Anda di halaman 1dari 17

catatan melda syahputri

Senin, 30 November 2015

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS ANGKET


(PENELITIAN KUANTITATIF)

Pengertian Angket

Pengertian angket berdasarkan depdikbud tahun 1975 adalah suatu alat pengumpul data yang
berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban.
Angket adalah suatu alat yang dignakan untuk mengumpulkan data dengan cara membuat daftar
pertanyaan secara tertulis dan lalu oleh narasumber (read : responden) akan diisi dengan cara
tertulis pula. Oleh masyarakat luas, angket sering kali juga disebut dengan sebutan Quesioner.

Jenis-Jenis Angket

Angket atau Quesioner terdir dari lima jenis, yaitu :

1. Angket tertutup

Angket tertutup yaitu angket yang didalamnya telah terdapat alternative jawaban yang telah
ditentukan oleh si pemuat angket. Jawaban tertsebut bisa berupa jawaban yes or no, atau pilihan
ganda sehingga narasumber (read : Responden) tidak berkesempatan untuk mengisi dengan
jawaban sendiri.

2. Angket terbuka

Angket terbuka yaitu angket yang system menjawabnya tidak menggunakan pilihan ganda maupun
yes or no sehingga responden (narasumber) bisa leluasa mengisi pertanyaan dalam angket tersebut
dengan jawaban dan pendapat mereka sendiri tanpa dibatasi oleh alternative jawaban dari angket
tersebut.

3. Kombinasi angket terbuka dan angket tertutup

Jenis angket ini yaitu gabungan dari kedua jenis angket sebelumnya, maksudnya dalam angket ini
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan alternative jawabannya, namun terdapat
pula pilihan alternative bagi responden (narasumber) untuk membuat jawabannya sendiri untuk
mengemukakan pendapatnya apa bila didalam pilihan jawaban yang disediakan oleh pembuat
angket tersebut tidak terdapat jawaban seperti yang responden inginkan.

4. Angket langsung

Angket langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan respondens
(jawaban tentang diri responden, missal jumlah anak, jumlah penghasilan,dll)
5. Angket tidak langsung

Angket tidak langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan tentang orang lain dan diisi oleh
responden yang mengetahui tentang orang tersebut (dimana responden menjawab pertanyaan
tentang orang lain)

Cara Membuat Angket

Angket merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dalam usaha memechkan suatu
permasalahan dalam penelitian, karnanya untuk membuat sutu angket perlu memperhatikan hal-hal
berikut :

1. menggunakan bahasa yang sederhana, dengan pertimbangan yang dihadapi adalah orang-orang
yang berbeda karakteristik maupun pengetahuan, sehingga hindari istilah –istilah teknis, serta pilih
kata-kata yang mengandung arti sama bagi semua orang.

2. menggunakan kalimat yang pendek, dengan pertimbangan kalimat majemuk, panjang, dan
berbelit-belit akan membuat responden kesulitan mengerti.

3. Jauhi pertanyaan yang berhubungan dengan harga diri dan bersifat pribadi dari responden.

4. Menyusun angket dengan sesingkat, sehingga tidak akan memakan waktu yang lama.

5. Dalam daftar pertanyaan jauhi kata-kata yang menyinggung perasaan responden (narasumber)
atau usaha untuk memberikan pemahaman (read : menggurui) kepada responden terhadap angket
yang kita buat.

Untuk membuat sebuah angket yang valid perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :

1. Pertanyaan haruslah mudah dipahami dan tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda.
2. Pertanyaan harus berhubungan dengan topik permasalahan.
3. Pertanyaan harus menarik sehingga responden merasa senang untuk menjawabnya.
4. Jawaban responden diusahakan bisa konsisten sejak pertanyaan pertama hingga akhir.
5. Alternative Jawaban yang diberikan harus beragam (variatif) agar responden tidak kebosanan.

Contoh Angket
PENYUSUNAN INSTRUMEN
PENGKAJIAN PROGRAM PAUDNI
Oleh: Drs. Kustopo, M.Pd

(Makalah disampaikan dalam workshop Pamong Belajar Provinsi Jawa Tengah)

A. Pengertian

Menurut Suharsimi Arikunto (2007), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data
ini bias berupa alat ukur, kuesioner, soal tes atau soal ujian, cek lis dan lain sebagainya. Moleong
(2006), mengatakan bahwa Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data. Dalam penelitian
kualitatif yang menjadi intrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Diungkapkan juga oleh
Moleong bahwa ciri umum peneliti sebagai instrument mencakup segi responsive, dapat
menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan
mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim atau
idiosinkratik.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi keadaan tentang variabel yang sedang
diteliti. Instrumen atau alat pengumpul data  merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data tersebut dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian. 

Menyusun instrumen  pengumpulan data penelitian dilakukan setelah peneliti memahami


betul  apa yang  menjadi variabel penelitian. Pemahaman Penelitia terhadap variabel dan hubungan
antar variabel aan mempermudah peneliti dalam menentukan dan menyususn intrumen penelitian
yang akan digunakan. Setelah memahami variabel peneliti dapat menyusun  instrumen untuk dapat
menjabarkan kedalam  bentuk sub variabel, indikator, descriptor/item dan  butir-butir pertanyaan.
Dengan demikian maka instrumen penelitan menajdi hal penting untuk menjaga agar penelitian
yang dilakukan tersebut bermutu dan berkualitas.

B. Jenis-jenis Instrumen

Penyusunan instrument sangat terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan
dilakukan oleh pengkaji program. Berdasarkan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian yang
dapat dilakukan oleh pengkaji program, meliputi:

1.   Tes (test)

Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau soal-soal yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu maupun kelompok.

Adapun beberapa macam tes instrumen pengumpul data, antara lain:

a.       Tes kepribadian (personal test)

b.      Tes bakat (talent test)

c.       Tes prestasi (pencapaian sesuatu)/(achievement test)

d.      Tes intelegensi (tingkat intelektual)

e.       Tes sikap (attitude test).

2.   Kuisioner (angket)

Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan oleh
peneliti/pengkaji program karena dipandang efektif dan efisien. Angket sangat cocok digunakan
untuk responden yang jumlahnya sangat banyak serta wilayah penelitiannya sangat luas.

Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup.

a.   Angket terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan
terbuka sehingga responden dapat memberikan isian jawaban sesuai dengan kehendak dan
keadaannya.

Contoh angket terbuka:

1)   Bagaimanakah pendapat Anda tentang diadakannya program Desa Vokasi di tempat tinggal Anda?

2)   Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pada program Desa Vokasi yang
diselenggarakan di tempat Anda?

b.   Angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa,  responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya
dengan memberikan tanda silang (X) atau tanda check list (√).

Contoh angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan menggunakan tanda silang (X).

Berilah tanda silang pada pernyataan berikut.

1)   Apakah saudara merasa senang mengikuti pelatihan otomotif yang diselenggarakan oleh SKB?

a. Ya                                        b. Tidak

2)   Apakah peralatan pelatihan yang disediakan oleh SKB dalam pelatihan sudah lengkap?

a. Ya                            b. Tidak

Contoh angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan menggunakan tanda check list atau
centang (√).

Berilah tanda check list atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan kondisi
Anda.

1)      Jenis kelamin Anda ….

  Laki-laki

  Perempuan

2)      Status pernikahan Anda ….


  Belum kawin

  Kawin

  Duda/janda

Sugiyono (2005), mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik
pengumpulan data yaitu:

1)      Isi dan tujuan pertanyaan.

2)      Bahasa yang digunakan.

3)      Tipe dan bentuk pertanyaan.

4)      Pertanyaan tidak mendua.

5)      Tidak menanyakan yang sudah lupa.

6)      Pertanyaan tidak menggiring.

7)      Panjang pertanyaan.

8)      Urutan pertanyaan.

9)      Prinsip pengukuran.

10)  Penampilan fisik angket.

3.   Wawancara (interview)

Moleong (2006) mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud


tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Tujuan
dilakukan wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan
dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang tidak memungkinkan untuk ditemukan
melalui observasi. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa tujuan dilakukan wawancara atau interviu
adalah untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi.

Teknik wawancara dilakukan dalam pengkajian program dengan tujuan untuk menggali
berbagai informasi terkait dengan apa saja yang terjadi atau dialami selama penyelenggaraan
program PAUDNI berlangsung. Teknik wawancara ini dilakukan dengan asumsi bahwa:

1)      merupakan cara untuk memperoleh data langsung dari sumbernya,

2)      ingin menggali informasi lebih mendalam pada responden,


3)      responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya,

4)      responden dapat dipercaya,

5)      responden dan peneliti memiliki interpretasi yang sama tentang pertanyaan-pertanyaan.

Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan atas:

a.   Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah tersusun, setiap responden diberi pertanyaan yang sama. Sehingga orang lain (bukan
pengkaji) dapat membantu mengambil data/melakukan wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan
yang sudah tersusun.

b.   Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana pengkaji tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancaranya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan
kepada responden. Pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan pewawancara untuk
menggali informasi yang lengkap dari responden.

Dalam melakukan wawancara antara pengkaji dengan responden akan terjadi kontak pribadi, oleh
karena itu harus pengambil data harus memahami situasi dan kondisi responden.

Contoh butir pertanyaan dalam panduan wawancara tidak terstruktur:

  Bagaimana peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan program Desa Vokasi?

Pertanyaan ini akan berkembang menjadi:

         Apakah masyarakat banyak yang ikut?

         Apakah masyarakat aktif mengikuti program?

         Bagaimana kehadirannya?

         Apakah masyarakat bersemangat dalam mengikuti program?

  Bagaimana peran serta perangkat desa?

         Apakah perangkat desa mendukung?

         Dalam bentuk apa dukungannya?


Pertanyaan akan terus bertambah sampai pengkaji merasa data yang dikumpulkan sudah tercukupi.

4.   Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan
terhadap obyek yang diteliti (Sugiyono, 2005). Moleong (2006), menyebut observasi dengan istilah
pengamatan berperanserta. Pengamatan atau observasi merupakan kegiatan dimana peneliti
terlibat secara langsung pada obyek yang dikajinya. Peneliti mengadakan pengamatan dan
mendengarkan secermat mungkin sampai pada peristiwa yang sangat kecil sekalipun.

Pamong belajar dalam melaksanakan pengkajian program sebenarnya lebih cocok dengan
observasi, karena semenjak perancangan program, pelaksanaan, dan monitoring, mereka sudah
terlibat secara langsung.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:

a.   Observasi berperan serta

Dalam observasi ini, pengkaji program terlibat dengan kegiatan sehari-hari dalam program yang
diamati.

b.   Observasi non partisipant

Dalam observasi ini, peneliti hanya sebagai pengamat independen. Observasi ini dapat dilakukan
oleh pamong belajar dari luar penyelenggara program.

Dalam melaksanakan kegiatan observasi, seorang pengkaji program harus melakukan


pencatatan peristiwa-peristiwa yang dialami/ditemui saat mengadakan pengamatan. Catatan-
catatan ini yang nantinya digunakan sebagai data temuan dalam pengkajian program.

Pada era digital seperti sekarang, observasi dapat dibantu dengan menggunakan alat perekam
yang modern, seperti handicam, tape recorder dan sebagainya. Dengan menggunakan alat bantu
perekam data ini akan mempermudah pengambilan data di lapangan, data lebih valid dan dapat
diputar ulang apabila pengkaji program merasa perlu untuk meyakinkan hasil observasinya.

5.   Dokumentasi

Sugiyono (2005), menyatakan bahwa studi dokumentsi disebut sebagai penelusuran literature,
yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau
laporan data dari peneliti sebelumnya. Sedangkan Moleong (2006) menyatakan bahwa
dokumetasi  merupakan setiap bahan tertulis ataupun film, bisa berupa dokumen pribadi maupun
dokumen resmi.

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat pengkaji program


melakukan pengkajian. Dokumen yang dapat diambil meliputi buku-buku yang relevan seperti
modul, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, film dokumenter dan data lain yang relevan.

Data yang diperoleh dari penelusuran dokumentasi digunakan sebagai dasar pengkajian
program yang telah dilaksanakan. Data ini biasanya akurat dan dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk melakukan pengkajian apakah program berjalan sesuai dengan rencana ataukah melenceng
dari desain yang telah dirancang pada awal kegiatan.

Untuk memudahkan kegiatan pengambilan data melalui dokumen, maka pengkaji program
perlu membuat catatan ataupun check list. Hal ini dilakukan agar pengkaji program tidak lupa dan
tidak mengalami keterceceran data. Apalagi kalau jumlah data yang harus diukur sangat banyak,
tentunya pengkaji program harus jeli dan hati-hati.

Contoh instrument dokumen dengan tabel check list sederhana.

No Dokumen Perencanaan Program Kegiatan Kondisi


Pelatihan Otomotif
Ada Ada Tidak
lengkap sebagian ada

1 Desain pelatihan

2 Kurikulum

3 Standar kompetensi dan kompetensi dasar

4 Jadwal pelaksanaan kegiatan

Pembuatan instrument untuk dokumen ini dapat dimodifikasi dengan berbagai bentuk,
dengan tujuan untuk mempermudah pengkaji program melakukan pengumpulan data, sehingga
tujuan akhir dari pengambilan data, yaitu pengolahan data, dapat dilakukan dengan mudah.

6.    Rating scale (skala bertingkat)


Rating Scale adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang berisi skala sikap bertingkat yang harus dipilih dengan cara member tanda silang (X), check list
atau centang (√), maupun melingkari (0) pada jawaban yang sudah disediakan. Pada rating scale,
data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Bentuk
instrument Rating Scale ini hampir sama dengan kuesioner tertutup, yang membedakan adalah
penekanan pada jawaban pernyataan yang lebih menekankan adanya tingkatan/herarkis sikap dari
responden.

Contoh instrument Rating Scale:

1)      Berilah tanda silang (X) pada kolom yang disediakan sesuai dengan pernyataan:

SS                    = jika sangat setuju,

S                      =  jika setuju,

R                     = jika ragu-ragu

TS                    = jika tidak setuju

STS     = jika sangat tidak setuju

No Pernyataan SS S R TS STS

1 Program Desa Vokasi member inspirasi


masyarakat desa untuk berwirausaha

2 Program Desa Vokasi membangkitkan


perekonomian masyarakat pedesaan

3 Progran Desa Vokasi mendorong kemajuan desa

2) Berilah tanda check list atau centang (√) pada kolom skor yang disediakan sesuai dengan kondisi
yang ada pada penyelenggaraan Program Pelatihan Otomotif di tempat saudara:

1          = jika tidak ada,

2          =  jika sebagian ada,

3          =  jika seluruhnya ada

No Pernyataan SKOR

1 2 3
1 Silabus pembelajaran/pelatihan otomotif

2 Perencanaan pembelajaran berupa RPP

3 Buku panduan/modul sesuai dengan kurikulum

4 Jadwal penyelenggaraan pelatihan

5 Alat evaluasi/soal tes

C. Langkah-langkah menyusun Instrumen

Supaya pengkaji program PAUDNI dalam menyusun instrument dapat runtut dan sistematis,
ada lima langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu:

1.      Mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan diteliti,

2.      Menjabarkan variabel menjadi indikator-indikator,

3.      Menjabarkan indicator menjadi item-item,

4.      Mendeskripsikan  setiap butir item  ke dalam jenis instrument,

5.      Merumuskan butir soal atau pertanyaan maupun pernyataan  untuk setiap jenis instrumen.

Antara instrument dengan metode pengumpulan data saling terkait dan tidak bisa
dipisahkan. Jenis metode yang akan digunakan dalam pengambilan data akan berpengaruh pada
jenis instrument yang akan dipakai sebagai alatnya. Berikut adalah gambaran keterkaitan antara
metode dengan instrument.

No Metode Jenis Instrumen  Rumusan Butir Instrumen

1. Angket/Kuesioner Angket/Kuesioner, Rating Angket, daftar


Scale, Test cocok/check list, Skala,
inventory, soal tes

2. Wawancara/ Wawancara Pedoman wawancara,


interviu daftar cocok, daftar
pertanyaan

3. Pengamatan/ Observasi/Pengamatan, Lembar pengamatan,


observasi Wawancara, catatan kasus, catatan
Dokumentasi peristiwa, panduan
observasi, panduan
wawancara, dokumentasi
4. Studi Dokumentasi Dokumentasi, Observasi Daftar cocok/check list,
dokumentasi, lembar
pengamatan, catatan
kasus, catatan peristiwa,
panduan observasi.

 D. Validitas dan reliabilitas Instrumen

Sugiyono(2002), menyatakan instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrument yang reliable berarti instrument yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula.

Kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama, yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas suatu instrumen menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran. Dengan
menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil
penelitian akan menjadi valid dan reliable. Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang benar-benar akurat.

E. Pengujian Validitas Instrumen

Sugiyono (2002), menyatakan ada tiga jenis pengujian Validitas instrument, yaitu:

1. Pengujian Validitas kontruksi (Contruct Validity)

Untuk menguji validitas kontruksi maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment
expert). Instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur gejala teori tertentu, yang selanjutnya  dikonsultasikan kepada ahli. Para ahli
diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Misalnya akan mengukur efektivitas
kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan
instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.

Setelah pengujian kontruksi dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah
data ditabulasi, maka pengujian validitas kontruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)

Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test. Instrumen
test ini biasanya digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan
program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen
yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan
program yang telah direncanakan.

Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika tutor/nara
sumber memberikan ujian di luar materi pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian
tersebut tidak mempunyai validitas isi.

Secara teknis, pengujian validitas kontruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai
tolok ukur, dan butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.

3. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja peserta pelatihan, instrument untuk mengukur
kemampuan penyaji materi atau nara sumber. Maka kriteria kinerja peserta pelatihan ataupun
kemampuan nara sumber dalam menyampaikan materi pelatihan  pada instrumen tersebut
dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah
terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat
dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.

F. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2002) dapat dilakukan secara eksternal
dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan
gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir
yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.

1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen
yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
tersebut sudah dinyatakan reliabel.

2. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya
sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut
ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?

Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada
responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang
satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka
instrumen dapat dinyatakan reliabel.

3. Gabungan

Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke
responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan
pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian
dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu
reliabel.

4. Internal Consistency

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan


instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil
analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen
dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova
Hoyt.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakaeta: Bumi Aksara

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitaian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta

_______. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Unknown di 01.08
Berbagi

6 komentar:

1.

Naufal22 April 2019 06.28

izin nyalin beberapa. Makasih


Balas

2.

Unknown9 November 2019 05.13

Mantan makalahnya.👍
Balas

3.

Unknown17 Desember 2019 04.52

Alhamdulillah makasih author, membatum sekaliiiii


Balas

4.

Tasya EraQQ7 Januari 2020 17.08

Terima kasih telah mengizinkan saya untuk berkomentar di sini.


ARTIKEL ANDA SANGAT BAGUS !!
WhatsApp: 081396610615

Cara Menang Situs Judi Online ERAQQ


Situs Poker Online
Situs Judi Online Terpercaya ERAQQ
Daftar Situs Judi Online ERAQQ
Login Situs Judi Online ERAQQ
LiveChat ERAQQ
Download Aplikasi ERAQQ
Poker Online
Domino99

Poker
Bandar Poker
Domino99
Bandar Q
Bandar 66
Sakong
Capsa Susun
Perang Baccarat

Domino qiu qiu


QQ Poker
Poker QQ
Judi Domino
QQ Online Terpercaya
Situs Judi QQ Online Terpercaya
Balas

5.

Unknown15 Februari 2020 09.50

Kurang sepaham kl angket disamakan dengan questioner karna mnrut pemahaman


cetek saya, angket lebih ke daftar pertanyaan untuk menyelidiki bukan memgumpul
informasi mknya lebih sering d pake dlm ranah hukum dan nomina. Ya itu menurut
saya sih bisa jadi saya keliru. Tapi overall artikelnya bermanfaat.
Balas

6.

budidaya DKP Kab. TTS15 Maret 2020 21.28

Sangat bagus. Tapi untuk wawancara sistem terbuka gimana cara buat kuesionernya
Balas

Tambahkan komentar



Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai