Anda di halaman 1dari 2

Pencak Dor: Tradisi Santri Sebagai Wujud Nasionalisme Religius

M. Rizquna Muafik (A92217117)


Mata Kuliah Seminar Sejarah VI-C
Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

A. Latar Belakang
Kita ketahui sendiri bahwas nasionalisme adalah suatu faham yang tumbuh dalam diri
masyarakat atau pun suatu kelompok, baik lokal maupun nasional. Nasionalisme
tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya di Kediri. Kediri merupakan
salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki garis sejarah yang sangat panjang.
Berdirinya Kerajaan Kediri menandakan bahwa wilayah ini memiliki masyarakat
yang cukup maju dengan tekad yang kuat. Pada masa perebutan kemerdekaan, di
wilayah ini juga menjadi medan perang antara koloni dengan masyarakat pribumi.
Tidak hanya melalui militer saja, masyarakat setempat juga banyak yang ikut dalam
berjuang, seperti golongan santri dari pesantren-pesantren yang pada waktu itu masih
eksis, contohnya seperti Ponpes Lirboyo Kediri. Pesantren ini selain mendidik santri
untuk belajar sesuai syariat Islam, juga mengajarkan berbagai ilmu lain, seperti
beladiri. Beladiri sendiri merupakan tata pembelaaan diri yang berdasarkan atas
kemampuan pribadi yang tinggi, dan merupakan dasar ilmu mempertahankan diri
untuk hidup secara mandiri maupun berkelompok.(footnote = Hisbullah Rahman,
Sejarah Perkembangan Pencak Silat di Indonesia, (Kuala Lumpur: PB IPSI, 1978),
h.5.)
Tradisi yang begitu kental di pondok pesantren ini sebagai salah satu kota pondok
pesantren terbanyak di Jawa Timur bahkan di Asia. Sebagai tugas pondok pesantren
menggali ilmu agama pondok pesantren ini telah melahirkan sebuah tradisi yang
harus dilestarikan. Pondok Pesantren Lirboyo yang menguntai entitas pondok
pesantren yang meninggikan kearifan lokal dengan beladiri tradisional sebagai ciri
khasnya yang berfungsi sosial melindungi warga yang lemah. Tradisi pencak pun
berubah seiringnya zaman menjadi media silaturahmi warga dan pendekar beladiri.
Julukan sebagai kota santri Kediri yang kental dengan tradisi Nahdlatul Ulama. Dan
Pondok Pesantren Lirboyo adalah pondok pesantren terbesar di Kediri. Namun
Lirboyo tidak hanya sekedar dengan urusan spiritual, namun di pesantren ini ilmu
beladiri sudah mendarah daging bahkan sebagai identitas pondok.
Pencak Dor yang lahir di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada era 1960 juga
dikenal sebagai pengkaderan pendekar silat dari kalangan santri. Faktor utama Gus
Maksum pada waktu itu melihat maraknya aksi perkelahian antar remaja di Kediri
pada akhir tahun 90 an, Yang tak jarang dalam perkelahian tersebut menimbulkan
banyak korban. Gus Maksum yang menginisiasi Pencak Dor bertujuan menjalin
silaturahmi sesama pendekar sekaligus menjadi media dakwah bagi para pemuda.
Sempat berganti-ganti nama seperti Pencak Bebas hingga Pencak Gejrot dan hingga
saat ini di kenal dengan Pencak Dor. Tidak menutup kemungkinan orang-orang di
luar santri pondok pesantren sendiri juga dapat mengikuti pagelaran Pencak Dor ini.
(footnote = https://pagarnusa.online/sejarah-berdirinya-pencak-dor/ diakses pada 10
April 2020 pukul 22.10 WIB
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya tradisi Pencak Dor di Pondok Pesantren
Lirboyo?
2. Bagaimana peran Gus Maksum Lirboyo dalam pelestarian warisan budaya
Pencak Dor?
3. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya tradisi pencak silat dari
kalangan santri?
C. Tujuan
Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah di paparkan
di atas, tujuan yang hendak dicapai secara umum dalam pembahasan penelitian ini
adalah memfokuskan pada sejarah, latar belakang terbentuknya tradisi Pencak Dor
yang ada di Pondok Pesantren Lirboyo, dan peran KH. Maksum Jauhari (Gus
Maksum) dalam pelestarian kearifan lokal di daerah Kediri Jawa Timur.
D. Kegunaan Penelitian
Dari adanya penelitian ini, di harapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
luas, selain itu juga dapat memberikan pengetahuan tentang pwntingnya menjaga dan
melestarikan warisan budaya lelihur sebagai identitas masyarakat itu sendiri. Baik
dari segi kelimuan akademik maupun segi praktis masyarakat.
E. Pendekatan dan Landasa Teori
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah pendekatan
historis dan sosiologis. Menggunakan pendekatan historis karena dalam penulisan
karya ilmiah ini harus menelusuri sumber- sumber pada masa lampau, yang berupa
arsip atau dokumen-dokumen. Sehingga dengan langkah pendekatan historis ini,
dapat kita temukan latarbelakang sampai proses terbentuknya tradisi pencak silat
ini yang pada mulanya ada di kalangan santri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
SelanjutnyaSelanjutnya menggunakan pendekatan sosiologis karena dalam
penulisan ini menggunakan salah satu ilmu bantu sosial, berupa ilmu sosiologi
dalam menganalisis sejarah. Latarbelakang dari terbentuknya tradisi pencak silat
ini sendiri bermula dengan dibutuhkannya kemampuan bela diri bagai para santri
pada masa kolonial dengan tujuan salah satunya dapat membantu masyarakat
umum pada masa itu masih lemah. Dan juga sebagai wujud merespon kondisi
sosial masyarakat dengan maraknya aksi perkelahian antar remaja di Kediri pada
akhir tahun 90-an, yang tak jarang dalam perkelahian tersebut sampai menimbulkan
banyak korban. Selain itu juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar pendekar
pencak silat di seluruh Nusantara.(footnote = Abdurrohman, Metode Peneltian
Sejarah ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.11.)

Anda mungkin juga menyukai