Pengertian Angket
Pengertian angket berdasarkan depdikbud tahun 1975 adalah suatu alat pengumpul data yang
berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban.
Angket adalah suatu alat yang dignakan untuk mengumpulkan data dengan cara membuat daftar
pertanyaan secara tertulis dan lalu oleh narasumber (read : responden) akan diisi dengan cara
tertulis pula. Oleh masyarakat luas, angket sering kali juga disebut dengan sebutan Quesioner.
Jenis-Jenis Angket
1. Angket tertutup
Angket tertutup yaitu angket yang didalamnya telah terdapat alternative jawaban yang telah
ditentukan oleh si pemuat angket. Jawaban tertsebut bisa berupa jawaban yes or no, atau pilihan
ganda sehingga narasumber (read : Responden) tidak berkesempatan untuk mengisi dengan
jawaban sendiri.
2. Angket terbuka
Angket terbuka yaitu angket yang system menjawabnya tidak menggunakan pilihan ganda maupun
yes or no sehingga responden (narasumber) bisa leluasa mengisi pertanyaan dalam angket tersebut
dengan jawaban dan pendapat mereka sendiri tanpa dibatasi oleh alternative jawaban dari angket
tersebut.
Jenis angket ini yaitu gabungan dari kedua jenis angket sebelumnya, maksudnya dalam angket ini
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan alternative jawabannya, namun terdapat
pula pilihan alternative bagi responden (narasumber) untuk membuat jawabannya sendiri untuk
mengemukakan pendapatnya apa bila didalam pilihan jawaban yang disediakan oleh pembuat
angket tersebut tidak terdapat jawaban seperti yang responden inginkan.
4. Angket langsung
Angket langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan respondens
(jawaban tentang diri responden, missal jumlah anak, jumlah penghasilan,dll)
5. Angket tidak langsung
Angket tidak langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan tentang orang lain dan diisi oleh
responden yang mengetahui tentang orang tersebut (dimana responden menjawab pertanyaan
tentang orang lain)
Angket merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dalam usaha memechkan suatu
permasalahan dalam penelitian, karnanya untuk membuat sutu angket perlu memperhatikan hal-hal
berikut :
1. menggunakan bahasa yang sederhana, dengan pertimbangan yang dihadapi adalah orang-orang
yang berbeda karakteristik maupun pengetahuan, sehingga hindari istilah –istilah teknis, serta pilih
kata-kata yang mengandung arti sama bagi semua orang.
2. menggunakan kalimat yang pendek, dengan pertimbangan kalimat majemuk, panjang, dan
berbelit-belit akan membuat responden kesulitan mengerti.
3. Jauhi pertanyaan yang berhubungan dengan harga diri dan bersifat pribadi dari responden.
4. Menyusun angket dengan sesingkat, sehingga tidak akan memakan waktu yang lama.
5. Dalam daftar pertanyaan jauhi kata-kata yang menyinggung perasaan responden (narasumber)
atau usaha untuk memberikan pemahaman (read : menggurui) kepada responden terhadap angket
yang kita buat.
Untuk membuat sebuah angket yang valid perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
1. Pertanyaan haruslah mudah dipahami dan tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda.
2. Pertanyaan harus berhubungan dengan topik permasalahan.
3. Pertanyaan harus menarik sehingga responden merasa senang untuk menjawabnya.
4. Jawaban responden diusahakan bisa konsisten sejak pertanyaan pertama hingga akhir.
5. Alternative Jawaban yang diberikan harus beragam (variatif) agar responden tidak kebosanan.
Contoh Angket
PENYUSUNAN INSTRUMEN
PENGKAJIAN PROGRAM PAUDNI
Oleh: Drs. Kustopo, M.Pd
A. Pengertian
Menurut Suharsimi Arikunto (2007), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data
ini bias berupa alat ukur, kuesioner, soal tes atau soal ujian, cek lis dan lain sebagainya. Moleong
(2006), mengatakan bahwa Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data. Dalam penelitian
kualitatif yang menjadi intrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Diungkapkan juga oleh
Moleong bahwa ciri umum peneliti sebagai instrument mencakup segi responsive, dapat
menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan
mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim atau
idiosinkratik.
Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi keadaan tentang variabel yang sedang
diteliti. Instrumen atau alat pengumpul data merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data tersebut dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian.
B. Jenis-jenis Instrumen
Penyusunan instrument sangat terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan
dilakukan oleh pengkaji program. Berdasarkan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian yang
dapat dilakukan oleh pengkaji program, meliputi:
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau soal-soal yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu maupun kelompok.
Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan oleh
peneliti/pengkaji program karena dipandang efektif dan efisien. Angket sangat cocok digunakan
untuk responden yang jumlahnya sangat banyak serta wilayah penelitiannya sangat luas.
Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup.
a. Angket terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan
terbuka sehingga responden dapat memberikan isian jawaban sesuai dengan kehendak dan
keadaannya.
1) Bagaimanakah pendapat Anda tentang diadakannya program Desa Vokasi di tempat tinggal Anda?
2) Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pada program Desa Vokasi yang
diselenggarakan di tempat Anda?
b. Angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa, responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya
dengan memberikan tanda silang (X) atau tanda check list (√).
1) Apakah saudara merasa senang mengikuti pelatihan otomotif yang diselenggarakan oleh SKB?
a. Ya b. Tidak
2) Apakah peralatan pelatihan yang disediakan oleh SKB dalam pelatihan sudah lengkap?
a. Ya b. Tidak
Contoh angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan menggunakan tanda check list atau
centang (√).
Berilah tanda check list atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan kondisi
Anda.
Laki-laki
Perempuan
Kawin
Duda/janda
Sugiyono (2005), mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik
pengumpulan data yaitu:
7) Panjang pertanyaan.
8) Urutan pertanyaan.
9) Prinsip pengukuran.
Teknik wawancara dilakukan dalam pengkajian program dengan tujuan untuk menggali
berbagai informasi terkait dengan apa saja yang terjadi atau dialami selama penyelenggaraan
program PAUDNI berlangsung. Teknik wawancara ini dilakukan dengan asumsi bahwa:
Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah tersusun, setiap responden diberi pertanyaan yang sama. Sehingga orang lain (bukan
pengkaji) dapat membantu mengambil data/melakukan wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan
yang sudah tersusun.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana pengkaji tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancaranya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan
kepada responden. Pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan pewawancara untuk
menggali informasi yang lengkap dari responden.
Dalam melakukan wawancara antara pengkaji dengan responden akan terjadi kontak pribadi, oleh
karena itu harus pengambil data harus memahami situasi dan kondisi responden.
Bagaimana kehadirannya?
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan
terhadap obyek yang diteliti (Sugiyono, 2005). Moleong (2006), menyebut observasi dengan istilah
pengamatan berperanserta. Pengamatan atau observasi merupakan kegiatan dimana peneliti
terlibat secara langsung pada obyek yang dikajinya. Peneliti mengadakan pengamatan dan
mendengarkan secermat mungkin sampai pada peristiwa yang sangat kecil sekalipun.
Pamong belajar dalam melaksanakan pengkajian program sebenarnya lebih cocok dengan
observasi, karena semenjak perancangan program, pelaksanaan, dan monitoring, mereka sudah
terlibat secara langsung.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:
Dalam observasi ini, pengkaji program terlibat dengan kegiatan sehari-hari dalam program yang
diamati.
Dalam observasi ini, peneliti hanya sebagai pengamat independen. Observasi ini dapat dilakukan
oleh pamong belajar dari luar penyelenggara program.
Pada era digital seperti sekarang, observasi dapat dibantu dengan menggunakan alat perekam
yang modern, seperti handicam, tape recorder dan sebagainya. Dengan menggunakan alat bantu
perekam data ini akan mempermudah pengambilan data di lapangan, data lebih valid dan dapat
diputar ulang apabila pengkaji program merasa perlu untuk meyakinkan hasil observasinya.
5. Dokumentasi
Sugiyono (2005), menyatakan bahwa studi dokumentsi disebut sebagai penelusuran literature,
yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau
laporan data dari peneliti sebelumnya. Sedangkan Moleong (2006) menyatakan bahwa
dokumetasi merupakan setiap bahan tertulis ataupun film, bisa berupa dokumen pribadi maupun
dokumen resmi.
Data yang diperoleh dari penelusuran dokumentasi digunakan sebagai dasar pengkajian
program yang telah dilaksanakan. Data ini biasanya akurat dan dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk melakukan pengkajian apakah program berjalan sesuai dengan rencana ataukah melenceng
dari desain yang telah dirancang pada awal kegiatan.
Untuk memudahkan kegiatan pengambilan data melalui dokumen, maka pengkaji program
perlu membuat catatan ataupun check list. Hal ini dilakukan agar pengkaji program tidak lupa dan
tidak mengalami keterceceran data. Apalagi kalau jumlah data yang harus diukur sangat banyak,
tentunya pengkaji program harus jeli dan hati-hati.
1 Desain pelatihan
2 Kurikulum
Pembuatan instrument untuk dokumen ini dapat dimodifikasi dengan berbagai bentuk,
dengan tujuan untuk mempermudah pengkaji program melakukan pengumpulan data, sehingga
tujuan akhir dari pengambilan data, yaitu pengolahan data, dapat dilakukan dengan mudah.
1) Berilah tanda silang (X) pada kolom yang disediakan sesuai dengan pernyataan:
S = jika setuju,
No Pernyataan SS S R TS STS
2) Berilah tanda check list atau centang (√) pada kolom skor yang disediakan sesuai dengan kondisi
yang ada pada penyelenggaraan Program Pelatihan Otomotif di tempat saudara:
No Pernyataan SKOR
1 2 3
1 Silabus pembelajaran/pelatihan otomotif
Supaya pengkaji program PAUDNI dalam menyusun instrument dapat runtut dan sistematis,
ada lima langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu:
5. Merumuskan butir soal atau pertanyaan maupun pernyataan untuk setiap jenis instrumen.
Antara instrument dengan metode pengumpulan data saling terkait dan tidak bisa
dipisahkan. Jenis metode yang akan digunakan dalam pengambilan data akan berpengaruh pada
jenis instrument yang akan dipakai sebagai alatnya. Berikut adalah gambaran keterkaitan antara
metode dengan instrument.
Sugiyono(2002), menyatakan instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrument yang reliable berarti instrument yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula.
Kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama, yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas suatu instrumen menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran. Dengan
menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil
penelitian akan menjadi valid dan reliable. Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang benar-benar akurat.
Sugiyono (2002), menyatakan ada tiga jenis pengujian Validitas instrument, yaitu:
Untuk menguji validitas kontruksi maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment
expert). Instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur gejala teori tertentu, yang selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli. Para ahli
diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Misalnya akan mengukur efektivitas
kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan
instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Setelah pengujian kontruksi dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah
data ditabulasi, maka pengujian validitas kontruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test. Instrumen
test ini biasanya digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan
program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen
yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan
program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika tutor/nara
sumber memberikan ujian di luar materi pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian
tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas kontruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai
tolok ukur, dan butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja peserta pelatihan, instrument untuk mengukur
kemampuan penyaji materi atau nara sumber. Maka kriteria kinerja peserta pelatihan ataupun
kemampuan nara sumber dalam menyampaikan materi pelatihan pada instrumen tersebut
dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah
terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat
dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2002) dapat dilakukan secara eksternal
dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan
gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir
yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen
yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya
sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut
ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada
responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang
satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka
instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke
responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan
pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian
dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu
reliabel.
4. Internal Consistency
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitaian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
Unknown di 01.08
Berbagi
6 komentar:
1.
2.
Mantan makalahnya.👍
Balas
3.
4.
Poker
Bandar Poker
Domino99
Bandar Q
Bandar 66
Sakong
Capsa Susun
Perang Baccarat
5.
6.
Sangat bagus. Tapi untuk wawancara sistem terbuka gimana cara buat kuesionernya
Balas
Tambahkan komentar
‹
›
Beranda
Unknown
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.