Anda di halaman 1dari 2

6.

Ekonomi Rakyat dan Globalisasi

Sejak tahun 1995 bertepatan dengan Seratus Tahun usia Aliansi Koperasi Internasional (
International Cooperative Alliance / ICA) di Manchester, Inggris, menyatakan bahwa koperasi
merupakan lembaga ekonomi modern, sesuai dengan tuntutan global untuk memajukan world
solidarity, mutualism and brotherhood among peoples of the world. Koperasi bukan lembaga
ekonomi yang ketinggalan zaman. Begitu juga perekonomian rakyat yang dikenal dengan istilah
grass roots economy ( Akar Perekonomisn ) yang hampir di semua Negara merupakan kekuatan
ekonomi dan mendukung keseluruhan ekonomi nasional, terutama di negara-negara berkembang.

Koperasi bukan anti besar, bahkan selalu berusaha menjadi besar dalam kegiatan, volume
usaha dan jangkauannya terhadap kesejahteraan rakyat dan peran ekonominya. Demikian pula
Pasal 33 UUD 1945 tidak anti besar. Yang tidak dikehendaki oleh Pasal 33 UUD 1945 adalah
bahwa yang besar itu tidak dimiliki/dikuasai oleh segelintir orang perorang, namun
dimiliki/dikuasai oleh orang banyak sebagai wujud demokrasi ekonomi yang partisipatif dan
emansipatif.

Di Indonesia hal ini sangat diperhatikan, karena memang koperasi yang berazazkan
kekeluargaan dan sesuai dengan Pancasila. Koperasi merupakan badan usaha yang sesuai dengan
kondisi di Indonesia meskipun terdapat pengaruh globalisasi. Koperasi yang tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya tentu berpengaruh untuk keadaan
ekonomi rakyat. Khususnya bagi rakyat golongan menengah kebawah.

Namun, pro dan kontra terjadi pada Undang – Undang Dasar 2002 ( hasil amandemen
UUD 1945 ). Karena pada UUD hasil amandemen ini terdapat hal-hal yang bersifat tumpang
tindih, mungkin sebagai suatu self justification oleh para perumusnya. Dan cenderung lebih
kepada kepentingan perorangan.

Pada tingakatan substansi Undang-Undang Dasar 2002 hasil amandemen merupakan


sebuah Undang-Undang Dasar baru, tidak lagi merupakan Undang-Undang Dasar 1945 yang
diamandemen melalui addendum. Banyak hal- hal yang berkaitan tentang kepentingan bersama
yang bersifat demokrasi dihilangkan atau diganti dalam Undang- Undang Dasar 2002 ini.
Contohnya saja adalah dihilangkannya “utusan-utusan dari daerah-daerah” dan “utusan-utusan
dari golongan-golongan” dan dihilangkannya pula kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi
Negara. Tentu hal ini mencerminkan bahwa hal hal yang bersifat demokrasi di Indonesia
tersisihkan. MPR dan anggota perwakilan dari daerah-daerah merupakan wakil rakyat yang dapat
menyalurkan aspirasi masyarakat kepada para pemimpin yang berada di pemerintahan.

Dan dalam amandemen yang berantakan ini, hilang pula golongan-golongan atau utusan-
utusan dari daerah. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah badan-badan koperasi, serikat
pekerja, dall badan kolektif.
UUD 2002 ini sangat melemahkan keberadaan dan keberlangsunagn adanya badan usaha
koperasi yang ada di Indonesia. Besarnya peran kepartaian yang tercermin dalam UUD 2002
hasil amandemen ini berperan kuat membentuk bangsa ini menjadi a political society bukan
membentuk a civil society.

Masih banyak lagi kelemahan UUD 2002, antara lain percampuradukkan antara
kepentingan public/social dan kepentingan pribadi. Lain daripada itu tampak jelas adanya
kecenderungan menerima paham individualism, seperti misalnya, terhadap Pasal 27 (ayat2),
sebenarnya telah digusur secara kontradiktif oleh Pasal 28A, yaitu mengubah “hak sosial rakyat”
menjadi “hak pribadi perorangan”. Hal ini tentu berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan
sistem ekonomi Indonesia yang pada dasarnya berorientasi kuat pada Kesejahteraan Sosial.
Hilangnya Utusan Golonganakan berpengaruh terhadap ekonomi rakyat dengan koperasi sebagai
wadahny, kecenderungan individualisme ekonomi telah mendapatkan tempat di badan legislatif
kita.

Oleh sebab itu perlu adanya akseptabilitas yang tinggi dari sebuah UUD yang harus
berdasar pada cita-cita Proklamasi Kemerdekaan yang secara sosial politik , sosial kultural dan
komitmen moral. Dan penguatan UUD yang sesuai dengan Pancasila juga akan berpengaruh
terhadap kelangsungan koperasi di Indonesia. Karena dengan demikian, maka koperasi akan
mendapatkan fondasi yang kuat untuk tetap berkontribusi dalam perekonomian di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai