Anda di halaman 1dari 27

PERPINDAHAN PANAS KONDENSASI UAP

Mengacu pada : Mikheyev, M.. 1986 ,Fundamentals of Heat Transfer

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas
Perpindahan Panas dan Massa 2
yang dibina oleh Dr. Retno Wulandari ST.,MT

Oleh
Hilmi Fachri Novaldi 170514625022
Muh. Arief Riskiyawan 170514625050
Muhammad Satrio Arif 170514625051
Renaldi feriyantama 170514625027

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK MESIN
S1 TEKNIK MESIN
April 2019
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ..............................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................2
1.3 Tujuan................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perpindahan Panas.................................................3
2.2 Perpindahan Panas Kondensasi Uap .......................................4
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................24
3.2 Saran ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 25

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam

industri proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau

pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang

dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai

keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila

pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai

dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu

mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat

pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia,

keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami.

Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem

yang suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi.

Proses ini disebut sebagai perpindahan Kalor (Heat Transfer). Dari titik

pandang teknik (engineering). Salah satu contohnya peristiwa yang terjadi

pada siklus Turbin Uap Kondensai dimana uap panas dikembalikan menjadi

fasa cair yang mana yang menarik dan memerlukan analisa yang didasarkan

pada ilmu perpindahan Kalor.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas kita mengambil rumusan masalah diantaranya :

1. Apa pengertian dari perpindahan kalor?

2. Apa pengertian perpindahan perpindahan panas kondensasi ?

1.3 Tujuan

Dari rumasan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini diantaranya :

1. Mengetahui apa yang dimaksud perpindahan kalor

2. Mengetahui pengertian perpindahan perpindahan panas kondensasi

3. Mengetahui perpindahan panas kondensasi

BAB 2

2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perpindahan Panas

Perpindahan Panas (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda

atau material.Pada termodinamika telah kita ketahui bahwa energi yang

pindah itu dinamakan Panas (heat). Ilmu perpindahan kalor tidak hanya

mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari suatu benda

ke benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi

pada kondisikondisi tertentu. Kenyataan di sini yang menjadi sasaran analisis

ialah masalah laju perpindahan, inilah yang membedakan ilmu perpindahan

kalor dari ilmu termodinamika. (Buchori,2017).

Termodinamika membahas sistem dalam keseimbangan, ilmu ini dapat

digunakan untuk meramal energi yang diperlukan untuk mengubah sistem dari

suatu keadaan seimbang ke keadaan seimbang lain, tetapi tidak dapat

meramalkan kecepatan perpindahan itu. Hal ini disebabkan karena pada waktu

proses perpindahan itu berlangsung, sistem tidak berada dalam keadaan

seimbang. Ilmu perpindahan panas melengkapi hukum pertama dan kedua

termodinamika, yaitu dengan memberikan beberapa kaidah percobaan yang

dapat dimanfaatkan untuk menentukan perpindahan energi. Sebagaimana juga

7 dalam ilmu termodinamika, kaidah-kaidah percobaan yang digunakan dalam

masalah perpindahan kalor cukup sederhana, dan dapat dengan mudah dikem

bangkan sehingga mencakup berbagai ragam situasi praktis.

2.2 Perpindahan Panas Kondensasi

3
Jika uap bersentuhan dengan dinding yang dipertahankan pada suhu di

bawah suhu saturasi, uap mengembun dan kondensasi terjadi di dinding. Ada dua

mode penguapan uap : dropawaise/ setetes demi setetes, ketika kondensasi

terbentuk pada masing-masing tetes (gambar 5-16), dan tipe film saat kondensasi

membentuk film kontinu (gambar 5-17).

Kondensasi dropwise/setetes demi setetes hanya dimungkinkan bila

kondensasi tidak membasahi permukaan pemanasan (pendinginan).Kondensaisi

jenis ini dapat diperoleh dengan menambahkan lapisan tipis minyak, minyak

tanah atau asam lemak pada permukaan pemanas, atau dengan menambahkan zat-

zat ini ke dalam uap. Selain itu, permukaannya harus dipoles dengan benar.

Kondensasi uap murni dari cairan pembahasan menghasilkan pembentukan film

kondensasi yang kontinu. Kondensasi juga dimungkinkan dan dalam hal ini

kondensasi tetes demi tetes terjadi di satu bagian peralatan dan kondensasi film di

bagian lain.

4
Kondensasi film dominan terjadi pada kecepatan uap tinggi (ω > 10

m/sec). Perpindahan panas dalam kondensasi uap film yang akan kita bahas secara

rinci dibawah.

Panas yang dibebaskan dari uap kondensasi harus mengalir ke dinding

melalui lapisan kondensasi. Jika film cair dalam aliran laminar, perpindahan panas

melalui film hanya terjadi melalui konduksi. Mari kita asumsikan bahwa suhu

partikel kondensasi yang bersentuhan dengan dinding t w dan suhu partikel

kondensasi yang bersentuhan dengan uap sama dengan suhu kondensasi uap t s,

suhu batas ini tetap konstan di seluruh permukaan. Jika λ adalah konduktivitas

termal daro kondensasi dan δ z ketebalan lapisan pada penampang x (gambar 5-

17), jumlah panas yang diberikan ke satuan luas ditentukan oleh ungkapan berikut

λ
qx = (t -t ) [kcal/sq m-hr]. (a)
δx s w

Membagi jumlah panas yang ditransfer q x dengan panas penguapan r, kami

menemukan jumlah kondensasi yang terbentuk :

5
qx λ
Gx = = (t -t ) [kcal/sq m-hr]. (b)
r δx s w

Di sisi lain, jumlah panas yang ditransfer dapat ditemukan dengan formula newton

q x = α x (t s-t w) [kcal/sq m-hr]. (c)

Perbandingan antara dua formula (a) dan (c), didapatkan :

λ
αx = [kcal/sq m-hr-C o]. (d)
δx

Di bawah ini kita akan membahas rumus Nusselt untuk dinding vertikal

(Gbr, 5-17), Sumbu x disusun dalam bidang dinding dan diarahkan ke bawah,

sedangkan sumbu y normal ke dinding. Pertimbangkan dalam layer volume dasar

dengan sisi dx, dy dan 1. Koordinat elemen ini adalah x dan y, volumenya du=dx

dy x 1. dan berat dG =γ dx dy x 1 . Unsur cair ini dikenai dua gaya: gaya gesekan

ds dx x 1 dan berat dG =γ dx dy x 1 . Hasil dari kedua gaya harus sama dengan

produk massa elemen. Jika yang terakhir dianggap diabaikan, hasilnya adalah nol.

(ds dx x 1) + (γ dx dy x 1 ) = 0

ds = - γ dy [ kd/sq m] (e)

Menurut hokum Newton :

dwx
s=μ (f)
dy

dimana ; wx = kecepatan dari aliran kondensasi pada sumbu x m/hr

μ= keketalan dari fluida kg-hr/sq m

6
Turunkan persamaan f dengan memperhatikan y , dan didapatkan

ds d2 w
= μ 2x (g)
dx dy

Dari persamaan (e) dan (g) didapatkan

d 2 wx γ
= - (h)
dy 2 μ

Asumsikan bahwa μkonstan dan integralkan , dan di dapatkan

γ 2
Wx = - y + C1y +Cz (i)

Integral dari C1 dan Cz mempunyai nilai konstan didapatkan dari ; y = 0 , wx= 0

dan Cz = 0 pada y= δx

dw x γ
( )y = δ = - δx + C1 = 0
dy μ

Yang mana ;

γ
C1 = δx
μ

Subsitusikan nilai dari C1 dan Cz pada persamaan (i) dan didapatkan persamaan

kecapatan distribusi pada lapisan dari kondensasi

γ γ 2
wx = δxy - y [ m/hr]
μ 2μ

pada keadaan x = 0 , δ = 0 , C=0

7
4 λ μ(t s −t w )

δx = 4
γ 2r

Ketebalan perubahan film sebagai fungsi x, sesuai dengan formula ini,

ditunjukkan pada Gambar. 5-18. Komponen kecepatan wx, ditunjukkan dalam

penampang dilambangkan dengan garis putus-putus, sesuai dengan persamaan

(j) . Mengganti nilai δx dari persamaan (q) dalam persamaan (c). kami

memperoleh nilai koefisien perpindahan panas αx

λ γ 2 r λ2
αx=
δx
=4

4 μ x (t s−t w )
( kcal/sq m-hr-oC ) (5-

16)

Berarti koefisien perpindahan panas untuk dinding vertikal dan pipa vertikal

dengan tinggi H ditentukan dengan rumus berikut :

H
1 4 4 γ 2 r λ3 A
α = ∫ α x dx=¿
H 0 3 4 μH ∆t√ =0.94 4
H ∆t √
¿ ¿ ¿[kcal/sq m-hr-oC] (5-17)

Dimana

2 3
∆ t=t s −t w[oC] dan A= rγ λ [kcal4/m7-hr4-oC].
μ

Solusi ini untuk dinding vertikal dan dapat diaplikasikan ke dinding miring.

Untuk kasus tersebut, persamaan (e) harus terdapat komponen vertikal dari gaya

gravitasi; jika ψ adalah sudut yang dibentuk oleh dinding dengan horizontal,

persamaan (e) seharusnya diganti dengan persamaan berikut :

ds +γsinψdy=0

8
Lalu, kalkulasi rumus untuk koefisien perpindahan panas membutuhkan

persamaan berikut :

α ψ =α vert √4 sin ψ ,

Dimana α vert = koefisien perpindahan panas untuk dinding vertikal.

Permukaan horizontal tabung mungkin diasumsikan untuk digabungkan

dengan beberapa elemen datar membentuk sudut berbeda ψ dengan horizontal.

Jika kita mengintegrasi ψ dengan limit ψ = 0, ψ = 180o, perhitungan persamaan

tersebut membutuhkan persamaan berikut :

A
α =0.72

4

d Δt
[kcal/sq m-hr-oC], (5-18)

Dimana d = diameter tabung, m.

Persamaan (5-17) dan (5-18) digunakan untuk uap dari segala cairan. Nilai

dari λ, γ,dan µ dipilih menurut suhu lapisan film rata-rata tm, dan r menurut

temperatur kondensasi ts.

Solusi yang disarankan merupakan perkiraan karena penyederhanaan

asumsi. Justru dengan demikian teori Nusselt harus dinilai.perbandingan dengan

hasil latihan menunjukkan bahwa teori tersebut sama persis dengan hokum umum,

tetapi koefisien perpindahan yang sebenarnya adalah 20-22% lebih tinggi dari

hasil yang dikalkulasi dengan persamaan (5-17).

Alasan mengapa adanya beberapa perbedaan antara teori dan hasil latihan

dijelaskan oleh ilmuwan Soviet P. L. Kapitsa, yang telah menunjukkan bahwa

untuk lapisan tipis cairan dalam aliran terbuka harus diingat bahwa tegangan

9
permukaan yang Nusselt gagap perhitungkan. Dalam kasus ini, gerakan

gelombang lebih stabil. Konduktivitas efektif dari beberapa lapisan adalah 21%

diatas lapisan laminar.

Akibatnya, jika kami memperkenalkan koreksi ini, teori akan sejalan dengan

hasil praktik, dan itu berarti asumsi penyederhanaan yang diterima secara

keseluruhan benar dan valid. Perbedaan tertentu tetap hanya untuk tabung tinggi,

dan semakin tinggi tabung (dinding), semakin besar perbedaannya. Akan tetapi,

perbedaan ini dapat ditelusuri pada fakta bahwa akumulasi kondensat membuat

aliran turbin pada bagian bawah tabung tinggi. Yang menghasilkan turunan tajam

dalam ketahanan termal film. Ada teori khusus yang memperhitungkan fenomena

ini, tetapi perlu dikembangkan lebih lanjut dan dikuatkan dengan eksperimen.

Ada satu pertanyaan lagi yang harus diklarifikasi. Dalam teori Nusselt,

parameter fisik berlaku untuk suhu rata-rata film tm = 0.5 (tw+ts) dan diasumsikan

konstan. Pertanyaannya adalah apakah ketergantungan parameter-parameter ini

pada suhu mempengaruhi perpindahan panas. Hasil solusi teoritis dari maslaah ini

oleh ilmuwan Soviet D. A. Labuntsov diilustrasikan secara grafis dalam gambar

10
(5-19) di bagan buku, rasio koefisien perpindahan panas, tidak memperhitungkan

dan mengabaikan ketergantungan sifat fisik pada suhu α/αN, diplot di sepanjang

koordinat dan rasio µs/µw sepanjang absis, sementara nilai λs/λw diambil sebagai

parameter. Bagan menunjukkan bahwa biasanya sifat fisik suatu cairan terbantung

pada suhu secara efisien, dan koefisien perpindahan panas α dan α N tidak berbeda

jauh jika λ dan µ berubah tajam. Terlihat bahwa satu-satunya koerksi penting

yang diperkenalkan dalam rumus (5-17) untuk dinding vertikal (tabung) adalah

yang menghitung pergerakan gelombang lapisan film. Namun koreksi ini tidak

berlaku untuk tabung horizontal, karena disini gerakan gelombang film hampir

tidak mungkin karena pendeknya lapisan film. Oleh karena itu, rumus (5-18)

dapat digunakan dalam perhitungan tanpa koreksi, kesimpilan ini dikuatkan oleh

pengalaman.

Masalah perpindahan panas dalam uap kondensasi juga dapat diselesaikan

dengan mengguanakan teori kesamaan (2-3). Karena proses yang

dipertimbangkan terutama ditentukan oleh kondisi transportasi panas melalui film

kondensat, maka, dengan mempertimbangkan asumsi penyederhanaan, proses ini

dapat dijelaskan dengan sistem persamaan berikut

(a) Rumus perpindahan panas α Δt=−λ ( ∂∂ty ) y=0 ;

(b) Rumus untuk konduksi panas

∂t ∂2 t
ω =−α ;
∂x ∂ y2

(c) Rumus untuk aliran [rumus (h)]

d2ω − y
= ;
d y2 μ

11
(d) Rumus keseimbangan panas, memperhatikan perubahan dalam fase

λ
pada garis transisi dari fase uap ke cairan rγωδ =αH Δ t= H Δ t .
δ

Dari rumus (a) kita menemukan istilah tanpa dimensi

αl
=Nu .
λ

Dari rumus (b) istilah tanpa dimensi

ωl
=Pe=ℜ X Pr .
α

Dari rumus (c) istilah tanpa dimensi

γ l2 g l2 g l2 v
= = X =Ga/ℜ .
μω γω v2 ωl

Dari rumus (d) istilah tanpa dimensi

rγωl ωl r
= X =Pe x K=ℜ x Pr x K .
λ Δt α c Δt

Dari alaminya aliran laminar tidak tergantung pada kecepatan dan,

karean itu, pada angka Reynolds, rumus tanpa dimensi dari perpindahan panas

dalam uap kondensasi memiliki rumus berikut :

Nu = f (Ga x Pr x K) = f(K0), (5-19)

Dimana

αl g l3 v r
Nu= ,Ga= 2 ; Pr= dan K = .
λ v α cΔt

12
Dengan temperature saturasi ts sebagai temperature referensi, kita harus

P r s 0.25
memperkenalkan sebuah istilah tambahan ( ) , dimana diperhitungkan dari
Pr ω

efek variasi dalam sifat fisik kondensasi dari temperatur, dalam persamaan (5-19).

Dalam kasus ini persamaan (5-19) membutuhkan persamaan berikut:

P r s −0.25
N us ( ) =f ( K 0s ) . (5-20)
P rω

Data yang didapat dari percobaan kondensasi uap dari etil alcohol,

aseton, bensin, ammonia, dan udara di tabung vertikal dan horizontal, ditunjukkan

pada gambar. Telah diperlakukan dengan

13
Cara yang tepat. Dalam grafik nilai dari log K0s di plot sepanjang absis

P r s −0.25
dan nilai dari N us ( ) sepanjang ordinat.
P rω

Metode ini di generalisasi dan menghasilkan persamaan berikut

Pr s 0.25
N us =0.42 K 0 s0.28 ( ) . (5-21)
P rω

Formula ini membutuhkan verifikasi menyeluruh lebih lanjut. Jika tidak

berbeda secara esensial dari rumus Nusselt dalam bentuk dan struktur. Tetapi

tidak diragukan lagi lebih praktis untuk perhitungan praktis, karena hanya suhu t s

yang harus diketahui, sedangkan pengaruh istilah akuntansi untuk variasi dalam

parameter fisik kecil dan mungkin diabaikan pada pendekatan pertama. Kita dapat

mengasumsikan bahwa Pr s/ Pr w = 1. Diameter dan tinggi diasumsikan masing-

masing dimensi referensi untuk tabung horizontal dan vertikal.

Ini menyatakan bahwa teori Nusselt setuju dengan baik pada hasil tes,

asalkan koreksi untuk gerakan gelombang film deperkenalkan. Oleh karena itu,

rumus analitik dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung transier panas

dalam kondensasi uap murni. Dalam hal ini, paling mudah untuk menulis ulang

rumus sebagai berikut :

4
γ 2 λ3 x √r
α=c
√4

μ
4
√l(t s −t w .)
[kcal/sq m-hr−¿O C ¿ ]

14
Formula ini berlaku untuk uap yang berbeda dan mencakup sebagian dasar

kasus yang ditemukan dalam praktik. Ketika digunakan untuk menghitung

perpindahan panas dalam kondensasi tetes jenis dan film, tetapi dalam kondisi

aliran turbulen, rumus (5-22) memberikan nilai minimum dari koefisien

perpindahan panas : koefisien aktual lebih tinggi.

Karena formula (5-22) hanya berlaku untuk uap murni yang terkondensasi

pada permukaan yang bersih, sejumlah faktor tambahan yang mempengaruhi

perpindahan harus, jika mungkin, diperhitungkan dalam menentukan koefisien

perpindahan panas.

(a) Pengaruh kecepatan dan arah aliran uap. Formula (5-22) benar-benar

berlaku untuk uap stasioner, atau uap yang bergerak dengan kecepatan rendah ω

15
<10 m / detik. Pada kecepatan yang cukup besar, gesekan muncul antara uap dan

film cair. Jika arah aliran uap bertepatan dengan arah lapisan cair, maka, karena

gesekan, kecepatan lapisan meningkat, ketebalannya berkurang dan koefisien

perpindahan panas meningkat. Tetapi jika uap bergerak ke atas, saya. e., dalam

arah yang berlawanan, kecepatan film menurun, ketebalannya meningkat dan

koefisien perpindahan panas berkurang. Fenomena ini, bagaimanapun, hanya

berlangsung sampai saat gaya gesekan menjadi lebih unggul dari berat. Film

kemudian terpisah dari permukaan, dan koefisien perpindahan panas meningkat

dengan naiknya kecepatan uap. Kurva yang ditunjukkan pada Gambar. 5-22

memberikan gambaran tentang bagaimana kecepatan dan arah uap mempengaruhi

transier panas. Mereka juga menunjukkan bahwa pada tekanan rendah efek

kecepatan uap kecil, tetapi tumbuh secara substansial dengan meningkatnya

tekanan.

(b) Efek dari kondisi permukaan. Perpindahan panas dalam uap

kondensasi sangat tergantung pada kondisi permukaan. Jika permukaan kasar atau

ditutupi dengan film oksida, ketebalan film cair meningkat karena resistensi

tambahan terhadap aliran film, dan koefisien perpindahan panas berkurang 3

persen dan lebih. Efek dari ketahanan termal film oksida pada permukaan juga

sangat penting di sini.

(c) Efek dari superheat. Dalam berurusan dengan kondensasi uap yang

dipanaskan super, kita harus memperhitungkan superheat q s = cr (t s) [kcal / kgl]

dan mengganti panas penguapan r dalam rumus kalkulasi kal dengan r a = r v + q s.

Dalam rumus, ts adalah suhu saturasi, suhu uap super panas, dan panaskapasitas

16
uap super panas. Perbedaan suhu adalah seperti sebelumnya ∆t = t s-t w. metode

perhitungan ini terbukti paling praktis dalam kasus-kasus praktis.

Jika suhu dinding di bawah suhu jenuh, uap super panas mengembun dengan cara

yang sama seperti uap jenuh. Ini tidak berarti, tentu saja, bahwa uap super panas

segera menjadi jenuh secara keseluruhan. Steami menjadi jenuh secara

keseluruhan. uap menjadi jenuh hanya di dinding. ketika dingin, dan mungkin dan

tetap superheated jauh dari dinding.

Karena r> r, maka dari rumus (5-22) mengikuti bahwa laju perpindahan panas

dalam uap super panas terkondensasi agak lebih tinggi daripada dalam uap uap

jenuh kondensasi. Ini telah dikuatkan oleh hasil tes khusus yang dilakukan oleh

Gnam baik dengan kondensasi dropwise dan tipe film (Gbr. 5-23). Namun,

perbedaan dalam tingkat perpindahan panas hanya 3 persen dan dapat diabaikan

dalam perhitungan praktis.

(d). Efek dari gas moncondersing terkandung dalam uap. Laju perpindahan

panas turun drastis dalam uap yang mengandung udara atau gas tanpa kondensasi

lainnya. Ini disebabkan oleh fakta bahwa hanya uap yang mengembun di dinding

yang dingin dan udara tetap ada. Dengan tidak adanya konveksi, udara berangsur-

17
angsur menumpuk di dinding dan berfungsi sebagai hambatan serius untuk uap

bergerak ke arah dinding.

Kurva pada Gambar 5-25, menyatakan ketergantungan dari koefisien relatif

perpindahan panas atau kandungan relatif udara dalam uap, diplot berdasarkan

data uji yang diperoleh oleh ilmuwan Soviet Gudymchuk. Dalam bagan rasio ¥ a /

¥ v (dalam nilai persen) diplot di sepanjang absis dan rasio a / a di sepanjang

ordinat, di mana ¥ a = gravitasi udara yang ditentukan, ¥ v = gravitasi uap, a =

koefisien perpindahan panas uap yang mengandung udara, dan a = koefisien

perpindahan panas uap kondensasi murni.

Ini mengikuti dari grafik bahwa bahkan saya persen udara dalam uap mengurangi

koefisien penahan panas sebesar 60 persen. Dalam conderiser industri udara

ditarik terus menerus, meskipun, karena pencampuran yang baik, kehadirannya

mempengaruhi perpindahan panas lebih sedikit dari pada Gambar 5-25.

(e) Efek dari tata letak permukaan pemanas. Dalam mendesain kondensor,

banyak perhatian harus diberikan pada tata letak permukaan pemanas, apakah,

misalnya, tabung harus disusun secara vertikal atau horizontal.

18
Nilai faktor koreksi εc ditentukan oleh susunan tabung dan jumlah baris,

dihitung dari atas. nilai εc untuk bank tabung in-line dan staggered diberikan

dalam gambar 5-27. Kondensor besar biasanya dilengkapi dengan baffle miring

khusus yang berfungsi untuk cabang dari kondensat pada titik tengah (gbr. 5-28).

Untuk tabung vertikal, koefisien perpindahan panas berkurang ke arah

bawah saat film kondensat tumbuh lebih tebal. dalam hal ini, laju rata-rata

perpindahan panas dapat ditingkatkan dengan memasang tutup penyadapan

kondensat di sepanjang tabung, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5-29.

Pemasangan tutup tersebut pada interval 10 cm pada tabung dengan ketinggian 3

m meningkatkan curah atau rata-rata koefisien perpindahan panas 2-3 kali.

Gambar 5-26 pengaturan tabung di dalam kondenser (a) in-line (b) staggered.

Gambar 5-27 εc untuk baris berbeda dari penghitungan kondensor

dari atas: 1 – pengaturan staggered; 2 – pengaturan in-line dari pipa.

19
Koefisien perpindahan panas dapat ditingkatkan lebih banyak lagi dengan

memasukkan uap dalam aliran tipis yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Film

dihancurkan saat aliran menimpa tabung dan kondensat terciprat. Ini mengurangi

dari tiga hingga sepuluh kali hambatan termal terhadap aliran panas, menurut data

uji yang diperoleh ilmuwan Soviet A. P. Salikov. Reduksi semacam itu secara

alami sangat tergantung pada diameter aliran, jumlah, arah, dan kecepatan

alirannya.

Ada metode lain untuk mengintensifkan laju perpindahan panas.

Masalahnya, bagaimanapun, tidak dikhususkan dalam banyak kasus, karena laju

perpindahan panas dalam uap kondensasi cukup tinggi. Oleh karena itu, dalam

mendesain kondensor (penukar panas), perhatian besar harus diberikan pada

penyediaan cara yang mencegah kemungkinan penurunan laju perpindahan panas

yang disebabkan, misalnya, dengan adanya udara, pemindahan kondensat yang

tidak tepat, keberadaan skala, deposit garam dan minyak, dan pengotoran. faktor-

faktor inilah yang mungkin terbukti menjadi alasan untuk fungsi kondensor yang

tidak memuaskan.

(f) Pengaruh pencampuran uap lain. Dalam kesimpulan harus dikatakan

bahwa dalam industri kimia seseorang harus melakukan tidak hanya dengan uap

air saja tetapi dengan uap dari zat lain dan campuran dari uap yang berbeda.

Formula (5-22) berlaku untuk uap zat apa pun; satu-satunya bagian dari rumus

yang berubah adalah A, yang nilainya ditentukan oleh sifat fisik zat yang terlibat.

Jika koefisien perpindahan panas untuk uap kondensasi (pada 1 ata) diasumsikan

100%, asam sulfat adalah 80%, amonia 70%, karbon dioksida 50%, freon 12%,

alkohol 25%, dan benzena 20%. Angka-angka ini adalah perkiraan dan hanya

20
memberikan gambaran tentang besarnya pesanan, untuk perubahan seiring dengan

perubahan tekanan dan suhu.

Gambar 5-28 pengaturan tabung pada industri kondenser.

Gambar 5-29 pemasangan tutup sadap kondensat pada tabung vertikal.

Proses kondensasi dalam kasus campuran uap lebih rumit. Sebagai contoh,

sementara kondensasi uap umumnya dari jenis film, kondensasi campuran uap

dan uap benzena adalah tetes demi tetes. Kondensasi uap benzena adalah filmwise

dalam kedua kasus. Keunikan kondensasi seperti ini menghasilkan penampilan

hubungan baru yang memengaruhi perpindahan panas.

21
Contoh 5-2. Tentukan jumlah uap jenuh kering yang dapat mengembun

pada tabung vertikal dengan diameter d = 40 mm, dan tinggi H = 1 m di bawah

tekanan atmosfer jika suhu permukaan rata-rata tw = 60°C.

Sesuai dengan kondisi yang diberikan, ts = 100°C, tm = 0,5 (100 + 60) =

80°C dan Δt = 100 - 60 = 40°C. Dengan suhu ini kita menemukan nilai tambahan

yang diperlukan untuk perhitungan pada Tabel A-19 dan Gambar 5-21; pada ts =

100°C √4 t=¿ ¿ = 4,82 dan pada tm = 80°C B = 2 070. Perhitungan lebih lanjut
dilakukan dengan rumus (5-24):

c B 4 r 1 , 15 x 2070 x 4,82 11, 500 kcal


α= 4 √ = = =4600 m−hr ° C
√ d Δt 4
√ 1 x 40 2,5 sq

Permukaan tabung F = πdH = 3,14 x 0,04 x 1,0 = 0,125 sq m dan jumlah

panas yang melewati permukaan itu akan menjadi:

kcal
Q=αFΔt=4600 x 0,125 x 40=23000
hr

Membagi Q dengan penguapan panas (r = 540 kkal / kg)., kita

memperoleh jumlah kondensat yang terbentuk:

Q 23000 kg
G= = =42 , 6
r 5 40 hr

Panas dari subkondensat kondensat yang diasumsikan dapat diabaikan. Dalam

kasus tabung horizontal, semua kondisi lainnya sama, kita memiliki

c B √4 r 0 ,72 x 2070 x 4,82 7 200 kcal


α= 4 = = =6450 m−hr ° C
√ d Δt 4
√ 0 , 04 x 40 1, 12 sq

22
kcal
Q=6450 x 0,125 x 40=32300
hr

dan

32300 kg
G= =60
540 hr

Jumlah uap yang terkondensasi pada tabung horizontal adalah 1,4 kali

lipat daripada tabung vertikal.

23
BAB 3

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Dari pembahasan tentang perpindahan panas kondensasi dapat

disimpulkan bahwa perpindahan panas kondensasi adalah proses

bersentuhannya uap dengan dinding yang dipertahankan pada suhu di

bawah suhu saturasi, uap mengembun dan terjadilah proses kondensasi ini.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses kondensasi, yaitu

pengaruh kecepatan dan arah aliran uap; efek dari kondisi permukaan; efek

dari superheat; efek dari gas moncondersing yang terkandung dalam uap;

efek dari tata letak permukaan pemanas; dan pengaruh pencampuran uap

lain.

2.2 Saran

Dari pembahasan diatas tadi kita bisa mempelajari tentang perpindahan

panas kondensasi uap. Kita juga bisa mempelajarinya lebih dalam lagi dan

kita juga bisa menerapkannya. Semoga makalah ini mampu digunakan

sebagai pembanding dari hasil tugas makalah tentang perpindahan panas

kondensasi uap.

24
DAFTAR PUSTAKA

Mikheyev, M.. 1986 ,Fundamentals of Heat Transfer, Moscow: John Willey & Sons

Inc

25

Anda mungkin juga menyukai