Abstrak
Setiap manusia membuat gerakan otot yang diperlukan. Otot sendiri Akan menempel
pada tulang dalam menjalankan fungsinya. Otot itu sendiri sudah mempunyai berbagai fungsi
tidak hanya membantu proses pergerakan tetapi juga otot telah mempertahankan postur,
mempertahankan tekanan yang diberikan Untuk tubuh, dan tubuh juga menghasilkan panas
dan terakumulasi dalam suhu tubuh. Selain itu otot juga dibagi menjadi tiga jenis, yaitu otot
skelet, otot polos, dan otot jantung. Otot dapat berkontraksi dan rileks selama proses.
Kontraksi otot dimulai ketika sarkoma dirangsang yang menyebabkan pelepasan Ca "yang
dilepaskan dari retikulum sarkoplasma. Kemudian setelah proses kontraksi olot selesai itu
akan diaktifkan relaksasi otot di mana Ca "akan mencegah dan tidak ada interaksi antara
aktin dan myosin.
Kata kunci : kontraksi otot, otot polos, otot jantung, relaksasi otot
Abstract
Every human makes the necessary muscle movements. The muscle itself will attach to
the bone in carrying out its function. The muscle itself has various functions that not only
help the movement process but also the muscle has maintained posture, maintains the
pressure exerted on the body, and the body also produces heat and accumulates in body
temperature. Besides muscles are also divided into three types, namely skeletal muscle,
smooth muscle, and heart muscle. Muscles can contract and relax during the process. Muscle
contractions begin when the sarcoma is stimulated which causes the release of Ca "released
from the sarcoplasmic reticulum. Then after the olot contraction process is complete it
activates muscle relaxation where Ca" will prevent and no interaction between actin and
myosin.
Pada manusia diketahui bahwa tidak hanya ada 1 jenis otot, tetapi setiap manusia
memiliki tiga macam sel otot dalam tubuh yaitu, otot jantung, otot lurik, dan otot polos, tetapi
yang berperan dalam pergerakan kerangka tubuh manusia adalah otot lurik. Setiap orang
memiliki kemampuan otot yang berbeda tergantung pada seberapa sering mereka gunakan
atau latih otot mereka. Seperti seorang atlet, tentu saja sering melatih kekuatan otot mereka,
sehingga tentu saja memiliki daya tahan otot yang lebih kuat bandingkan dengan orang yang
punya kebiasaan hanya diam di rumah.
Tidak hanya itu, kekuatan dan kemampuan fungsi otot seseorang juga bisa berbeda
berdasarkan perbedaan usia. Seperti halnya pada lansia biasanya memiliki kemampuan otot
yang mulai melemah. Penurunan fungsi otot pada lansia inilah yang terkadang
menyebabkannya orang yang sudah memasuki usia lanjut mengalami penurunan fungsi jalan,
keseimbangan dan berbagai hal dilakukan oleh otot.
Rumusan Masalah
Seorang pekerja proyek bangunan, datang berobat ke puskesmas dengan keluhan
telapak kaki kanannya nyeri karena luka tertusuk paku sejak 2 jam yang lalu
Hipotesis
Karena terjadi tusukan paku pada telapak kaki, pekerja proyek tersebut melakukan
gerak reflek pada tubuhnya.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adala agar mahasiswa mampu menjelaskan struktur otot,
mekanisme kerja otot, refleks somatic dan otonom, proses mekanisme otot yang
menghasilkan energi.
Struktur otot
Struktur otot dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu secara makroskopik dan juga
mikroskopik. Struktur makroskopik di lihat secara anatomi , sedangkan mikroskopik di lihat
dari sudut histologi.
Manakala mengikut struktur makroskopik, otot-otot bagi kaki bahagian pedis terbahagi dua
yaitu otot dorsum pedis dan otot planta pedis. Otot dorsum pedis adalah musculus extensor
digitorium brevis dan musculus hallucis brevis. Otot planta pedis pula terbahagi mengikut
susunan jari dimana otot-otot jari kaki I adalah musculus abductor hallucis, musculus flexor
hallucis brevis dan musculus adductor hallucis. Otot-otot jari kaki V pula adalah musculus
abductor digiti quinti, musculus flexor digiti quinti brevis dan musculus opponens digiti
quinti. Dan yang terakhir adalah otot-otot yang berada di ruang tengah kaki yaitu pada jari II,
III dan IV adalah musculus flexor digitorum brevis, musculus quadratus plantae, musculus
lumbricales, musculus interoissei plantares dan musculus interoissei dorsalis.2
Gambar 2. Otot di Telapak Kaki Lapisan Pertama dan Kedua.6
Otot merupakan alat gerak aktif. Pada umumnya hewan mempunyai kemampuan untuk
bergerak. Gerakan tersebut disebabkan karena kerja sama antara otot dan tulang. Tulang tidak
dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakan oleh otot. Otot mampu menggerakan
tulang karena mempunyai kemampuan berkontraksi dan dinamakan otot skelet atau otot lurik.
Otot skelet terdiri dari serat-serat otot dan jaringan penyambung antar serat. Panjangnya rata-
rata 3 cm dan terdapat yang lebih panjang yaitu 15-30 cm, dan berdiameter 10-100 µm.
Kebanyakan otot skelet terlibat dalam pergerakan volunter tulang dan tendo. Pusat otak yang
lebih tinggi mempunyai pengendalian primer otot ini dan kontraksinya dimulai oleh neuron
motorik medula spinalis atau radiks ventralis. Beberapa kontraksi otot skelet adalah
involunter misalnya lengkung refleks, kerdipan mata. Pengamatan mikroskop cahaya sajian
yang dipotong sejajar dengan sumbu panjang tiap sel otot menunjukkan bahwa otot secara
keseluruhan misalnya biseps mempunyai striasi yang jelas, berarti adanya susunan yang
sangat teratur filamen tipis yang kaya akan aktin dan filamen tebal yang kaya dengan miosin.
Dengan mikroskop elektron tampak struktur dasar striasi.
Gambar 3. Struktur Mikroskopik Otot Kaki.5
Mekanisme kontraksi otot sebenarnya merupakan bagian dari mekanisme kerja otot.
Otot-otot berkontraksi dan melemas untuk dapat menggerakan tubuh. Setiap kontraksi dan
pelemasan yang timbul merupakan respon dari sistem saraf. Kunci dari mekanisme kontraksi
otot adalah adanya sinyal dari otak dan energi dari makanan yang dikonsumsi. Mekanisme
kontraksi otot dapat dijabarkan menjadi beberapa tahapan, yaitu:
Mekanisme kontraksi otot dimulai ketika adanya sinyal dari sistem saraf atau yang dikenal
sebagai potensial aksi ke sel-sel dalam otot. Sinyal dari sistem saraf melalui saraf motorik
baru diterima oleh sel-sel otot.
Sinyal dari sistem saraf akan diterima oleh sebuah zat kimia bernama asetilkolin yang akan
memicu berbagai reaksi kimia. Reaksi kimia tersebut memicu keluarnya kalsium dalam otot
dan merangsang kinerja senyawa aktin dan miosin yang dapat memendekkan otot atau
kontraksi.
3. Melemasnya otot
Saat sinyal dari sistem saraf sudah tidak diberikan lagi maka reaksi kimia dalam otot akan
kembali seperti semula dan membuat otot memanjang atau melemas.
Mekanisme kerja otot berbeda-beda, tergantung dari jenis ototnya. Berikut adalah berbagai
jenis otot manusia:
Otot lurik
Otot lurik adalah otot yang bisa dikendalikan secara sadar dan merupakan otot yang
umumnya digunakan untuk bergerak. Otot-otot lurik tertempel pada tulang dan diikat dengan
jaringan keras yang dikenal sebagai tendon. Saat otot lurik berkontraksi, tendon ikut bergerak
dan menggerakan tulang.
Otot polos
Berbeda dengan otot lurik, otot polos adalah otot yang tidak bisa digerakkan secara sadar.
Otot polos dapat ditemukan di organ-organ tubuh, seperti organ pencernaan. Mekanisme
kontraksi otot polos bekerja secara otomatis, tidak dapat diatur dan bekerja secara bertahap
dibandingkan dengan otot lurik.. Misalnya, pergerakan otot pencernaan lebih pelan dan
teratur saat makanan masuk ke organ sistem pencernaan daripada pergerakan otot tangan
yang cepat.
Otot jantung
Otot jantung berbeda dengan otot lurik ataupun polos, meskipun serupa dengan otot polos,
Anda tidak dapat mengendalikan otot jantung secara sadar. Mekanisme kontraksi otot jantung
membuat otot jantung mampu memompa darah ke seluruh tubuh dan mengubah kecepatan
mekanisme kerja otot sesuai dengan kebutuhan tubuh. Contohnya, otot jantung akan
memompa lebih pelan ketika Anda sedang beristirahat dan memompa lebih cepat ketika
Anda sedang beraktivitas.
karakteristik tebal dan bermielin yang menghantar impuls saraf secara cepat.
- sPada gambar diatas, saraf otonom memiliki 2 rantai saraf efektor yaitu neuron
preganglion yang badan selnya terdapat pada SSP (otak dan medula spinalis) dan
aksonnya menuju ke ganglion yang disebut akson preganglion sedangkan badan sel
neuron postganglion terletak diluar SSP dan aksonnya menuju ke organ target yang
disebut akson postgangion yang sedikit memiliki mielin sehingga penghantaran
impuls saraf relatif lebih lambat dibandingkan dengan akson saraf somatik.
- Neurotransmiter; semua saraf motorik somatik akan melepaskan neurotransmiter
asetilkolin (ACh) yang memberikan efek eksitasi yang menyebabkan otot skeletal
untuk melakukan kontraksi sedangkan saraf otonom akan melepaskan neurotransmiter
pada postganglion berupa norepinefrin pada sinaps akson postganglion saraf simpatis
dan asetilkolin pada sinaps akson postganglion saraf parasimpatis yang dapat
menyebabkan eksitasi atau inhibisi pada target organ tergantung pada reseptor yang
dimiliki.
Kesimpulan
• Ketika pekerja tersebut tertusuk paku pada telapak kaki Kanannya, suatu rangsangan
membuat tubuh untuk melakukan Koordinasi otot dan tulan. Saraf sensorik
menerima rangsangan Rasa sakit dari paku tersebut, busur reflek muncul. Potensial
aksi Berjalan ke reseptor lalu asetilikon dilepaskan.
• Singkatnya, terjadilah kontraksi otot yang membuat pekerja proyek tersebut menarik
kakinya dari sumber iritasi, yaitu paku.
Daftar pustaka
1. Putz R, Pabst R. Sobotta: atlas anatomi manusia. 22th ed. Jakarta: EGC; 2007.
h.308-43.
2. Mescher LA. Histologi Dasar Junquiera Teks & Atlas. Edisi 14. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2019. p22-28
3. Eroschenko VP. Histologi Difiore Teks & Atlas. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.
4. Anthony LM. Junquiera’s basic histology text & atlas. 12th edition. Singapore:
Mc Graw Hill; 2010.
5. Lauralee S. Human physiology from cells to system. 7 th edition. Canada:
Brooks/Cole Cengage Learning; 2010. 257-78.
6. Netter FH. Atlas of human anatomy. 5th edition. Singapore: Elsevier Pte Ltd;
2013.p.419-59.501-25.
7. Hall JE, Guyton CG. Membrane physiology, nerve, and muscle. In : Guyton and
Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Canada : Saunders Elsevier, 2011 :
45-94
8. Drake RL., Vogl AW., Mitchell AWM. Dasar - Dasar Anatomi GRAY. 5th
edition. Singapore: Elsevier Pte Ltd; 2014.
9. Sadina, S., Suyatna, A., & Risyak, B. (2014). Pengembangan Kit Eksperimen
Mekanisme Kontraksi Otot pada Pembelajaran Biologi. Jurnal Teknologi
Informasi Komunikasi Pendidikan (Old), 2(1).