Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERKEMBANGAN ILMU ASTRONOMI DAN GEOGRAFI DI DUNIA ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar peradaban

Dosen Pengampu:

Drs. H. Abdul Aziz, M.Ag

Oleh:

1. Shofihatul Millah (A92217086)


2. Rohmah Izzah (A02217037)
3. Pandu Winardinata (A92217128)

SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat, taufiq, serta hidayahnya berupa kesehatan bagi kita semua,
sehingga kita bisa menyelesaikan dan mengerjakan tugas segaligus
kewajiban kita sebagai mahasiswa dalam menyusun makalah yang
berjudul “PERKEMBANGAN ILMU ASTRONOMI DAN GEOGRAFI DI DUNIA
ISLAM”. Sholawat dan salam semoga selalu tersampaikan kepada teladan
terbaik kita sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW yang menuntun kita
untuk senantiasa berada di jalan kebenaran. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Seminar Peradaban di semester enam ini.

Kami selaku pembuat makalah mengucapkan terima kasih kepada


dosen pengampu mata kuliah Seminar Peradaban yang sudah
memberikan tugas ini kepada kami selaku pemakalah sampai bisa
terselesaikan saat ini.

Kami mengharapkan supaya makalah ini berguna kepada setiap


pembaca. Tidak lupa juga kami mengharapkan masukan berupa kritik dan
saran yang membangun untuk senantiasa bisa menjadi evaluasi kami
sebagai pemakalah yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang
membaca.
Hormat kami,

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Warisan peradaban Islam merupakan salah satu warisan peradaban yang sangat
berharga bagi peradaban dunia. Dalam perkembangannya peradaban Islam berkembang
sedikit demi sedikit dan mulai belajar dengan peradaban-peradaban di sekelilingnya.
Dalam perkembangannya peradaban Islam dimulai ketika Islam mulai ada dan
berkembang melalui beberapa pemerintahan seperti Khulafaur Rasyiddin, Daulah bani
Umayyah dan Daulah Bani Abbasyiah. Salah satu warisan peradaban Islam yang
dianggap sangat berharga adalah ilmu astronomi dan geografi. Tetapi pada awalnya
ilmu-ilmu tersebut sudah ada jauh sebelum Islam ada, seperti ilmu astronomi sudah ada
pada masa Yunani. Namun, ketika ilmu tersebut mulai di serap oleh Islam, para ilmuwan
muslim tidak hanya statis menerima apa yang ada. Namun berhasil mengembangkan,
memperbaiki dan menyempurnakan ilmu-ilmu tersebut sehingga dapat menjadi
sumbangsih yang sangat besar bagi peradaban Islam.
Ilmu astronomi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata matahari,
bulan, bintang dan planet-planet lain, yang bertujuan untuk mengetahui posisi benda
langit agar waktu-waktu permukaan bumi dapat diketahui. Sedang ilmu geografi
merupakan ilmu yang mempelajari segala aspek yang terdapat di permukaan bumi. Ilmu
astronomi yang tumbuh dari matematika dan geografi berkembang dari astronomi.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan ilmu astronomi dan geografi
di dunia Islam dan para tokoh-tokohnya. Ilmu astronomi yang tumbuh dari matematika,
geografi berkembang dari astronomi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Ilmu astronomi di dunia Islam?
2. Bagaimana perkembangan Ilmu geografi di dunia Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan ilmu astronomi di dunia Islam
2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu geografi di dunia Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Astronomi


Secara etimologi Astronomi berasal dari gabungan kata dari bahasa Yunani
yakni, “astron dan nomos”. Astron yang berarti bintang dan nomos yang berarti
hukum. Berarti astronomi merupakan ilmu yang mempelajari benda serta materi yang
berada di luar atmosfir bumi serta fenomena yang berhubungan dengannya. Objek
yang dipelajari yakni, bintang, planet, galaksi, komet, dan lain-lain. 1
Dilihat dari sisi terminologis, astronomi merupakan ilmu yang
mempelajaritentang gerakan-gerakan bintang dan planet-planet.2 Objek formal dari
astronomi adalah benda-benda langit, sedangkan objek materialnya adalah lintasan
dari benda-benda langit tersebut. Ada beberapa ilmu yang memiliki objek formal yang
sama dengan ilmu astronomi, tetapi berbeda dalam objek materialnya. Seperti
kosmologi, kosmografi, astromekanik, astrofisika, dan astrologi.3 Para ilmuwan ilmu
astronomi sering menyebutnya sebagai “queen of science” (ratu sains) dikarenakan
sumbangannya dalam merangsang perkembangan di berbagai disiplin ilmu,
khususnya dibidang fisika dan matematika. Selain itu, astronomi merupakan salah
satu cabang ilmu pengetahuan klasik yang mendapatkan perhatian besar dari kalangan
ilmuwan Muslim. Ilmu astronomi memperoleh kedudukan yang cukup tinggi dimata
kaum Muslimin karena manfaatnya. Seperti halnya ilmu kedokteran dan filsafat,
perkembangan ilmu astronomi di dunia Islam juga membawa pengaruh besar di dunia
Barat.

1
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak (Depok: Rajawali Pers 2017), hal 1.
2
Mulyadi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam (Jakarta: Penerbit Baitul Ihsan, 2006), hal 154.
3
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek (Yogyakarta: Lazuardi, 2001), hal 2-3.
Sejarah Perkembangan Astronomi
Pada beberapa abad yang lalu, manusia telah mengamati berbagai fenomena
keteraturan alam semesta. Mulai dari terbit dan terbenamnya matahari, bintang
bintang di langit, munculnya bulan sabit, purnama, hingga lenyapnya bulan dari
permukaan. Manusia menggunakan benda-benda langit sebagai tanda ataupun alat
untuk melakukan berbagai kegiatan mereka di bumi. Peredaran matahari serta fase-
fase penampakan bulan, biasanya digunakan petani untuk mengetahui perubahan
musim guna bercocok tanam, nelayan untuk mengetahui arah angin guna menentukan.
arah untuk berlayar. Dengan demikian, benda-benda langit sudah dijadikan dasar oleh
manusia dalam mempraktekkan kehidupan di bumi jauh astronomi itu dikenal sebagai
ilmu.
Pada zaman dahulu, pengetahuan manusia mengenai benda-benda langit
sering dikaitkan dengan mitos-mitos kepercayaan mereka, misalnya untuk
menentukan waktu penyembahan terhadap dewa-dewa dalam ritual serta upacara
yang akan mereka lakukan. Pada saat itu pula, orang juga mahir dalam membuat
susunan atau rasi-rasi bintang untuk kepentingan meramal nasib.4 Tidak diketahui
secara pasti kapan dan siapa penemu ilmu astronomi. Namun, bangsa
Mesopotamialah yang pertama kali menjadi peletak dasar ilmu astronomi, yakni
sekitar tahun 3000 SM-2000 SM. Seiring berjalannya waktu, ilmu astronomi tidak
hanya diklaim sebagai milik bangsa Mesopotamia saja. Tetapi bangsa-bangsa seperti
Sumeria, Babilonia, Mesir, Persia, Maya India, dan Cina juga melakukan penelitian-
penelitian tentang astronomi seperti halnya bangsa Mesopotamia. Namun penelitian-
penelitian tersebut jelaslah memiliki perbedaan pada tingkat saintifiknya masing-
5
masing.
Di Babilonia, astronomi mulai muncul pada sekitar 1800 SM. Para pemikir
Babilonia pada awalnya melakukan penelitian untuk penanggalan, mengamati
terjadinya gerhana, perpindahan matahari dan bulan, terjadinya siang dan malam, dan
sebagainya. Pada sekitar 1300 SM, kegiatan astronomi mulai terjadi di Cina. Kegiatan
ini mendapat respon positif dari Kaisar Wu-Thing dan Kaisar Ti-Hsing. Pada
awalnya, ahli astronomi mengamati fenomena pada gerhana bulan dan mencoba
merepresentasikan dalam kehidupan masyarakat Cina. Pada 700 SM, dilakukan
penelitian terhadap matahari dari sebuah menara yang kemudian digunakan untuk

4
Akh. Mukarram, Ilmu Falak (Surabaya: Grafika Media, 2012), hal 3-4.
5
Ramdan, Islam dan Astronomi, hal 14.
menyusun perhitungan kalender selama 1500 tahun.6 Selain Babilonia, bangsa
Yunani dan India juga mengembangkan sistem secara rinci dalam berbagai bidang
dengan tingkat kecanggihan dan ketepatan dalam matematika.

B. Perkembangan Ilmu Atsronomi di Dunia Islam


Perkembangan ilmu astronomi di dunia Islam sejatinya tidak terlepas dari
kalamullah itu sendiri, yang dari isinya merangsang tentang informasi alam semesta.
Al-Qur’an juga menyajikan banyak informasi tentang alam semesta yang dapat digali
lebih lanjut sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan di dalam
tafsirnya al- Jawahir, Syaikh Thanthawi menulis bahwa di dalam kitab suci al- Qur’an
terdapat lebih dari 750 ayat kauniyah, yaitu ayat tentang alam semesta.6
Perkembangan yang signifikan, juga dilatar belakangi oleh adanya usaha
penerjemahan pada masa Abbasiyah. Pada masa pemerintahan ini, bangsa-bangsa non
Arab banyak yang masuk Islam.
Perkembangan astronomi di dunia Islam semakin cepat setelah dilakukanya
penerjemahan karya-karya monumental dari bangsa Yunani dan India ke dalam
bahasa Arab. Terdapat tiga fase penterjemahan karya Yunani pada masa Abbasiyah.
Fase pertama melibatkan penterjemahan karya logik, mantik, matematik, dan
perobatan. Fase kedua adalah penterjemahan karya asing ke dalam bahasa Arab dan
falsafah. Sedangkan fase ketiga adalah proses penterjemahan lebih teratur dan paling
meluas karena adanya Bait al Hikmah yang didirikan oleh Khalifah al Makmun.
Kegiatan penterjemahan ini meliputi buku-buku karangan Aristotle, Plato,
Hippocrates, dan Euclide.54 Sementara itu, karya-karya bangsa Yunani yang sangat
mempengaruhi perkembangan astronomi dalam dunia Islam diantaranya adalah The
Sphere in Movement (al Kurrah al Mutaharrikah) karya Antolycus, Ascentions of The
Signs (Matali’ al Buruj) karya Aratus, Introduction to Astronomy (al Madkhal ila
‘Ilmi al Falak karya Hipparchus, dan Almagesty, Megale Syntaxis Mathematike,
karya astronomi tulisan Ptolemy. Penterjemahan-penterjemahan tersebut, melibatkan
karya saintifik agung yang pernah dihasilkan oleh tokoh-tokoh ternama seperti
Hippocrate, Aristotle, dan sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa ilmu astronomi merupakan salah satu dari sekian
banyak ilmu yang berkembang pesat pada masa kejayaan Islam atau yang disebut juga
dengan Golden Age Islam tersebut. Bahkan astronomi mendapat tempat yang cukup
6
Agus Purwanto, Ayat-ayat Semesta (Bandung: Mizan, 2015), hal 24.
istimewa di kalangan para pemimpin dan ilmuwan Islam. Hal ini dikarenakan ilmu
astronomi berhubungan erat dengan agama yang mereka yakini. Dalam al- Quran, ada
banyak ayat yang mendorong seorang muslim untuk mengamati ataupun mengkaji
tentang alam semesta yang di dalamnya juga membicarakan tentang astronomi.
Seperti ayat yang menjelaskan tentang pergantian fase bulan, bentuk bumi, aturan
penanggalan, dan lain-lain.7
Dalam perkembangan selanjutnya, para pemimpin dan ilmuwan Islam
menggunakan ilmu astronomi sebagai kepentingan Ibadah umat Islam. Pada tahun-
tahun berikutnya, ilmu astronomi semakin berkembang. Para ahli astronomi muslim
mendapat dukungan penuh dari pemimpinnya masing-masing. Dukungan tersebut
mereka salurkan melalui pendirian obsevatorium sederhana yang dapat digunakan
untuk meningkatkan penelitian dalam bidang astronomi. 8 Sebagai khazanah keilmuan
di dalam Islam, astronomi disebut sebagai ‘ilm al-hai’ah, ‘ilm al-hisab, ilm al-miqat,
dan ilm al-falak. Astronomi merupakan salah satu ilmu eksak kuno yang paling tua,
maju dan mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Umat Islam menyebutnya
dengan sebutan ilmu hisab, karena salah satu kegiatan yang paling menonjol adalah
melakukan perhitungan-perhitungan.9
Peradaban Islam menjadi pelopor sekaligus peletak pondasi bagi
perkembangan ilmu, khususnya dibidang astronomi. Selama peradabannya,
perkembangan astronomi Islam selalu terdepan dan menjadi guru bagi perkembangan
ilmu astronomi di belahan dunia lain mulai dari Cina di Timur hingga benua Eropa di
Barat. Islam juga melahirkan astronom terkemuka yang namanya selalu dikenal
sepanjang sejarah. Misalnya Muhammad al Fazari, al Biruni, al Khawarizmi, al
Battani, as-Shufi, al-Farghani, dan lain-lain. Di tangan para astronom Islam,
perkembangan ilmu astronomi terlihat begitu pesat setelah sempat tertatih-tatih pada
masa keruntuhan masa keemasan bangsa Yunani. Dari mereka kemudian lahir
berbagai teori tentang astronomi yang sangat berarti. Dari teori kemudian mereka
membuat bermacam-macam alat astronomi yang manfaatnya bisa dirasakan langsung
oleh masyarakat umum.

Tokoh-Tokoh/ Ahli Ilmu Astronomi Muslim

7
Anton Ramdan, Islam dan Astronomi (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2009), hal 30.
8
Ramdan, Islam dan Astronomi, hal 15.
9
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra), 2012.
Berikut beberapa ahli astronomi Islam dan kontribusi yang telah
disumbangkannya bagi pengembangan Ilmu Astronomi:
1. Al-Battani (858-929).
Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu
karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan
dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad, selepas Al-
Battani meninggal dunia. Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru,
perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit
bulan dan planet-planet tertentu. Al-Battani juga mengembangkan metode untuk
menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama dalam
merenovasi astronomi modern yang berkembang kemudian di Eropa.

2. Al-Sufi (903-986 M)
Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman
as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam yang mengembangkan astronomi
terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari,
bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-
Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang, memperbincangkan
kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai astrolabe
(perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit
pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.
3. Al-Biruni (973-1050 M)
Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan dalam bidang
astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar
pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi
dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia.
Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang
astronomi.
4. bnu Yunus (1009 M)
Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya
diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di
permukaan bulan ada yang dinamakan Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa
hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di
angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4
meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan
matahari sepanjang tahun.
5. Al-Farghani
Nama lengkapnya Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-
Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang
amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa
Khalifah Al-Ma'mun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan
mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya
yang paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum
tentang kosmologi.
6. Al-Zarqali (1029-1087 M)
Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali
diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas
sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang lebih baik. Beliau telah
menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan
astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.
7. Jabir Ibn Aflah (1145 M)
Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau Geber adalah seorang ahli matematik Islam
berbangsa Spanyol. Namun, Jabir pun ikut memberi warna da kontribusi dalam
pengembangan ilmu astronomi. Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah
ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk
mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit. Salah satu
karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay'ah.

C. Pengertian Ilmu Geografi


Suatu cabang sains yang mengkaji tentang bumi ialah Geografi. Pada dasarnya, ada
beragam pengertian geografi menurut para ahli, namun dari semua pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa geografi selalu berbicara semua hal yang ada di permukaan
bumi. Secara sederhana, ilmu geografi ini bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
segala bentuk fenomena yang ada di permukaan bumi, kemudian memetakan pola
interaksi yang ada di dalamnya dengan prinsip kewilayahan dan keruagan. Interaksi
tersebut bisa berupa sebab-akibat, distribusi, atau pola persebaran gejala tersebut. Medan
kajian ini adalah lapisan atas dari kulit bumi dan lapisan bawah dari udara.10
Cabang-cabang ilmu geografi dibagi menjadi dua, yaitu geografi fisik dan geografi
manusia. Kedua kelompok cabang ini kemudian dibagi lagi ke dalam sub-sub yang
didasarkan pada kronologis maupun prinsip yang mendasari persebarannya. Kedua
prinsip ini kemudian digunakan dalam menganalisis keterkaitan antara manusia dengan
lingkungannya yang selalu ditarik dari sudut pandang geografis. yang termasuk dalam
Geografi Fisik adalah geologi, ilmu tanah, geomorfologi, oseanografi, dan klimatologi . 11
Sedang yang termasuk dalam Geografi Manusia adalah ekonomi, budaya, politik,
pembangunan, kesehatan, demografi, transportasi, pariwisata, pemukiman, dan ekologi
bumi yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia.
D. Perkembangan Ilmu Geografi

Geografi merupakan ilmu pengethuan yang terus mengalami


perkembangan. Perkembangan ilmu pengetahuan geografi berawal
dari mitologi-mitilogi yang berkembang di masyarakat pada saat itu
seiring dengan perkembangan berpikir manusia dan tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan begitu geografi menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Berikut ini
adalah merupakan dari perkembangan ilmu geografi:

1. Geografi klasik
Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Pada zaman
ini pengetahuan tentang bumi pada masa tersebut masih di
pengaruhi oleh mitologi masyarakat. Pada masa sebelum masehi
pandangan dan paham mengenai geografi dipengaruhi oleh paham
filsafat dan sejarah. Selain itu juga pada masa ini telah muncul
tulisan tentang pembuatan peta bumi dan lukisan fisis daerah
tertentu. Hal ini merupakan bukti bahwasannya pada masa ini
geografi juga bersifat matematis.
Pada awal perkembangan ilmu geografi ruang di muka bumi
banyak dikemukakan oleh para pelancong. Para pelancong tersebut

10
Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia, Terj. Masturi Irham dan Muhammad Ariq,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal. 244.
11
Abdul Syukur al-Azizi, Untold Islamic History, (Yogyakarta: Laksana, 2018), hal. 383.
menggmbarkan kejadian historis yang mereka alami dan mereka
juga menguraikan gejala, ciri alam serta penghuninya. Diantara
tokoh tokoh geografi pada masa klasik ini yaitu: Anaximandros
(seorang yunani pada tahun 550 SM), Thales (640-548 SM),
Herodotus (485-425 SM) Homerus, Pitheas (340 SM), Erasthothenes
dan Dikaiarchos (276-194 SM), Strabo (64 SM-24 M), Claudius
Ptolemaeus.12

2. Perkembangan Geografi di Dunia Islam


Perkembangan ilmu geografi di dunia Islam dilatar belakangi
oleh berbagai macam faktor diantaranya adalaah perdagangan
yang cukup ramai yang meliputi tiga benua, bahasa dan agama
yang sama, kekhalifahan yang mendukung sepenuhnya tentang
keilmuan, penerjemahan karya-karya Yunani kedalam bahasa Arab
dan berkembangnya ilmu dasar (biologi, ilmu hitung, kedokteran
dan lain sebagainya). Untuk membantu keperluan dalam melakukan
ekspansi dan ekspedisi umat Islam memerlukan ilmu tentang bumi.
Ekspansi dan ekspedisi mendorong para sarjana dan penjelajah
muslim untuk mengembangkan geografi, yang kemudian
perkembangan ini ditandai dengan ditemukannya peta dunia serta
jalur-jalur perjalanan di dunia muslim.
Ketertarikan umat Islam akan ilmu geografi tersebut
kemudian diawali dengan kegandrungan atas ilmu astronomi,
perkembangan astronomi membawa para sarjana untuk
mengetahui ilmu bumi. Umat Islam mulai tertarik mempelajari peta
buatan bangsa yunani diantaranya Alemagest dan Geographia.
Perkembangan geografi di dunia Islam dimulai pada masa khalifah
Al-Makmun (813-833 M) yaitu pada masa kehkalifahan Abbasyiah
yang berpusat di Bagdad pada masa ini merupakan masa keemasan
umat Islam, khalifah Al-makmun memerintahkan para geografer
muslim untuk mengukur kembali jarak bumi, pada masa ini pula
muncul istilah mil untuk mengukur jarak. Usaha yang dilakukan oleh

12
Dzikri Dzikrullah, Perkembangan ilmu Geografi. Academia pdf.
georgrafer muslim pun membuahkan hasil. Mereka berhasil
menghitung volume dan keliling bumi berbekal keberhasilan itu
khalifah Al-Makmun memerintahkan geographer muslim untuk
menciptakan peta bumi yang besar.Musa Al-Khawarizmi beserta 70
geografer berhasil membuat peta globe pertama pada tahun 830 M.
diantara tokoh-tokoh muslim geographer yang ikut berkontribusi
dalam perkembangan ilmu geografi ini adalah: Hisyam Al-kalbi
(Abad ke-8 M), Musa Al-Khawarizmi (780-850 M), Al-Ya’kubi (w. 897
M), Ibmnu Khordadbeh (820 M-912 M), Al-Dinawari (828-898 M), Ali
Al-Masudi (896-956 M), Ahmad Ibnu Fadlan (abad ke-10 M), Ahmad
ibnu Rusthah (abad ke-10 M), Al-Isltakhat II dan Ibnu Hauqal (abad
ke-10 M), Al-Idrisi (1099 M), Al-Baghdadi (1162 M), Abdul-Lateef
Mawaffaq (1162 M).

3. Geografi Abad Pertengahan


Pada akhir abad pertengahan ilmu geografi masih berisikan
laporan perjalanan baikdari laut maupun darat. Yaitu perjalanan
yang dilakukan oleh para pedagang untuk melakukan perniagaan
antar Negara dan antar benua dan perjalanan yang dilakukan oleh
tentara untuk melakukan peperangan guna memperluas wilayah
kekuasaan. Perjalanan yang dilakukan oleh banyak menusia ini
memunculkan ditemukannya wilayah baru yang sebelumnya belum
pernah diketahui oleh banyak orang sehingga pada masa ini disebut
juga dengan masa revoliusi geografi. Perkembangan yang pesat
tentang geografi ini juga didorong oleh munculnya gerakan
pembaharuan dibidang seni, filsafat, renaisans dan humanisme
agama sehingga para sarjana memiliki keleluasaan untuk
mengemukakan pendapatnya tentang keadaan dunia. Pada masa
ini pelancong bukan hanya memiliki hasrat ingin tahu dari luar
historisnya namun mereka telah memiliki tujuan tertentu dalam
melakukan perjalanan. Diantara tujuan itu yakni gold, gospel dan
glory. Meskipun manusia telah menemukan tujuan dalam
perjalanannya namun sifat penulisan gegrafi masih dilakukan secara
deskriptif dalam arti uraian penulisan geografi masih belum
memberikan uraian penjelasan tentang gejala yang dilukiskannya.
Diantara tokoh-tokoh geographer pada Abad pertengahan ini
adalah: Marcopollo, Bertholomeus Diaz, Vasco da Gama, Columbus,
Amerigo Vespucci, Ferdinand Magelhaens, Nicolas Copernicus.

4. Geografi Modern abad ke-18


Pada masa ini geografi dipandang sebagai suatu disiplin
ilmiah dan sudah dipandang dari segi ilmu praktis. Seperti
Immanuel Kant seorang filusuf ari universitas Koningsburg
menyatakan bahwa ilmu geografi bukan hanya ilmu yang
menggambarkan tentang keadaan alam saja tetapi juga sebagai
dasar dari sejarah. Diantara tokoh tokoh lain yang berpengaruh
dalam perkembangan ilmu geografi pada masa ini adalah:
Alexander Baron Van Humboldt (1769-1859), Karl Ritter (1799-
1839), Carles Darwin (1809-1882).

5. Geografi Akhir Abad ke 19 – Abad ke 20


Pusat perhatian geografi pada akhir abad ke-19 adalah
terhadap iklim tumbuhan dan hewan serta terhadap benang alam.
Ahli geografi pada masa ini memperdalam geologi dan
mempergunakannya dalam penyelidikan sedangkan geografi
manusia menjadi sangat lemah. Yang mana pada akhir abad ke-19
geografi manusia masih bercorak geografi Ritter tanpa adanya
perspektif baru. Hal ini disebabkan karena setelah kematian Ritter
tokoh geografi universitas Berlin tidak ada yang menggantikannya.
Namun lain halnya di Amerika serikat ahli geografi seperti
George Peskins Mrsh mempunyai perhatian khusus pada pentingnya
mengkonservasi sumberdaya. Marsh berpendapat bahwa Van
Humboldt dan Ritter merupakan tokoh aliran baru dalam geografi
yang pernah mengatakan bahwa “seberapa jauh keadaan
lingkungan fisikal mempengaruhi kehidupan sosial dan kemajuan
sosial” kemudian pada diri Marsh timbul pertanyaan bagaimana
manusia mengubah permukaan bumi? Dalam hal ini marsh
menekankan bukan permukaan bumi yang menentukan kehidupan
yang lebih baik, namun keadaan yang lebih jelek akan terjadi
apabila manusia merusak lingkungan alamnya. Diantara tokoh
geografi pada masa ini adalah Friederich Ratzel (1844-1904), Ellen
C. Semple, Otto Schluter, Elsword Huntington (1876), ferdinand Von
Richthofen (1833-1905), Oscar Peschel dan lain sebagainya.
6. Geografi Mutakhir Masa Kini
Perkembangan geografi pada masa ini lebih mengarah pada
upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Ilmu
geografi dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang tidak boleh
melepaskan diri dari disiplin keilmuan yang lain seperti halnya
dengan disiplin ilmu pengetahuan lain geografi juga menggunakan
statistik dan metode kuantitatif dalam penelitiannya bahkan
menggunakan piranti computer untuk mengelola dan
menganalisisdata yang sudah menjadi kebutuhan.

Dalam perkembangannya ilmu geografi terbagi menjadi dua bagian


yaitu :

 Fisis determinis yang beranggapan bahwa kehidupan manusia


sepenuhnya dikendalikan oleh faktor alam seperti iklim, cuaca
dan lain-lain.
 Posibilisme yang beranggapan bahwa faktor manusialah yang
paling dominan dalam kehidupan ini sehingga faktor alam
dapat disiasati oleh perkembangan teknologi manusia.
Posibilisme menganggap manusia sebagai makhluk yang
aktif.13

Tokoh-Tokoh Ilmu Geografi Muslim


Sederet geografer Muslim telah banyak memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu
bumi. Diantaranya adalah:

Abi Asmana, Sejarah perkembangan Geografi dan Tokoh Geografi, Diakses dari
13

http://legalstudies71.blogspot.com/2018/II/sejarah-dan-tokoh-geografi.html?m=I pada 19
April 2020, pukul: 10.00.
1) Al- Idris
Asy-Syarif al-Idris al-Qurthubi adalah ahli geografi muslim terkemuka dan
terhebat yang pernah dikenal oleh peradaban Islam, bahkan oleh peradaban manusia
hingga era penemuan geografi Eropa. Jauh sebelum ahli geografi Eropa dikenal
dunia, ilmuwan muslim ini telah menghasilka banyak pemikiran penting dan
membuat berbagai karya. Karya tulisannya yang paling monumental adalah kitab
Nuzuhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Tamasya Orang-Orang yang Rindu
Menjelajahi Cakrawala). Kitab ini menjadi ensiklopedia terlengkap yang mampu
menyatukan antara ilmu geografi astronomi dan geografi matematika. Di dalamnya
dijelaskan bahwa dunia yang dihuni oleh manusia ini mempunyai tujuh cuaca yang
berbeda. Ia juga menyebutkan tentang beberapa negara, pegunungan, sungai, serta
sumber daya alam dan manusia beserta aktivitas ekonomi, industri, seni, dan
kebudayaan. Kitab ini juga banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan sesudahnya.
Karya tulis lain yang tak kalah fenomenalnya di bidang geografi yang ditulis oleh Al-
Idris adalah kitab Raudhat al-Ins wa Nuzhat an-Nafs (Kesenangan Manusia dan
Kegembiraan Jiwa), Shifat Bilad al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq. Al-Idris juga
pencipta Tabulah Rogeriana, sebuah peta dunia kuno yang digambar pada tahun 1154
untuk Raja Roger II dari Silsilia.14
2) Al- Biruni
Al- Biruni merupakan ahli geografi terkemuka. Ia dijuluki sebagai “Bapak
geodesi” yang telah banyak menyumbangkan kontribusi terhadap geografi dan juga
geologi. Dialah yang memperkenalkan teknik pengukuran bumi dan jaraknya dengan
menggunakan triangulation. Al- Biruni juga menemukan radius bumi mencapai
6.339,6 km. Hingga abad ke-16 M, Barat belum mampu mengukur radius bumi
seperti yang dilakukan Al-Biruni. Karya Al-Biruni yang paling monumental ialah
buku Tahqiq Ma fi Al-Hind min Maqulah Maqbulah fi Al-Aql Au Mardzulah atau
buku Kitab Al-Hind. Dalam kitab ini Al-Biruni mengfokuskan pembahasannya
tentang natural geografi India dari segi pegunungan, sungai, banjir, iklim, dan relief
tanah dan hujan. Melihat pentingnya buku ini, para ilmuan dan pengkaji geografi
mengakui pengaruh Al-Biruni dalam kemajuan dan perkembangan ilmu geografi.
Sampai sebagian mereka menjuluki Al-Biruni sebagai Potalemus dari Arab. Al-

Islahuddin, Dharma Bakti Geografi: 60 Tahun Perjalanan Hidup Sukendra Martha, (Jakarta: PT. Pustaka
14

Alvabet, 2014), hal. 128


Biruni dianggap sebagai pemrakarsa dalam peletakan dasar-dasar ilmu geografi
deskriptif, geografi regional, geografi matematik, dan geografi astronomik.15
3) Piri Reis
Piri Reis adalah seorang penjelajah dan laksamana yang gagah berani. Kitab I-
Bahrye merupakan karya paling monumental yang dihasilkannya. Kitab ini berisi
informasi yang detail tentang pelabuhan, teluk semenanjung, pulau-pulau, pantai, dan
benteng-benteng strategis. Melalui Kitab I-Bahye tersebut, Piri Reis telah
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan, terutama ilmu
geografi dan navigasi. Kitab ini berguna bagi para pelaut muslim maupun para pelaut
dari bangsa Barat.16 Karena begitu pentingnya Kitab I-Bahye, salinan kitab ini banyak
ditemukan di berbagai perpusakaan dan museum di seluruh dunia.
4) Al-Mas’udi
Abu al-Hasan Ali bin Husein bin Ali Mas’udi dikenal sebagai sejarawan dan
ahli geografi Islam terkemuka.17 Al-Mas’udi disebut sebagai Pilinius dari Arab berkat
pengetahuan geografinya. Banyak negeri telah dia kunjungi dan puluhan karya telah
dia hasilkan. Di negeri Mesir ia menulis karyanya yang berjudul Muruj az-Zaman.
Didalam kitab ini, ia menjelaskan secara detail geografi dan sejarah negeri-negeri
yang pernah dikunjunginya. Selain menulis kitab Muruj az-Zaman, Al-Idris juga
menghasilkan karya yang berjudul Kitab al-Ausat, yang berisi kronologi sejarah
umum. Pada tahun 947, kedua kitab tersebut digabungkan menjadi satu dalam sebuah
kitab yang berjudul Muruj adz-Dzahab wa Ma’adin al-Jawahir atau Meadows of
Gold nd Mines of Precious Stones (Padang Rumput Emas dan Tambang Batu Mulia).
Dengan penggabungan kedua kitab tersebut, Al-Mas’udi dinobatkan sebagai
sejarawan muslim pertama yang “mengawinkan” ilmu sejarah dan geografi secara
ilmiah. Hal ini membuat kajian kedua bidang tersebut lebih menarik. Dalam
menggabungkan kedua disiplin ilmu ini, ia telah memberikan gambaran tentang
gempa bumi, perairan Laut Mati, dan tajuk-tajuk geologi yang lain. Karya Al-
Mas’udi yang lainnya tentang geografi ialah kitab Akhbar az-Zaman wa Man
Abadahu al-Hidsan min al-Umam al-Madiyan wa al-Ajyal al-Haliyah wa al-

15
Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia, Terj. Masturi Irham dan Muhammad Ariq,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal. 261-262.
16
Abdul Syukur al-Azizi, Untold Islamic History, (Yogyakarta: Laksana, 2018), hal. 412.
17
Firas Alkhateeb, Sejarah Islam yang Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim pada Masa Lalu, Terj.
Mursyid Wijanarko, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2016), hal. 100.
Mamalik al-Dasirah atau populer dengan Akhbar az-Zaman. Dan Kitab at-Tanbih
wa al-Isyraf atau Book of Indication and Revision.
5) Ibnu Khurdazbih
Ibnu Khurdazbih adalah seorang sejarawan dan geografer terkenal dengan
karyanya Kitab al-Masalik wal Mamalik (Buku tentang Perjalanan dan Negeri-
Negeri). Dalam buku ini, menggambarkan jarak antar negara yang dilewati oleh jalur
perdagangan dunia Islam, yang dikerjakannya selama bekerja di bawah Khalifah
Abbasyiah Al Ma’mun. Ia juga menyatakan secara eksplisist bahwa bumi berbentuk
bulat seperti bola, dan ditempatkan di tengah-tengah ruang langit “seperti kuning dari
sebuah telur".18 Ilmuan asal Persia ini dikenal sebagai “Bapak geografi” karena
berhasil meletakkan dasar-dasar dan model penulisan geografi dalam bahasa Arab.
Diantara karya-karya Ibnu Khurdazbih tentang ilmu geografi adalah Al- Wasalik wa
al Mamalik, buku ini berisi tentang topografi (ilmu pemetaan) yang dilakukan oleh
pengarangnya ketika melakukan perjalanan di berbagai tempat.

Islahuddin, Dharma Bakti Geografi: 60 Tahun Perjalanan Hidup Sukendra Martha, (Jakarta: PT. Pustaka
18

Alvabet, 2014), hal. 131-132.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat kami tarik sebuah kesimpulan bahwa ilmu astronomi dan
Ilmu geografi sangat menarik perhatian manusia. Dimana hal tersebut didasarkan atas rasa
keingintahuan manusia akan fenomena alam yang terjadi di luar atmosfir bumi ataupun yang
berada di bawah lapisan bumi . Sehingga manusia selalu mengembangkan ilmu
pengetahuanya terutama ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengungkap berbagai
macam fenomena alam yang terjadi.

Pada mulanya, manusia menganggap fenomena langit dan di bumi sebagai sesuatu
yang magis . Seiring berkembangnya pemikiran manusia dari zaman ke zaman, manusia pun
memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa maupun di bumi
untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan.

Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi manusia mampu menciptakan


alat-alat teknologi canggih yang dipakai untuk mengobservasi fenomena alam sehingga
lahirlah ilmu astronomi dan Ilmu geografi semakin berkembang dengan temuan–temuan
terbarunya dari zaman ke zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak, 2017 (Depok: Rajawali Pers)

Mulyadi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam, 2006 (Jakarta: Penerbit Baitul
Ihsan)

Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek , 2001 (Yogyakarta: Lazuardi)

Akh. Mukarram, Ilmu Falak, 2012 (Surabaya: Grafika Media)

Agus Purwanto, Ayat-ayat Semesta, 2015 (Bandung: Mizan)

Anton Ramdan, Islam dan Astronomi, 2009 (Jakarta: Bee Media Indonesia)

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 2012 (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra)

Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia, Terj. Masturi Irham dan
Muhammad Ariq, 2015 (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar)

Abdul Syukur al-Azizi, Untold Islamic History, 2018 (Yogyakarta: Laksana)

Abi Asmana, Sejarah perkembangan Geografi dan Tokoh Geografi, Diakses dari
http://legalstudies71.blogspot.com/2018/II/sejarah-dan-tokoh-geografi.html?m=I pada 19
April 2020, pukul: 10.00.

Firas Alkhateeb, Sejarah Islam yang Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim pada
Masa Lalu, Terj. Mursyid Wijanarko, 2016 (Yogyakarta: Bentang Pustaka)

Islahuddin, Dharma Bakti Geografi: 60 Tahun Perjalanan Hidup Sukendra Martha, 2014
(Jakarta: PT. Pustaka Alvabet)

Anda mungkin juga menyukai