Anda di halaman 1dari 8

RESUM

PEMERIKSAAN FISIK GANGGUAN ELIMINASI

PADA SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN PEMBIMBING :

GIRI UDANI, Skp.M.Kes

DISUSUN OLEH :

ANDI SAPUTRA (1914401004)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan resume makalah dengan mata
kuliah pengkajian keperawatan yang berjudul “ pemeriksaan fisik gangguan eliminasi pada
sistem perkemihan “

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengajar kami ibu GIRI UDANI,SKp., M.Kes yang telah membimbing kami dalam
mempelajari materi ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, 19 maret 2020


BAB I

Pendahuluan

Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh perawat untuk
mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan secara sistematis.
Proses pengkajian meliputi tiga fase, yaitu wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
Adapun ketiga fase tersebut adalah sebagai berikut :

I. WAWANCARA
Tujuan wawancara adalah mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
mengidentifikasi dan merencanakan tindakan keperawatan, dan memberi kesempatan pada
perawat untuk mulai mengembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Adapun data-data yang dikumpulkan selama fase wawancara terkait pengkajiankep kerawatan
sistem perkemihan adalah sebagai berikut :

A. Riwayat kesehatan sekarang

Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan tampak di
seluruh tubuh. Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang berhubungan dengan fungsi
renal dan urinarius.
1. Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah sakit.
2. Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi; faktor-faktor
yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
3. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan, perubahan nafsu
makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan penglihatan kabur.
4. Pola eliminasi
a. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
b. Kaji perubahan warna urin.
c. Kaji adanya darah dalam urin.
d. Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau akhir urinasi.
e. Hesitancy; mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi.
f. Inkontinensia (stress inkontinensia; urge incontinence; overflow incontinence; inkontinensia
fungsional). Adanya inkontinensia fekal menunjukkan tanda neurologik yang disebabkan oleh
gangguan kandung kemih.
g. Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak adekuatnya pengosongan
kandung kemih.

5. Pola nutrisi-metabolik
a. Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol, minuman berkarbonat.
Minuman tersebut sering memperburuk keadaan inflamasi sistem perkemihan.
b. Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih, pembentukkan
batu ginjal, dan gagal ginjal.
c. Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang mengandung tinggi protein
dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan
inflamasi sistem perkemihan.
d. Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi status
cairan.
e. Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal.

B. Riwayat kesehatan masa lalu


1. Riwayat infeksi traktur urinarius
a. Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani infeksi traktus
urinarius, berapa lama dirawat.
b. Adanya gejala panas atau menggigil.
c. Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan
diagnostik renal atau urinarius

2. Riwayat keadaan berikut ini :


a. Hematuria, perubahan warna, atau volume urin.
b. Nokturia dan sejak kapan dimulainya.
c. Penyakit pada usia kanak-kanak (“strep throat”, impetigo, sindrom nefrotik).
d. Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin.
e. Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes mellitus, hipertensi,
trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan neurologi lain, lupus eritematosus sistemik,
scleroderma, infeksi streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,
gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
3. Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan, sectio caesarea);
persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau iritasi; penggunaan kontrasepsi.
4. Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.
5. Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.
6. Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
7. Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung kemih. Angka
kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada perokok daripada bukan perokok.

C. Riwayat kesehatan keluarga


1. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga (polisistik renal,
abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom Alport’s / nephritis herediter).
2.Kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan keluarga

D. Riwayat kesehatan sosial


1. Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol dan ethylene
glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko kanker kandung kemih.
Pekerja tekstil, pelukis, peñata rambut, dan pekerja industri mengalami risiko tinggi terkena
tumor kandung kemih. Seseorang yang lebih sering duduk cenderung mengalami statis urin
sehingga dapat menimbulkan infeksi dan batu ginjal.
2. Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas fisik
menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin.
3. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah mengangkat
barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh.
4. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi batu saluran
kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di daerah dataran tinggi.

E. Pengobatan
1. Diuretik dapat mengubah kuantitas dan karakter output urin.
2. Phenazopyridine (pyridium) dan nitrofurantoin (macrodantin) dapat mengubah warna urin.
3. Anticoagulant dapat menyebabkan hematuria.
4. Antidepresant, antihistamin, dan obat-obatan untuk mengatasi gangguan neurology dan
musculoskeletal, dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih atau sphinter untuk
berkontraksi atau relaksasi secara normal.
F. Pola persepsi – kognitif
1. Apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan kehidupan normal pasien.
2. Bagaimana perasaan pasien saat menggunakan kateter, kantung urin.

BAB II

PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi
2. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
3. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang ditemukan :
1. Inspeksi
a. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
b. Mulut
c. Wajah
d. Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan,
kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan
anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit
merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan. Stomatitis,
napas bau ammonia Moon face Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya
massa. Nyeri permukaan indikasi disfungsi renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap,
distensi, kulit mengkilap atau tegang.
e. Meatus urinary
Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung tangan
untuk membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan. Perhatikan
meatus urinary
2. Palpasi
a. Ginjal
1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk
mengetahui ukuran dan sensasi.
Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
2) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
3) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan
dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites. Distensi kandung
kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi.
Pada laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang
serius. Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal. Tenderness/lembut pada palpasi ginjal
maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidak simetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke
atas.
5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
b. Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi
dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.

3. Perkusi
a. Ginjal
1) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.
2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan perkusi
atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.
3) Ulangi prosedur untuk ginjal kanan
Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau
glomerulonefrosis.
b. Kandung kemih
1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika
terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.
2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus
kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi
dullness (redup) di atas simphysis pubis.

4. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan
kuadran atas
abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka
indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)

Anda mungkin juga menyukai