Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KEGIATAN

ROLE PLAY DISCHARGE PLANNING


PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG PANDAN WANGI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Oleh :
KELOMPOK 3

Ninik Hidayati. S.Kep 131313143004


Nur Rahmi, S.Kep 131213143052
Nuricha Ita Shofiana, S.Kep 131313143056
Dyah Anggraeni, S.Kep 131313143060
Kartika Utami Putri, S.Kep 131313143069
Eliza Zihni, S.Kep 131313143075
Sabdi Alif Mustofa, S.Kep 131313143078
Bagus Hayatul Jihad, S.Kep 131313143080
Ikhwan Supyanto, S.Kep 131313143087
Rizky Putra Prihatama, S.Kep 131313143091
Ekky Normaningtyas, S.Kep 131313143097
Febi Anca, S.Kep 131313143098
Eli Saripah, S.Kep 131313143102

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketidaksiapan pasien menghadapi pemulangan dapat terjadi karena
pasien terlalu cepat dipulangkan sehingga hal ini juga beresiko terhadap
terjadinya komplikasi pasca perawatan dikarenakan pemulangan yang tidak
direncanakan yang dapat berakibat kepada hospitalisasi ulang. Hal tersebut di
atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Williams (2006) bahwa
mayoritas pasien yang menerima informasi tentang nyeri dan manajemen luka,
aktivitas, nutrisi, dan komplikasi pada umumnya merasakan bahwa tidak
mengalami perasaan khawatir yang membuat mereka akan mengadakan
kunjungan tidak rutin ke fasilitas kesehatan setelah dipulangkan. Sedangkan
pasien yang tidak mendapat informasi tentang nyeri dan manajemen luka
menurut Williams (2006) mengalami kekhawatiran yang memaksa mereka
untuk melakukan kunjungan tidak rutin kepada suatu fasilitas kesehatan setelah
dipulangkan (Torrance, 1997).
Berdasarkan penelitian (Intan, 2012) mengenai mekanisme koping pasien
yang mendapatkan discharge planning rutin rumah sakit terdapat perbedaan
yang signifikan dengan yang tidak mendapatkan informasi melalui discharge
planning. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum mekanisme koping
pasien sebelum dilakukan intervensi program discharge planning (71,2%) dan
sesudah intervensi program discharge planning (83,4%). Selain itu kemampuan
koping dapat ditingkatkan dengan pemberian pelayanan keperawatan yang
komprehensif dan berkelanjutan dimulai sejak awal pasien dirawat yang
tersusun melalui program discharge planning.
Orem (1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa intervensi
keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan diri sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu
bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah discharge planning
(perencanaan pemulangan pasien) untuk mempromosikan tahap kemandirian
tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan,
memandirikan aktivitas perawatan diri (The Royal Marsden Hospital 2004).
Discharge planning yang tidak  baik dapat menjadi salah satu faktor yang
memperlama proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett dan Fordham,
1982 dalam Torrance, 1997. Kesuksesan tindakan discharge planning

1
menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman
dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry &Potter,
2006).
Oleh karena itu program pendidikan profesi ners PSIK FKp Unair
diharapkan mampu menjadi role model dalam pelaksanaan discharge planning
di ruang Pandan Wangi RSUD Dr. Soetomo Surabaya secara tepat dan terarah.
Dengan demikian diharapkan tujuan peningkatan kualitas kesehatan pasien
dapat tercapai secara optimal.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan
mahasiswa dan perawat di Ruang Pandan Wangi mampu menerapkan
discharge planning dengan baik dan terarah.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kebutuhan klien untuk discharge planning.
2. Mengidentifikasi masalah klien dalam discharge planning.
3. Membuat perencanaan discharge planning pasien
4. Mengajarkan pada klien dan keluarga tentang perawatan klien di
rumah yang meliputi diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat
kontrol.
5. Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan
discharge planning.
6. Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning.

1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Klien dan Keluarga
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memperbaiki
serta mempertahankan status kesehatan klien.
2. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarganya dalam kesiapan
perawatan di rumah.
3. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarganya dalam melakukan
perawatan diri sendiri di rumah.
1.3.2. Bagi Mahasiswa
1. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dan klien
sebagai penerima pelayanan.

2
2. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana dalam discharge
planning pada penyembuhan klien.
3. Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki
serta mengaplikasikannya.
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan pasien
secara komprehensif untuk menentukan perencanaan pulang bagi pasien
secara tepat.
1.3.3. Bagi Perawat

Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada klien saat di


rumah.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Discharge Planning


Menurut Kozier (2004) discharge planning sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang  lain didalam
atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Discharge planning sebagai
merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan
dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah. (Rondhianto, 2008)
Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang
kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan,
perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).
Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi
yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan
perawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Perawatan di rumah sakit akan
bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun, sampai saat ini
perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran
perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas yang ada, yaitu
hanya berupa informasi tentang jadwal kontrol ulang. (Nursalam, 2007: 248).

2.2. Tujuan Discharge Planning


Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress,
meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan
memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning
dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan
perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada
keluarga dapat dilakukan melalui Discharge Planning ( Naylor, 1990 ).
Menurut Mamon et al (1992) pemberian discharge planning dapat
meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas
hidup optimum disebelum dipulangkan. Discharge planning memberikan efek
yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan

4
dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester,
1996).
Menurut Nursalam (2011 : 326) yang dikutip Kristina (2007) perencanaan
pulang bertujuan :
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien oada sistem pelayanan yang baik
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.

2.3. Manfaat Discharge Planning


Menurut Spath (2003) discharge planning mempunyai manfaat sebagai
berikut :
1. Pada pasien
1) Dapat memenuhi kebutuhan pasien
2) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan
sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
3) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
4) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah.
5) Dapat memilih prosedur perawatannya
6) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapat dihubunginya.
2. Pada perawat
1) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan
2) Menerima informasi kunci setiap waktu
3) Memahami perannya dalam system
4) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
5) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan
cara yang berbeda.
6) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

5
2.4. Tahapan Discharge Planning
Menurut Nursalam (2007), tahapan discharge planning antara lain ;
1. Pada saat pasien masuk ruangan:
1) Menyambut kedatangan pasien
2) Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan
3) Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan
tenaga kesehatan lain
4) Melakukan pengkajian keperawatan
5) Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan.
2. Selama masa perawatan:
1) Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain
2) Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul
sampai dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat.
3) Penyuluhan kesehatan : penyakit, perawatan, pengobatan, diet,
aktivitas, kontrol
3. Persiapan pasien pulang:
1) Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan
(health education) mengenai aturan diet, aktivitas istirahat, waktu dan
tempat kontrol.Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkat
pemahaman klien dan keluarga mengenai perawatan selama klien di
rumah nanti dan perawatan lanjutan.
2) Obat-obatan yang masih dikonsumsi klien dan dosisnya
Penjelasan mengenai obat-obatan klien yang masih harus
diminum, dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum
obat, efek samping yang mungkin muncul.
3) Obat-obatan yang dihentikan
Pada pasien umum kalau ada obat-obatan yang tidak diminum
lagi oleh klien, obat-obatan tersebut tetap dibawakan ke klien, tetapi
pada pasien JPS atau Askes obat yang tidak diberikan atau
diminumkan lagi dikembalikan ke Depo farmasi.
4) Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan foto selama dirawat di RS dibawakan pulang
pada klien, tetapi untuk hasil pemeriksaan laboratorium asli menjadi
milik RS.
5) Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol, surat rujukan
dll.

6
2.5. Discharge Planning Selama Masa Perawatan
Menurut Neylor (2003) dalam Kristina (2007) beberapa tindakan
keperawatan yang dapat diberikan pada pasien selama masa perawatan sebelum
pasien pulang antara lain:
1. Pendidikan kesehatan : diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau
komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
perawatan selama dirumah sakit seperti perawatan luka, diet/makanan,
obat-obatan, aktivitas, serta hal-hal khusus lain.
2. Program pulang bertahap : bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali
ke lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus
dilakukan pasien dirumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh
keluarga
3. Menjelaskan prosedur, manfaat, dan efek samping dari setiap terapi dan
intervesi yang akan diberikan pada klien dan keluarga mengenai proses
perawatan di ruangan, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat.

7
2.6. Alur Discharge Planning

- Menyambut kedatangan pasien


- Orientasi ruangan, jenis pasien,
peraturan, denah ruangan
Pasien MRS - Memperkenalkan pasien dengan
RS
teman sekamar,perawat,dokter,dan
tenaga kesehatan yang lain
- Melakukan pengkajian
keperawatan

- Pemeriksaan klinis &


pemeriksaan penunjang
lainnya
Pasien selama dirawat
RS - Melakukan Asuhan
Keperawatan
- Penyuluhan kesehatan :
penyakit, perawatan
,pengobatan, diet & aktivitas
kontrol

Pasien KRS Perencanaan PULANG


RS

PROGRAM HEALTH
EDUCATION : Lain-lain
Penyelesaian - Kontrol dan Obat /
Administrasi Perawatan
- Nutrisi
- Aktivitas dan Istirahat
- Perawatan Diri

MONITOR :
- Petugas kesehatan
- Keluarga

Sumber : Pendidikan dalam keperawatan,Nursalam, Ferry Efendi, Jakarta: Salemba


Medika, 2007.

Keterangan :
1. Tugas Kepala Ruangan :
1) Menerima pasien baru
2) Menentukan estimasi lama perawatan

8
2. Tugas Perawat Primer :
1) Membuat perencanaan pulang (Discharge Planning)
2) Membuat leaflet
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pendidikan kesehatan
5) Melakukan tindakan berupa diskusi dan demonstrasi
6) Melakukan evaluasi
7) Mendokumentasikan Discharge Planning
8) Melakukan follow up
3. Tugas Perawat Asosiate :
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan
selesai perawatan).

2.7. Peran Perawat dalam Discharge Planning


1. Kepala Ruangan
1) Membuka acara discharge planning kepada pasien
2) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2. Perawat Primer
1) Membuat rencana discharge planning
2) Membuat leaflet dan kartu discharge planning
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pendidikan kesehatan
5) Menyediakan kartu discharge planning
6) Mendokumentasikan discharge planning
7) Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan
sampai dengan akhir perawatan)
3. Perawat Associate
Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah
direncanakan oleh perawat primer

9
BAB 3
PERENCANAAN DISCHARGE PLANNING

3.1 Rencana Pelaksanaan kegiatan


Topik : Discharge planning pada Ny H dengan diagnosa medis
DM (Diabetes Melitus) Nefrotik Diabetik Tipe 5 +
Anemia + ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Sasaran : Ny. H (kelas 2 bed 6) dan keluarga
Aspek : pendidikan kesehatan, aturan diet yang dibutuhkan,
kebutuhan keteraraturan minum obat, efek samping obat,
aktivitas dan istirahat.
Hari/tanggal : Kamis, 3 April 2014
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Tempat : Di Ruang Pandan Wangi RSUD Dr. Soetomo

3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Kartika Utami, S.Kep
Perawat Primer : Ekky Normayaningtyas S. Kep
Perawat Associate : Ninik Hidayati, S. Kep
Pembimbing Akademik :1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)
2. Purwaningsih, S.Kp., M.Kes
3. Mira Triharini, S.Kp., M.Kep
4. Nuzul Qur’aniati, S.Kep., Ns., M.Ng
Pembimbing Klinik : Lilik Mudayatin, S.Kep., Ns

3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan tanya
jawab setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perawatan klien oleh keluarga setelah keluar dari rumah sakit.

3.4 Media
Media yang digunakan dalam pelaksanaan discharge planning kepada klien
dan keluarganya diantaranya; status pasien, lembar discharge planning, leaflet,
sarana dan prasarana perawatan.

10
3.5 Mekanisme kegiatan
Topik : Discharge planning pada Ny H dengan diagnosa medis DM
(Diabetes Melitus) Nefrotik Diabetik Tipe 5 + Anemia + ISK
(Infeksi Saluran Kemih)
Sasaran : Klien dan keluarga
Hari/tanggal : Kamis, 3 April 2014
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. PP mengucapkan salam 5 menit Kantor PP
kemudian mengingatkan kepala
karu bahwa ada pasien yang ruangan
akan dilakukan discharge
planning .
2. Karu menanyakan Karu
bagaimana persiapan PP
untuk pelaksanaan
discharge planning dan PP
kelengkapan dokumen
(status pasien, resume
perawatan pasien, leaflet
tentang DM, dan alat
peraga).
3. PP sudah mengkaji PP
sebelumnya untuk
menentukan masalah
keperawatan pada klien dan
sudah siap dengan status
klien dan leaflet discharge
planning
4. PP menyebutkan masalah PP
klien dan hal-hal yang perlu
diajarkan pada klien dan Karu
keluarga
5. Karu memeriksa
kelengkapan administrasi
Pelaksanaan 1. Karu membuka acara 20 menit Bed Karu
discharge planning pasien
2. PP dibantu PA PP dan PA
menyampaikan pendidikan
kesehatan, aturan diet yang
dibutuhkan, kebutuhan
keteraraturan minum obat,
pencegahan terjadinya luka,
aktivitas dan istirahat.
3. PP menanyakan PP
kembali kepada klien dan
keluarga tentang materi
yang telah disampaikan
4. PP memberi
PP
reinforcement kepada klien
5. PP mengucapkan
PP
terima kasih
6. PP dibantu PA
PP dan PA
melakukan

11
pendokumentasian
Penutup Karu mengevaluasi, 5 menit Kantor Karu, PP
memberikan pujian dan kepala dan PA
masukan atau saran kepada PP ruangan
dan PA

3.6 Materi Penyuluhan


1. Definisi Nefrotik Diabetik
Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi penyakit diabetes
mellitus yang termasuk dalam komplikasi mikrovaskular, yaitu komplikasi
yang terjadi pada pembuluh darah halus (kecil). Hal ini dikarenakan terjadi
kerusakan pada pembuluh darah halus di ginjal. Kerusakan pembuluh darah
menimbulkan kerusakan glomerulus yang berfungsi sebagai penyaring darah.
Tingginya kadar gula dalam darah akan membuat struktur ginjal berubah
sehingga fungsinya terganggu. Dalam keadaan normal protein tidak tersaring
dan tidak melewati glomerolus karena ukuran protein yang besar tidak dapat
melewati lubang-lubang glomerulus yang kecil. Namun, karena kerusakan
glomerolus, protein (albumin) dapat melewati glomerolus sehingga dapat
ditemukan dalam urin yang disebut dengan mikroalbuminuria (Sukandar,
2007).

2. Etiologi Nefrotik Diabetik


Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan komplikasi dari
penyakit DM dipercaya paling banyak menyebabkan secara langsung
terjadinya Nefropati Diabetika. Hipertensi yang tak terkontrol dapat
meningkatkan progresifitas untuk mencapai fase Nefropati Diabetika yang
lebih tinggi Fase V Nefropati Diabetika. (Sukandar, 2007)

3. Klasifikasi Nefrotik Diabetik


Mogensen (2004) membagi 5 tahapan nefropati diabetik, yaitu :
1) Tahap 1
Terjadi hipertrofi dan hiperfiltrasi pada saat diagnosis ditegakkan.
Laju filtrasi glomerolus dan laju ekskresi albumin dalam urin meningkat.
2) Tahap 2
Secara klinis belum tampak kelainan yang berarti, laju filtrasi
glomerolus tetap meningkat, ekskresi albumin dalam urin dan tekanan
darah normal. Terdapat perubahan histologis awal berupa penebalan
membrana basalis yang tidak spesifik. Terdapat pula peningkatan
mesangium fraksional.

12
3) Tahap 3
Pada tahap ini ditemukan mikroalbuminuria. Laju filtrasi glomerulus
meningkat atau dapat menurun sampai derajat normal. Laju ekskresi
albumin dalam urin adalah 30-300 mg/24 jam. Tekanan darah mulai
meningkat. Secara histologis, didapatkan peningkatan ketebalan membrana
basalis dan volume mesangium fraksional dalam glomerulus.
4) Tahap 4
Merupakan tahap nefropati yang sudah lanjut. Perubahan histologis
lebih jelas, juga timbul hipertensi pada sebagian besar pasien. Sindroma
nefrotik sering ditemukan pada tahap ini. Laju filtrasi glomerulus
menurun, sekitar 10 ml/menit/tahun dan kecepatan penurunan ini
berhubungan dengan tingginya tekanan darah.
5) Tahap 5
Timbulnya gagal ginjal terminal.

4. Tanda dan Gejala Nefrotik Diabetik


Menurut American Diabetes Association (2009) diagnosa Nefropati
Diabetika ditegakkan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) DM: polidipsi, poliuri, dan polifagi
2) Retinopati Diabetika
3) Proteinuria yang persisten selama 2 kali pemeriksaan dengan interval
2 minggu tanpa ditemukan penyebab proteinuria yang lain atau
proteinuria satu kali pemeriksaan piks kadar kreatinin serum > 2,5
mg/dl.

5. Diet dan Nutrisi pada Nefrotik Diabetik


Prinsip penatalaksanaan nefropatik diabetikum melalui: (Sukandar E. 2007)
1) Pengendalian gula darah dengan diet (tepat jadwal, jumlah, jenis), olah
raga, dan obat anti diabetes
2) Pengendalian tekanan darah dengan diet rendah garam dan obat anti
hipertensi
3) Perbaikan fungsi ginjal dengan diet rendah protein, pemberian
angiotensin converting enzim inhibitor (ACE-I) atau angiotensing
reseptor bloker (ARB)

13
6. Perawatan Luka Ganggren
Lihat kondisi luka pasien, apakah luka yang dialami pasien dalam
keadaan kotor atau tidak, ada apus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau
tidak. Setelah dikaji, barulah dilakukan perawatan luka. Untuk perawatan luka
biasanya menggunakan antiseptik,cairan fisiologis ( NaCl atau RL) dan kassa
steril serta peralatan perawatan luka.
Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting
sedikit demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru
yang mulai tumbuh). Lihat kedalaman luka, pada pasien diabetes dilihat
apakah terdapat sinus (luka dalam yang sampai berlubang) atau tidak. Bila
terdapat sinus, ada baiknya disemprot (irigasi) dengan NaCl sampai pada
kedalaman luka, sebab pada sinus terdapat banyak kuman.Lakukan
pembersihan luka 3-7 hari sekali, setelah dilakukan perawatan lakukan
pengkajian apakah sudah tumbuh granulasi, (pembersihan dilakukan dengan
kassa steril yang dibasahi larutan NaCl). Setelah luka dibersihkan, lalu ditutup
dengan kassa basah yang diberi larutan NaCl lalu dibalut disekitar luas luka,
dalam penutupan dengan kassa, jaga agar jaringan luar luka tidak tertutup.
Sebab jika jaringan luar luka ikut tertutup akan menimbulkan masrasi
(pembengkakan).
Setelah luka ditutup dengan kassa basah bercampur NaCl, lalu ditutup
kembali dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut. Jika luka
sudah mengalami penumbuhan granulasi ( pertumbuhan jaringan kulit yang
baik/ bagus yang membuat luka rata), selanjutnya akan ada penutupan luka
dengan adanya jaringan kulit yang matur, selain cara alamiah juga bisa
dilakukan tindakan invasif yaitu tahap kedua ( skin graft), biasanya diambil
dari kulit paha, ini biasanya dilakukan oleh dokter bedah. Penanganan luka
diabet, harus ekstra agresif sebab pada luka diabet kuman akan terus
menyebar dan memperparah luka. (Hermawati, 2005)
Berikut hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau luka gangren diabetes melitus (khusunya pada kaki) :
1) Cuci kaki dengan bersih setiap hari dan sabun mandi yang baik. setelah
dicuci, keringkan kaki khususnya sel-sela jari kaki dengan menggunakan
handuk halus yang bersih dan jangan menggosok kulit kaki.
2) Sebaliknya, potong kuku jari setelah mandi agar lebih mudah
pemotongannya jangat terlalu pendek, tetapi mengikuti bentuk jari, juga

14
jangan sampai masuk ke dalam cekungan kuku agar tidak menimbulkan
luka.
3) Hindari kaki basah terus-menerus
4) Gunakan kaos kaki dan sepatu yang sesuai ukuran

3.7 Evaluasi
1. Stuktur
1) Persiapan dilakukan saat pasien masuk ruang Pandan Wangi
2) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
3) Menyusun proposal
4) Menetapkan kasus.
5) Pengorganisasian peran.
6) Penyusunan leaflet discharge planning.
2. Proses
1) Kelancaran kegiatan.
2) Peran serta perawat yang bertugas
3. Hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga.

15
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Persiapan
Pelaksanaan Discharge Planing di Ruang Pandan wangi selama ini
dilakukan melalui beberapa persiapan seperti pembuatan proposal Discharge
Planing, pembagian peran, mekanisme yang harus dilakukan saat discharge
planning, dan pembuatan leaflet yang mewakili 3 kasus terbanyak. Pada
pelaksanaannya Discharge Planning diberikan pada pasien intrahospital yang
masih dalam masa perawatan. Dengan memberikan materi selama perawatan di
rumah sakit seperti aturan diet yang dibutuhkan, kebutuhan keteraraturan minum
obat, istirahat serta perawatan pengcegahan terjadinya luka selama di rumah.
Koordinasi dengan pembimbing telah dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan.
Discharge planning dihadiri oleh satu orang pembimbing akademik dan tiga
orang pembimbing klinik.

4.2. Pelaksanaan Kegiatan


Hari/tanggal : Kamis, 3 April 2014
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Tempat : Kepala Ruangan, Nurse Station, dan ruang perawatan
Pandan Wangi RSUD Dr. Soetomo
Sasaran : Ny. H (kelas 2 bed 6) dan keluarga
Topik : Discharge planning pada Ny H dengan diagnosa medis
DM (Diabetes Melitus) Nefrotik Diabetik Tipe 5 +
Anemia + ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Aspek : pendidikan kesehatan, aturan diet yang dibutuhkan,
kebutuhan keteraraturan minum obat, efek samping obat,
aktivitas dan istirahat.
Pelaksana : Kepala ruangan, perawat primer, dan perawat assosiate
Acara dihadiri oleh :
1) Nuzul Qur’aniati, S.Kep., Ns., M.Kep
2) Lilik Mudayatin, S.Kep., Ns
3) Sri Wahyuningsih, Amd.Kep

4.3.Struktur Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Kartika Utami, S.Kep
PP : Ekky Normayaningtyas,S.Kep

16
PA : Ninik Hidayati, S. Kep
Pembimbing akademik : 1. Purwaningsih, S.Kp., M.Kes
2. Mira Triharini, S.Kp., M.Kep
3. Nuzul Qur;aniati, S.Kep., Ns., M.Ng
Pembimbing klinik : Lilik Mudayatin, S.Kep., Ns
Supervisor : 1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)
2. Muzhida, S.Kep., Ns
3. Endang Pancarwati, S.Kep., Ns

4.4. Hambatan
No Masalah Penyebab Rekomendasi
1. Mekanisme
1) Di dalam proposal, Proposal discharge Pemberian kartu
pasien diberikan planning masih discharge planning
kartu discharge belum diganti sebaiknya tidak
planning namun dengan sesuai dalam diberikan saat pasien
dalam pelaksanaan masa intra hospital. selama masa
role play tidak intrahospital, hanya
diberikan kartu diberikan saat pasien
discharge planning. akan pulang.
2) Persiapan sebelum Kelompok kurang Persiapannya harus
roleplay mengenai menyiapkan lebih baik lagi
kebersihan dan kebersihan dan tata sebelum terlaksananya
kerapian di ruangan ruangan. role play seperti
masih kurang kebersihan dan
diperhatikan. kerapian penataan
ruangan karu.
2. Isi
1) PP dan PA tidak PP dan PA tidak PP dan PA sebaiknya
menjelaskan jumlah menjelaskan karena menjelaskan lebih
dalam gram sudah ada di dalam detail mengenai tepat
mengenai porsi diet leaflet yang sudah jumlah tidak hanya
khusunya lauk yang diberikan ke pasien. jenis, dan jadwal
diberikan pada dalam pemberian
pasien. pendidikan diet pada
pasien.
3. Peran

17
Mahasiswa Role play yang Mahasiswa yang tidak
bergerombol dan dilaksanakan mendapat peran
melihat jalannya role pertama kali dalam dalam role play
play sehingga minggu pertama Discharge Planning
menggannggu jalannya sehingga mahasiswa seharusnya tetap
role play. yang tidak berperan, memberikan
penasaran dengan pelayanan ke pasien.
jalannya role play.

4.5 Dukungan
Kelompok kami mendapatkan dukungan dari pembimbing akademik 2 hari
sebelum dilaksanakannya role play, dengan melakukan revisi proposal dan gladi
bersih bersama dengan pembimbing akademik. Perawat ruangan dalam rencana
pelaksanaan discharge planning sangat membantu dalam hal prasarana dan
bimbingan dalam memberikan masukan dan saran.

18
BAB 5
EVALUASI KEGIATAN

5.1 Evaluasi Struktur


Pelaksanaan Discharge Planning dilaksanakan di Ruang Pandan Wangi
RSUD Dr. Soetomo, sebelumnya kelompok telah melakukan beberapa persiapan
selama 4 hari sebelum pelaksanaan kegiatan sentralisasi Discharge Planning,
yaitu proposal Role Play Discharge Planning, Mempersiapkan format dan status
pasien, lembar discharge planning, leaflet, sarana dan prasarana perawatan
lainnya. Kemudian pembagian peran sebagai Karu, PP dan PA dan mengatur
mekanisme/alur yang harus dilakukan saat pelaksanaan Discharge Planning.
Melakukan role play Discharge Planning sesuai mekanisme kerja dan
melaksanakan evaluasi kegiatan bersama pembimbing.

5.2 Evaluasi Proses


No. WAKTU KEGIATAN
1. 09.00-10.30 Persiapan role play
2. 11.00-11.15 Pelaksanaan role play
2. 11.15-11.30 Evaluasi role play :
Sri Wahyuningsih, Amd.Kep
1) Pelaksanaan role play Discharge Planning
secara keseluruhan sudah cukup baik
2) Peran masing-masing mahasiswa sudah sesuai
dan pelaksanaannya sudah sesuai dengan
alurnya
Lilik Mudayatin, S.Kep., Ns
1) Pelaksanaan role play Discharge Planning
secara keseluruhan sudah cukup baik
2) Peran masing-masing mahasiswa sudah sesuai
dan pelaksanaannya sudah sesuai dengan
alurnya
3) Persiapan sebelum roleplay mengenai
kebersihan dan kerapian di ruangan masih
kurang diperhatikan
4) PP dan PA tidak menjelaskan jumlah dalam
gram mengenai porsi diet khusunya lauk yang
diberikan pada pasien.
Mira Triharini, S.Kp., M.Kep

19
1) Di dalam proposal, pasien diberikan kartu
discharge planning namun dalam pelaksanaan
role play tidak diberikan kartu discharge
planning.
2) Mahasiswa bergerombol dan melihat jalannya
role play sehingga menggannggu jalannya role
play.

5.3 Evaluasi Hasil


1. Kegiatan dihadiri oleh 2 orang pembimbing klinik, 1 orang
pembimbing akademik, dan mahasiswa profesi.
2. Kegiatan berjalan dengan lancar sesuai alur discharge planning yang
telah dibuat.
3. Selama kegiatan, mahasiswa melakukan peran dan tugasnya masing-
masing, baik Karu maupun PP dan PA

20
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan
derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang
melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang ke kelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual
dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu
dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal
dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.

6.2 Saran
Karu sebagai pimpinan diruangan tersebut harus memberikan motivasi
kepada perawat primer untuk melakukan discharge planning kepada semua
pasien khususnya pasien yang akan pulang, karena selama ini di dalam format
discharge planning untuk tindakan mandiri perawat kurang kelihatan dan
discharge planning kebanyakan hanya dilakukan oleh tenaga medis atau dokter.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. . Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam .2007. Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika,
Intan, N H. 2012. Pengaruh Discharge Planning Terhadap Mekanisme Koping
Pasien Coronary Artery Disease (Cad ) Bandung : High Care Unit Rs
Immanuel
Rudhianto.2008. Pengaruh Diabetes Self Management Education Dalam Discharge
Planning Terhadap Self Efficacy dan Self Care Behaviour Pasien Diabetes
Mellitus Tipe2
Torrance, C. & Serginson. E. (1997). Surgical nursing. Bridgend, midglamorgan:
WBC Bokk Manufacturers Ltd
Potter, P.A, Perry, A.G. .2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2..Jakarta : EGC.
Barbara , Kozier. (2004). Fundamental Of Nursing. Seventh Edition. Vol. 2. Jakarta :
EGC.
American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
[Online]. 2009 [pukul 20.50 , 2014 April 01]; Available from: URL:
http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5.full
American Diabetes Association. 2004. Hypertension Management in adults with
diabetes (position statement). Diabetes Care (Suppl 1): S65-S67.
Lestariningsih. 2004. Hipertensi pada Diabetik PIT V PERKENI 2004. Semarang.
hal 1-5.
Sukandar E. 2007. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik. Edisi ke-
2. Penerbit ITB. Bandung. Hal 274-281

22
LAMPIRAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI RUANG PANDAN WANGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

PETUNJUK TEKNIS
PENGISIAN LEMBAR DISCHARGE PLANNING

1. No. Register : diisi sesuai nomor register klien


2. Nama : diisi sesuai nama klien
3. Jenis kelamin : diisi laki-laki/perempuan
4. Alamat : diisi sesuai dengan alamat klien
5. Ruang rawat : diisi sesuai dimana klien dirawat
6. Tanggal MRS : diisi sesuai kapan klien masuk rumah sakit
7. Diagnosa MRS : diisi oleh perawat berdasarkan diagnosa medis yang
ditentukan oleh dokter
8. Tanggal KRS : diisi sesuai tanggal ditetapkannya klien pulang oleh
dokter
9. Diagnosa KRS : diisi oleh perawat berdasarkan diagnosa medis yang
ditentukan oleh dokter
10. Diagnosa keperawatan : diisi berdasarkan diagnosa keperawatan selama dirawat
di RS
11. Aturan diit : diisi berdasarkan anjuran ahli gizi
12. Obat-obat yang masih diminum : diisi sesuai obat yang dibawa pulang meliputi
nama obat, jumlah, dosis, warna,aturan minum dan efek samping
13. Aktivitas dan istirahat : diisi perawat sesuai keadaan klien saat pulang, tentang
aktivitas dan istirahat waktu di rumah
14. Perawatan luka : diisi perawat tentang jadwal perawatan luka (sesuai
dengan jadwal kontrol atau perlukah perawat melakukan home care)
15. Tanggal/tempat kontrol : diisi sesuai tempat kontrol dimana klien kontrol
16. Yang dibawa pulang (hasil lab, foto, EKG, surat keterangan istirahat) : diisi
sesuai jumlah yang dibawa pulang
17. Dipulangkan dari RSUD Dr. Soetomo dengan keadaan :
diisi dengan tanda 

23
18. PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG PANDAN WANGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DISCHARGE PLANNING
No. RM : Alamat :
Nama : Ruang Rawat :
Tanggal MRS : Tanggal KRS :
Keadaan Umum pasien :
T: N: S: R: BB :
AKTIVITAS
 Jenis aktivitas yang boleh dilakukan
 Prosedur
 Alat bantu yang dapat digunakan
EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
 Pemeriksaan laboratorium lanjutan
 Pengertian dan pemahaman akan efek
samping obat
 Obat-obatan alternatif
 Pencegahan terhadap kekambuhan
 Lainnya
DIET
 Anjuran pola makan
 Batasan makanan & minuman
Obat-obat yang masih diminum :
Nama Obat Dosis Manfaat Waktu pemberian

Perawatan Luka :  Ya  Tidak


Tanggal / tempat kontrol :

Yang dibawa pulang (hasil Lab, Foto, ECG, surat keterangan istirahat) :
 ……………………......................lembar
 ......................................................lembar
 ......................................................lembar
Surabaya, ……,...………..,2014
Klien / Keluarga Perawat

( ) ( )

24
25
RUANG PANDAN WANGI
RSUD DR SOETOMO SURABAYA
2014

26

Anda mungkin juga menyukai