Anda di halaman 1dari 19

Tugas 3

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Bernadetta S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Dyan Puspito Rini (175800009)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
pada waktunya.

Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami
sebagai mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain dapat melakukan kegiatan yang
sama seperti yang kami lakukan. Dalam tugas ini kami akan membahas tentang
“Manusia dan Kebudayaan”

Dengan ini kami mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua


pihak yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan tugas ini, terutama kepada
dosen mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya selaku pembimbing kami.

Kami sadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat
memperbaiki kesalahan kami.

Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat dan membantu
sedikit gambaran dan motifasi pembaca agar mengetahui bagaimana perkembangan
peradaban Indonesia sejak zaman batu hingga sekarang.

Surabaya, 13 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i

Daftar isi..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 5

C. Tujuan.......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 6

A. Pengertian dari nilai, moral dan hukum....................................................... 6

B. Fungsi nilai, moral dan hukum.................................................................... 9

C. Keberagaman suku bangsa........................................................................... 12

D. Keberagaman agama.................................................................................... 13

E. Nilai Humanisme dikaitkan dengan Covid 19…………….………………. 15

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 17

A. Kesimpulan.................................................................................................... 17

B. Saran............................................................................................................... 17

Daftar Pustaka............................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi
makhluk sosial yang memiiki kepribadian baik serta bermoral tidak
secara otomatis, perlu suatu usaha yang disebut pendidikan. Menurut
pandangan humanisme manusia memiliki kemampuan untuk
mengarahkan dirinya ketujuan yang positif dan rasional. Manusia
dapat mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya. Menurut Ki
Hajar Dewantara, pendidikan ialah upaya untuk memajukan
perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan
jasmani (Slamet Sutrisno, 1983, 26). Perkembangan kepribadian
seseorang tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosial budaya tempat
tumbuh dan berkembangnya seseorang (cultural backround of
personality).
Setiap orang pasti akan selalu berusaha agar segala
kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dengan baik sehingga dapat
mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup manusia
selain ada kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan
bertentangan antara satu dengan yang lain. Agar dalam usaha atau
perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terjadi
tabrakan antara yang satu dengan yang lain dalam masyarakat, maka
diperlukan adanya suatu aturan, norma atau kaidah yang harus
dipatuhi oleh segenap warga masyarakat. Oleh sebab itu di negara
Indonesia, kehidupan manusia dalam bermasyarakat diatur oleh
hukum juga diatur oleh norma-norma agama, kesusilaan, dan
kesopanan, serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-kaidah sosial itu
mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana
kaidah itu berlaku. Hubungan antara hukum dan kaidah-kaidah
sosial lainnya itu saling mengisi.
Di Indonesia sendiri, penegakan hukum selalu menjadi suatu
kewajiban yang mutlak harus diadakan dalam negara hukum yang

3
berdasarkan Pancasila. Kewajiban tersebut bukan hanya dibebankan
pada petugas resmi yang telah ditunjuk dan diangkat oleh
Pemerintah akan tetapi adalah juga merupakan kewajiban dari pada
seluruh warga masyarakat. Bukan merupakan rahasia umum lagi
bahwa kadang-kadang terdapat noda hitam dalam praktek penegakan
hukum yang perlu untuk dibersihkan sehingga hukum dan keadilan
benar-benar dapat ditegakkan. Sebagai salah satu pilar yang sangat
penting dalam sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), penyelesaian berbagai permasalahan hukum yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia harus diakui tidak dapat dilakukan
dalam waktu singkat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian nilai, moral dan hukum?


2. Apa fungsi nilai, moral dan hukum?
3. Apa itu keberagaman suku bangsa?
4. Apa itu keberagaman agama?
5. Nilai Humanisme dikaitkan dengan Covid 19

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui maksud dari manusia, nilai, moral dan hukum.
2. Mengetahui fungsi dari nilai, moral dan hukum.
3. Untuk mengetahui keberagaman suku bangsa
4. Untuk mengetahui keberagaman agama
5. Untuk mengetahui nilai humanisme dikaitkan dengan Covid 19

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai, Moral dan Hukum


1) Pengertian Nilai
Dalam kehidupan sehari, manusia selalu berkaitan
dengan nilai, misalnya kita mengatakan bahwa orang itu baik
atau lukisan itu indah, berarti kita melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Manusia memberikan nilai pada sesuatu yang bisa
dikatakan adil, baik, indah, cantik, anggun, dan sebagainya.
Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan (das solen)
oleh manusia dan sesuatu yang baik yang diciptakan oleh
manusia. Nilai menjadikan dorongan manusia untuk melakukan
tindakan agar harapan itu terwujud dalam kehidupannya. Selain
itu, nilai juga merupakan sesuatu yang dipentingkan manusia
sebagai subjek astraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai
pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.
a. Allport (Rokeach, 1973) mengemukakan bahwa
nilai adalah suatu keyakinan yang melandasi
seseorang untuk bertindak berdasarkan pilihannya.
b. Kimball Young (Agung S. S Raharjo, 2009)
mengemukakan bahwa nilai adalah asumsi yang
abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang
dianggap penting dalam masyarakat.
c. A.W.Green (Vicentius Satu, 2009) menyatakan
bahwa nilai adalah kesadaran yang secara relatif
berlangsung disertai emosi terhadap objek.
d. Woods (dalam Vicentius Satu, 2009) menyatakan
bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah
berlangsung lama, serta mengarahkan tingkah laku
dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

5
e. M. Z Lawang (Janu Murdiyatmoko, 2007)
menyatakan bahwa nilai adalah gambaran mengenai
apa yang diinginkan, pantas, berharga dan dapat
memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai
tersebut.
f. Bambang Daroeso menyatakan bahwa nilai adalah
suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu
yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.
2) Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa Latin yaitu “mores” yang


berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim mos,
moris, manner mores atau manners, morals. Dalam bahasa
Indonesia, kata moral berarti “akhlak” (Bahasa Arab) atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata
tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin
dalam hidup.

Moral atau Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan


manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar
atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian
tentang baik-buruknya perbuatan manusia.

Moralitas dapat dibagi menjadi objektif atau subjektif.


Moralitas objektif memandang perbuatan semata sebagai suatu
perbuatan yang telah sukarela pihak pelaku. Dan moralitas
subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai
perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan si pelaku
sebagai individu.

Moral pada hakikatnya adalah istilah manusia untuk


manyebut ke manusia lainnya dalam tindakan yang memiliki
nilai positif. Sedangkan manusia yang tidak memiliki moral
disebut “amoral” artinya dia tidak bermoral, yang tak memiliki
nilai positif di mata manusia lainnya. Oleh karena itu, moral

6
adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral
secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu. Manusia harus memiliki moral jika ia ingin
dihormati oleh sesamanya.

Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan


bermasyarakat secara utuh. Setiap budaya memiliki standar
moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku dan telah terbangun sejak lama. Moral diartikan juga
sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan
seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman, suara hati, serta nasihat dan lain-lain. Moral sama
dengan etika, etik, akhlak, kesusilaan dan budi pekerti.

3) Pengertian Hukum

Hukum adalah suatu aturan atau ukuran perbuatan-


perbuatan dan menjuruskan perbuatan-perbuatan tersebut ke arah
tujuan masing-masing yang sebenarnya. Dalam keharusan
hukum terbagi menjadi dua bagian, antara lain:

a. Hukum fisik adalah dapat membedakan keharusan suatu


fisik dan mengarahkan makhluk yang tidak merdeka
dengan gerakan seragam ke arah tujuan mereka melalui
keniscayaan batin kodrat mereka..
b. Hukum moral adalah dapat membedakan keharusan suatu
moral dan mengarahkan makhluk-makhluk yang merdeka
dengan perbuatan yang mengarahkan tujuan akhir mereka
dengan cara membebankan kewajiban pada kehendak
merdeka mereka.

Terdapat pengertian Hukum yang mengatakan bahwa,


“Law is nothing else than an ordinance of reason for the
common good, promulgated by him who has the care of

7
community”.Dalam difinisi ini dapat membedakan
hukum dari nasihat atau saran membuat suatu hal lebih
mudah, tetapi tanpa kekuatan pengikat suatu pun. Suatu
hukum mesti dibebankan atas kehendak pembesar, tetapi
dirumuskan oleh inteleknya kemampuan yang
merencanakan dan mengarahkan.

Sebagai sesuatu yang mengarahkan makhluk ke arah


tujuan mereka, hukum haruslah sebagai suatu yang
pendiktean akal sehat dan benar. Harus masuk akal-
beralasan. Harus konsisten, baik dengan diri sendiri maupun
dengan hukum-hukum lain. Selain itu, hukum harus adil,
seperti menghormati hak-hak yang ada yang dijamin oleh
hukum yang lebih tinggi, membagikan beban secara sama.
Dan juga, hukum harus dapat dijalankan karena tidak ada hal
yang tidak mungkin atau tidak ada yang bisa diharapkan
mengerjakan sesuatu yang sangat sulit.

B. Fungsi Nilai, Moral dan Hukum


1) Fungsi Nilai
Sesuatu yang dianggap bernilai apabila memiliki nilai,
menyenangkan, berguna, memuaskan, menguntungkan, menarik
dan keyakinan. Artinya, sesuatu dapat dikatakan bernilai bila
menyenangkan bagi manusia, berguna bagi manusia, dapat
memuaskan manusia, menarik bagi manusia dan menimbulkan
keyakinan bagi manusia terhadap nilai dari sesuatu.Menurut
Rokeach (1973) dalam Budi Juliardi (2014), nilai itu sendiri
berfungsi antara lain sebagai berikut :
a. Fungsi nilai sebagai standar, meliputi 1). Membimbing
individu dalam mengambil posisi tertentu dalam isu
sosial tertentu dan mengevaluasinya. Jadi, apa pendapat
seseorang tentang suatu topik tertentu dan bagaimana ia
mengevaluasi topik tersebut, dapat menggambarkan nilai-
nilainya, 2). Memengaruhi individu untuk lebih

8
menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi
politik yang lain, 3). Mengarahkan cara menampilkan diri
pada orang lain, 4). Melakukan evaluasi dan membuat
keputusan, 5). Mengarahkan tampilan tingkah laku
membujuk dan memengaruhi orang lain, memberitahu
individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku
individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan
dibantah, serta bisa dipengaruhi dan diubah.
b. Fungsi nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan
konflik dan pengambilan keputusan. Situasi tertentu
secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam
sistem nilai individu. Pada umumnya, nilai-nilai yang
teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu
yang bersangkutan.
c. Kunci Motivasi. Fungsi langsung dari nilai adalah
mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-
hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk
mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai
dikatakan memiliki fungsi motivasi. Nilai dapet
memotivasi individu untuk melakukan suatu tindakan
tertentu, memberi arah dan intensitas emosional tertentu
terhadap tingkah laku (Schwartz, 1994). Hal ini didasari
oleh teori yang menyatakan bahwa nilai juga
merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara biologis)
dan keinginan selain tuntutan sosial (Grube, dkk., 1994).
2) Fungsi Moral

Moral berfungsi sebagai landasan dan patokan bertindak bagi


setiap orang dalam kehidupan sehari-hari di tengah kehidupan sosial
kemasyarakatan maupun dalam lingkungan keluarga. Suatu hal yang
paling penting adalah bahwa moral berada pada batin atau pikiran
setiap insan sebagai fungsi kontrol penyeimbang bagi pikiran negatif
yang akan direalisasikan.

9
Moral merupakan nilai-nilai yang diperlukan dalam proses
interaksi sebagai petunjuk arah, cara berpikir, berperasaan dan
bertindak serta panduan menentukan pilihan dan juga sebagai sarana
untuk menimbang penilaian masyarakat terhadap sebuah tindakan
yang akan diambil, dan nilai-nilai moralitas juga penting untuk
menjaga rasa solidaritas di kalangan kelompok atau masyarakat serta
dapat menjadi banteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya
kelompok atau masyarakat tertentu.

3) Fungsi Hukum

Hukum sangat penting dan memang harus ada dalam sebuah


masyarakat (negara), karena hukum dalam kehidupan bermasyarakat
memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat.


Hukum berfungsi untuk menunjukan manusia mana yang
baik dan yang buruk sehingga segala sesuatu dapat
berjalan tertib dan teratur.
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir
dan batin. Hukum dapat memberi keadilan untuk
menentukan siapa yang salah, siapa yang benar, dan
dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan
ancaman saksi bagi pelanggarnya.
c. Sebagai sarana penggerak pembangunan. Daya mengikat
dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau
didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan.
Disini hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat
ke arah yang lebih maju.
d. Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci,
antara lain siapa yang boleh melakukan pelaksanaan
(penegak) hukum, sikap yang harus menaatinya, siapa
yang memilih sanksi yang tepat dan adil dan, lain-lain.

10
e. Sebagai alat penyelesaian sengketa. Contohnya,
persengketaan harta waris dapat segera selesai dengan
ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam hukum
perdata.
f. Memelihara kemampuan masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan yang
berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali
hubungan-hubungan esensial di antara anggota
masyarakat.

C. Keberagaman Suku Bangsa

Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh


kesadaran danidentitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang
tergolong dalam satu suku bangsa tertentu, pastilah mempunyai
kesadaran dan identitas diri terhadapkebudayaan suku bangsanya,
misalnya dalam penggunaan bahasa daerah sertamen"intai kesenian dan
adat istiadat. Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan
warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh faktor
geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia.
Perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu
daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini :

a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, bahasa yang


dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa
Madura.
b. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan
upacara kematian.
c. Kesenian daerah, misalnya Tari Banger, Tari Serimpi, Tari
Sakalele, dan Tari Saudati.
d. Kekerabatan, misalnya patrilineal dan matrilineal
e. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dan badui luar.

11
D. Keberagaman Agama

Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam


kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa
Indonesia, sila pertama Pancasila berbunyi “KeTuhanan Yang Maha
Esa”. Pada tahun 2010, kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk
Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik,
1,8% Hindu, dan &, 0,4% Buddha. Berikut adalah Enam agama
utama di Indonesia:

a. Islam
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim
terbanyak di dunia, dengan 85% dari jumlah penduduk
adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim dapat
dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan
Sumatera. Pada abad ke-12, sebagian besar pedagang
orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Hindu yang dominan beserta kerajaan
Buddha, seperti Majapahit danSriwijaya, mengalami
kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah
agama ke Islam. Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak
penganut Hindu yang berpindah keali, Bali sebagian
Jawa dan Sumatera.
b. Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa
colonial Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16.
Kebijakan VOC yang mereformasi katolik dengan sukses
berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan

12
diIndonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat
pada abad ke-20, yangditandai oleh kedatangan para
misionaris dariEropa ke beberapa wilayah diIndonesia,
seperti di wilayah barat Papua. Pada 1965, ketika terjadi
perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama
dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan
karenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh
sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan
mengalami suatu pertumbuhan anggota. Di Indonesia,
terdapat tiga provinsi yang mayoritas penduduknya
adalah Protestan, yaitu Papua, Ambon,dan Sulawesi
Utara dengan 90%,91%,94% dari jumlah penduduk.
c. Hindu
Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada
abad 1 M, bersamaan waktunya dengan kedatangan
agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah
kerajaan Hindu-buddha seperti Kutai, Mataram dan
Majapahit. Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16 M,
ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini,
dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan
selama 16 abad penuh.
d. Buddha
Buddha tiba di Indonesia pada abad 6 M. Sejarah buddha
di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah hindu,
sejumlah kerajaan buddha telah dibangun sekitar periode
yang sama. Seperti kerajaan Sailendra, Sriwijaya dan
Mataram. Kedatangan agama buddha telah dimulai
dengan aktivitas perdagangan yang mulai pada awal abad
pertama melalui Jalur sutra antara India dan Indonesia.
Sejumlah warisan dapat ditemukan di Indonesia,
mencakup Candi Borobudur di Magelang dan patung atau
prasasti dari sejarah kerajaan buddha yang lebih awal.

13
e. Katolik
Awal mula abad ke-14 sampai abad ke-18 Kristen
Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa
Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang
berdagang rempah-rempah. Agama Katolik mulai
berkembang di Jawa Tengah ketika Frans van Lith
menetap di Muntilan pada 1896 dan menyebarkan iman
katolik kepada rakyat setempat.
f. Khonghucu
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang
dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran.
Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa
tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama
yang lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada
kepercayaan dan praktik yang individual, lepas daripada
kode etik melakukannya, bukannya suatu agama
masyarakat yang ter-organisir dengan baik, atau jalan
hidup atau pergerakan sosial.

E. Nilai Humanisme dikaitkan dengan Covid 19

Humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa manusia


dapat memahami dunia serta keseluruhan realita dengan menggunakan
pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan bersama. Kita bisa hidup baik
tanpa agama sekalipun. Para Humanis berusaha menciptakan yang
terbaik bagi kehidupan dengan menciptakan makna dan tujuan bagi diri
sendiri.
Perkembangan jumlah korban Covid-19 yang terus meningkat
secara signifikan setiap harinya. Masyarakat mulai bertanya-tanya
sejauh mana persiapan negara mengatasi persoalan pandemik ini. Sebab,
kenyataan memang menunjukkan belum ada penurunan jumlah pasien
positif Covid-19 secara signifikan.

14
Masyarakat pada akhirnya mewanti-wanti segala kemungkinan
adanya penyebaran virus berbahaya ini dari satu pihak ke pihak lain
secara masif. Bahkan, tidak sedikit kelompok masyarakat yang
kemudian melakukan aksi penolakan secara tegas terhadap orang-orang
yang terindikasi mengidap penyakit tersebut.

Sosialisasi yang minim dari pemerintah plus miskomunikasi


kebijakan pemerintah pusat dan daerah turut memperparah situasi sosial
masyarakat. Status Orang Dalam Pemantauan (ODP) telah bergeser
makna dan menjadi momok yang menakutkan. Kenyataan di lapangan
mendokumentasikan ‘kemanusiaan dikalahkan ketakutan’.
Pemerintah telah menyampaikan imbauan terkait pencegahan
penularan Covid-19 agar sekolah dan perguruan tinggi melaksanakan
pembelajaran dari rumah menggunakan e-learning. Ada sebagian
sekolah dan perguruan tinggi sudah siap dan ada pula tidak siap sama
sekali. Namun demi membantu mengurangi perluasan wabah corona,
hampir semua sekolah dan perguruan tinggi di berbagai daerah
melaksanakan pembelajaran dari rumah. Siap atau tidak siap
pembelajaran daring atau e-learning ini harus dilaksanakan jika tidak
ingin penyebaran Covid-19 menjadi tidak terkendali.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang


saling berkaitan dan saling menunjang. Sebagai warga negara kita
perlu mempelajari, menghayati dan melaksanakandengan ikhlas
mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan dan
harmoni kehidupan

B. Saran
Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara
keadilan dan kepastianhukum. Karena, tujuan hukum antara lain
adalah untuk menjamin terciptanya keadilan (justice), kepastian
hukum (certainty of law), dan kesebandingan hukum (equality
before thelaw).Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam
proporsi yang baik dengan penegakan hak asasi manusia. Dalam arti,
jangan lagi ada penegakan hukum yang bersifat diskriminatif,
menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender. Penegakan hukum
jangan dipertentangkandengan penegakan HAM. Karena,
sesungguhnya keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak
hukum memahami betul hak-hak warga negara dalam konteks
hubungan antaranegara hukum dengan masyarakat sipil.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia

http://aprilia180490.wordpress.com/2010/05/29/keanekaragaman-suku-
bangsa-di-indonesia/

http://robiartea.blogspot.com/2012/07/makalah-pkn-keanekaragaman-suku-
bangsa.html

http://grms.multiply.com/journal/item/26http://bambang1988.wordpress.co
m/2009/04/13/manusia-nilai-moral-dan-hukum/

Juanda, dkk. 2010. Bahan Ajar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: UNJ

Herimanto, M. d. (2014). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta Timur: PT


Bumi Aksara.

Poespoprodjo, W. (1988). Filsafat Moral, Kesusilaan dalam Teori dan


Praktek. Bandung: Remadja Karya CV.

Rusmin Tumangor, K. R. (2010). ILMU SOSIAL DAN BUDAYA


DASAR. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.

Soelaeman, M. M. (1987). ILMU BUDAYA DASAR, Suatu Pengantar.


Bandung: PT ERESCO.

17
Sri Rahayu, A. (2016). ISBD Perspektif Baru Membangun Kesadaran
Global Melalui Revolusi Mental. Jakarta: Bumi Aksara.

Syukri Albani Nasution, M. d. (2015). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.

18

Anda mungkin juga menyukai