Perkembangan Ilmu Astronomi DQN Geografi Kel. 8
Perkembangan Ilmu Astronomi DQN Geografi Kel. 8
Dosen Pengampu:
Oleh:
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat, taufiq, serta hidayahnya berupa kesehatan bagi kita semua,
sehingga kita bisa menyelesaikan dan mengerjakan tugas segaligus
kewajiban kita sebagai mahasiswa dalam menyusun makalah yang
berjudul “PERKEMBANGAN ILMU ASTRONOMI DAN GEOGRAFI DI DUNIA
ISLAM”. Sholawat dan salam semoga selalu tersampaikan kepada teladan
terbaik kita sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW yang menuntun kita
untuk senantiasa berada di jalan kebenaran. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Seminar Peradaban di semester enam ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warisan peradaban Islam merupakan salah satu warisan peradaban yang sangat
berharga bagi peradaban dunia. Dalam perkembangannya peradaban Islam berkembang
sedikit demi sedikit dan mulai belajar dengan peradaban-peradaban di sekelilingnya.
Dalam perkembangannya peradaban Islam dimulai ketika Islam mulai ada dan
berkembang melalui beberapa pemerintahan seperti Khulafaur Rasyiddin, Daulah bani
Umayyah dan Daulah Bani Abbasyiah. Salah satu warisan peradaban Islam yang
dianggap sangat berharga adalah ilmu astronomi dan geografi. Tetapi pada awalnya
ilmu-ilmu tersebut sudah ada jauh sebelum Islam ada, seperti ilmu astronomi sudah ada
pada masa Yunani. Namun, ketika ilmu tersebut mulai di serap oleh Islam, para ilmuwan
muslim tidak hanya statis menerima apa yang ada. Namun berhasil mengembangkan,
memperbaiki dan menyempurnakan ilmu-ilmu tersebut sehingga dapat menjadi
sumbangsih yang sangat besar bagi peradaban Islam.
Ilmu astronomi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata matahari,
bulan, bintang dan planet-planet lain, yang bertujuan untuk mengetahui posisi benda
langit agar waktu-waktu permukaan bumi dapat diketahui. Sedang ilmu geografi
merupakan ilmu yang mempelajari segala aspek yang terdapat di permukaan bumi. Ilmu
astronomi yang tumbuh dari matematika dan geografi berkembang dari astronomi.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan ilmu astronomi dan geografi
di dunia Islam dan para tokoh-tokohnya. Ilmu astronomi yang tumbuh dari matematika,
geografi berkembang dari astronomi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Ilmu astronomi di dunia Islam?
2. Bagaimana perkembangan Ilmu geografi di dunia Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan ilmu astronomi di dunia Islam
2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu geografi di dunia Islam
BAB II
PEMBAHASAN
1
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak (Depok: Rajawali Pers 2017), hal 1.
2
Mulyadi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam (Jakarta: Penerbit Baitul Ihsan, 2006), hal 154.
3
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek (Yogyakarta: Lazuardi, 2001), hal 2-3.
Sejarah Perkembangan Astronomi
Pada beberapa abad yang lalu, manusia telah mengamati berbagai fenomena
keteraturan alam semesta. Mulai dari terbit dan terbenamnya matahari, bintang
bintang di langit, munculnya bulan sabit, purnama, hingga lenyapnya bulan dari
permukaan. Manusia menggunakan benda-benda langit sebagai tanda ataupun alat
untuk melakukan berbagai kegiatan mereka di bumi. Peredaran matahari serta fase-
fase penampakan bulan, biasanya digunakan petani untuk mengetahui perubahan
musim guna bercocok tanam, nelayan untuk mengetahui arah angin guna menentukan.
arah untuk berlayar. Dengan demikian, benda-benda langit sudah dijadikan dasar oleh
manusia dalam mempraktekkan kehidupan di bumi jauh astronomi itu dikenal sebagai
ilmu.
Pada zaman dahulu, pengetahuan manusia mengenai benda-benda langit
sering dikaitkan dengan mitos-mitos kepercayaan mereka, misalnya untuk
menentukan waktu penyembahan terhadap dewa-dewa dalam ritual serta upacara
yang akan mereka lakukan. Pada saat itu pula, orang juga mahir dalam membuat
susunan atau rasi-rasi bintang untuk kepentingan meramal nasib.4 Tidak diketahui
secara pasti kapan dan siapa penemu ilmu astronomi. Namun, bangsa
Mesopotamialah yang pertama kali menjadi peletak dasar ilmu astronomi, yakni
sekitar tahun 3000 SM-2000 SM. Seiring berjalannya waktu, ilmu astronomi tidak
hanya diklaim sebagai milik bangsa Mesopotamia saja. Tetapi bangsa-bangsa seperti
Sumeria, Babilonia, Mesir, Persia, Maya India, dan Cina juga melakukan penelitian-
penelitian tentang astronomi seperti halnya bangsa Mesopotamia. Namun penelitian-
penelitian tersebut jelaslah memiliki perbedaan pada tingkat saintifiknya masing-
5
masing.
Di Babilonia, astronomi mulai muncul pada sekitar 1800 SM. Para pemikir
Babilonia pada awalnya melakukan penelitian untuk penanggalan, mengamati
terjadinya gerhana, perpindahan matahari dan bulan, terjadinya siang dan malam, dan
sebagainya. Pada sekitar 1300 SM, kegiatan astronomi mulai terjadi di Cina. Kegiatan
ini mendapat respon positif dari Kaisar Wu-Thing dan Kaisar Ti-Hsing. Pada
awalnya, ahli astronomi mengamati fenomena pada gerhana bulan dan mencoba
merepresentasikan dalam kehidupan masyarakat Cina. Pada 700 SM, dilakukan
penelitian terhadap matahari dari sebuah menara yang kemudian digunakan untuk
4
Akh. Mukarram, Ilmu Falak (Surabaya: Grafika Media, 2012), hal 3-4.
5
Ramdan, Islam dan Astronomi, hal 14.
menyusun perhitungan kalender selama 1500 tahun.6 Selain Babilonia, bangsa
Yunani dan India juga mengembangkan sistem secara rinci dalam berbagai bidang
dengan tingkat kecanggihan dan ketepatan dalam matematika.
7
Anton Ramdan, Islam dan Astronomi (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2009), hal 30.
8
Ramdan, Islam dan Astronomi, hal 15.
9
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra), 2012.
Berikut beberapa ahli astronomi Islam dan kontribusi yang telah
disumbangkannya bagi pengembangan Ilmu Astronomi:
1. Al-Battani (858-929).
Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu
karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan
dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad, selepas Al-
Battani meninggal dunia. Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru,
perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit
bulan dan planet-planet tertentu. Al-Battani juga mengembangkan metode untuk
menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama dalam
merenovasi astronomi modern yang berkembang kemudian di Eropa.
2. Al-Sufi (903-986 M)
Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman
as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam yang mengembangkan astronomi
terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari,
bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-
Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang, memperbincangkan
kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai astrolabe
(perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit
pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.
3. Al-Biruni (973-1050 M)
Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan dalam bidang
astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar
pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi
dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia.
Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang
astronomi.
4. bnu Yunus (1009 M)
Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya
diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di
permukaan bulan ada yang dinamakan Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa
hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di
angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4
meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan
matahari sepanjang tahun.
5. Al-Farghani
Nama lengkapnya Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-
Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang
amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa
Khalifah Al-Ma'mun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan
mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya
yang paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum
tentang kosmologi.
6. Al-Zarqali (1029-1087 M)
Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali
diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas
sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang lebih baik. Beliau telah
menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan
astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.
7. Jabir Ibn Aflah (1145 M)
Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau Geber adalah seorang ahli matematik Islam
berbangsa Spanyol. Namun, Jabir pun ikut memberi warna da kontribusi dalam
pengembangan ilmu astronomi. Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah
ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk
mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit. Salah satu
karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay'ah.
1. Geografi klasik
Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Pada zaman
ini pengetahuan tentang bumi pada masa tersebut masih di
pengaruhi oleh mitologi masyarakat. Pada masa sebelum masehi
pandangan dan paham mengenai geografi dipengaruhi oleh paham
filsafat dan sejarah. Selain itu juga pada masa ini telah muncul
tulisan tentang pembuatan peta bumi dan lukisan fisis daerah
tertentu. Hal ini merupakan bukti bahwasannya pada masa ini
geografi juga bersifat matematis.
Pada awal perkembangan ilmu geografi ruang di muka bumi
banyak dikemukakan oleh para pelancong. Para pelancong tersebut
10
Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia, Terj. Masturi Irham dan Muhammad Ariq,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal. 244.
11
Abdul Syukur al-Azizi, Untold Islamic History, (Yogyakarta: Laksana, 2018), hal. 383.
menggmbarkan kejadian historis yang mereka alami dan mereka
juga menguraikan gejala, ciri alam serta penghuninya. Diantara
tokoh tokoh geografi pada masa klasik ini yaitu: Anaximandros
(seorang yunani pada tahun 550 SM), Thales (640-548 SM),
Herodotus (485-425 SM) Homerus, Pitheas (340 SM), Erasthothenes
dan Dikaiarchos (276-194 SM), Strabo (64 SM-24 M), Claudius
Ptolemaeus.12
12
Dzikri Dzikrullah, Perkembangan ilmu Geografi. Academia pdf.
georgrafer muslim pun membuahkan hasil. Mereka berhasil
menghitung volume dan keliling bumi berbekal keberhasilan itu
khalifah Al-Makmun memerintahkan geographer muslim untuk
menciptakan peta bumi yang besar.Musa Al-Khawarizmi beserta 70
geografer berhasil membuat peta globe pertama pada tahun 830 M.
diantara tokoh-tokoh muslim geographer yang ikut berkontribusi
dalam perkembangan ilmu geografi ini adalah: Hisyam Al-kalbi
(Abad ke-8 M), Musa Al-Khawarizmi (780-850 M), Al-Ya’kubi (w. 897
M), Ibmnu Khordadbeh (820 M-912 M), Al-Dinawari (828-898 M), Ali
Al-Masudi (896-956 M), Ahmad Ibnu Fadlan (abad ke-10 M), Ahmad
ibnu Rusthah (abad ke-10 M), Al-Isltakhat II dan Ibnu Hauqal (abad
ke-10 M), Al-Idrisi (1099 M), Al-Baghdadi (1162 M), Abdul-Lateef
Mawaffaq (1162 M).
Abi Asmana, Sejarah perkembangan Geografi dan Tokoh Geografi, Diakses dari
13
http://legalstudies71.blogspot.com/2018/II/sejarah-dan-tokoh-geografi.html?m=I pada 19
April 2020, pukul: 10.00.
1) Al- Idris
Asy-Syarif al-Idris al-Qurthubi adalah ahli geografi muslim terkemuka dan
terhebat yang pernah dikenal oleh peradaban Islam, bahkan oleh peradaban manusia
hingga era penemuan geografi Eropa. Jauh sebelum ahli geografi Eropa dikenal
dunia, ilmuwan muslim ini telah menghasilka banyak pemikiran penting dan
membuat berbagai karya. Karya tulisannya yang paling monumental adalah kitab
Nuzuhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Tamasya Orang-Orang yang Rindu
Menjelajahi Cakrawala). Kitab ini menjadi ensiklopedia terlengkap yang mampu
menyatukan antara ilmu geografi astronomi dan geografi matematika. Di dalamnya
dijelaskan bahwa dunia yang dihuni oleh manusia ini mempunyai tujuh cuaca yang
berbeda. Ia juga menyebutkan tentang beberapa negara, pegunungan, sungai, serta
sumber daya alam dan manusia beserta aktivitas ekonomi, industri, seni, dan
kebudayaan. Kitab ini juga banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan sesudahnya.
Karya tulis lain yang tak kalah fenomenalnya di bidang geografi yang ditulis oleh Al-
Idris adalah kitab Raudhat al-Ins wa Nuzhat an-Nafs (Kesenangan Manusia dan
Kegembiraan Jiwa), Shifat Bilad al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq. Al-Idris juga
pencipta Tabulah Rogeriana, sebuah peta dunia kuno yang digambar pada tahun 1154
untuk Raja Roger II dari Silsilia.14
2) Al- Biruni
Al- Biruni merupakan ahli geografi terkemuka. Ia dijuluki sebagai “Bapak
geodesi” yang telah banyak menyumbangkan kontribusi terhadap geografi dan juga
geologi. Dialah yang memperkenalkan teknik pengukuran bumi dan jaraknya dengan
menggunakan triangulation. Al- Biruni juga menemukan radius bumi mencapai
6.339,6 km. Hingga abad ke-16 M, Barat belum mampu mengukur radius bumi
seperti yang dilakukan Al-Biruni. Karya Al-Biruni yang paling monumental ialah
buku Tahqiq Ma fi Al-Hind min Maqulah Maqbulah fi Al-Aql Au Mardzulah atau
buku Kitab Al-Hind. Dalam kitab ini Al-Biruni mengfokuskan pembahasannya
tentang natural geografi India dari segi pegunungan, sungai, banjir, iklim, dan relief
tanah dan hujan. Melihat pentingnya buku ini, para ilmuan dan pengkaji geografi
mengakui pengaruh Al-Biruni dalam kemajuan dan perkembangan ilmu geografi.
Sampai sebagian mereka menjuluki Al-Biruni sebagai Potalemus dari Arab. Al-
Islahuddin, Dharma Bakti Geografi: 60 Tahun Perjalanan Hidup Sukendra Martha, (Jakarta: PT. Pustaka
14
15
Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia, Terj. Masturi Irham dan Muhammad Ariq,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal. 261-262.
16
Abdul Syukur al-Azizi, Untold Islamic History, (Yogyakarta: Laksana, 2018), hal. 412.
17
Firas Alkhateeb, Sejarah Islam yang Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim pada Masa Lalu, Terj.
Mursyid Wijanarko, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2016), hal. 100.
Mamalik al-Dasirah atau populer dengan Akhbar az-Zaman. Dan Kitab at-Tanbih
wa al-Isyraf atau Book of Indication and Revision.
5) Ibnu Khurdazbih
Ibnu Khurdazbih adalah seorang sejarawan dan geografer terkenal dengan
karyanya Kitab al-Masalik wal Mamalik (Buku tentang Perjalanan dan Negeri-
Negeri). Dalam buku ini, menggambarkan jarak antar negara yang dilewati oleh jalur
perdagangan dunia Islam, yang dikerjakannya selama bekerja di bawah Khalifah
Abbasyiah Al Ma’mun. Ia juga menyatakan secara eksplisist bahwa bumi berbentuk
bulat seperti bola, dan ditempatkan di tengah-tengah ruang langit “seperti kuning dari
sebuah telur".18 Ilmuan asal Persia ini dikenal sebagai “Bapak geografi” karena
berhasil meletakkan dasar-dasar dan model penulisan geografi dalam bahasa Arab.
Diantara karya-karya Ibnu Khurdazbih tentang ilmu geografi adalah Al- Wasalik wa
al Mamalik, buku ini berisi tentang topografi (ilmu pemetaan) yang dilakukan oleh
pengarangnya ketika melakukan perjalanan di berbagai tempat.
Islahuddin, Dharma Bakti Geografi: 60 Tahun Perjalanan Hidup Sukendra Martha, (Jakarta: PT. Pustaka
18
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kami tarik sebuah kesimpulan bahwa ilmu astronomi dan
Ilmu geografi sangat menarik perhatian manusia. Dimana hal tersebut didasarkan atas rasa
keingintahuan manusia akan fenomena alam yang terjadi di luar atmosfir bumi ataupun yang
berada di bawah lapisan bumi . Sehingga manusia selalu mengembangkan ilmu
pengetahuanya terutama ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengungkap berbagai
macam fenomena alam yang terjadi.
Pada mulanya, manusia menganggap fenomena langit dan di bumi sebagai sesuatu
yang magis . Seiring berkembangnya pemikiran manusia dari zaman ke zaman, manusia pun
memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa maupun di bumi
untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan.
Mulyadi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam, 2006 (Jakarta: Penerbit Baitul
Ihsan)
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek , 2001 (Yogyakarta: Lazuardi)
Anton Ramdan, Islam dan Astronomi, 2009 (Jakarta: Bee Media Indonesia)
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 2012 (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra)
Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia, Terj. Masturi Irham dan
Muhammad Ariq, 2015 (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar)
Abi Asmana, Sejarah perkembangan Geografi dan Tokoh Geografi, Diakses dari
http://legalstudies71.blogspot.com/2018/II/sejarah-dan-tokoh-geografi.html?m=I pada 19
April 2020, pukul: 10.00.
Firas Alkhateeb, Sejarah Islam yang Hilang: Menelusuri Kembali Kejayaan Muslim pada
Masa Lalu, Terj. Mursyid Wijanarko, 2016 (Yogyakarta: Bentang Pustaka)
Islahuddin, Dharma Bakti Geografi: 60 Tahun Perjalanan Hidup Sukendra Martha, 2014
(Jakarta: PT. Pustaka Alvabet)