Anda di halaman 1dari 13

KERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN

Mata Kuliah Teori Akuntansi


Pertemuan ke-4

Oleh:

Wulan Ruhiyyih Khanum NIM 041711535011

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2020
A. DEFINISI KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Konseptual adalah suatu sistem koheren dari hubungan antara
tujuan dan konsep dasar (fundamental) yang menentukan sifat, fungsi, dan batasan
akuntansi dan pelaporan keuangan dan yang diharapkan mengarah pada panduan yang
konsisten. Hal ini dimaksudkan untuk melayani kepentingan umum dengan
menyediakan struktur dan arahan terhadap akuntansi dan pelaporan keuangan untuk
memfasilitasi penyediaan informasi keuangan dan informasi yang tidak bias.
Tujuan akan mengidentifikasikan sasaran dan maksud akuntansi, sedangkan
fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang memberikan
petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut,
meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-pihak yang berkepentingan.
Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur,
karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang
didasarkan pada proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk
hierarki yang memiliki beberapa tingkatan. Kerangka konseptual dimaksudkan dalam
proses penyusunan standar.
B. PERLUNYA KERANGKA KONSEPTUAL
1. Tanpa adanya seperangkat prinsip yang konsisten menyebabkan
ketidakkonsistenan dalam praktik akuntansi.
2. Digunakan untuk mengatasi campur tangan politik dalam menyusun laporan
keuangan yang netral karena kebijakan akuntansi hanya dapat diimplementasikan
dengan melakukan pertimbangan nilai.
3. Standar harus dihasilkan dari kerangka konseptual untuk memberikan keyakinan
bahwa informasi yang dihasilkan memiliki kualitas/karakteristik yang diperlukan
untuk mencapai tujuan akuntansi.
C. MANFAAT KERANGKA KONSEPTUAL
1. Sebagai pedoman dalam menentukan standar akuntansi
2. Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi yang tidak
diatur di standar
3. Sebagai dasar membuat pertimbangan dalam menyajikan laporan keuangan
4. Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagai alternatif metode
akuntansi yang ada
D. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Dalam paragraf ke-28 SFAC No.1, dijelaskan bahwa tujuan pelaporan


keuangan diverivasikan dari kebutuhan informasi para pemakai eksternal yang tidak
mempunyai otoritas untuk menyusun informasi keuangan yang diinginkan mengenai
suatu perusahaan. Para pemakai informasi tersebut harus menggunakan informasi
yang disediakan oleh manajemen sebagai sarana untuk berkomunikasi antara pihak
pemakai eksternal dan pihak perusahaan.

Walaupun laporan keuangan mempunyai aspek internal dan eksternal, FASB


lebih memfokuskan kepada aspek eksternalnya. Aspek eksternal yang dituju oleh
informasi keuangan adalah pihak investor dan kreditor, yang merupakan pihak yang
paling berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan. Dalam uraian berikut ini akan
dijelaskan mengenai tujuan pelaporan keuangan secara umum berdasarkan manfaat
informasi keuangan.

1. Informasi yang Berguna dalam Pengambilan Keputusan Kredit dan Investasi


Dalam paragraf ke-34 SFAC No.1, FASB menetapkan tujuan pelaporan
keuangan sehubungan dengan fungsi informasi keuangan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan investasi dan kredit.
Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lain dalam pengambilan
keputusan investasi, kredit, dan keputusan lainnya secara rasional. Jelas bahwa
fokus informasi keuangan menurut tujuan diatas adalah pihak investor dan
kreditor. Investor sebagai pihak penyandang dana suatu perusahaan memerlukan
informasi keuangan yang akan membantu dalam pengambilan keputusan
investasi, misalnya apakah investor akan tetap menanamkan dananya pada
perusahaan tersebut atau akan memindahkan ke investasi lain. Bagi calon investor
tentu juga ingin mengetahui kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba,
tingkat pengembalian investasi, dan prospek mendatang perusahaan. Bagi para
kreditor sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau tidak kredit kepada
suatu perusahaan tentu juga perlu mempertimbangkan mengenai kemampuan
perusahaan untuk mengembalikan kreditnya jika telah jatuh tempo.
Investor dan kreditor yang dimaksud oleh FASB tersebut bukanlah dalam arti
yang sempit, tetapi meliputi pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam
transaksi investasi dan kredit, dan juga pihak-pihak yang menjadi perantara
transaksi tersebut.
Dalam paragraf ke-35 disebutkan bahwa pihak investor dan kreditor terdiri dari :
- Pihak yang membeli sekuritas dari investor atau kreditor lain serta pihak yang
membeli sekuritas baru langsung dari perusahaan atau melalui penjamin
(underwritter)
- Pihak yang menanamkan dananya dalam jangka waktu yang lama serta pihak
yang sering memperjualbelikannya
- Pihak yang menginginkan keselamatan investasinya maupun pihak yang lebih
suka menanggung risiko untuk memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi
- Individu maupun institusi

Kelompok utama pihak investor adalah pemegang sekuritas kepemilikan


(equity security holders) dan pemegang sekuritas pinjaman (debt security holders).
Pihak kreditor adalah pemasok barang atau jasa yang menjual secara kredit
kepada perusahaan, pelanggan dan karyawan yang mempunyai klaim, institusi
yang memberi pinjaman, individu yang memberi pinjaman, dan pemilik sekuritas
pinjaman (debt security holders). Istilah investor dan kreditor juga meliputi pihak
analis dan advisor sekuritas,broker, ahli hukum, pemerintah (dalam hal ini
SEC/badan koordinasi pasar modal) dan pihak lain yang memberi nasehat atau
sebagai wakil bagi kepentingan investor dan kreditor.
Sehubungan dengan manfaat informasi keuangan dalam pengambilan
keputusan investasi dan kredit, FASB mensyaratkan bahwa laporan keuangan
harus mampu menjadi informasi yang mudah untuk dipahami bagi pihak-pihak
yang memiliki pemahaman yang cukup mengenai aktivitas bisnis dan ekonomi,
dan yang ingin mempelajari informasi dengan kemauan yang memadai. Hal ini
dimaksudkan agar informasi keuangan dapat membantu pihak nonprofesional
maupun pihak yang profesional dalam pengambilan keputusan, terutama pihak
yang berkepentingan untuk mempelajari bagaimana menggunakan alat bantu
informasi tersebut secara tepat.

2. Informasi yang berguna dalam menilai prospek arus kas

Laporan keuangan harus menyediakan informasi pengguna untuk menilai


jumlah, timing, ketidak pastian prospek arus kas kepada pengguna. SFAC
mengkonsepsikan indikasi aktivitas arus kas adalah perbandingan jumlah kas
diterima dengan kas keluar relatif dengan risiko oleh sudut pandang pengguna
laporan keuangan.

3. Informasi mengenai sumber daya, cara memperolehnya, dan perubahan


didalamnya

Pelaporan keuangan harus memberikan informasi tentang sumber daya


ekonomi suatu perusahaan, mengklaim sumber daya tersebut (kewajiban
perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas lain dan ekuitas pemilik),
dan efek dari transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya dan
klaim untuk sumber daya tersebut.

Sumber Daya ekonomi. Kewajiban, dan modal pemilik

Pelaporan keuangan harus memberikan informasi tentang sumber daya


ekonomi perusahaan, kewajiban, dan ekuitas pemilik. Informasi itu membantu
investor, kreditor, dan lainnya mengidentifikasi kekuatan perusahaan itu dan
kelemahan finansial dan menilai likuiditas dan solvabilitasnya. Informasi tentang
sumber daya, kewajiban, dan ekuitas pemilik juga memberikan dasar bagi
investor, kreditur, dan lainnya untuk mengevaluasi informasi tentang kinerja
perusahaan selama periode tersebut.
Kinerja dan Penghasilan perusahaan

Pelaporan keuangan harus memberikan informasi tentang kinerja


keuangan perusahaan selama Periode tertentu. Investor dan kreditur sering
menggunakan informasi tentang masa lalu untuk membantu dalam menilai
prospek sebuah perusahaan. Jadi, meskipun keputusan investasi dan kredit
mencerminkan harapan investor dan kreditor tentang kinerja perusahaan masa
depan, harapan tersebut umumnya sebagian didasarkan pada evaluasi kinerja
perusahaan sebelumnya

Likuiditas, Solvabilitas, dan arus dana

Pelaporan keuangan harus memberikan informasi tentang bagaimana


perusahaan memperoleh dan membelanjakan uang tunai, tentang pinjaman dan
pelunasan pinjamannya, tentang transaksi modalnya, termasuk dividen tunai dan
distribusi sumber daya perusahaan lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor lain
yang mungkin mempengaruhi likuiditas atau solvabilitas perusahaan. Misalnya,
meskipun laporan penerimaan kas perusahaan dan pengeluaran kas selama suatu
periode umumnya kurang berguna daripada informasi laba untuk mengukur
perusahaan kinerja selama suatu periode dan untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang menguntungkan.

Pengelolaan dan Kinerja Manajemen

Pelaporan keuangan harus memberikan informasi tentang bagaimana


manajemen perusahaan telah melepaskan tanggung jawab penanggung jawabnya
kepada pemiliknya (pemegang saham) untuk penggunaan sumber daya perusahaan
yang dipercayakan kepadanya. Pengelolaan perusahaan secara berkala
bertanggung jawab kepada pemilik tidak hanya untuk hak asuh dan penyimpanan
sumber daya perusahaan tetapi juga untuk penggunaan yang efisien dan
menguntungkan dan untuk melindungi mereka sejauh mungkin dari dampak
ekonomi yang tidak menguntungkan dari faktor-faktor dalam ekonomi seperti
inflasi atau deflasi, teknologi dan perubahan sosial. Sejauh manajemen
menawarkan sekuritas perusahaan kepada publik, pihaknya secara sukarela
menerima tanggung jawab yang lebih luas untuk bertanggung jawab kepada calon
investor dan masyarakat pada umumnya.
Pengungkapan dan Intepretasi Manajemen

Pelaporan keuangan harus mencakup penjelasan dan interpretasi untuk


membantu pengguna memahami keuangan informasi yang diberikan Misalnya,
kegunaan dari informasi keuangan sebagai bantuan kepada investor, kreditor, dan
lainnya dalam membentuk harapan tentang bisnis perusahaan dapat ditingkatkan
dengan penjelasan manajemen atas informasi tersebut. Masyarakat juga dapat
memberlakukan tanggung jawab luas atau spesifik terhadap perusahaan dan
manajemen mereka.

E. Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan


a. Relevance
Informasi akuntansi yang relevan adalah mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan dengan membantu pengguna untuk membentuk prediksi
tentang hasil dari peristiwa masa lalu, sekarang, dan masa depan atau untuk
mengkonfirmasi atau membenarkan harapan sebelumnya. Informasi dapat
membuat sebuah perbedaan terhadap keputusan dengan meningkatkan kapasitas
pembuat keputusan untuk memprediksi atau dengan memberikan umpan balik
terhadap harapan sebelumnya. Informasi akuntansi yang relevan harus memiliki:
1. Feedback value
Feedback value berhubungan dengan meng-konfirmasi atau
mengoreksi ekspektasi pembuat keputusan. Hal ini merujuk pada
menentukan posisi perusahaan dan tumpang tindih dengan sejauh mana mana
manajemen telah menjalankan fungsinya. Jika ditinjau lebih luas, feedback
value terkait dekat dengan pertanggungjawaban. Feedback value
berhubungan dengan dua tujuan pengguna yaitu :
a) Tujuan penilaian kinerja manajemen (menentukan seberapa baik
manajemen telah bekerja, dinyatakan sebagai menyetujui atau tidak
menyetujui ekspektasi relatif pada pertanggungjawabannya); dan
b) Tujuan pembuatan keputusan.
2. Predictive value
Predictive value tidak berkaitan langsung dengan tujuan penilaian
kinerja manajemen (tetapi hanya berhubungan dengan prediksi aliran kas).
kondisi bisnis juga dapat di prediksi melalui analisis terhadap laporan
keuangan. Ramalan bisnis dapat mempengaruhi pandangan seseorang
terhadap perekonomian sehingga memengaruhi keputusan yang dibuat. Jadi
nilai prediktif suatu laporan keuangan merupakan pertimbangan penting
relevan tidaknya suatu laporan keuangan.
3. Timeliness
Informasi harus disajikan tepat waktu kepada para pegguna sebelum
informasi itu kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi pengambilan
keputusan.
b. Reliability
Reliability artinya sebuah informasi itu harus dapat diandalkan dan
dapat dipercaya oleh para penggunanya. Suatu informasi dapat diandalkan
apabila informasi tersebut menyajikan sesuatu yang sebenarnya atau yang
memang terjadi. FASB mengatakan bahwa realibility sebuah tindakan itu
dapat digambarkan apabila sebuah tindakan mampu mewakili kejadian yang
sebenarnya. Suatu keandalan dapat dilihat dengan du cara. Pertama, ukuran
keandalan dapat dilihat dari pekerjaan yang dilakukan. Kedua, dapat dilihat
dari deskripsi quantitative apakah sesuai dengan objek dan kejadian
sebenarnya. Contoh: Penyajian utang dan piutang. Nominalnya
mencerminkan hak dan kewajiban yang nyata dan bisa diandalkan buktinya.
Informasi yang reliable harus mempunyai 3 kriteria berikut ini :
1. Neutrality, artinya penyajian informasi akuntansi itu tidak memihak
artinya informasi yang disajikan tidak memilik kepentingan kelompok
tertentu. Informasi yang disajikan harus faktual, dan benar. Contoh:
Dalam penyajian laporan keuangan itu harus disajikan sesuai keadaan,
misalnya jumlah hutang sebenarnya 2 jt. Manajer meminta bagian
akutansi untuk mencatat jumlah hutang 1 jt . maka bagian akuntansi
tidak boleh menuruti perintah manajer. Bagian akuntansi harus tetap
menyajikan sesuai dengan kejadian sebenarnya yaitu jumlah hutang 2jt.
2. Faithfullness Representation, berarti ada kesesuaian antara pengukuran
dan unsur akuntansi yang diukur. Contoh: Penggunaan metode
penyusutan. Perusahaan A mencatat penyusutan sebesar 1jt
menggunakan metode garis lurus. Maka dapat dikatakan wajar apabila
dinilai oleh pihak eksternal apabila emang ada kesesuaian antara akun
yang dikur dengan metode pengukuran yang digunakan.
3. Verifiability, artinya dalam akuntansi bahwa dasar pengukuran laporan
keuangan juga dapat diverifikasi oleh akuntan lain dengan metode
pengukuran yang sama. Contoh : dalam penyajian akun penyusutan
menggunakan metode garis lurus disajikan sebesar 1jt. Maka apabila
dihitung ulang oleh akuntan lain dengan metode sama hasilnya juga
harus 1jt.
c. Comparability
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna
jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas
yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
d. Consistency
Prinsip akuntansi yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan harus
tetap menggunakan dan mempertahankan sIstem akuntansi yang telah dipilih
dari periode ke periode selanjutnya, dan setiap perubahan sistem akuntansi
yang dilakukan harus benar-benar didokumentasikan. Perusahaan diharapkan
dapat menjaga konsistensi untuk memastikan bahwan catatan keuangan
perusahaan tetap akurat dan koheren.
e. Pertimbangan cost-benefit

Pertimbangan cost-benefit dipandang sebagai kendala yang dihadapi


dalam penyajian informasi keuangan. Informasi akuntansi keuangan akan
diupayakan untuk disajikan dalam laporan keuangan, selama manfaat yang
diperoleh dari penyajian informasi tersebut melebihi biaya yang diperlukan
untuk menghasilkannya.

Manfaat (benefit) informasi akuntansi dinyatakan dengan kegunaan


informasi akuntansi tersebut untuk berbagai kelompok pemakai (terutama
inverstor dan kreditur) dalam proses pengambilan keputusan. Biaya langsung
(direct cost) informasi adalah biaya pengumpulan dan pengolahan data, biaya
auditing, biaya pengungkapan, serta biaya untuk analisis/interprestasi \ dan
biaya tidak langsung (indirect cost) meliputi Kerugian dalam kompetisi
disebabkan oleh informasi yang dipublikasikan.

Agar suatu laporan keuangan dapat berguna dalam pengambilan


keputusan harus memiliki kualitas primer. Kualitas primer dari informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi adalah nilai relevan
(relevance) dan reliabilitas (reliability). Kandungan kualitas primer
kegunaan-keputusan informasi akuntansi meliputi komponen-komponen
kandungan dari nilai relevan, yaitu ketepatan waktu (timeliness), nilai umpan
balik (feed-back value) dan nilai prediktif (predictive-value). Dan komponen-
komponen kandungan reliabilitas, yaitu penggambaran yang senyatanya
(representational faithfullness), netralitas (neutrality) dan dapat diperiksa
(verifiability). Selain itu juga terdapat kualitas sekunder, sebagai penghubung
antara kualitas primer, yaitu komparabilitas (comparability) dan taat asas
(consistency).

f. Materialitas

Materialitas adalah konsep yang meluas yang berhubungan dengan


karakteristik kualitatif, terutama relevansi dan reliabilitas. Materialitas dan
relevansi keduanya didefinisikan dalam hal apa yang mempengaruhi atau
membuat perbedaan bagi pengambil keputusan, namun kedua hal tersebut
dapat dibedakan.

Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan


atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai
dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau
kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih
merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu
karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang
berguna.

Pernyataan Konsep 2 menggambarkan materialitas sebagai kendala


dalam pelaporan keuangan yang hanya dapat dipertimbangkan bersamaan
dengan karakteristik kualitatif, terutama relevansi dan representasi yang setia.
Kerangka kerja (1989), di sisi lain, membahas materialitas sebagai aspek
relevansi dan tidak menunjukkan bahwa materialitas memiliki peran dalam
kaitannya dengan karakteristik kualitatif lainnya. Materialitas berhubungan
dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau
pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang
pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif
harus dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau
tidak.

FASB menganggap materialitas menjadi kendala relevansi dan


reliabilitas, meskipun mengakui bahwa relevansi memiliki banyak kesamaan
dengan materialitas. Materialitas terutama terkait dengan relevansi. Jika item
tidak material, maka itu tidak relevan.

Dari perspektif positif, materialitas berkaitan dengan pentingnya item


atau peristiwa untuk diperhatikan dalam proses akuntansi, karena informasi
tersebut dianggap penting bagi pengguna dalam pengambilan keputusannya.
Dari sisi negatif, materialitas sangat penting karena jika tidak banyak waktu
dapat digunakan untuk hal-hal sepele dalam proses akuntansi, atau jumlah
data yang disajikan kepada pengguna dalam laporan keuangan mungkin
sangat besar sehingga informasi penting dapat dikaburkan.

Di Australia, kriteria kuantitatif spesifik untuk menentukan materialitas


informasi telah ditetapkan.

1. Jumlah sama dengan atau lebih besar dari 10 persen dari jumlah dasar
yang sesuai dianggap material kecuali ada bukti yang bertentangan.
2. Jumlah sama dengan atau kurang dari 5 persen dari jumlah dasar yang
sesuai dianggap tidak penting kecuali ada bukti yang bertentangan.
3. Materialitas dari jumlah yang berada di antara 5% dan 10% dari jumlah
dasar yang tepat adalah masalah penilaian, tergantung pada keadaannya.

Faktor lain dalam penilaian materialitas adalah tingkat presisi yang dapat
dicapai dalam memperkirakan item penghakiman. Jumlah deviasi yang dianggap
immaterial dapat meningkat seiring dengan tingkat ketepatan presisi yang dapat
dicapai. Misalnya, hutang biasanya dapat diperkirakan lebih akurat daripada
kewajiban kontinjensi yang timbul dari tuntutan hukum atau ancaman.

Anda mungkin juga menyukai