Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH PSIKOLOGI

“EMOSI”

TINGKAT I A

KELOMPOK 1

1. BISRI MUSTHOFA
2. CAHYANI
3. TITI YULIANI
4. UUN UNAERI
5. VENNY SYAFARINA

DOSEN PEMBIMBING : TUTIN MARLIA, M. KES

AKADEMI KEPERAWATAN SAIFUDDIN ZUHRI

Jl. Pahlawan No. 45 (Bunderan Kijang)

Telp./Fax. (0234) 274357 Indramayu 45212

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan materi yang terkandung di dalam
makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu
penulis harapkan dengan senang hati dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Insya Allah makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua
tentang Emosi.

Penyusun

23 Januari 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................3
2.1. Definisi Emosi.................................................................................................................3
2.2. Bentuk Perkembangan dan Reaksi Emosi.......................................................................3
2.3. Perkembangan Emosi Sejak Lahir Samapi Dewasa........................................................5
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Emosi.......................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
3.1. KESIMPULAN.............................................................................................................11
3.2. SARAN..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap orang pasti merasakan emosi baik emosi positif ataupun emosi negatif
terhadap keberadaannya. Emosi seseorang kadang terlihat kut dan kadang pula samar-
samar. Emosi dapat dikenali dari usia bayi hingga orang dewasa pada semua jenis
kelamin manusia. Anak lebih mudah memperlihatkan reaksi emosinya melalui
fisiknya seperti menangis ketika lapar, berteriak ketika merasa tidak nyaman. Namun
anak akan kesulitan menjawab secara lisan ketika ditanya tentang suasanahatinya di
pagi hari saat datang ke sekolah, misal “bagaimana kabarmu hari ini nak? Atau
“apakah hatimu senang pagi ini?”.

Emosi tidak hanya berupa amarah, ada beberapa macam emosi dasar yang
sudah dimiliki oleh manusia sejak lahir. Oleh karena itu kita perlu mempelajari materi
psikologi tentang psikologi agar kita dapat mengenali emosi pada diri kita sendiri
sehingga kita dapat mengendalikan dan mengembangkan emosi kita dengan baik.

Pandangan umum tentang emosi adalah ketika seseorang mengalami suatu


kejadian di lingkungannya dan kejadian tersebutlah yang membentuk emosi dalam
diri kita. Awalnya dari lingkungan lalu tubuh bereaksi sebagai respon, berikutnya
perubahan fisiologis ini memunculkan emosi. Bukan sebaliknya, emosi memunculkan
reaksi, emosi yang berbeda diasosiasikan dengan keadaan identik psikofisiologis yang
terjadi dalam tubuh, organ dalam tubuh tidaklah sangat sensitif. Karena tidak selalu
bisa memilah informasi yang berbeda ketika seseorang butuh pengalaman untuk
mendapatkan suatu emosi, contohnya rasa takut dan tegang. Perkembangan perubahan
dalam tubuh diasosiasikan dengan pembentukan emosi, jika tidak terjadi stimulus
normal yang terbangkitkan, individu takkan mengalami suatu emosi yang
mekorespondasi reaksi fisik. Terkait dengan uraian tersebut dalam kalah ini akan
dibahas mengenai emosi khususnya tentang bentuk reaksi emosi dan perkembangan
emosi.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Emosi?
2. Bagaimana bentuk dan reaksi emosi?
3. Bagaimana perkembangan emosi sejak anak baru lahir sampai dewasa?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi emosi?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui mengenai pengertian emosi
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk dan reaksi emosi
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan emosi pada anak baru lahir sampai
dewasa
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi emosi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Emosi


Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyirat bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi. Mendefinisikan emosi ternyata sangat sulit karena tidak mudah
menegtahui kapan seorang anak atau seorang dewasa berada didalam suatu keadaan
emosional.

Menurut Goleman (1995:441) mendefinisikan bahwa “emosi merujuk pada


suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis
serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak”.

Sukmadinata (2003:80) misalnya, ia memberikan definisi emosi sebagai


perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan
emnimbulkan suatu gejolak suasana batin.

Emosi merupakan perasaan atau efeksi yang timbul ketika seseorang sedang
berada dalam keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama
welbeing dirinya (Campos, 2004;Saarni dkk., 2006.).

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa emosi adalah perasaan batin


seseorang, baik berupa pergolakan pikiran, nafsu, keadaan mental dan fisik yang
dapat muncul atau termanifestasi kedalaam bentuk-bentuk atau gejala-gejala seperti
takut, cemas, marah, murung, kesal, cemburu, senang, kasih sayang dan ingin tahu.

2.2. Bentuk Perkembangan dan Reaksi Emosi


2.2.1. Bentuk-bentuk emosi

Meskipun emosi itu sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman


(1995) sempat mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu :

1. Amarah; di dalamnya meliputi beringas, mengamuk, benci, marah besar,


jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan,
tindak kekerasan, dan kebencian patologis.

3
2. Kesedihan; di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
3. Rasa takut; di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,
perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan
pobia.
4. Kenikmatan; di dalamnya meiputi bahagia, gembira, ringan puas, riang,
senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, takjub, terpesona, puas, rasa
terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.
5. Cinta; di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
6. Terkejut; di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
7. Jengkel; di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan
mau muntah.
8. Malu; di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal,
hina, aib, dan hati hancur lebur.

2.2.2. Reaksi-reaksi Emosi

Tahapan terjadinya emosi terdapat 5 langkah, diantaranya

1. Elicitors, sebuah dorongan dalam mengekspresikan emosi yang berupa


suatu peristiwa. Misalnya peristiwa perpisahan sekolah.
2. Receptors, sebuah aktivitas yang terjadi pada pusat sistem syaraf. Setelah
mata menerima stimulus, rangsangan akan diteruskan ke otak sebagai
pusat sistem syaraf.
3. State, perubahan fisiologis yang didapati setelah rangsangan selesai di
proses dalam pusat sitem syaraf. Perubahan spesifik tersebut biasanya
berupa detakan jantung yang berdebar keras, ataupun badan menjadi
tegang.
4. Expression, perubahan yang terjadi pada daerah yang dapat diamati.
Seperti pada wajah, suara, ataupun tindakan dari seseorang.
5. Experience, dimana kondisi emosional seseorang muncul dari hasil
penerjemahan pengalaman pribadinya.

4
2.3. Perkembangan Emosi Sejak Lahir Samapi Dewasa
Perkembangan emosipada anak usia dini dimulai sejak anak lahir dan
berkembang sejalan dengan bertambahnya usia hingga dewasa. Jika pada saat bayi
lahir mendapatkan sambutan yang baik dari keluarga maka setelah dewasa emosinya
akan berkembang secara baik pula. Demikian pula dengan adanya perlakuan yang
hangat, hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap perkemabangan emosi
selanjutnya. Sebaliknya, jika sejak lahir bayi tidak diterima dengan baik, ditolak, dan
kurang mendapat kasih sayang, maka anak akan mengalami kesulitan atau hambatan
dalam perkembangan emosi setelah dewasanya nanti.

Secara khusus, anak pada usia pra sekolah sudah menyadari adanya keinginan-
keinginan yang berbeda antara dirinya dengan orang lain. Adakalanya, ia dapat
memahami hal tersebut, tetapi ia sering kali sukar untuk mengendalikan perasaan
sehingga sering kali muncul dalam bentuk marah ataupun berteriak.

1. Masa Kanak-Kanak Awal

Aspek-aspek perkembangan menurut Rita Eka dkk. (2008: 101) emosi anak-
anak prasekolah dapat menjadi bagian integral dari perkembangan area lain seperti
kognitif dan motorik. Anak-anak mengalami perkembangan emosi dari senang,
marah dan susah menjadi malu, kecewa dan sebagainya (Rita Eka dkk., 2008:
101). Pada masa ini tidak hanya perlu belajar bagaimana cara mengekspresikan
emosinya, tetapi juga perlu belajar mengendalikannya.

Bersumber dari pendapat di atas perkembangan kanak-kanak awal terjadi


peubahan emosi sehingga diperlukan bimbingan belajar agar dapat mengendalikan
perubahan tersebut yang b erlebihan. Hal tersebut bertujuan agar perkembangan
kognitif dan motorik tidak terganggu akibat dari perubahan emosi yang tidak
terkendali.

2. Masa Kanak-Kanak Akhir

Sering dan kuatnya emosi akan merugikan penyesuaian sosial anak. Emosi
yang nyata (Rita Eka dkk., 2008: 111) seperti takut, amarah, cemburu, iri hati
kerap kali disebut sebagi emosi yang tidak menyenangkan atau “unpleasant emotion”.
Sebaliknya perasaan yang menyenangkan atau “pleasant emotion” seperti kasih
sayang, bahagia, rasa ingin tahu, suka cita, tidak saja membantu perkembangan anak

5
tetapi sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan bagi perkembangan anak. Anak
mulai belajar mengendalikan ungkapan emosi yang kurang dapat diterima.

Ciri-ciri masa kanak-kanak (Rita Eka dkk., 2008: 112) adalah sebagai
berikut:

 Berlangsung relatif singkat.

Disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan
yang nampak, sehingga menghasilkan emosi yang pendek.

 Kuat atau hebat.

Mereka akan tampak marah sekali, takut sekali, tertawa ternbahak-bahak meskipun
kemudian cepat hilang.

 Mudah berubah.

Sering terjadi perubahan, saling berganti-ganti emosi, dari emosi susah ke emosi
senang dan sebalikknya dalam waktu yang singkat.

 Nampak berulang-ulang.

Timbul karena anak ada pada tahap perkembangan menuju dewasa. Anak harus
menyesuaikan diri terhadap situasi luar, dan dilakukan secara berulang-ulang.

 Respon berbeda-beda.

Menunjukkan variasi respon emosi. Secara berangsur-angsur pengalaman belajar dari


lingkungan membentuk tingkah laku dengan perbedaan emosi secara individual.

Dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.

Misalnya melamunm gelisah, sering menangis dan sebagainya.

 Mengalami perubahan dalam kekuatan.

Misalnya seorang anak masih merasa malu di tempat yang asing, namun lama
kelamaan anak akan merasa biasa saja/tidak malu. Perubahan dalam ungkapan-
ungkapan perasaan.

6
Memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan. Bila
keinginan tidak terpenuhi anak akan marah. Sebaliknya jika merasa senang anak akan
tersenyun dan tertawa meskipun orang lain tidak mengetahui apa yang dirasakan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kanak-kanak


akhir tidak terlalu berbeda dengan masa kanak-kanak awal, namun anak sudah
mampu mengendalikan luapan emosi yang tidak dapat diterima. Anak mulai
menampakkan rasa malu. Keinginan anak sulit ditolak. Pada masa perkembangan ini
guru atau orang tua harus mampu memberi pengertian pada anaknya agar lebih
terkendali emosi negatifnya.

3. Remaja

Ketegangan emosi yang khas (Rita Eka dkk., 2008: 135) disebut masa badai
topan (strom and stress). Heightened Emotionality, (Rita Eka dkk., 2008: 135) yaitu
masa yang menggambarkan keadaan perasaan remaja yang tidak menentu, tidak stabil
dan meledak-ledak. Meningginya emosi terjadi karena remaja menghadapi kondisi
baru, karena selama masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri
menghadapi keadaan tersebut. Kepekaan emosi sering diwujudkan dalam bentuk,
lekas marah, mudah menyendiri dan adanya kebiasaan nervous, gelisah, cemas dan
sentimen, menggigit kuku dan garuk-garuk kepala.

Perkembangan emosi cinta remaja, meliputi beberapa tahap (Rita Eka dkk.,
2008: 136) yaitu:

 Crush, akhir masa kanak-kanak/awal remaja, mulai memuja orang lain yang lebih
tua dari jenis seks yang sama, cinta bersifat pemujaan
 Hero worshipping, sama dengan crush, cinta bersifat pemujaan ditunjukkan pada
orang lain yang lebih tua, tapi dari jenis kelamin yang berbeda dan umumnya
jarak jauh.
 Boy crazy & Girl Crazy, rasa cinta ditunjukkan pada teman sebaya, tidak hanya
satu orang tapi pada semua remaja dan lawan jenisnya.
 Puppy love (cinta monyet), cinta remaja tertuju pada satu orang saja tapi sifatnya
masih berpindah-pindah.
 Romantic love, remaja menemukan cinta yang tepat, sifat sudah lebih stabil,
sering berakhir dengan perkawinan.

7
Sesuai dengan teori di atas perkembangan remaja terjadi masa transisi antara
masa kanak-kanak dengan dewasa. Anak sering kali merasa masih dianggap sebagai
anak-anak padahal perkembangan lebih meningkat dibandingkan dengan seorang
anak. Anak mulai mengalami ketertarikan dengan lawan jenis. Kontrol dari orang tua
menjadi sangat penting agar anak tidak terjerumus pada pergaulan bebas karena organ
reproduksi anak sudah mulai matang.

4. Orang Dewasa

Perkembangan sangat berkaitan dengan adanya perubahan minat. Kondisi


yang mempengaruhi perubahan minat pada masa ini adalah perubahan kondisi
kesehatan, perubahan status sosial ekonomi, perubahan dalam pola kehidupan,
perubahan dalam nilai, perubahan peran seks, perubahan status dari belum menikah
ke status menikah, menjadi orangtua, perubahan tekanan budaya dan lingkungan.
Kondisi di atas sangat menuntut orag dewasa pada masa ini untuk melakukan
penyesuaian diri dengan baik.

Santrock (Rita Eka dkk., 2008: 162-163) bahwa perkembangan emosi sosial
dan moral terdapat beberapa titik perhatian sebagai berikut:

 Pernikahan dan cinta

Pada masa dewasa madya, fase kehidupan keluarga mempengaruhi ciri khas
perkembangan emosinya pada fase ini berada pada taraf kestabilan dalam
berumah tangga.

 Sindrom sarang kosong

Sindrom sarang kosong ini menyatakan bahwa kepuasan pernikahan akan


menurun karena anak-anak yang akan mulai meninggalkan orangtuanya.

 Hubungan persaudaraan dan persahabatan

Hubungan dengan saudara akan semakin meningkat. Individu mulai dituntut


untuk membimbing masa-masa sebelumnya.

8
 Pengisian waktu luang

Individu pada masa dewasa madya atau tengah, perlu menyiapkan diri untuk
masa pensiun, baik secara keuangan maupun psikologi. Terkadang
menyebabkan perasaan cemas.

 Hubungan antar generasi

Semakin dekat antara anak dengan orang tuanya, biasanya ibu dengan anak
perempuannya.

Tingkat perkembangan dewasa adalah pengendalian perasaan yang paling


stabil. Orang mulai dapat mengendalikan perasaan yang dulu ketika remaja masih
meledak-ledak. Pada tingkat dewasa biasanya lebih bisa ngemong generasi
berikutnya. Lebih bisa mengalah dan berpikir dingin. Tanggungjawab sebagai
pemimpin, sebagai karyawan dan sebagai orang tua.

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Emosi


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan emosi seseorang.
Menurut Hurlock, antara lain:

1) Usia
Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya akan lebih matang dan
individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan emosinya. Individu
semakin baik dalam kemampuan memandang suatu masalah, menyalurkan dan
mengontrol emosinya secara lebih stabil dan matang secara emosi
2) Perubahan fisik dan kelenjar
Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada kematangan emosi. Sesuai dengan anggapan bahwa remaja adalah
periode “badai dan tekanan,” emosi remaja meningkat akibat perubahan fisik dan
kelenjar.
3) Pola Asuh Orangtua
Pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola
perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam keluarga adalah pola asuh orangtua. Cara orangtua
memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang permanen dalam
kehidupan anak. Emosi seseorang yang mudah terangsang dapat dijinakkan
dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui pelajaran dan respon
emosional yang dipelajari anak-anak sewaktu mereka tumbuh.

9
4) Lingkungan
Kebebasan dan kontrol yang mutlak/ketat dapat menjadi penghalang dalam
pencapaian kematangan emosi seseorang. Lingkungan di sekitar kehidupan
seseorang yang mendukung perkembangan fisik dan mental memungkinkan
kematangan emosi dapat tercapai.

5) Jenis Kelamin
Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka
memiliki pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya sehingga cenderung
kurang mampu mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan oleh perempuan.
Hal ini menunjukkan laki-laki cenderung memiliki ketidakmatangan emosi jika
dibandingkan dengan perempuan.
6) Faktor Bawaan
Kagan mengutarakan teori bahwa temperamen seorang anak mencerminkan suatu
rangkaian emosi bawaan tertentu dalam otaknya. Ia menambahkan pula bahwa
sekurang-kurangnya ada empat jenis temperamen, yaitu pemberani, penakut,
periang, dan pemurung yang disebabkan oleh pola kegiatan otak yang berbeda-
beda dan didasarkan pada perbedaan bawaan dalam jaringan sirkuit emosi.

Astuti mengklasifikasi menjadi lima, yaitu:

1) Pola asuh ayah dan ibu


2) Pengalaman traumatik
3) Temperamen
4) Jenis Kelamin
5) Usia.

Menurut Hurlock hal-hal yang dapat mempengaruhi kematangan emosi adalah:

1) Gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosionalnya.


2) Membicarakan pelbagai masalah pribadinya dengan orang lain.
3) Lingkungan sosialnya yang dapat menimbulkan perasaan rasa aman dan
keterbukaan dalam hubungan sosial.
4) Latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja.
5) Kebiasaan dalam memahami dan menguasai emosi-emosi dan nafsunafsunya.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Emosi adalah pengalaman afaktif yang disertai penyesuaian dari dalam
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku
yang tampak. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuain dari
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah
laku yang tampak.

Bentuk-bentuk emosi antara lain adalah marah, sedih, rasa takut, kenikmatan,
cinta, terkejud, jengkel, dan malu. Emosi sangat berhungan erat dengan tingkah laku
manusia. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan bicara. Hambatan-
hambatan dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh
kelainan dalam organ berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin
menyebabkan seseorang gagap.

3.2. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu kita. Dalam hal ini
mahasiswa dapat mengenal emosi dan mengontrol emosi dengan baik sehingga tidak
membuat orang lain terganggu maupun merasa emosi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rita, Eka dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Ndari selaras susanty. 2018. Metode Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini. Edu
Publisher. Tasikmalaya

Mashar Riyana. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Stategi Pengembangannya. Kencana
(Divisi dari PRENADAMEDIA Grup). Jakarta

Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan, Edisi 5, (Jakarta: Erlangga, 1999). hlm. 213, hlm 47

John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid I (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 67.

Astuti, Psikologi Perkembangan pada Remaja Awal, (Yogyakarta: Torrent Books, 2000),
hlm. 24.

12

Anda mungkin juga menyukai