ACARA I: CRUSHING
OLEH
MUHRAM SULA IDRIS
D111 17 1503
GOWA
2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, laporan praktikum yang berjudul “ Crushing”
dapat diselesaikan. Penyusunan laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang tujuan yang hendak dicapai dari penempatan kelas kepribadian ke dalam
ekstrakurikuler. Dalam pembuatan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Sufriadin, ST., MT. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
mengizinkan pembuatan laporan ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan
kepada kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan doa,
dorongan, serta bantuan sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL.........................................................................................................I
KATA PENGANTAR........................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................IV
DAFTAR TABEL..............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................................
1.2 Tujuan Praktikum..........................................................................................
1.3 Manfaat Praktikum.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
2.1 Kominusi.......................................................................................................
2.2 Crushing......................................................................................................
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..............................................................
3.1 Alat dan Bahan..............................................................................................
3.2 Prosedur Praktikum........................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................
4.1 Hasil.............................................................................................................
4.2 Pembahasan..................................................................................................
BAB V PENUTUP............................................................................................
5.1 Kesimpulan...................................................................................................
5.2 Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui alat crushing
seta cara penggunaannya pada setiap tahapan crushing, praktikan dapat mengetahui
rasio reduksi dari setiap alat crusher berdasarkan data pengukuran yang dilakukan
dalam percobaan, serta praktikan dapat mengetahui kemampuan reduksi setiap alat
berdasarkan hasil rasio reduksi yang telah ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kominusi
Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan bijih, mineral atau
bahan galian. Pada kominusi, bijih atau mineral dari tambang yang berukuran besar
lebih daripada 1 m dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada 100
mikron. Pada umumnya bijih, mineral atau bahan galian dari tambang masih berukuran
cukup besar. Sehingga sangat tidak mungkin dapat secara langsung digunakan atau
diolah lebih lanjut.
Bijih atau mineral dalam ukuran besar biasanya berkadar sangat rendah dan
terikat dengan mineral pengotornya. Liberasi mineral berharga masih rendah pada
ukuran bijih yang besar. Sehingga untuk dapat diolah dan untuk dapat meningkatkan
kadar mineral tertentu harus melalui operasi pengecilan ukuran terlebih dahulu.
Operasi pengecilan ukuran bijih ummnya dibagi dalam dua tahapan yaitu, operasi
peremukan atau crushing dan operasi penggerusan atau grinding. Kominusi adalah
operasi pengecilan ukuran bijih dengan peremukan dan penggerusan. Tujuannya
adalah untuk:
1. Menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan
2. Membebaskan mineral berharga dari pengotor
3. Memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat
berlangsung dengan lebih baik
Kominusi ada dua macam yaitu:
1. Peremukan (Crushing)
2. Penggerusan (Grinding)
2.1.1 Prinsip-prinsip kominusi
Partikel padatan dapat dihancurkan (dikecilkan ukurannya) dengan berbagai
cara, tetapi pada umumnya hanya 4 cara saja yang seringkali dijumpai dalam
mesinmesin pereduksi ukuran/mesin kominusi ( size reduction machines) yaitu,
(Prasetya,2004):
1. Penekanan (compression) biasanya untuk reduksi partikel yang keras dan
kasar, menjadi beberapa partikel kecil. Contoh: pemecah kacang ( nutcracker).
2. Pembenturan (impaction), dipakai untuk mereduksi partikel yang keras,
menjadi partiket-partikel berukuran laebih kecil sampai partikel halus. Contoh:
palu (hammer).
3. Penggerusan/gesekan (attrition or rubbing), umunya dipakai untuk
menghaluskan partikel-partikel lunak dan non-abrasive. Contoh: penggerus.
4. Pemotongan (cutting), digunakan untuk memotong partikel (biasanya
berbentuk lempeng/tembaran) sehingga berukuiran lebih kecil atau mempunyai
bentuk tertentu. Umumnya tidak menghasilkan partikel-partikel yang
Iembut/halus. Contoh: gunting.
2.1.2 Tahapan Kominusi
2.2 Crushing
Crushing atau yang lebih dikenal dengan proses peremukan merupakan salah
satu proses dalam pengolahan bahan galian. Peremukan (crushing) adalah proses
reduksi ukuran dari bijih yang berukuran kasar (sekitar 1 m) menjadi ukuran sampai
kira-kira 25 mm. Crusher merupakan mesin penghancur padatan berkecepatan
rendah, digunakan untuk padatan kasar dalam jumlah yang besar. Crusher pada
umumnya digunakan untuk memecahkan bongkahan-bongkahan partikel besar
menjadi bongkahan-bongkahan kecil.
Peremukan dengan menggunakan crusher dapat dilakukan berulang kali,
tergantung dari besar material yang ingin diperoleh, biasanya sesuai dengan
permintaan konsumer. Crusher primer (primary crusher) banyak digunakan pada
pemecahan bahan-bahan tambang dan ukuran besar menjadi ukuran antara 6 sampai
10 inci. Crusher sekunder (secondary crusher) akan meneruskan kerja crusher primer,
yaitu menghancurkan partikel padatan hasil crusher primer menjadi berukuran sekitar
0,25 inci (Agus, 2004).
2.2.1 Tahapan-tahapan pada crushing
Proses crushing atau peremukan batuan terdiri dari beberapa tahapan kerja,
yaitu sebagai berikut:
1. Primary crushing, merupakan tahap pertama proses peremukan dimana crusher
dioperasikan secara terbuka. Untuk bijih yang keras dan kompak dapat
digunakan jaw crusher atau gyratory crusher, sedangkan untuk bahan galian
yang lebih brittle atau rapuh digunakan hammer mill atau impact crusher.
2. Secondary crushing, feed untuk secondary crushing berasal dari produk primary
crushing. Alat yang dapat digunakan untuk secondary crushing adalah cone
crusher atau roll crusher. Produk yang dihasilkan dari secondary crushing harus
memiliki ukuran yang sesuai dengan alat grinding yang digunakan.
3. Fine Crushing (grinding mill), merupakan kelanjutan dari proses primary
crushing atau pun secondary crushing. Proses ini memanfaatkan adanya
shearing stress.
2.2.2 Mekanisme Peremukan
Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan pada
bijih dan gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk.
Mekanisme peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan bagaimana gaya
diterapkan pada bijih tersebut. Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan
untuk meremuk atau mengecilkan ukuran bijih.
1. Compression, gaya tekan.
Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih.
Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh
satu atau kedua permukaan plat. Pada Kompresi, energi yang digunakan hanya
pada sebagian lokasi, bekerja pada sebagian tempat, energi yang digunakan
hanya cukup untuk membebani daerah yang kecil dan menimbulkan titik awal
peremukan. Alat yang dapat menerapkan gaya compression ini adalah: jaw
crusher, gyratory crusher, dan roll crusher.
2. Impact, gaya banting.
Peremukan terjadi akibat adanya gaya impak yang bekerja pada bijih.
Gaya impak adalah gaya compression yang bekerja dengan kecepatan sangat
tinggi. Dengan gaya impak, energi yang digunakan berlebih, bekerja pada
seluruh bagian. Banyak daerah yang menerima beban berlebih. Alat yang
mampu memberikan gaya impak pada bijih adalah impactor, hummer mill.
3. Attrition atau abrasion.
Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya abrasi atau
kikisan. Peremukan dengan abrasi, gaya hanya bekerja pada daerah yang
sempit (dipermukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang digunakan
cukup kecil, tidak cukup untuk memecah/meremuk bijih. Alat yang dapat
memberikan gaya abrasi terhadap bijih adalah ballmill, rod mill.
4. Shear, potong.
Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan gergaji.
Cara ini jarang dilakukan untuk bijih.
Distribusi ukuran bijih hasil operasi pengecilan, kominusi ditentukan oleh jenis
gaya dan metoda yang digunakan. Pengecilan ukuran bijih yang memanfaatkan gaya
impak, akan menghasilkan ukuran dengan rentang atau distribusi yang lebar.
Sedangkan kominusi yang memanfaatkan gaya abrasi akan menghasilkan dua
kelompok distribusi ukuran yang sempit. Gambar di bawah ini menunjukkan ilustrasi
distribusi ukuran bijih hasil kominusi dengan berbagai gaya yang berbeda. Mekanisme
peremukan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut (Agus, 2004):
1. Abrasion (attrition)
Terjadi bila mana energi yang kurang mencukupi diterapkan pada partikel,
menyebabkan terjadinya localized stressing dan remuknya sebagian kecil area
sehingga menghasilkan distribusi ukuran partikel yang halus.
2. Compression (cleavage)
Terjadi apabila energi cukup untuk membuat partikel remuk, menghasilkan
ukuran partikel tidak jauh berbeda dengan ukuran umpan.