Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan

I. Konsep Kebutuhan Nutrisi

1.1. Definisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan

oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam

Aktivitas tubuh (Nurarif, 2015).

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia

untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan

menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya

serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang

makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan

keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Rahayu,

2015).

Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme

untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan

kesehatan. Nutrisi digunakan untuk makanan sebagai pembentuk energi,

dimana setiap jaringan dalam tubuh bekerja dengan baik (Calorin, 2013).

1.2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Nutrisi

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah

sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ aksesori.

Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
sedangkan organ aksesori terdiri dari hati, kantong empedu, dan pankreas.

Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara

kimiawi. (Wartonah, 2015 dan Potter, 2014)

I.2.1 Saluran Pencernaan

a. Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang

terdiri atas dua bagian luar (vestibula), yaitu ruang diantara gusi,

gigi, bibir, dan pipi, serta bagian dalam yang terdiri dari rongga

mulut (Indriyani, 2014).

b. Faring dan esophagus

Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di

belakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut

dengan bagian terlebar di bagian atas yang berjalan hingga

vertebrae servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan

esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang ±20-

25 cm yang terletak di belakang trachea dan di depan tulang

punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma

yang berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung

dengan lambung (Indriyani, 2014).

Esophagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan

dari faring menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang

berongga dengan panjang 2 cm (Indriyani, 2014).


c. Lambung

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang

terdiri atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama, dan

bagian bawah yang horizontal (disebut antrum pilorik). Lambung

ini berhubungan langsung dengan esophagus melalui orifisium

kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung

memiliki fungsi sebagai berikut: Fungsi motoris adalah

menampung makanan, memecsssah makanan menjadi partikel

kecil, dan mencampurnya dengan asam lambung. Fungsi sekreasi

dan pencernaan adalah mensekresi pepsinogenrennin, dan lipase.

Pepsinogen diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin yang dapat

memecah protein menjadi proteosa dan peptone (Indriyani, 2014).

d. Usus halus

Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh

usus besar. Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat

dengan panjang ± 2,5 m dalam keadaan hidup. Pada dinding usus

halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limfa

yang disebut kelenjar soliter yang berfungsi sebagai pelindung

terhadap infeksi. Pada umumnya, fungsi usus halus adalah

mencerna dan meng absorpsi chime dari lambung. Zat makanan

yang telah halus diabsorpsi di dalam usus halus, yakni pada

duodenum. Di sini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan


vitamin D, serta vitamin A,D,E dn K dengan bantuan empedu dan

asam folat (Indriyani, 2014).

e. Usus Besar

Usur besar (kolon) merupakan kelanjutan dari usus halus,

mulai dari katup ileokolik atau ileosaekal sebagai tempat lewatnya

makanan. Fungsi utama usus besar adalah mengabsorsi air (±

90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa (Indriyani, 2014).

I.2.2 Organ aksesori

a. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh yang terletak

di bagian paling atas rongga abdomen, disebelah kanan di bawah

diafragma, dan memiliki berat kurang lebih 1.500 gram (kira-kira

2,5% orang dewasa). Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus kanan

dan kiri yang dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Pada lobus

kanan bagian belakang kantong empedu terdapat sel yang bersifat

fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah.

Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis

bakteri, dan benda asing lainnya, memproduksi sel darah merah,

dan menyimpan glikogen (Indriyani, 2014).

b. Empedu

Kantong empedu merupakan sebuah organ berbentuk

seperti kantong yang terletak dibawah kanan hati atau lekukan

permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki


panjang 8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm3. Fungsi kantong

empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu, memekatkan

cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH

optimum enzim-enzim pada usus halus, mengemulsi garam-garam

empedu, mengelmusi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak

digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu

kuning kehijau-hijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan

empedu mengandung air, garam empedu, lemak, kolesterol,

pigmen fosfolipid, dan sedikit protein (Indriyani, 2014).

c. Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti

kelenjar ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas

memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh

sel sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta

elektrolit dan fungsi endokrin yang tersebar diantara alveoli

pancreas (Indriyani, 2014).

1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

1.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi

dapat memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat

disebebkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan

dalam memahami kebutuhan gizi (Hidayat, 2014).

1.3.2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan

bergizi tinggi dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya,

dibeberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling

murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan

karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan

tersebut dapat merendahkan derajat mereka (Hidayat, 2014).

1.3.3. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap

makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di

beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para

gadis remaja. Padahal, makan tersebut merupakan sumber vitamin

yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak

karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan

merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anal-anak (Hidayat,

2014).

1.3.4. Kesukaan

Saat ini, para remaja di kota-kota besar di negara kita memiliki

kecenderungan menyenangi makanan tertentu secara berlebihan,

seperti makanan cepat saji (junkfood), bakso, dan lain-lain. Makanan-

makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka
jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki

asupan gizi yang baik (Hidayat, 2014).

1.3.5. Ekonomi

Status ekonomi dapat memenuhi perubahan status gizi karena

penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak

sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian

yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya

dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah

(Hidayat, 2014).

1.4. Macam-macam nutrisi

1.4.1. Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-

zat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda

meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya.

Didalam tumbuhan karbohidrat mempunyai dua fungsi utama, ialah

sebagai simpanan energi dan sebagai penguat struktur tumbuhan

tersebut. Yang merupakan sumber energi terutama terdapat dalam

bentuk zat tepuntng (amylum) dan zat gula (mono dan disakarida).

Karbohidrat nabati didalam makanan manusia terutama berasal dari

tumbuhan, yaitu biji, batang dan akar. Sumber yang kaya akan

karbohidrat umunya termasuk bahan makanan pokok (Rahayu, 2016).


1.4.2. Lipid

Pencernaan lemak dimulai dalam lambung (walaupun hanya

sedikit), karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak.

Lambung mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah sebagian kecil

lemak menjadi asam lemak dan gliserin, kemudian di angkut melalui

getah bening dan selanjutnya masuk kedalam peredaran darah untuk

kemudian tiba di hati. Sintesis kembali terjadi dalam saluran getah

bening, mengubah lemak gliserin menjadi lemak seperti aslinya.

(Rahayu, 2016).

1.4.3. Protein

Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan

protoplasmasel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang

cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan

sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24

asam amino diantaranya 9 asam amino esensial diantaranya thrionin,

valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan, penilalanin, metionin dan

histidin, selebihnya asam amino non esensial. Jumlah protein dalam

tubuh tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila

jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal

demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan

kelemahan, edema, dapat kwhashiokor apabila kekurangan protein saja


tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan marasmus

(Rahayu, 2016).

1.4.4. Mineral

Mineral adalah unsur logam dalam jumlah yang sedikit yang

sangat penting untuk pertumbuhan gigi dan tulang yang sehat. Mineral

juga membantu dalam aktifitas sel yang berfungsi seperti enzim,

kontraksi otot, reaksi dan transmisi syaraf, kekebalan tubuh, dan

pembekuan darah. (Rahayu, 2016).

Berdasarkan jumlah yang ada dan dibutuhkan tubuh, mineral

dibagi menjadi tiga golongan :

a. Macromineral : yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh lebih dari

100 miligram perhari. Terdiri dari Kalsium, Fosfor, Magnesium,

Sulfur, Sodium, Chloride dan Potassium.

b. Micromineral : yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh sekitar 15

miligram perhari. Terdiri dari zat besi, zinc, tembaga, mangan,

yodium, selenium, fluoride, molybdenum, chromium dan Kobalt

(sebagai bagian dari molekul vitamin B12).

c. Ultratracemineral : istilah yang digunakan untuk menamakan

mineral yang terdapat dalam makanan dalam jumlah yang sangat

kecil (microgram sehari). Contohnya adalah arsenic, boron, nickel,


silicon, dan vanadium. Fungsi dan kegunaan dari kelompok

mineral ini sampai sekarang belum jelas.

1.4.5. Vitamin

Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam

jumlah kecil untuk berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya

tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan.

Vitamin yang pertama kali ditemukan adalah vitamin A dan B, dan

ternyata masing-masing larut dalam lemak dan larut dalam air

(Rahayu, 2016).

1.5. Masalah Kebutuhan Nutrisi

Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan

kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung

koroner, kanker, dan anoreksia nervosa.

1.5.1. Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami

seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) risiko penurunan

berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan

metabolisme (Hidayat & Uliyah 2015).

Tanda klinis:

a.       Berat badan 10-20% dibawah normal.

b.      Tinggi badan dibawah ideal.

d.      Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.


e.       Adanya penurunan albumin serum.

1.5.2. Kelebihan Nutrisi

Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami

seseorang yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat

asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih (Hidayat & Uliyah

2015).

Tanda klinis:

a.       Berat badan lebih dari 10% berat ideal.

b.      Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).

c.      Adanya jumlah asupan yang berlebihan.

d.       Aktivitas menurun atau monoton.

1.5.3. Obesitas

Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang

mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah

melebihi kebutuhan metabolisme karena kalebihan asupaasupan kalori

dan penurunan dalam penggunaan kalori (Hidayat & Uliyah 2015).

1.5.4. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang

ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat

kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan

(Hidayat & Uliyah 2015).


1.5.5. Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan

oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab

dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup

yang berlebihan (Hidayat & Uliyah 2015).

1.5.6. Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang

sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan

merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku

atau gaya hidup yang tidk sehat, obesitas, dan lain-lain (Hidayat &

Uliyah 2015).

1.5.7. Kanker

Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang

disebabkan oleh konsumsi lemak secara berlebihan (Hidayat & Uliyah

2015).

1.5.8. Anoreksia nervosa

Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara

mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya kontipasi,

pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan

kelebihan energi (Hidayat & Uliyah 2015).

II. Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gabgguan Kebutuhan Nutrisi

2.1. Pengkajian
2.1.1. Riwayat Keperawatan

a. Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas


b. Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
c. Perubahan nafsu makan
d. Perubahan berat badan
e. Ketidakmampuan fisik
f. Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan
g. Status kesehatan umum dan kondisi medis
h. Riwayat pengobatan
2.1.2. Pemeriksaan fisik

Pengkajian tidak hanya berfokus pada jaringan yang

berproliferasi secara cepat seperti kulit, rambut, kuku, mata, dan

mukosa tetapi juga meliputi tinjauan sistematis yang dapat

dibandingkan dengan setiap pemeriksaan fisik yang rutin.

Tanda Klinis malnutrisi :

Area pemeriksaan Tanda- tanda

Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih

BB Berlebih/ kurang

Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen, ada


petekie/ memar, lemak subkutan kurang

Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti


sendok

Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh

Mata Konjungtiva pucat/merah,, kering, kornea lunak,


kornea berawan
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir
mulut, fisura vertical

Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus

Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang

Otot Lemah, mengecil

System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,


gastrointestinal konstipasi, pembesaran hati

Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa


terbakar, kesemutan di tangan dan kaki,
iritabilitas

2.1.3. Pemeriksaan Penunjang

a. Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml)


b. Transferin (N:170-25 mg/100 ml)
c. Hb (N: 12 mg%)
d. BUN (N: 10-20 mg/100 ml)
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3
mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100ml).

2.2. Diagnosa keperawatan


Diagnosa I:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.2.1. Definisi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


adalah Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme
tubuh.

2.2.2. Batasan Karakteristik

a. Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal


b. Membran mukosa dan konjungtiva pucat

c. Kelemahan otot yang digunakan untuk

menelan/mengunyah

d. Luka, inflamasi pada rongga mulut

e. Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah

makanan

2.2.3. Faktor yang berhubungan :

Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan

atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor

biologis, psikologis atau ekonomi.

Diagnosa II: Gangguan Menelan

2.2.4. Definisi

Abnormal fungsi mekanisme menelan yang dikaitkan

dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus.

2.2.5. Batasan Karakteristik

Gangguan fase esofagus

a. Abnormalitas pada fase esofagus pada pemeriksaan

menelan

b. Pernafasan bau asam

c. Nyeri epigastrik, Nyeri ulu hati

d. Menolak makan

Gangguan fase oral

a. Abnormalitas fase oral pada pemeniksaan menelan


b. Tersedak sebelum menelan

c. Batuk sebelum menelan

Gangguan Fase Faring

a. Abnormalitas pada fase faring pada pemeriksaan menelan

b. Gangguan posisi kepala

c. Tersedak, Batuk

d. Keterlambatan menelan

e. Menolak makan, Muntah

2.2.6. Faktor yang berhubungan

Defisit kongenital

a. Masalah perilaku makan

b. Gangguan dengan hipotonia signifikan

c. Penyakit jantung kongenita

d. Gagal bertumbuh

2.3. Perencanaan

Diagnosa I: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.3.1. Tujuan dan Kriteria Hasil

NIC

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan   Pasien dapat


menunjukan pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat.

kriteria Hasil:

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi

2.3.2. Intervensi Keperawatan dan Rasional: berdasarkan NIC

I: nutrisi managemen

a. Kaji status nutrisi pasien

b. Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk selalu melalukan

oral hygiene.

c. Berian informasi yang tepat terhadap pasien tentang

kebutuhan nutrisi yang tepat dan sesuai.

R:

a. Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status

nutrisi pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang

diberikan.

b. Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan

c. Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk

meningkatkan intake nutrisi.

I: Nausea management

a. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor

frekuensi, presipitasi yang menyebabkan mual.

b. Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.

c. Anjurkan pasien untuk makan selagi hangat


R:
a. Penting untuk mengetahui karakteristik mual dan faktor-

faktor yang menyebabkan mual. Apabila karakteristik mual

dan faktor penyebab mual diketahui maka dapat menetukan

intervensi yang diberikan.

b. Makan sedikit demi sedikit dapat meningkatkn intake

nutrisi.

c. Makanan dalam kondisi hangat dapat menurunkan rasa

mual sehingga intake nutrisi dapat ditingkatkan.

I: Weight management

a. Diskusikan dengan keluarga dan pasien pentingnya intake

nutrisi dan hal-hal yang menyebabkan penurunan berat

badan.

b. Timbang berat badan pasien jika memungkinan dengan

teratur.

R:

a. Membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang

adekuat.

b. Dengan menimbang berat badan dapat memantau

peningkatan dan penrunan status gizi.

Diagnosa II : Gangguan Menelan

2.3.3. Tujuan Dan Kriteria hasil


NOC

a. Pencegahan aspirasi

b. Ketidakefektifan pola menyusui

c. Status menelan : tindakan pribadi untuk mencegah

pengeluaran cairan dan partikel padat ke dalam paru

d. Status menelan : fase esofagus : penyaluran cairan atau

partikel padat dari faring ke lambung

e. Status menelan : fase oral: persiapan, penahanan, dan

pergerakan cairan atau partikel padat ke arah posterior di

mulut

f. Status menelan : fase faring : penyaluran cairan atau

partikel padat dari mulut ke esophagus

Kriteria Hasil :

a. Dapat mempertahankan makanan dalam mulut

b. Kemampuan menelan adekuat

c. Mampu mengontrol mual & muntah

d. Imobilitas konsekuensi : fisiologis

e. Pengetahuan tentang prosedur pengobatan

f. Tidak ada kerusakan otot tenggorong atau otot wajah,

menelan, menggerakkan lidah, atau refleks muntah

2.3.4. Intervensi Keperawatan dan Rasional: berdasarkan NIC

Intervensi:
a. Tinggikan kepala tempat tidur pasien 90° selama makan

dan 30 menit selama makan

b. Pantau asupan dan haluaran pasien dan timbang berat

badan setiap hari hingga stabil

c. Berikan perawatan mulut 3 x sehari

d. Konsultasi dengan ahli gizi untuk memodifikasi diet pasien

dan lakukan penghitungan kalori sesui keperluan

e. Sajikan makanan dengan tampilan yang menarik; anjurkan

pasien untuk mencium dan melihat makanan. Bersihkan

peralatan yang kotor, kendalikan bau, dan ciptakan suasana

yang tenang untuk makan

Rasional:

a. Untuk menurunkan resiko aspirasi

b. Dengan mengevaluasi asupan makanan perhari

memungkinkan semua modifikasi yang diperlukan dapat

dilakukan dengan cepat

c. Untuk meningkatkan nafsu makan pasien dan mebersihkan

daerah mulut

d. Untuk meningkatkan masukan makanan

e. Untuk menentukan kebutuhan nutrisi


Daftar Pustaka

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Uliyah. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.

Indriyani, Diyan.2014. Keperawatan Maternitas: Pada Area Perawatan Antenatal,

Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nanda (2015).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasu edisi 10. Jakarta:EGC

Nanda International.2015-2017. Diagnosis Keperawatan Edisi 10.Jakarta:


EGC

Nurarif.A.H dan Kususma.H.(2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan

diagnose medis dan Nanda Nic-Noc. Yogya: medication

Rahayu, S.,Harnanto,A.M.(2016). Kebutuhan dasar manusia II. Kementrian

Kesehatan repbublik Indonesia.


https://www.google.co.id/amp/s/nerstriwinugroho77.wordpress.com/2016/02/25/lapo

ran-pendahuluan-pada-klien-dengan-gangguan-nutrisi/amp/

http://chrisinabally.blogspot.com/2017/06/makalah-kebutuhan-nutrisi.html?m=1

LAPORAN PENDAHULUAN

NUTRISI

OLEH

AYU SAFITRI

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


BANJARMASIN

2019

Anda mungkin juga menyukai