Anda di halaman 1dari 3

Ni Komang Wahyu Centika Sari

1909511041

ELIMINASI PADA ANJING JALANAN DI BALI

Pengeliminasian atau pemusnahan anjing jalanan sudah menjadi hal lumrah di Bali.
Ini merupakan salah satu penanggulangan wabah rabies di Bali. Setiap anjing yang tidak
memakai kalung dan berkeliaran di jalan akan langsung dieliminasi oleh petugas
pencegahan rabies. Kita semua menyadari akan perlunya pencegahan rabies secara cepat.
Namun, dalam pelaksanannya harus dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Prosedur
yang digunakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Harus memperhatikan hak-
hak hidup dan kesejahteraan hewan. Selain itu, pencegahan rabies juga dapat dilakukan
dengan hal lain seperti sterilisasi untuk mengendalikan jumlah populasi anjing.

Dalam Perda No.15 Tahun 2009  jelas menyatakan untuk melaksanakan


pemusnahan harus  secara selektif dan terarah pada HPR yang tidak teregistrasi atau
menunjukan gejala penyakit yang tidak terobati dan;atau pada hewan yang diduga atau
yang teridentifikasi penyakit rabies dan sudah kontak dengan HPR yang terinfeksi.
Disana juga disebutkan, HPR yang berkeliaran di jalan-jalan umum dan yang tidak
memakai tanda vaksinasi, ditangkap dan dimasukkan ke tempat penahanan dinas
kabupaten/kota. Maka dari itu, anjing jalanan yang tidak memakai kalung seharusnya
tidak langsung dieliminasi. Melainkan dimasukkan ke tempat penahanan untuk diseleksi
dan dirawat.

Pengeleminasian anjing jalanan selama ini langsung menyuntikkan cairan racun


hingga mati. Dimana ini merupakan pelanggaran dalam prosedur pelaksanaan program.
Pengeleminasian yang harusnya dilakukan adalah seperti yang terdapat pada kajian Jurnal
Fakultas Kedokteran Hewan yaitu “Eliminasi dilakukan dengan cara : sebelum
disuntik mati, anjing-anjin tersebut terlebih dahulu diberi pakan berupa ikan pindang
yang telah dicampur obat bius . Pakan yang dilemparkan begitu saja kemudian
dimakan anjing liar, dan tidak lama kemudian reaksi obat bius mulai bekerja,
sehingga anjing pun tampak lunglai serta tertidur lemas. Setelah anjing liar itu tidak
berdaya, petugas menyuntikkan cairan racun hingga anjing mati. Anjing mati
dikumpulkan selanjutnya dibuatkan galian dan dibakar” (Besung dkk, 2011:10).

Kalaupun anjing akan dieliminasi perlu memperhatikan hak – hak hidup dan
kesejahteraan hewan tersebut. Adapun hak – hak hidup hewan yang juga dikenal
sebagai kebebasan hewan, adalah ide bahwa hak-hak dasar hewan non-manusia harus
dianggap sederajat sebagaimana hak-hak dasar manusia. Hewan juga punya hak-hak yang
sama untuk hidup dan menikmati alam ini. Kekerasan tidak pandang bulu dan tidak
beralasan, tanpa aturan hukum merupakan pelanggaran hak hewan yang masih dilakukan
dalam pelaksanaan eliminasi pada ajing jalanan.

Sterilisasi adalah salah satu cara untuk pengurangan eliminasi anjing yang
fungsinya sama yaitu untuk menekan jumlah poupulasi anjing di Bali. Seperti yang
disebutkan pada Jurnal Kebijakan Kesehatan Hewan yaitu, “Selain itu yang tak kalah
penting untuk menekan over populasi anjing, maka penting menambahkan ayat baru pada
pasal pemeliharaan agar masyarakat lebih terbuka terhadap sterilisasi pada hewan
peliharaan ataupun HPR di lingkungan sekitar” (Manro dan Yovani, 2018:7). Steriliasasi
ini memiliki banyak keuntungan seperti sterilisasi membuat anjing/kucing jantan lebih
tenang yang mengurangi keinginan mereka untuk kabur dan tidak mencari-cari masalah
untuk berkelahi ataupun berkeliaran mencari pasangan dan sterilisasi mengurangi
agresivitas anjing (behavior & temperament issues) dan resiko mereka menggigit orang
atau anjing lain.

Dengan ini populasi hewan untuk pencegahan rabies dapat ditekan dengan
pengeleminasian dan steriliasi. Namun dalam pelaksaan pengeleminasian harus
dilakukan dilakukan dengan prosedur yang tepat. Tidak melakukan pengeleminasian
secara sembarangan, harus selektif dengan ini anjing jalanan agar tetap mendapatkn hak
hidup hewan dan kesejahteraannya. Sehingga merasakan kebebasan dari rasa takut.
Daftar Pustaka

Besung, Kertha, dkk. 2011. Vaksinasi, Edukasi, dan Eliminasi Anjing Liar Sebgai Usaha
Percepatan Penanggulangan Penyakit Rabies di Bali. Udayana Mengabdi. 10(2):57 – 60.

Manron dan Yovani. 2018. Menuju Indonesia Bebas Rabies 2020:Problem Institusi Dalam
Implementasi Kebijakan Kesehatan Publik di Bali. Jurnal Kebijakan Kesehatan Hewan.
7:168 – 177.

Anda mungkin juga menyukai