Desain Kontroler
PRAKATA
DAFTAR ISI
BAB I
DESAIN KONTROLER PADA DOMAIN FREKUENSI
Dengan hukum Newton persamaan torsi dengan momen inersia dan raiso peredaman
motor :
T =J θ̈+b θ̇ ………(3)
V(s) 30 θ( s)
PI Controler
4 s +20 s2 +13 s
3
Dari program tersebut muncul window yang menunjukan pole dan zero sistem .
1.5.1.3.
1.5.1.4.
Gambar 4. Pole-zero map
Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui terdapat 3 pole sistem yang terletak
pada bagian kiri plane mulai 0 – (-4.23). Satu pole terletak di titik origin
sedangkan dua titik lainnya terletak pada bagian -0.768 dan -4.23. Dalam hal ini
sistem overshoot bernilai 0% dan sistem memiliki sifat nilai yang selalu naik.
Gambar 5. Step Response
1.5.2. Kendali arah kamera CCTV dengan PID Controller (Elda Alfandy)
1.5.2.1 Pemodelan Sistem
Pada percobaan kali ini, saya mencoba mengangkat kasus mengenai sistem
pengendali arah pada kamera CCTV. Pada dasarnya, sistem ini menerapkan prinsip
kerja servo sebagai sumber penggerak dan penentu arah, hanya saja dilakukan
beberapa modifikasi untuk mencapai kriteria plant yang diinginkan.
*dengan ( K ¿¿ i)¿ adalah gain power amplifier dan (a) adalah pole power amplifier.
Motor DC pada umumnya tersusun atas magnet permanen, kumparan jangkar,
dan sikat (brush). Medan magnet dibentuk oleh magnet permanen yang stasioner. Pada
rangkaian armature mengalir arus listrik Ia(t) melewati medan magnet, dan meghasilkan
gaya yang besarnya F=BliIa(t) dengan B adalah kuat medan magnet dan li adalah
panjang konduktor. Konduktor bergerak pada medan magnet menghasilkan tegangan
terminal konduktor yang besarnya e=Blv dengan e adalah tegangan dan v adalah
kecepatan konduktor. Pembawa arus armature berputar dalam medan magnet dan
tegangan sebanding dengan kecepatan, sehingga dapat dirumuskan seperti pada
persamaan (4).
dθm (t )
V b ( t )=K b ..........................................(4)
dt
*dengan Vb adalah back electromotive force (back emf), Kb adalah konstanta back
dθm (t)
emf, dan merupakan kecepatan sudut motor.
dt
Maka, dengan transformasi laplace akan dihasilkan:
V b ( s)=K b sθm (s) ..........................................(5)
Jika diketahui bahwa Torsi yang dihasilkan motor sebanding dengan besar Arus, maka:
T m ( s )=K t I a (s ) ..............................................(6)
1
I a ( s )= T (s) ...............................................(7)
Kt m
*dimana J adalah inersia total pada armature dan Dm adalah redaman total pada
armature.
Selanjutnya, hubungan antara back emf Vb (s) pada persamaan (5) terhadap arus Ia (t),
induktansi motor La (t), tegangan Ea (t), dapat ditulis berdasarkan persamaan KVL
menjadi:
dI a (t )
+ V b (s )=Ea ( t) .........(9)
R a I a ( t ) + La
dt
Persamaan (9), ditulis kembali dengan transformasi laplace menjadi :
Ra I a ( s ) + La s I a ( s)+V b ( s)=E a ( s) ......(10)
Sehingga, fungsi alih dari motor diperoleh dengan subtitusi persamaan (5) dan (7) ke
persamaan (10), dan menghasilkan persamaan (11) sebagai berikut.
¿ ¿ ¿ .............(11)
*Tm(s) harus diketahui dalam bentuk θm(s) sehingga diperoleh fungsi alih dalam
θm (s)
bentuk:
Ea (s)
Untuk persamaan dari Motor DC dan Beban (am dan Km) dapat diperoleh dengan
mensubstitusi persamaan (8) dan (11) menjadi persamaan (12) sebagai berikut:
¿ ¿ ¿ ..........(12)
Diasumsikan rangkaian merupakan medan motor tetap, yang membuat Kb dan Kt sama.
Kedua nilai diberikan untuk tiga konfigurasi yaitu 1, dengan menarik θm(s) dan
menghasilkan persamaan (13) sebagai berikut.
¿ ...................(13)
Jika diasumsikan induktansi La sangat kecil dibandingkan dengan resistansi Ra, maka
dari persamaan (13) dapat disederhanakan menjadi persamaan (14) berikut.
Kt
θm (s) J Ra
= ..............................................(14)
Ea (s) D m R a+ K b K t
(
s s+
J Ra )
Pada persamaan (14) yang merupakan bentuk fungsi alih dari motor dan beban, maka
selanjutnya dapat dihubungkan variabel Km dan am sebagaimana persamaan berikut.
Kt
Km = J R ............................(15)
a
D m R a+ K b K t
am = J Ra
...........................(16)
Dengan demikian, berdasarkan persamaan (14), (15), dan (16), Motor DC dan bebannya
memiliki fungsi transfer yang dituliskan pada persamaan (17), sebagai berikut.
θm (s) Km
= .........................(17)
Ea (s) s (s +a¿¿ m)¿
Hubungan motor dengan inersia Ja dan redaman Da pada armature mengendalikan beban
inersia JL dengan redaman DL yang terhubung melalui roda gigi, sehingga JL dan DL
dapat ditambahkan kedalam Ja dan Da, sehingga dapat ditulis:
N1 2
J=J a+ J L ( )
N2
................................(18)
N1 2
Dm =Da + DL
N2 ( )
..........................(19)
*dengan N1 dan N2 adalah shaft gear pada motor dan beban (Gear 1 dan Gear 2).
Jika fungsi alih dari sistem gear ditulis sebagai:
N1
=Kg ............................................(20)
N2
J=J a+ J L ( Kg )2.................................(21)
D m =D a + D L ( Kg )2.......................(22)
Selanjutnya, dengan menggunakan roda gigi yang redaman dan momen inersia dari
sistem dapat dimodifikasi, maka berdasarkan persamaan (20) dapat ditulis sebagai:
N 1 10
K g= = =0,2...............................................................(23)
N 2 50
Perhitungan momen inersia total (J) dan redaman total (D m) berdasarkan persamaan (21)
dan (22) dapat ditulis sebagai berikut:
Kt ( 0,5) (0,5)
Km = J R = ( = =1,041.................................(27)
a 0,06 ) ( 8 ) (0,48)
Nilai am dan Km telah diketahui, yang selanjutnya disubstitusi kedalam persamaan (17)
menjadi persamaan (28) sebagai berikut.
Km
1,041 1,041 ..................(28)
s (s +a¿¿ m)= = 2 ¿
s (s+1,354) s + 1,354 s
Dengan demikian, persamaan-persamaan yang telah diperoleh mulai dari persamaan (1),
(2), (3), (17), dan (20) disubstitusi dan menghasilkan persamaan (29) sebagai berikut.
*data parameter dapat dilihat pada Tabel 1
( K ¿¿ pot )(K )(K i )( K m )(K g )
G(s)= ¿ ............................................(29)
( s+ a)¿ ¿
(1)(250)(100)(1,041)( 0,2)
G(s)= ......................(31)
( s + ( 1,354 s 2+100 s2 ) + ( 100. 1,354 s ) )
3
5205
G(s)= 3 2 ...........................................(32)
( s +101,354 s +135,4 s)
Berdasarkan hasil persamaan (32) yang merupakan bentuk orde 3, maka selanjutnya
dapat diketahui skema Open-Loop dari Plant sistem secara keseluruhan sebagai berikut.
V(s) (s)
Kontroller
Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui bahwa kedua pole system terletak pada
bagian kiri s-plane sedangkan satu pole berada pada titik origin yang menandakan
bahwa sistem sudah stabil. Adapun ketiga pole sistem secara berurutan terletak
pada 0, −1.35, dan −100. Sistem dengan pole terletak pada titik origin memiliki
karakteristik seperti integrator, ketika input bernilai konstan seperti step input,
maka output memiliki respon dengan nilai yang selalu naik (ramp).
Adapun respon step dari sistem 𝐺(s) ditunjukkan pada Gambar 6 sebagai berikut.
G = tf([5205],[1 101.354 135.4 0])
step(G)
grid on
Gambar 10. Skema Closed-Loop Plant Sistem dengan tambahan Kontroler PID
Gambar 12. Pengujian Tanggapan Sistem pada nilai Kp = 0.1, Ki = 0.1, dan Kd = 0
Gambar 13. Pengujian Tanggapan Sistem pada nilai Kp = 0.2, Ki = 0.01, dan Kd = 0.1
Gambar 14. Pengujian Tanggapan Sistem pada nilai Kp = 0.4, Ki = 0.001, dan Kd=0.3
Dari hasil simulasi terlihat bahwa pada saat hanya pengendali P saja yang
digunakan (Gambar 11), respon system sudah cukup baik, namun sistem masih
cukup lambat merespon dan tingginya nilai overshoot pada respon sistem masih
cukup besar.
Kemudian pada hasil simulasi selanjutnya terlihat bahwa pada saat hanya
pengendali P dan I saja yang digunakan (Gambar 12), respon system berosilasi
dimana respon sistem justru menunjukkan keadaan yang tidak stabil. Ini
mengakibatkan respon sistem menjadi sama atau tidak berbeda jauh dengan hasil
pada saat belum ditambahkan kontroller PID.
Untuk menyempurnakan respon sistem, maka ditambahkan pengendali D
dengan uji coba beberapa nilai parameter pengendali yang bervariasi. Dari beberapa
variasi nilai parameter pengendali PID, respon sistem mampu memberikan respon
yang baik dan mampu mengikuti perubahan input yang diberikan. Pada grafik
Gambar 13, terlihat bahwa respon sistem sudah cukup baik dengan overshoot
hanya 3,65%.
Dengan memperkecil nilai Ki dan memperbesar nilai Kp dan Kd, respon
sistem menjadi lebih cepat dan stabil, ini ditunjukkan pada Gambar 14. Respon
sistem terbaik saat pengujian trial and error diperoleh untuk nilai Kp = 0.4, Ki =
0.001, dan Kd = 0.3, dimana respon system tidak terjadi osilasi dengan error steady
state sebesar 0% dan overshoot 0% (Gambar 14).
Dengan demikian, dari serangkaian hasil uji coba yang telah dilakukan
diperoleh parameter Kp, Ki, dan Kd yang baik untuk digunakan berdasarkan hasil
percobaan pada Gambar 14 adalah seperti yang ditampilkan pada Tabel 2 berikut.
Kp 0.4
Ki 0.001
Kd 0.3
Tabel 2. Parameter PID yang dipilih
Gambar 15. Setting Parameter di Matlab dengan nilai terbaik yang dipilih
Sebagai kesimpulan akhir dari project ini, berikut ditampilkan perbandingan
hasil output respon sistem tanpa kontrol PID dan dengan kontrol PID pada sistem
plant Pengendali Arah Kamera CCTV yang dirancang.
Gambar 16. Hasil output respon sistem tanpa Kontrol PID
BAB II
DESAIN KONTROLER SISTEM STATE SPACE
2.1. Pemodelan Sistem State Space
2.2. Kestabilan Sistem pada Domain Frekuensi
2.2.1. Kestabilan Sistem State Space
2.2.2. Observability
2.2.3. Controllability
2.3. Desain State Feedback Kontroler
2.4. Contoh Desain
2.4.1. Perancangan Sistem Kontrol State Feedback Sebagai Pengendali Gun pada
Turret-Gun (Imran Fauzi)
2.4.1.1. Pemodelan Sistem
DӪ + Cθ̇+ G = τ (1)
Di mana D adalah momen inersia, C adalah efek gaya Coriolis dan
sentrifugal, sedangkan G pengaruh gravitasi. Pada turret-gun terdapat turret
yang dapat berotasi 360˚. Dan gun memiliki rotasi secara elevasi. Beberapa
persamaan dinamis yang dapat dirumuskan dari Gambar 1 antara lain.
1 1
D 11 = m1 R21 +m 2 R21 +m 2 R 1 R2 cos ( θ2 ) + m2 R22 cos ( θ2 )2 (2)
2 3
1
D 22= m 2 R 22 (3)
3
C 11=−m2 R1 R2 sin ( θ2 ) θ̇2 (4)
−1
C 12= m R2 sin ( 2θ2 ) θ̇1 (5)
3 2 2
−1
C 21= ¿¿ (6)
2
1
C 21= m2 g R 22 cos θ 2 (7)
2
C 22=G 11=0 (8)
Dengan mengacu pada (1), maka bentuk akan menjadi (9) dan (10) yang
menyatakan hubungan percepatan sudut (Ӫ) dan torsi (τ) untuk tiap komponen
turret dan gun.
τ −C11
θ̈1 = 1 (9)
D11
̈ τ 2 −C21−G
θ2 =
D 22
(10)
N2 N 4 2
C eq=C m ( )
N1 N3
+C 21 (12)
G eq =G2 (13)
Hubungan antara armature current, ia(t), armature voltage, ea(t), dan
back electromotive force, vb(t), dituliskan pada persamaan motor DC sebagai
berikut.
Ra I a ( t ) + La I a ( t ) +V b ( t )=E a( t) (14)
( Ra + La ) T (t) ̇
+ K b θ2 ( t ) =Ea (t ) (17)
Kt
Persamaaan yang menghubungkan antara torsi dan perubahan sudut
dirumuskan sebagaimana pada (10).
T 2=Deq θ̈2 +C eq θ ̇1 +G eq (18)
̇
dengan nilai θ1 adalah sama dengan nol karena system azimuth diasumsikan
tidak bergerak (diam), maka
Ra G
D eq θ ̈2 + K b θ̇2 + eq R a=Ea ( t) (21)
Kt Kt
1
m g R 2 cos θ 2
Ra ̈ ̇ 2 2 (22)
D eq θ 2 + K b θ2 + Ra=E a (t)
Kt Kt
1
Ea K − K θ̇2 K t − m g R2 cos θ2 R a
t b
2 2
θ̈2 =
Ra Deq
(23)
Persamaan (22) merupakan persamaan sistem dengan kondisi nonlinear.
Persamaan ini selanjutnya dilinearisasikan dengan metode linierisasi Jacobian.
Maka ditentukan,
Misal θ2=x 1
x ̇1 =x 2 (24)
1
E a K −K K t x 2− m g R2 Ra cosx 1
t b
2 2 (25)
x ̇2 =
R a Deq
Persamaan (24), (25) merupakan persamaan diferensial nonlinear yang
akan dilinearisasi di sekitar titik kesetimbangan yang dirumuskan sebagai
berikut.
f 1 ( x 1 , x 2 )=x 2=0 (26)
1
E a K − K K t x 2− m g R2 R a cosx 1
t b
2 2 (27)
f 2 ( x 1 , x 2 )= =0
Ra D eq
Pada saat kondisi setimbang, gun diasumsikan dalam keadaan diam atau tak
2 Ea K t
memiliki kecepatan x 2=0. Sedangkan untuk x 2=arccos . Maka gun
m2 g R 2 Ra
π
[ ]
akan setimbang di posisi manapun pada batas range θ2 ϵ −10 , , sehingga nilai
3
1
[ ]
arccos θ2 ϵ , 1 . titik kesetimbangan posisi gun dimisalkan adalah α 2.
2
∂f1 ∂f1
J ( x̄ )=
[ ]
∂ x1
∂f2
∂ x1
∂ x2
∂f2
∂ x2
(28)
[ ]
B= K t
Ra Deq
C=[ 1 0 ]
(30)
(31)
D= [ 0 ] (32)
θ
Titik setimbang ditentukan pada 2 2=α =30° , maka apabila masing-
masing parameter sistem dimasukkan akan menghasilkan matriks dan model
state space sebagai berikut,
ẋ1
[ ][
x2 ̇
= 0 0,0001 x 1 +
][ ] [ 0
−7,4382 −1,1426 x 2 134.4262 a ]
E (t) (33)
x1
y= [ 1 0 ]
[]
x2
(34)