Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II

KINETIKA KIMIA

OLEH :

Asri Mawaddah

NPM : 1906374326

Aslab : Putri Pratiwi

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA
KINETIKA KIMIA

1. Tujuan Percobaan
● Mengamati dan menentukan kecepatan reaksi dan hukum kecepatan reaksi dari suatu reaksi
kimia
● Mengamati pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap kecepatan suatu reaksi
● Memahami peranan katalis dalam suatu reaksi kimia

2. Dasar Teori
Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia, dan energy yang
berhubungan dengan prose situ, serta mekanisme berlangsungnya proses tersebut. Yang
dimaksudkan dengan mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang
terjadi berturut – turut selama proses perubahan reaktan menjadi produk. Pada suatu reaksi
kimia tidak begitu sukar untuk mengetahui zat asal ( reaktan) dan zat hasil akhir (produk)
namun kadangkala suatu reaksi mempunyai hasil antara yang dengan cepat saling bereaksi lagi.
Katalis adalah zat yang mampu mempengaruhi laju reaksi, yang pada akhir reaksi didapatkan
kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Ada dua macam katalis, yaitu katalis positif
(katalisator) yang berfungsi mempercepat reaksi, dan katalis negative yang dikenal sebagai
inhibitor, yang berfungsi memperlambat laju reaksi. Katalis positif berperanan menurunkan
energy pengaktifan, dan membuat orientasi molekul sesuai untuk etrjadinya tumbukan
( Partanan. 2003) .
Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
terhadap satuan waktu. Laju rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju
reaksi. Untuk reaksi berikut:
A + B → AB

Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:

R = k [A]m [B]n

dimana k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi (Anonim,
2012).

Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a. Sifat dan ukuran pereaksi


Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi
berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin
bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka
daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas
dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat
pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan
(Petrucci, 1987).
b. Konsentrasi
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi
pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka akan timbul
endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na2S2O3 + 2H+ → 2Na+ + H2S2O3 (cepat)
H2S2O3 → H2SO3 + S (lambat)
Na2S2O3 + 2H+ → 2Na+ + H2S2O3 + S
Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung menyambung). Pada
reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan laju reaksi keseluruhan.
Dalam hal ini reaksi yang paling lambat ialah penguraian H2S2O3 (Hiskia & Tupamalu,
1992).
c. Suhu Reaksi
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energi
tumbukan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi secara kuantitatif
dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
− Ea
RT Ea
k = Ae atau ln ln k=ln ln A−
RT

dengan R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor frekuensi)
dan Ea = energi aktivasi yang bersangkutan (Petrucci, 1987).
d. Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk mempercepat jalannya
reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk kembali sebagai
zat bebas. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya
disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda panah (Petrucci,
1987).
Penggolongan katalis berdasarkan fasanya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Katalis homogen adalah katalis yang mempuyai fasa yang sama dengan pereaksi,
mungkin gas, cair dan padat.
2. Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai fasa yang berbeda dengan pereaksi.
Umumnya zat katalis ini berupa zat padat dan pereaksinya cair atau gas (Syukri, 1999).

Reaksi Iodine-clock
Dalam mempelajari tentang reaksi antara ion iodat ( IO 3- ) yang direaksikan dengan ion
sulfit ( SO32- ) menghasilkan ion iodida ( I- ) dan ion sulfat ( SO 42- ), maka akan didapatkan
reaksi :

IO3- + 3SO32- → I- + 3SO42-

Dalam reaksi ini, ion sulfit bertindak sebagai penentu reaksi karena apabila dia habis
bereaksi maka ion iodat yang berlebih akan bereaksi dengan ion iodida membentuk iodium
( I2 ) yang berwarna coklat. Reaksinya :

IO3- + 5I + 6H+ → 3I2 + 3H2O

Dengan terbentuknya ion iodium perubahan warna larutan sangat nyata sehingga reaksi ini
disebut reaksi iodine-clock. Untuk mengintensifkan warna iodium diperlukan indikator amilum
(kanji) sehingga menghasilkan warna biru kehitaman yang menunjukkan adanya ion I - ( Tim
Kimia Dasar, 2014).

3. Alat dan Bahan


A. Alat
● Tabung reaksi
● Gelas beaker
● Termometer
● Stopwatch
● Labu takar
● Batang pengaduk

B. Bahan
● Pb(NO3)2
● K2CrO4
● KIO3
● Na2SO4
● Na2C2O4
● KMnO4
● H2SO4
● Larutan kanji
● Aquades

4. Prosedur Kerja
Percobaan I : Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat
A. Reaksi pengendapan timbal kromat
● Memasukkan larutan Pb(NO3)2 0,1M sebanyak 3 mL ke dalam tabung reaksi
● Menambahkan K2CrO4 0,1M sebanyak 1 mL sambil diaduk
● Mencatat waktu yang diperlukan mulai pencampuran sampai timbul endapan.
B. Reaksi ion permanganat dengan ion oksalat
● Memasukkan larutan Na2C2O4 0,1M sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi
● Menambahkan larutan H2SO4 1M sambil diaduk
● Meneteskan larutan KmnO4 0,1M sebanyak 1 tetes
● Mencatat waktu mulai pencampuran sampai warna larutan berubah dari kecoklatan
menjadi tak berwarna
● Menambahkan 1 tetes lagi larutan KMnO4. Mencatat waktu mulai penetesan hingga
warna menghilang
● Menguji percobaan tersebut hingga warna coklat tidak bisa berubah lagi (maksimal 10
kali)

Percobaan II : Reaksi Iodine-clock

Larutan yang disiapkan :

A. Larutan KIO3 0,02M


B. Larutan Na2SO3 0,01M yang diberi asam dan kanji ( 1,3 gr Na 2SO3 ditambahkan 10
mL H2SO4 6 M dan 5 gr larutan kanji )

Langkah percobaannya :

● Menyiapkan stopwatch untuk mencatat waktu yang diperlukan campuran larutan A dan
B untuk bereaksi.
● Mencampurkan 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B
● Mencampurkan 10 mL larutan A dan 20 mL larutan B dalam 70 mL air
● Mencampurkan 10 mL larutan A dan 30 mL larutan B dalam 60 mL air
● Mencampurkan 20 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 70 mL air
● Mencampurkan 30 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 60 mL air
● Mencampurkan 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 80 mL air
● Mendinginkan secara terpisah 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B sampai mencapai
suhu 15oC . Kemudian mencampurkan kedua larutan tersebut dan mencatat waktunya
● Memanaskan secara terpisah 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B sampai mencapai
suhu 45oC . Kemudian mencampurkan kedua larutan tersebut dan mencatat waktunya.

5. Data Pengamatan
Percobaan I : Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat
A. Reaksi pengendapan timbal kromat

No. Pb(NO3)2 0,1 M K2CrO4 0,1 M Waktu ( detik )

1. 3 mL 1 mL

2. 3 mL 1 mL

3. 3 mL 1 mL

B. Reaksi ion permanganat dengan ion oksalat

No. Na2C2O4 0,1 M KMnO4 0,1 M Waktu ( detik )

1. 2 mL 1 tetes pertama

2. - 1 tetes kedua

3. - 1 tetes ketiga

4. - 1 tetes keempat

5. - 1 tetes kelima

6. - 1 tetes keenam

7. - 1 tetes ketujuh

Percobaan II : Reaksi Iodine-clock

Larutan A Larutan B Air Waktu


No. Suhu
KIO3 0,02 M ( mL ) Na2S2O3 0,01 M (mL) ( mL) ( detik )

1. 10 10 - Kamar

2. 10 20 70 Kamar
3. 10 30 60 Kamar

4. 20 10 70 Kamar

5. 30 10 60 Kamar

6. 10 10 80 Kamar

7. 10 10 - 15oC

8. 10 10 - 45oC

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kinetika Kimia, Definisi Laju Reaksi dan Hukum Laju. www.chem-is-try.org.
(diakses pada 30 Maret 2015)

Hiskia, A & Tupamalu . 1992 . Elektrokimia dan Kinetika Kimia . Bandung : ITB.

Partanan, CF., dkk. 2003. Common Texbook (Edisi Revisi) Kimia Dasar 2 . Yogyakarta: Proyek
Kerja bersama JICA, DIKTI, dan FMIPA UNY pada Program IMSTEP.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 . Jakarta: Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2 . Bandung : ITB.

Tim Kimia Dasar . 2019 . Penuntun Praktikum Kimia Dasar II . Jakartai : Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai