Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit pernafasan merupakan penyakit gawad darurata yang dapat mengancam
nyawa, penyakit pernafasan seperti asthma, pneumonia, ISPA, dan TBC merupakan
penyakit yang serius yang dapat meyebabkan kematian pada anak.
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah
bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan
asma (Ngastiyah, 2005).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ispa)
yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (depkes ri, 2004).
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah penyakit yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.
Tuberculosis adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk memahami penyakit asthma, pneumonia, ISPA, dan TBC pada anak, serta
mengetahui penegakan asuhan keperawatan pada anak dengan asthma, pneumonia, ISPA,
dan TBC

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
2.1.1 Asthma
Asthma merupakan penyakit kronik yang paling umum terjadi pada anak-anak
(Murphy dan Kelly,1993). Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas
sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005).

2.1.2 Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ispa)
yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (depkes ri, 2004). Pertukaran oksigen dan
karbon dioksida terjadi pada kapiler kapiler pembuluh darah di dalam alveoli. Pada
penderita pneumonia nanah (pus) dan cairan akan mengisi alveoli tersebut sehingga terjadi
kesulitan penyerapan oksigen. Hal ini mengakibatkan kesukaran bernafas (depkes ri, 2004).
Penyakit ini umumnya terjadi pada anak anak dengan cici cirri adanya demam, batuk
disertai nafas cepat atau nafas sesak. Pneumonia pada anak juga sering kali bersamaan
dengan terjadinya infeksi akutpada bronkus atau disebut dengan bronkopneumonia (depkes
ri, 2004).

2.1.3 ISPA

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah penyakit yang menyerang salah
satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa,
sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia.(WHO)

2
2.1.4 TBC
Tuberculosis adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

2.2 Etiologi
2.2.1 Asthma
Mayoritas asthma terjadi karena factor genetic, dan allergen terhadap suatau jenis
allergen : serbuk sari, asap, debu, bulu halus, dll. Asthma biasanya terjadi akibat trakae
dan bronkus yang hiperrersensitivitas terhadap iritan. Alergi terhadap iritan dapat
mempengaruhi tingkat keparahan asma. Berikut merupakan iritan berdasarkan faktornya:
1. Faktor ekstrinsik ; latihan berlebih atau alergi terhadap binatang
berbulu,debu,jamur,polusi,asap rokok,infeksi virus,asap parfum,jenis
makanantertentu (terutama zat yang ditambahkan kedalam makanan) dan
perubahan cepat suhu ruangan .
2. Faktor intrinsik ; sakit,stress,atau fatigue yang juga mentriger,dan temperatur
yang ekstrim.

2.2.2 Pneumonia
Etiologi pneumonia dibedakan berdasarkan agen penyebab infeksi, bakteri, vius
maupun parasit. Pada umumnya terjadi akibat adanya infeksi bakteri pneumokokus (
streptococcus pneumonia). Bakteri bakteri lain seperti staphylococcus, pneumococcus, dan
heamophylus influenza, serta virus dan jamur juga sering menyebabkan pneumonia (prabu,
1996). Akan tetapi, dari pandangan yang berbeda didapatkan bahwa gambaran penyebab
pneumonia dapat diketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini terlihat dengan adanya
agen penyebab penyakit, baik pada bayi maupun balita. Ostapchuk menyebutkan kejadian
pneumonia pada bayi neonatus lebih banyak disebabkan oleh bakteri streptococcus dan
gram negative enteric bacteria (escherichia coli). Hal ini dijelaskan pula oleh correa,
bahwa bakteri streptococcus pneumonia sering menyerang neonatus berumur 3 minggu
hingga 3 bulan ( machmud, 2006). Sementara itu pneumonia pada anak anak usia balita

3
lebih sering disebabkan oleh virus, salah satunya oleh respiratory syncytial virus
(ostapchuk dalam machmud, 2006).

2.2.3 ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua
karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan
asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak. Serta
perubahan iklim yang signifikan
4. Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500
gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian
lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun
pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat
infeksi pada bayi baru lahir.
5. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan
faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama
minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI
awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus

4
factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari
infeksi.

2.2.4 TBC
1. Kontak dengan Penderita TBC (aktif)
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah
endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang
tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya
transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus
atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat
serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang
tidak baik. Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang
dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan
karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang
terdapat batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum.
Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam
konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak.
2. Usia Anak
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap
seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya
akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit
hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan
dan kematian yang tinggi . Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan
silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang
kurang, kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.
3. Status Imunisasi

5
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

2.3 Tanda dan Gejala


2.3.1 Asma
1. Batuk secara terus menerus, saat dia sedang bermain. Saat malam hari, atau ketika
dia menangis dan tertawa
2. Batuk kronis
3. Kurang energi saat bermain
4. Napas cepat dan putus-putus
5. Mengeluh dada sesak atau sakit
6. Terdengar bunyi seperti bersiul ketika anak bernapas
7. Ada cekungan di dada anak karena susah bernapas
8. Napas pendek-pendek
9. Otot leher dan dada menjadi kaku atau tegang
10. Anak terlihat lemas atau lesu

2.3.2 Pneumonia
1. Pneumonia yang disebabkan bakteri akan mengakibatkan anak sakit tiba-tiba, dan
gejalanya cukup parah seperti:
2. Batuk berdahak. Dahak yang keluar umumnya berwarna hijau, dan kadang
bercampur dengan darah.
3. Demam yang cukup tinggi
4. Sesak napas. Bernapas lebih cepat dan pendek-pendek
5. Nyeri dada yang diperburuk oleh batuk
6. Detak jantung kencang
7. Merasa lelah dan lemah
8. Mual dan muntah
9. Diare

2.3.3 ISPA

6
1. Saat virus atau bakteri masuk ke dalam saluran pernapasan anak, anak bisa
memunculkan gejala ISPA. Gejala ISPA yang dapat muncul adalah:
2. Hidung tersumbat atau mengeluarkan ingus
3. Bersin dan batuk
4. Produksi sputum atau dahak yang berlebihan
5. Demam
6. Sakit kepala
7. Kelelahan dan merasa lemas
8. Sakit saat menelan
9. Suara serak, biasanya saat anak mengalami laryngitis

2.3.4 TBC
1. Batuk yang menetap
2. Lelah dan lemah
3. Demam
4. Kehilangan nafsu makan
5. Kehilangan berat badan
6. Murung
7. Lekas marah
8. Sesak napas
9. Berkeringat di malam hari
10. Terjadi pembengkakan kelenjar

7
2.4 Patofisiologi
2.4.2 Asthma

8
2.4.3 Pneumonia

9
2.4.4 ISPA

10
2.4.5 TBC

11
2.5 Pencegahan
2.5.1 Asthma
Penanggulangan asma sekarang lebih dititik beratkan untuk mencegah terjadinya
serangan asma.Pemberian obat-obatan harus dinilai untuk kepentingan tumbuh kembang
anak apakah merugikan atau tidak. Diupayakan agar anak-anak yang menderita asma dapat
tumbuh kembang seperti anak lainnya.serangan asma dapat dicegah dengan cara :
1. Menghindari factor pencetus
2. Menggunakan obat-obatan atau tindakan untuk meredakan atau mengurangi
reaksi-reaksi yang akan atau yang sudah timbul oleh pencutus .

2.5.2 Pneumonia
Di Negara berkembang telah mengidentifikasikan 6 strategi untuk mengontrol
infeksi saluran pernafasan akut yang dapat mengurangi morbiditas akibat pneumonia pada
anak anak (WHO, 2010)
1. Pemberian imunitasi, pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian
imunitasi campak, dipteri pertusi tetanus (DPT) untuk menyiapkan belita
menghadapi lingkungan yang tidak selalu bisa dijamin kebersihan udaranya.
2. Member kemoprofilaksin (pelega tenggorokan/pereda batuk) pada anak dengan
infeksi pernapasan akut dan anak dengan mengi.
3. Memperbaiki nutrisi, untuk mencegah pneumonia pada bayi dan anak anak yang
disebabkan karena mlnutrisi sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada byi
sampai dengan umur 2 tahun.
4. Mengurangi polusi lingkunan seperti polusi udara dalam ruangan, lingkungan
berasap rokok dan polusu diluar ruangan.
5. Mengurangi penyebaran kuman dan mencegah penularan langsung dengan cara
menjauhkan anak dari penderita batuk.
6. Memperbaiki cara perawatan anak. Usaha untuk mencari pertolongan medis,
member pendidikan pada ibu tentang cara perawatan anak dengan baik.

2.5.3 ISPA
1. Melakukan / merubah pola hidup ke Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

12
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih
dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan
penduduk.
2. Menjaga lingkungan sekitar
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana
transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan
terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu,
kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit
ISPA.
3. Usahakan agar anak bayi/balita mendapatkan ASI ekslusif, karena ASI dapt
membuat kekebalan tubuh anak mampu melawan virus, bakteri, dan protozoa
lainnya

4. Pemberian makanan seimbang dan bergizi dapat meningkatkan sitem kekbalan


tubuh anak
5. Menjaga lingkungan tetap bersih, sirkulasi udara terjaga, adanya ventilasi ruangan

2.5.4 TBC

1. Melakukan vaksinisasi untuk TBC pada anak , yakni vaksin BCG


2. Pemberian makanan seimbang dan bergizi dapat meningkatkan sitem kekbalan
tubuh anak
3. Menjaga lingkungan tetap bersih, sirkulasi udara terjaga, adanya ventilasi
ruangan
4. Hindari sumber penularan

2.6 Komplikasi
2.6.1 Asthma
1. Pneumothoraks adalah sebuah kondisi dimana terdapat udara yang mengalir di
antara paru paru dan dinding dada.
2. Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga
tidak bisa memompa cukup darah keseluruh tubuh pada tekanan yang tepat.

13
3. Infeksi perrnafasan yaitu infeksi yang menyerang saluran pernafasan manusia,
infeksi ini disebabkan oleh bakteri atau virus
4. Kematian (ajal) akhir dari kehidupan ,semua mkhluk hidup pada akhirnya
akan mati,baik secara sakit atau kecelakaan.

2.6.2 Pneumonia
1. Effuse pleura yaitu infeksi parenkim paru akan menyebab kan aktivasi
makrofag alfeolar yang akan mengeluarkan sitokin inflamasi yang meransang
peningkatan permeabilitas vascular.
2. Empiema adalah akumulasi pus dan jaringan nekrotik di rongga
pleura.empiema dapat terjadi apabila infeksi di parenkim paru menyebar
hingga kerongga pleura.
3. Abses paru adalah nekrosis jaringan pulmoner dan pembetukan kavitas yang
berisi debris nekrotik atau cairan yang disebabkan infeksi bakteri.
4. Pneumothoraks yaitu dapat terjadi rumptur pleura visceral yang menyebabkan
udara terakumulasi di rongga pleura.

2.6.3 ISPA
ISPA (Infeksi saluran pernafasan akut) dapat menimbulkan komplikasi kepada :
1. Gagal nafas , akibat paru-paru berhenti berfungsi, peningkatan kadar karbon
dioksisda dalam darah, serta
2. Gagal jantung.

2.6.4 TBC
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya
jalan napas.

14
2. Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.Penyebaran infeksi
ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


2.7.1 Asthma
1. Lung function test
Berfungsi untuk mendiagnosis asma dan tingkatannya.
2. Skin test
Berfungsi untuk mengetahui penyebab dari asma
3. Chest x-ray
Berfungsi untuk komplikasi atau untuk memeriksa pulmonaty shadows dengan
allergic bronchipulmonary aspergilosis
4. Histamine bronchial provocation test
Untuk mengindikasikan adanya airway yang hiperresponsif, biasanya
ditemukan pada seluruh penyakit asma, terutama pada pasien dengan gejala
utama batuk.
5. Blood and sputum test
Pasien dengan asma mungkin memiliki peningkatan eosinofil di darah perifer.

2.7.2 Pneumonia
1. Pemeriksaan fisik
2. Gambaran radiologis
3. Pemeriksaan laboratorium

2.7.3 ISPA
1. Foto rontgen leher AP
Mencari gambaran pembengkakan jaringen subglotis

15
2. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah dapat normal jika disertai infeksi sekunder maka leukosit
dapat meningkat
3. Pemeriksaan kultur
Dapat dilakukan bila didapat eksudat di orofaring atau plica vocalis. Dapat
dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit, misalnya bakteri
streptococcus grup A

2.7.4 TBC
1. Foto Rontgen
Foto rontgen dada bagian paru-paru
2. CT scan
CT Scan paru-paru
3. Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test
Merupakan tes yang dilakukan untuk mengetahui adanya paparan kuman TB
pad tubuh, dilakukan dengan cara penyubtikan cairan ppd tuberculin ke kulit
lengan.
4. Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay) yaitu tes denga
pengambilan sampel darah untuk mendeteksi infeksi TB

2.8 Asuhan Keperawatan


2.8.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan yang lalu
 Riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
 Riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
 Riwayat lingkungan hidup pasien.
2. Aktivitas
 Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
 Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan

16
 Tidur dalam posisi duduk tinggi.
 Rasa lemah cepat lelah
3. Respirasi
 Adanya rankhi halus, Rankhi basah, Dipsnea , mengi
 Adanya batuk produktif dan non produktif
 Adanya nyeri dada
 Adanya nafas pendek (sesak nafas)
 Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung. Atau bronkodilator.
4. Cardiovaskuler
 Adanya peningkatan tekanan darah, atau penurunan tekanan darah
 Adanya peningkatan frekuensi jantung, nandi meningkat
 Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
5. Nutrisi
 Anoreksia
 Mual, muntah, tidak enak perut
 Penurunan Berat badan
 Turgor kulit jelek, kulit kering bersisik
6. Neurosensorik
 Ansietas
 Ketakutan
 Peka rangsangan
 Gelisah
 Kejang
 Gangguan kesadaran
7. Hubungan social
 Keterbatasan mobilitas fisik.
 Susah bicara atau bicara terbata-bata.
 Adanya ketergantungan pada orang lain.

17
2.8.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Bersihan Jalan Nafas Tidak  RRespiratory status :  Pastikan kebutuhan oral
Efekti Ventilation tracheal suctioning.
 Respiratory status : Berikan O2 
Airway patency  Anjurkan pasien untuk
 Aspiration Control istirahat dan napas dalam
Setelah dilakukan tindakan   Posisikan pasien untuk
keperawatan selama memaksimalkan ventilasi
…………..pasien  Lakukan fisioterapi dada
menunjukkan keefektifan jika perlu
jalan nafas dibuktikan  Keluarkan sekret dengan
dengan kriteria hasil : batuk atau suction
 Mendemonstrasikan  Auskultasi suara nafas,
batuk efektif dan suara catat adanya suara
nafas yang bersih, tidak tambahan
ada sianosis dan dyspneu  Berikan bronkodilator :
(mampu mengeluarkan  Monitor status
sputum, bernafas dengan hemodinamik
mudah, tidak ada pursed  Berikan pelembab udara
lips) Kassa basah NaCl
  Menunjukkan jalan Lembab
nafas yang paten (klien  Berikan antibiotik :
tidak merasa tercekik, kolaborasi
irama nafas, frekuensi  Atur intake untuk cairan
pernafasan dalam mengoptimalkan
rentang normal, tidak keseimbangan.
ada suara nafas
 Monitor respirasi dan
abnormal)
status O2
 Mampu
 Pertahankan hidrasi yang
mengidentifikasikan dan
adekuat untuk

18
mencegah faktor yang mengencerkan sekret
penyebab.  Jelaskan pada pasien dan
 Saturasi O2 dalam batas keluarga tentang
normal penggunaan peralatan :
 Foto thorak dalam batas O2, Suction, Inhalasi.
normal
Pola Nafas Tidak Efektif   Respiratory status :  Posisikan pasien untuk
Ventilation memaksimalkan ventilasi
 Respiratory status :  Lakukan fisioterapi dada
Airway patency jika perlu
 Vital sign Status  Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Setelah dilakukan tindakan  Auskultasi suara nafas,
keperawatan selama catat adanya suara
………..pasien tambahan
menunjukkan keefektifan  Berikan bronkodilator 
pola nafas, dibuktikan  Berikan pelembab udara
dengan kriteria hasil: Kassa basah NaCl
 Mendemonstrasikan Lembab
batuk efektif dan suara   Atur intake untuk cairan
nafas yang bersih, tidak mengoptimalkan
ada sianosis dan dyspneu keseimbangan.
(mampu mengeluarkan  Monitor respirasi dan
sputum, mampu bernafas status O2
dg mudah, tidakada  Bersihkan mulut, hidung
pursed lips) dan secret trakea
 Menunjukkan jalan nafas  Pertahankan jalan nafas
yang paten(klien tidak yang paten
merasa tercekik, irama  Observasi adanya tanda
nafas, frekuensi tanda hipoventilasi
pernafasan dalam
 Monitor adanya

19
rentang normal, tidak kecemasan pasien
ada suara nafas terhadap oksigenasi
abnormal)  Monitor  vital sign
 Tanda Tanda vital dalam   Informasikan pada
rentang normal (tekanan pasien dan keluarga
darah, nadi, pernafasan) tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola
nafas.
 Ajarkan bagaimana
batuk efektif
 Monitor pola nafas    
Gangguan Pertukaran Gas  Respiratory status : gas  posisikan pasien untuk
exchange memaksimalkan
 Keseimbangan asam basa, ventilasi
elektrolit  lakukan fisioterapi dada
 Respiratory status: jika perlu
ventilation  keluarkan sekrat dengan
 vital sign status batuk atau suction
setelah dilakukan tindakan  auskultasi suara nafas,
keperawatan selama …… catat adanya suara
gangguan pertukaran gas tambahan
pasien taratasi dengan  auskultasi suara nafas,
criteria hasil : catat area penurunan/
 mendemontrasikan tidak adanya ventilasi
peningkatan ventilasi dan suara tambahan
dan oksigenisasi yang  monitor TTV, AGD,
adekuat elektrolit dan status
 memelihara kebersihan mental
paru paru dan bebas dari  observasi sianosis
tanda tanda distress khususnya membran
pernafasan mukosa

20
 mendemonstrasikan  jelaskan pada pasien dan
batuk efektif dan suara keluarga tentang
nafas yang bersih, dan persiapan tindakan dan
tidak ada sianosis dan tujuan penggunaan alat
dyspneu (mampu tambahan (O2, suction,
mengeluarkan sputum, inhalasi)
mampu bernafas dengan  auskultasi bunyi jantung,
mudah, tidak ada pursed jumlah, irama dan
lips) denyut jantung.
 tanda tanda vital dalam
rentang normal
 status neurologis dalam
batas normal

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah

21
bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan
asma (Ngastiyah, 2005).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ispa)
yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (depkes ri, 2004).
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah penyakit yang menyerang salah
satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.
Tuberculosis adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

3.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca,dan pihak kesehatan yang terkait,agar dapat menyerap
manfaat yang sebesar-besarnya dari makalah ini,sehingga tujuan dari makalah ini tercapai
dengan baik. Penyusun juga mengharapkan kritik atau saran dari pembaca sehingga dapat
mewujudkan makalah ini lebih baik kedepan nya.

22

Anda mungkin juga menyukai