak secara generatif atau vegetatif, varietas tanaman yang sama akan menghasilkan
tanaman dengan ciri-ciri yang sama, unik, stabil, dan rasa yang mantap. Varietas kentang
unggul telah banyak beredar di lapangan, berasal dari pemuliaan di dalam negeri dan atau
introduksi dari luar negeri. Beberapa varietas kentang yang banyak diminati dan
dibudidayakan oleh petani adalah sebagai berikut (Setijo pitojo, 2004) :

A. Varietas Cipanas
Varietas kentang Cipanas adalah hasil persilangan dari varietas Thung 1510 dan
Desiree. Tanaman kentang Cipanas berumur antara 95 – 105 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 50 cm – 56 cm;
batang tanaman berwarna hijau tua, memiliki penampang berbentuk segi lima, dan bersayap
lurus; daun tanaman berbentuk oval, berwarna hijau tua dengan urat utama hijau muda, dan
permukaan bawah daun berbulu; jumlah tandan bunga antara 3 – 7 buah; putik berwarna
putih dan benang sari berwarna kuning.
Potensi hasil varietas Cipanas adalah 13 – 34 ton/ha dengan rata-rata 24,9 ton/ha.
Umbi berkulit putih, mata umbi dangkal, dan permukaan umbi rata. Daging umbi berwarna
kuning dan berkualitas sangat baik. Tanaman kentang varietas Cipanas agak peka terhadap
nematoda Meloidogyne sp., tahan terhadap busuk daun Phytophthora infestans, dan peka
terhadap layu bakteri Pseudomonas solanacearum (Setijo pitojo, 2004).
B. Varietas Cosima
Varietas Cosima yang banyak beredar di Indonesia adalah introduksi dari jerman
Barat. Tanaman kentang Cosima berumur antara 100 – 110 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 75 cm; batang tanaman
berwarna hijau tua, memiliki penampang berbentuk segi lima, dan bersayap rata; daun
tanaman berbentuk oval dengan ujung meruncing, berwana hijau dengan urat utama hijau
muda, dan permukaan bawah daun berkerut serta berbulu; jumlah tandan bunga berkisar
antara 5 – 11 buah; putik berwarna putih; benang sari berjumlah lima buah dan berwarna
kuning; dan buah berbentuk bulat pipih.
Potensi hasil kentang varietas Cosima berkisar antara 19 – 36 ton/ha, dengan hasil
rata-rata 28,5 ton/ha. Kulit umbi berwarna kuning muda dan daging umbi kuning tua. Umbi
kentang varietas Cosima memiliki kualitas sedang. Tanaman kentang varietas Cosima cukup
tahan terhadap nematoda Meloidogyne sp., tahan terhadap busuk daun Phytophthora
infestans, dan agak peka terhadap layu bakteri Pseudomonas solanacearum (Setijo pitojo,
2004).

C. Varietas Segunung
Varietas Segunung adalah hasil persilangan antara varietas Thung 151 C dan Desiree.
Tanaman kentang Segunung berumur 100 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik
morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 70 cm; batang berwana hijau muda
berpigmen ungu, memiliki penampang berbentuk segi empat, dan bersayap bergerigi; daun
dan urat utama daun berwarna hijau muda, berbentuk oval agak bulat dengan ujung runcing,
dan permukaan bawah daun berkerut serta berbulu; jumlah tandan bunga delapan buah, putik
berwarna putih, dan benang sari berwarna kuning.
Potensi hasil kentang varietas Segunung mencapai 25 ton/ha. Umbi berkulit kuning,
halus, dan mata umbi dangkal. Daging umbi berwarna kuning dan berkualitas baik. Varietas
Segunung cukup tahan terhadap busuk daun Phytophthora infestans dan cocok ditanam di
dataran tinggi (Setijo pitojo, 2004).
III. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Teknis budidaya tanaman kentang adalah meninjau syarat pertumbuhan tanaman
kentang dari aspek letak strategis, keadaan topografi tanah, dan keadaan suhu
dan kelembaban, keadaan curah hujan, keadaan angin, faktor sinar matahari.
2. Proses persiapan lahan yaitu mencangkul tanah, menggemburkan tanah, membuat
bedengan, membuat saluran air dan meratakan tanah.
3. Dengan lahan seluas satu hektar diperlukan bibit kentang sebanyak 1200-1500 kg
yang berat tiap umbinya antara 30-40 gram. Setelah lebih kurang 10-12 hari
kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas tanah.
4. Cara pemberian pupuk buatan adalah diatas pupuk kandang atau diantara umbi bibit
dengan jarak 5cm – 7cm di sebelah kanan dan kiri umbi kentang. Jumlah pupuk
buatan untuk tanaman kentang bervariasi, tergantung pada varietas kentang, jenis
tanah, kesuburan tanah, lokasi, dan musim.
5. Penyiraman kentang harus diperhatikan, terutama bila tidak turun hujan. Apalagi
pada musim kemarau.
6. Proses pendangiran dan penyiangan dilakukan agar pertumbuhan tanaman kentang
menjadi lebih baik.
7. Pembumbunan yang dilakukan tidak boleh terlalu tinggi karena bisa mengganggu
pernapasan tanaman kentang di dalam tanah.
8. Biasanya pada umur 25 – 30 hari, tanaman kentang mulai mengeluarkan bunga.
Oleh karena itu, bunga sebaiknya dipangkas sebelum mekar.
9. Proses pasca panen terdiri dari penyortiran dan penggolongan, penyimpanan,
pengemasan dan pengangkutan serta pembersihan.
DAFTAR PUSTAKA

Bonus Trubus. 1998. Analisis Komoditas Kebal Resesi. Kanisius:Yogyakarta


Parabowo, Abror Yudi.2007.Budidaya Kentang(terhubung berkala) Samadi, Budi. 1997. Usaha
Tani Kentang. Kanisius:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai